Você está na página 1de 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

LEUKEMIA
diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak yang dibina
oleh Yusi Sofiyah, M.Kep.,Ns.,Sp.An.

Disusun oleh:
Devina Novian Saktiani (102017009)
Firda Nur Hafsari (102017015)
Intan Nur Ramdani (102017019)
Nisa Salma Mulki Ladsya (102017030)
Reva Natasya (102017036)
Shasa Amanda (102017042)
Silva Sofwatul Azkia (102017044)
Yanti Komariah (102017050)

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN TINGKAT 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

Jln. K.H Ahmad Dahlan No.6 Bandung (Banteng Dalam)

2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul.
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak, tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih atas bantuan
beberapa pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Kami harapkan semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca umumnya dan kami penulis khususnya, karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami harapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Definisi Leukimia......................................................................................... 3
B. Macam-macam Leukemia ............................................................................ 4
C. Etiologi ......................................................................................................... 5
D. Patofisiologi ................................................................................................. 6
E. Tanda dan Gejala.......................................................................................... 6
F. Penatalakasanaan.......................................................................................... 8
G. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukimia ................................. 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
Kesimpulan ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi
penambahan sel-sel abnormal dalam darah tepi. Berdasarkan National
Academy of Sciences, terdapat lebih dari 100.000 bayi di seluruh dunia yang
lahir dengan keadaan dan kondisi yang berat dari Leukemia (Cooley’s Anemia
Foundation, 2006). Jumlah penderita di Indonesia pada tahun 2008 sudah
mencapai 20.000 orang penderita dari jumlah 200 juta orang penduduk
Indonesia secara keseluruhan (Robert, 2009).

Leukemia limfositik akut atau biasa di sebut ALL adalah bentuk leukemia
yang paling lazim dijumpai pada anak, insiden tertinggi terdapat pada usia 3-7
tahun. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat
cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka
penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan
leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga
memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada
yang mencapai 5 tahun (Hoffbrand, 2005).

Penderita leukimia pada anak yang memiliki gejala seperti demam atau
keringat malam, merasa lemah atau capai, pucat, sakit kepala, mudah berdarah
atau memar. misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda memar saat
terbentur ringan, nyeri pada tulang dan/atau sendi. Adanya perubahan gejala
secara cepat pada penderita leukemia anak mengakibatkan anak merasakan
sakit yang hebat. Kondisi tersebut mengharuskan anak dengan penyakit
leukemia harus dilakukan dengan perawatan di rumah sakit, dan sangat tidak
memungkinkan anak dalam perawatan di rumah (Robert ,2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan leukimia pada anak?
2. Apa saja macam-macam leukimia ?
3. Apa etiologi leukimia pada anak?

1
2

4. Apa patofisiologi leukimia pada anak?


5. Bagaimana penatalaksanaan leukimia pada anak?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan leukimia pada anak ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi leukimia pada anak
2. Untuk mengetahui macam-macam leukimia
3. Untuk mengetahui etiologi leukimia pada anak
4. Untuk mengetahui patofisiologileukimia pada anak
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan leukimia
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan leukimia pada anak.
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Leukimia
Leukimia meurujuk pada kanker sel darah putih. Ketika seseorang
memiliki leukimia, sejumlah besar sel darah putih yang abnormal diproduksi
di sum sum tulang. Sel sel darah putih yang abnormal memenuhi sum sum
tulang belakang dan mengalir dalam darah, tetapi merka tidak dapat
melakukan peran untuk melindungi tubuh terhadap penyakit karena mereka
telah rusak (Mendri&Prayogi, 2016)

Ketika leukimia terjadi, kanker mengganggu produksi tubuh dari


jenis sel darah, termasuk sel darah merah dan trombosit. Hal ini
menyebabkan anemia dan masalah pendarahan, selain peningkatan risiko
infeksi yang disebabkan oleh kelainan sel darah putih (Mendri dan Prayogi,
2016).

