Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
R DENGAN POST
STROKE DI RUANG EDELWAIS RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA
PUCANG GADING
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan Gerontik
Pembimbing Akademik : Ns. Rita Hadi Widyastuti, M.Kep., Sp. Kep
Pembimbing Klinik : Anggardewi S.H
Disusun oleh:
Novicka Dety Aritantia (22020114120008)
Siska Elvina Br. Purba (22020114120005)
Dwi Ratnawati (22020114120032)
Anggita Junayah (22020114140091)
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini penulis yang beranggotakan:
Novicka Dety Aritantia (22020114120008)
Siska Elvina Br. Purba (22020114120005)
Anggita Junayah (22020114140091)
Dwi Ratnawati (22020114120032)
menyatakan dengan sesunggguhnya bahwa penulisan makalah yang berjudul “Laporan Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Tn. R dengan Post Stroke di Ruang Edelwais Rumah Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Pucang Gading” bebas dari plagiarisme, merupakan hasil karya sendiri yang isinya
sesuai dengan kondisi lansia, dan tidak menjiplak karya orang lain.
Apabila di kemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh bagian dari makalah terdapat
indikasi plagiarisme, penulis bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Akademik
UNDIP.
Semarang, 26 Oktober 2017
Yang Menyatakan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua merupakan tahap akhir dari kehidupan dan pasti akan
terjadi pada semua makhluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit melainkan proses
berangsur-angsur dan berakibat pada perubahan biologis, psikologis, sosial dan spiritual
(Nugroho, 2015). Upaya pemerintah dalam pembangunan nasional berdampak pada
tingginya angka harapan hidup penduduk. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut
usia meningkat (Suardiman, 2011). Peningkatan jumlah lansia menimbulkan masalah
dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek kesehatan. Pada lansia terjadi penurunan
struktur dan fungsi organ tubuh sehingga lansia lebih rentan terhadap berbagai penyakit
baik degeneratif maupun infeksi (Darmojo dan Martono, 2010). Proporsi penyebab
kematian pada lansia paling tinggi adalah stroke (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Penyakit stroke banyak ditemukan pada masyarakat yang berusia 45 tahun ke atas.
Stroke terjadi secara mendadak dan dapat berakhir pada kematian serta kecacatan yang
pemanen pada anggota gerak (Lumbantobing, 2010). Stroke memiliki tingkat mortalitas
yang tinggi sebagai penyakit terbanyak ketiga yang menyebabkan kematian di dunia
setelah penyakit jantung dan kanker. Persentase yang meninggal akibat kejadian stroke
pertama kali adalah 18% hingga 37% dan 62% untuk kejadian stroke berulang. Data
Internasional Classification of Disease yang diambil dari National Vital Statistics Reports
Amerika Serikat untuk tahun 2011 menunjukkan rata-rata kematian akibat stroke adalah
41,4% dari 100.000 penderita.
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7
per 1000 penduduk dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per
1000 penduduk. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di
Sulawesi Utara (10,8 per 1000 penduduk), diikuti DI Yogyakarta (10,3 per 1000
penduduk), Bangka Belitung dan DKI Jakarta (masing-masing 9,7 per 1000 penduduk).
Prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat
di Sulawesi Selatan (17,9 per 1000 penduduk), DI Yogyakarta (16,9 per 1000 penduduk),
Sulawesi Tengah (16,6 per 1000 penduduk), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per 1000
penduduk. Kasus stroke di provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 12,3 per seribu
penduduk.
Dampak yang ditimbulkan akibat stroke antara lain adalah kelemahan atau
kelumpuhan pada ekstremitas anggota gerak. Akibat dari kelemahan anggota gerak akan
menyebabkan munculnya masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dan resiko jatuh.