Untuk menentukan apakah seorang anak memiliki leukemia, dokter


akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa tanda-tanda infeksi,
anemia, perdarahan abnormal dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Dokter juga akan merasakan perut anak untuk memeriksa hati dan limpa
karena organ -organ ini dapat membesar oleh beberapa kanker pada anak.
Dokter juga akan memeriksa riwayat medis dengan bertnya tentang gejala,
kesehafan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, obat-obatan yang
dikonsumsi, alergi, dan masalah lain yang di alami anak (Mendri dan Prayogi,
2016).

Setelah memeriksa riwayat kesehatan, dokter akan melakukan


complete blood count (CBC), yakni pemeriksaan darah lengkap untuk
mengukur jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit dalam darah
anak. Pap darah akan diperiksa di bawah mikroskop untuk memeriksa jenis
spesifik tertentu dari sel darah normal biasanya terlihat pada pasuen dengan
leukemia. Dari hasil pemeriksaan fisik dan tes darah awal, anak mungkin
memerlukan tes lanjutan antara lain :

3
4

a) Biopsi sumsung tulang dan aspirasi, dimana sampel sumsul dikeluarkan


(biasanga dari bagian belakang pinggul) untuk pengujian.
b) Biopsi kelenjar getah benung, dimana kelenjar getah bening dikeluarkan
dan diperiksa dibawah mikroskop untuk mencari sel-sel yang abnormal.
c) Fungsi lumbal (spinal tap) dimana sampel cairan tulang belakang diambil
dari punggung bawah dan diperiksa untuk bukti sel-sel abnormal. Kini
akan menunjukan apakah leukemia telah menyebar ke sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang)
d) Studi pencinttaam, seperti sinar-X, ultrasound, CT scan, atau MRI
Selain tes laboratorium dasar, evaluasi sel mungkin dilakukan, termasuk
studi genetik untuk membedakan antara jenis-jenis leukemia dan fitur tertentu
dari sel-sel leukemia. Anak-anak akan menerima anestesi atau obat penenang
untuk setiap prosedur yang menyakitkan. Pemeriksaan rutin dapat melihat
gejala awal leukemia dalam kasus-kasus yang relatif jarang terjadi dimana
kanker ini terkait dengan masalah genetik, pengibatan kanker sebelumnya, atau
untuk penggunaan obat imunosupresif untuk transplantasi organ. Anak-anak
yang di diagnosis dengan leukemia harus ditangani ahli onkologi pediatrik
(spesialis kanker anak) untuk evaluasi, pengobatan, dan pemantauan (Mendri
dan Prayogi, 2016).
Pengobatan untuk leukemia biasanya dilakukan oleh tim spesialis,
termasuk perawat, pekerja sisial, psikolog, ahli bedah, dan profesional
kesehatan lainnya. Fitur pasien tertentu seperti usia dan jumlah sel darah putih
awal digunakan untuk membantu dokter menentukan jenis pengobatan yang
akan memberikan kesempatan terbaik untuk menyembuhkan pasien. Selama
seorang anak dirawat karena leukemia, tim pengobatan kanker akan mengawasi
dengan cermat efek samping yang di alami dan memperlkukan anak sesuai
kebutuhan(Mendri dan Prayogi, 2016).

B. Macam-macam Leukemia
a) Akut Limfobiastik Leukemia (ALL)
Penyakit ini terdapat pada 20% orang dewasa yang menderita leukemia,
keadaan ini merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak di
5

bawah umur 15 tahun dengan puncak yang paling insidens antara umur 3
dan 4 tahun. Manifestasi berupa poliferasi limfobas abnormal dalam
sumsum tulang dan tempat-tempat ekstramedular.
b) Akut Mieloid Leukemia (AML)
Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari transformasi suatu atau
beberapa sel hematopoietik. Sifat sebenarnya dari lesi molekular yang
bertanggung jawab atas sifat-sifat neoplasmik dari sel yang berubah
bentuknya tidak jelas, tapi defek kritis adanya intrinsik dan dapat
diturunkan oleh keturunan sel tersebut (Clarkson,1998)
c) Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)
Penyakit klonal sel induk pluripoten dan digolongkan sebagai salah satu
penyakit mieloproliferatif (Hofibrand et.al., 2005). Sedangkan menurut
Robbins 7 Cotran (2009), CML merupakan proliferasi progenitor
granulostik.
d) Chronic Limbosfatik Leukemia (CLL/LLK)
Usia rata-rata pasien saat didiagnosa berusia 65 tahun, hanya 10-15%
kurang dari usia 50tahun. Angka kejadian di negara barat 3/100.000. pada
populasi geriatri, insiden diatas usia 70 tahun sekitar 50/100.000. risiko
terjadinya LLK meningkat seiring usia. Perbandingan rsiko relatif pada
pria tua adalah 2,8:1 perempuan tua. Kebanyakan pasien memiliki ras
kaukasia dan berpendapat menengah (Apriyani, 2016).

C. Etiologi
Penyebab leukimia pada manusia tetap belum diketahui akan tetapi
beberapa faktor predisposisi atau faktor yang telah berperan telah diketahui
termasuk faktor lingkungan dan genetik serta keadaan imunodefisiensi. Virus
Epsteinbarr dengan limfoma Burkitt memberi kesan bahwa agen infeksius
memegang peran pada leukimia manusia. Virus limfotropik sel T manusia
(HTL V)-1 berhubungan dengan sel-T leukimia dewasa, dan HVLT II dengan
leukimia sel berambut (hairry cell)manusia. Meskipun telah dilakukan
6

observasi seperti ini, tidak ada bukti langsung yang menghubungkan segala
viru yang sering terjadi pada anak (Apriyani,2016).

D. Patofisiologi
Leukimia merupakan proliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur
dalam jaringan tubuh yang membentuk darah. Walaupun bukan suatu tumor,
sel sel leukimia memperlihatkan sifat neoplastik yang sama seperti sel sel
kanker yang solid. Oleh karena itu keadaan patologi dan menifestasi klinis
disebabkam oleh infiltrasi dan penggantian setiap jaringan tubuh dengan sel
sel leukimia nonfungsional. Organ organ yang terdiri dari banyak pembuluh
darah seperti limfa dan hati, merupakan organ yang teerkena paling berat
(Apriyani, 2016).

Leukimia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah


leukosit dalam bentuk akut sering kali rendah (sehingga dinamakan
leukimia). Sel sel imatur ini tidak dengan sengaja menyerang dan
menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Penghancuran sel
terjadi melalui infiltrasi dan kompetisi yang terjadi kemuadian pada unsur
unsur metabolik (Apriyani, 2016).

Pada semua tipe leukimia, sel sel yang berpoliferasi menekan produksi
unsur unsur darah yang terbentuk dalam sum sum tulang melalui kompetisi
dengan sel sel normal dan perampasan hak hak nya dalam mendapatkan unsur
gizi yang esensial bagi metabolisme (Apriyani, 2016).

E. Tanda dan Gejala


Anak- anak dengan leukemia sangat mudah mengalami memar dan
berdarah, sering mengalami mimisan, atau berdarah untuk waktu sangat lama
bahkan karena luka kecil. Halini terjadi karena leukemia menghancurkan
kemampuan sumsum tulang yang menghasilkan platelet pembeku darah.
Gejala yang khas pada penderita leukemia adalah pucat (dapat terjadi
mendadak), panas, dan pendarahan disertai splenomehali dan kadang- kadang
hepatomegaly serta limfadenopati. Pasien yang menunjukan gejala lengkap
7

seperti yang disebutkan secara klinis dapat didiagnosis leukemia. Pendarahan


dapat berupa ekimosis, petekie, epistakis, dan pendarahan gusi. Pada stadium
permulaan mungkin tidak terdapat splenomegaly. Gejala yang tidak khas
ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalah tafsirkan sebagai
penyakit reumatik. Gejala yang lain dapat timbul sebagai akibat dan infiltrasi
sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit. Efusi pleura,
kejang pada leukemia serebral (Ngastiyah, 2005).