Selain itu lansia juga akan mengalami gangguan pada otak bagian thalamus atau sub
kortikal yang dapat mempengaruhi kualitas dan pola tidur akibat terjadinya insomnia post
stroke. Kesepian juga dapat terjadi pada lansia yang tinggal di rumah pelayanan social
karena merasa ditinggalkan oleh keluarganya. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan
penderita stroke dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Mereka menjadi
bergantung kepada orang lain di sekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikan penyakit stroke
sebagai makalah ilmiah, agar penulis lebih memahami bagaimana proses keperawatan yang
dilakukan pada klien dengan penyakit stroke.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien post stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan asuhan keperawatan pada diagnosa resiko jatuh.
b. Untuk memberikan asuhan keperawatan pada diagnosa gangguan mobilitas
fisik.
c. Untuk memberikan asuhan keperawatan pada diagnosa gangguan pola tidur.
d. Untuk memberikan asuhan keperawatan pada diagnosa resiko kesepian.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002). Stroke atau
cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price,
2006)
Stroke dibagi menjadi 2, yaitu Stroke Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik.
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi
cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
straumatik (Arif Mansjoer, 2009). Sedangkan stroke non hemoragik merupakan proses
terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif
Muttaqin, 2008).
B. PATHWAY STROKE NON HEMORAGIK
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi: Faktor yang dapat dimodifikasi:
Umur Hipertensi
Ras Hiperkolesterolemia
Jenis kelamin Diabetes Millitus
Genetik Riwayat penyakit jantung
Gaya hidup (obesitas, diet, stress)
Gangguan premotor area Gangguan brocha’s Gangguan gustatory Gangguan visual area
motorspeech area area
6. Intervensi
Intervensi yang dapat diberikan pada untuk mengatasi atau mengurangi risiko jatuh
pada lansia adalah aktivitas fisik. Aktifitas fisik yang dapat dilakukan antara lain
bejalan, senam, renang dan melakukan hobby lainnya. Hal tersebut sesuai dengan
jurnal berjudul “Aktifitas Fisik Keseimbangan Guna Mengurangi Resiko Jatuh pada
Lansia”. Penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan hasil pre dan post
kekuatan otot pada lansia untuk meningkatkan keseimbangan, sehingga insiden resiko
jatuh dapat berkurang dengan dilakukannya aktifitas fisik pada lansia (Supriyono,
2015).
b. Tes Berjalan
Instruksi Reaksi pasien Skor
1 Inisiasi berjalan Memulai dengan ragu-ragu 0
dengan Instruksi Tanpa ragu 1
2 Panjang dan tinggi
langkah
Ayunan kaki kanan Tidak melewati kaki kiri yang menumpu 0
Melewati kaki kiri yang menumpu 1
Kaki kanan menyentuh lantai 0
Kaki kanan tidak menyentuh lantai 1
Panjang dan tinggi
langkah
Ayunan kaki kiri Tidak melewati kaki kanan yang 0
menumpu
Melewati kaki kanan yang menumpu 1
Kaki kiri menyentuh lantai 0
Kaki kiri tidak menyentuh lantai 1
3 Kesimetrisan langkah Jarak langkah kanan dan kiri tidak sama 0
Jarak langkah kanan dan kiri sama 1
4 Kontinyuitas langkah Stop atau tidak kontinyu pada setiap 0
langkah
Kontinyu pada setiap langkah 1
5 Berjalan lurus pada Terdapat deviasi 0
jalur ( estimasi jarak Deviasi moderat/ berjalan dengan alat 1
antar kaki seukuran bantu
tubuh ) Berjalan lurus tanpa alat bantu 2
6 Trunk Badan Badan Instabil dan berjalan dengan 0
alat bantu
Badan tidak mengayun, tetapi lutut 1
menekuk/tanan melebar
Berjalan tanpa instabil, tanpa alat bantu, 2
tanpa kompensasi tangan
7 Posisi Berjalan Tumit terangkat sepanjang berjalan 0
Tumit menyentuh lantai 1
SKOR BERJALAN/GAIT : 5
TOTAL NILAI : SKOR KESEIMBANGAN + SKOR BERJALAN :
5+5 = 10
Interpretasi:
Pada keseimbangan total score ada 5 dan pada score berjalan total 5. Sehingga
total nilai adalah 10 yang menunjukkan resiko jatuh tinggi
k. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Mobilisasi
Mbah R bisa berpindah dengan mandiri tanpa bantuan dengan berjalan pelan-
pelan dan tertatih.