Gejala lain dari leukemia dapat mencangkup :

a) Nyeri pada tulang atau sendi, kadang- kadang menyebabkan pincang.


b) Pembengkakan kelenjar getah bening (kadang- kadang di sebut bengkak)
di leher, pangkal paha, atau di bagian tubuh lain.
c) Kelelahan yang abnormal.
d) Nafsu makan yang buruk.
e) Demam tanpa gejala lain, serta
f) Sakit perut (yang disebabkan oleh sel- sel darah yang abnormal
membrane di organ- organ seperti ginjal, hati, atau limpa).

Kadang- kadang, penyebaran leukemia ke otak bisa menyebabkan sakit


kepala, kejang, masalah keseimbangan, atau penglihatan abnormal. Jika
ALL menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dada, gumpalan yang
membesar dapat memenuhi trakea (tenggorokan) dan pembuluh darah. Hal
ini, menyebabkan masalah pernapasan dan mengurangi aliran darah
kedalam dari hati (Mendri&Prayogi, 2016)

Menurut Apriyani tanda dan gejala leukimia yang paling sering


ditemukan merupakan akibat dari infiltrasi dari sum sum tulang. Hingga
akibat yang utama adalah:

a. Anemia, akibat penurunan jumlah sel darah merah

b. Infeksi akibat neutropenia

c. Tendensi pendarahan, akibat penurunan produksi trombosit.


8

Invasi sel sel leukimia kedalam sum sum tulang secara perlahan lahan
akan melemahkan tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur karena sel
sel leukimia menginvansi periesteum, peningkatan tekanan menyebabkan
rasa nyeri yang hebat (Apriyani, 2016).

Limpa, hati, dan kelenjar limfe memperlihatkan infiltrasi, pembesaran


yang nyata, dan pada akhirnya mengalami fibrosis. Hepatoplenomegali yang
secara khas lebih sering apabila limfadenopati. Lokasi invasi yang paling
sering adalah sistem saraf pusat (SSP) yang terjadi sekunder karena infiltrasi
leukimia, yang dapat menyebabkan tekanan intrakranial. Sel sel leukimia
juga dapat menginvansi tesis, ginjal, prostat, ovarium, saluran GI, dan paru
paru (Apriyani, 2016).

F. Penatalakasanaan
1) Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan utama untuk anak-anak dengan leukemia.
Meskilun dosis dan kombinasi obat mungkin berbeda. Kemoterapi dapat
diberikan melalui mulut ke pembuluh darah, atau ke dalam cairan tulang
belakang.Kemoterapi leukemia intensif memiliki efek samping tertentu
termasuk rambut rontok, mual, muntah, peningkatan risiko infeksi atau
perdarahan dalam jangka pendek, serta masalah kesehatan potensial
lainnya.
2) Terapi radiasi
Terapi radiasi (sinar energi tinggi yang membunuh sel-sel kanker) terapi
bertarget (obat tertentu yang mengindentifikasi dan menyerang sel
kanker tanpa melukai sel normal) dan transplantasi sel induk (pengenalan
sel-sel induk yang sehat ke dalam tubuh).
3) Transplanstasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang
yang rusak karena dosis tinggi untuk membunuh sel sel leukemia. Selain
itu transplantasi sumsum tulang berguna untuk mengganti sel sel darah
yang rusak karena kanker.
9

4) Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat akibat yang ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi
darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi
trombosit untuk mengatasi pendarahan dan antibiotik untuk mengatasi
infeksi.
5) Penatalaksanaan keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien
lain yang menderia penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada
umumnya kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya)
maka pendekatan psikososial harus diutamakan. Yang perlu diusahakan
ialah ruangan yang aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap
perwat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja
etapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka perasaanya jika
mengetahui penyakit anaknya.
6) Penatalaksanaan medis
a) Transfusi darah, biasanya dierikan jika kadar Hb kurang dari 6%. Pada
trombositnya yang berat dan pendarahan masif, dapat diberikan
transfusi trombosit dan bila didapati tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
b) Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya).
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan
c) Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-
mp,metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan
lebih poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine)
dan berbagai nama obat lainnya. Biasanya pada obat-obat diatas
terdapat efek samping alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi
sekunder atau kandidas. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm3
pemberiannya harus hati-hati.
10

d) Infeksi sekunder dihindarkan (lebi baik pasien dirawat dikamar yang


suci dari hama)
e) Imunoterapi, merupakam cara pengobatan yang terbaru. Setelah
tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106),
imunoterap mulai diberikan mengenai cara pengobatan yang baru
masih dalam pengembangan).

G. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukimia


1. Penatalaksanaan Perawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat penyakit
2) Kaji adanya tanda-tanda anemia pucay, kelemahan, sesak, dan nafas
cepat
3) Kaji adanya tanda-tanda leukopenia, demam dan infeksi.

2. Diagnosis Keperawatan

1) Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan


tubuh.
2) Risiko injury perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor
pembekuan.
3) Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah.
4) Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan cancer
cahexia
5) Berhubungan dengan pemberian kemoterapi dan/ atau radioterapi.
6) Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pemeriksaan diagnostik atau
efek fisiologis neoplasma.
7) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kesadaran orang tua
memiliki anak dengan kondisi yang mengancam kehidupan.
8) Berduka berhubungan dengan kehilangan , baik aktual maupun
potensial.
11

3. Perencanaan

a) Anak tidak mengalami gelaja-gejala infeksi.


b) Anak tidak menunjukan adanya tanda-tanda perdarahan dan dilindungi
terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan.
c) Anak tidak akan mengalami mual dan muntah.
d) Anak menerima suplai nutrisi yanga dekuat untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal.
e) Anak dapat memertahankan keutuhan kulit dan menunjukan efek
negatif kemoterapi yang minimal.
f) Anak tidak akan mengalami rasa nyeri atau dapat mengurangi rasa nyeri
sesuai dengan tingkat adaptasi anak.
g) Keluarga mendapatkan dukungan yang adekuat.
h) Anak/keluarga mengekspresikan perasaannya (kecemasan) terhadap
penyakit, pengobatan, dan kemungkinan kematian.

4. Implementasi

a. Mencegah risiko infeksi


1) Tempatkan anak dalam ruangan khusus untuk meminimalisir
terpaparnya anak dari sumber infeksi.
2) Anjurkan staf dan pengunjung melakukan teknik mencuci tangan
yang baik .
3) Gunakan teknik aseptik untuk seluruh prosedur invasif.
4) Monitor tanda vital anak.
5) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi,
seperti permukaan penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah
gigi.
6) Hindari penggunaan temperatur rektal , supositoria, atau enema.
7) Berikan waktu yang sesuai antara aktivitas dan istirahat.
8) Berikan diet nutrisi secara lengkap.
9) Monitor penurunan jumlah leukosit yang menunjukan anak
berisiko besar terkena infeksi.
12

b. Mencegah risiko injury dan atau perdarahan


1) Evaluasi kulit dan membran mukosa setiap hari.
2) Laporan setiap tanda-tanda terjadi perdarahan (tekanan darah
menurun, denyut nadi cepat, pucat diaforesis, meningkatnya
kecemasan).
3) Periksa setiap urine dan tinja terhadap adanya tanda tanda
perdarahan
4) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
5) Gunakan sikat gigi yang lembut atau lunak dan oral hygiene
6) Hindari pemberian aspirin
7) Kaji adanya tanda tanda terlibatnya sistem saraf pusat (sakit
kepala, penglihatan kabur)
c. Mencegah resiko kurangnya volume cairan:
1) Berikan antiemetik awal sebelum dilakukan kemoterapi
2) Berikan antiemetik secara beraturan pada waktu program
kemoterapi
3) Kaji respon anak terhadap antiemetik
4) Hindari memberikan makanan beraroma menyengat yang dapat
merangsang mual atau muntah
5) Anjurkan pasien untuk makan dengan porsi kecil namun sering
6) Kolaborasi untuk pemberian cairan infus untuk mempertahankan
hidrasi
d. Memberikan nutrisi yang adekuat:
1) Berikan dorongan pada orang tua untuk tetap rileks pada saat anak
makan
2) Ijinkan anak untuk mengonsumsi makanan yang dapat di toleransi
anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
makan anak meningkat
3) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi
13