b. Berpakaian
Mbah R kesusahan jika harus berpakaian sendiri karena tangan kirinya belum bisa
digerakkan.
c. Makan dan Minum
Mbah R bisa makan dan minum dengan mandiri tanpa bantuan walaupun agak
berantakan.
d. Toileting
Mbah R dapat melakukan toileting secara mandiri walau agak kesusahan.
e. Personal Hygiene
Mbah R dapat menggosok gigi secara mandiri, namun ketika kramas
membutuhkan bantuan.
f. Mandi
Mbah R masih membutuhkan bantuan ketika mandi, terutama saat memakai
sabun.
D. Dimensi Psikologi
1. Status Kognitif (short portable mental state quesonnare)
No. Pertanyaan Jawaban
1. Tanggal berapa hari ini? X
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telepon anda? X
4a. Dimana alamat anda?
5. Berapa umur anda?
6. Apan anda dilahirkan?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya?
9. Siapa nama kecil ibu anda?
10. Kurangi anka 20 dengan angka 3 berturut-turut 3
kebawah atau menurun
TOTAL 8
Baik
2. Perubahan yang Timbul Akibat Status Kognitif
Tidak terdapat perubahan pada fungsi inteektual Mbah R. Klien memiliki fungsi
intelektual utuh ditandai dengan kesalahan jawaban yang hanya 2.
3. Dampak yang Timbul Terkait Status Kognitif
Ingatan Mbah R. masih bagus, beliau berkata “Masih ingat saya, kalau ingatan
masih bagus. Akper yang dulu-dulu saya juga masih ingat namanya”.
4. Status Depresi
The Geriatric Dpresion Scale
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan Ya
anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat Tidak
anda?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? Tidak
4. Apakah anda sering bosan? Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu? Tidak
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda? Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia disetiap waktu Ya
8. Apakah anda merasa jenuh? Tidak
9. Apakah anda lebih suka tinggal dirumah pada Ya
malam hari, daripada pergi melakukan sesuatu?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak Tidak
mengalami masalah dengan ingatan anda daripada
yang lainnya?
11. Apakah anda berfikir sangat menynangkan hidup Ya
sekarang ini?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini? Tidak
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini? Ya
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi? Tidak
15. Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih baik Tidak
dari anda?
Intrepretasi : jumlah skor GDS pendek pada klien didapatkan hasil yaitu 4 pertanyaan
yang sesuai, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa klien tidak mengalami depresi
5. Perubahan yang Timbul Terkait Status Depresi
Klien terlihat sering tersenyum dan ramah ketika diajak berbicara.
6. Dampak yang Timbul Terkait Status Depresi
Mbah R. berkata “Rasanya ya biasa aja, seneng-seneng aja di sini. Apalagi kalau
ada akper-akper gini tambah seneng soale ndak sepi.”
7. Status Kesepian
UCLA Loneliness Scale
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Selalu
pernah kadang
1 Apakah anda pernah merasa cocok 2
dengan orang-orang disekitar anda?
2 Apakah anda pernah merasa tidak/ 2
kurang memiliki teman?
3 Apakah anda pernah merasa tidak ada 3
seorang pun yang dapat
diandalkan/anda mintai tolong?
4 Apakah anda pernah merasa sendiri? 2
5 Apakah anda pernah merasa menjadi 1
bagian dari kelompok teman-teman
anda?
6 Apakah anda merasa bahwa anda 3
memiliki banyak persamaan dengan
orang-orang disekitar anda?
7 Apakah anda pernah merasakan bahwa 4
anda tidak dekat dengan siapapun?
8 Apakah anda pernah merasa bahwa 3
minat dan ide anda dibagikan dengan
orang-orang di sekitar anda?
9 Apakah anda pernah merasa ramah/ 1
mudah bergaul dan bersahabat?
10 Apakah anda pernah merasa dekat 3
dengan orang lain?
11 Apakah anda pernah merasa 1
ditinggalkan?
12 Apakah anda pernah merasa hubungan 4
anda dengan orang lain tidak berarti?
13 Apakah anda pernah merasa tak satu 3
pun orang mengerti anda dengan baik?
14 Apakah anda pernah merasa terasing 2
dari orang lain?
15 Apakah anda dapat menemukan teman/ 2
sahabat ketika anda menginginkannya?
16 Apakah anda merasa bahwa ada 3
seorang yang benar-benar dapat
mengerti anda?
17 Apakah anda pernah merasa malu? 3
18 Apakah anda pernah merasa bahwa 3
orang-orang banyak di sekitar anda,
tetapi tidak bersama anda?
19 Apakah anda merasa bahwa ada orang 2
yang dapat anda ajak bicara (ngobrol)?
20 Apakah anda merasa bahwa ada orang 2
yang dapat anda diandalkan/dimintai
tolong?
Total score 47
Interpretasi : Jumlah skor UCLA pada klien didapatkan hasil yaitu 47, hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa klien mengalami kesepian rendah.
8. Keadaan Emosi
a. Anxietas
Mbah R. berkata “saya selalu memikirkan keadaan diri saya yang seperti ini,
saya takut jika sewaktu-waktu kondisi saya semakin parah”.
b. Perubahan perilaku
Mbah R. berkata “Saya dari dulu ya gini-gini aja, ndak ada yang berubah mbak.”
c. Mood
Mbah R berkata “Kalau lagi rame gini ya seneng, tapi kalau sepi dan gak ngapa-
ngapain ya sedih juga. Rasanya bosen.”
E. Dimensi Fisik
1. Luas Wisma
Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang terletak diatas
tanah yang luasnya ± 4.400 m2 dengan luas bangunan fisik ± 1800 m2. Sarana yang
dimiliki adalah aula, asrama/ bangsal, poliklinik, dapur, ruang makan dan Musholla
serta pemulasaran Jenazah.
2. Keadaan lingkungan didalam wisma
a. Penerangan
Penerangan diwisma cukup baik. Ada beberapa lampu didalam masing-masing
bangsal dan cahaya dari luarpun bisa masuk ruangan melalu jendela.
b. Kebersihan dan Kerapian
Lingkungan sekitar panti bersih dan rapi. Setiap pagi hari masing-masing bansal
dibersihkan seperti di sapu dan di pel. Tempat tidur para lansia juga dibersihkan,
diberi karpet dan diganti sarung bantal jika sudah kotor.
c. Pemisahan Ruangan antara Pria dan Wanita
Ruang atau bangsal antara pria dan wanita dipisah. Mereka berada di ruangan yang
berbeda berdasarkan kemampuan lansia yaitu potensial dan tidak potensial.
d. Sirkulasi Udara
Setiap bangsal dilengkapi dengan jendela, pintu, dan ventilasi atau lubang angin.
Dalam satu ruang ada 16 jendela besar dan 16 jendela kecil seperti ventilasi. Jendela
dibuka pada waktu pagi hari dan ditutup pada waktu malam hari. Pintu ada 2 yaitu
pintu utama dan pintu penyekat dengan ruangan lain. Pintu dibuka dan ditutup
sesuai kebutuhan.
e. Keamanan
Lantai ruangan rata, disapu dan dipel setiap pagi. Kadang lantai licin akibat ada air
bercereran atau air kencing lansia yang suka BAK sembarangan. Di dalam ruangan
tidak ada pegangan tetapi di kamar mandi terdapat pegangan. Lansia dengan risiko
jatuh memakai alat bantu.
f. Sumber Air Minum
Air minum yang digunakan adalah air galon isi ulang. Galon yang sudah habis akan
diganti dengan air isi ulang yang baru.
g. Ruang Berkumpul Bersama
Terdapat ruang berkumpul bersama untuk menonton TV dalam satu bangsal berupa
kursi panjang dan TV. Ruangan sedikit berisik karena suara TV yang lumayan
keras.