4) Ijinkan anak terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan


e. Mencegah kerusakan integritas kulit
1) Kaji secara dini tanda tanda kerusakan integritas kulit
2) Berikan perawatan kulit khususnya daerah perianal dan mulut
3) Ganti posisi anak dengan sering
4) Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang adekuat
f. Mencegah atau mengurangi nyeri
1) Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri
2) Kaji adanya tingkat kebutuhan klien untuk mengurangi rasa nyeri
3) Evaluasi efektivitas terapi pengurangan rasa nyeri dengan melihat
derajat kesadaran dan sedasi
4) Berikan teknik pengurangan rasa nyeri non farmakologi
5) Berikan pengobatan anti nyeri secara teratur untuk mencegah
timbulnya nyeri yang berulang.
g. Meningkatkan peran keluarga
1) Jelaskan alasan dilakukannya setiap tindakan perawatan
2) Hindari untuk menjelaskan hal hal yang tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya
3) Jelaskan orang tua tentang penyakit dan proses pengobatannya
4) Jelaskan seluruh tindakan yang dapat silakukan oleh anak
5) Jadwalkan waktu bagi keluarga dan anak bersama sama tanpa di
ganggu oleh staf rumah sakit
6) Dorong keluarga untuk mengekspresikan perasaannya sebelum
anak di diagnosis menderita keganasan dan prognosis apabila
kondisi anak memburuk.
7) Diskusikan dengan keluarga bagaimana mengatakan kepada anak
tentang pengobatan anak dan kemungkinan terapi.
h. Antisipasi perasaan berduka
1) Kaji tahapan berduka pada anak/keluarga.
2) Berikan dukungan pada respons adaptif yang diberikan klien, ubah
respons maladaptif.
14

3) Luangkan waktu bersama untuk memberikan dukungan pada anak


agar mengekspresikan perasaannya atau ketakutannya.
4) Fasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya melalui
bermain.
5. Perencanaan pulang
a) Jelaskan terapi, dosis obat, dan efek samping dari obat yang diberikan.
b) Berikan dukungan lingkungan yang aman.
c) Instruksikan untuk menginformasikan jika terdapat gejala gejala
kekambuhan dan hal yang harus dilakukanjika terjadi kekambuhan.
d) Jelaskan hal-hal perawatan yang diperlukan oleh anak di rumah.
e) Kontrol ke pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Menurut kelompok hasil makalah diatas ini dapat disimpulkan bahwa
leukimia adalah suatu keganasan sel darah putih yang berasal dari sum sum
tulang, yang menandai adanya proliferasi sel-sel darah putih yang menunjukan
abnormalnya sel darah putih. Leukimia ini sangat sering ditemui pada anak yang
berusia 3-7tahun. Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit leukemia antara
lain faktor predisposisi atau faktor yang telah berperan telah diketahui termasuk
faktor lingkungan dan genetik serta keadaan imunodefisiensi. Virus Epsteinbarr
dengan limfoma Burkitt memberi kesan bahwa agen infeksius memegang peran
pada leukimia manusia. Terdapat tiga jenis leukemia yaitu Akut Limfoblastik
Leukemia (ALL), Akut Mieloid Leukemia (AML), Chornic Mielogenosa
Leukemia (CML), Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK). Leukimia akut
akan ditandai dengan perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan dan
memburuk apabila tidak segera diobati. Pengobatan yang dapat dilakukan kepada
penderita leukemia antara lain kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum
tulang, dan terapi suportif.

15
DAFTAR PUSTAKA
Apriyany, Dyna. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Keganasan.
Bandung: Revika Aditama.

Ngastyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: ECG.

Mendri, Ni ketut dan Prayogi Agus Sarwo. (2016). Asuhan Keperawatan Pada
Anak Sakit Dan Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: PUSTAKA BARU
PERS.

K Slany, Robert. (2009). The molecular biology of mixed lineade leukemia.


Journal of Haematologica, 94 (7), 274-285.

16

Você também pode gostar