3. Keadaan Lingkungan di Luar Wisma
a. Pemanfaatan Halaman
Halaman panti yang berada di depan digunakan untuk kegiatan apel dan senam
bersama setiap pagi. Sedangkan halaman tengah panti dibuat taman untuk duduk
bersantai dan halaman lainnya ditanami tanaman dan pohon kecil.
b. Pembuangan Air Limbah
Air limbah di panti dibuang ke saluran pembuangan air berupa selokan yang
terbuka. Saluran pembuangan limbah di sekitar panti cukup lancar sehingga tidak
berbau
c. Pembuangan Sampah
Sampah dibuang di tempat sampah atau tong sampah yang sudah disediakan
didepan masing-masing bangsal atau tempat tertentu. Sistem pembuangan sampah
menggunakan sistem pengangkutan oleh lembaga penganggung jawab pengelolaan
sampah. Pengumpulan sampah dilakuakan dengan menyatukan sampah dari
ruangan ke bak sampah utama di belakang panti.
d. Sanitasi
Kondisi sanitasi panti cukup baik. Terdapat tempat pembuangan sampah dan
limbah yang telah disediakan oleh pengurus panti.
e. Sumber Pencemaran
Pencemaran ruangan di panti kebanyakan berupa bau tidak sedap dari air kencing
lansia.
F. Dimensi Sosial
1. Hubungan lansia dengan lansia didalam wisma
Mbah R berkata “saya kenal dengan orang-orang satu kamar saya mbak, saya biasanya
cerita dan ngobrol dengan orang-orang disekitar tempat tidur saya”.
2. Hubungan antar lansia diluar wisma
Mbah R berkata “saya tidak kenal dengan lansia lain selain yang diruangan saya mbak,
hanya sekedar tau saja tidak tau namanya, saya jarang keluar kamar, saya lebih banyak
hanya didalam kamar saja”.
3. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Mbah R berkata “hubungan dengan keluarga saya masih baik mbak, keluarga nengokin
kesini setiap hari raya”.
4. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Mbah R berkata “saya kenal dan lumayan dekat dengan Bu Y sebagai pengasuh saya
mbak”.
5. Kegiatan organisasi social
Mbah R berkata “saya tidak pernah mengikuti organisasi apapun mbak, saya tidak
mengerti tentang semua itu”.
6. Dimensi Tingkahlaku
1. Pola Makan
Klien makan 3x dalam sehari, porsi makan cukup sesuai aturan di dalam panti dan
setiap kali makan klien selalu menghabiskan porsi makanannya, tidak mengalami
kesulitan saat menguyah makanan karena kondisi gigi yang masih utuh. Klien selalu
suka dengan menu makanan yang disediakan.
2. Pola Tidur
Mbah R berkata “saya sering terbangun saat malam hari mbak, saya merasa tidak
tenang dan merasa was-was, tidurnya tidak nyenyak, tiba-tiba kalau malam sering
terbangun terus tidak bisa tidur lagi, kadang bisa tidur lagi mbak dan saya sering
mengantuk dipagi hari”.
Mbah R berkata “saya tidur malam kira-kira ya mulai jam 20.00-04.00 tidur nyenyak
paling sejam sampai dua jamanan saja mbak, setelah itu susah tidur kalau tidur siang
biasanya jam 13.00-14.00”.
Sleep Quality Assessment (PSQI)
5. During the past month, how often have you had Not Less Once or Three or
trouble sleeping because you during than twice a more
the past once a week (2) times a
month week (1) week (3)
(0)
A. Cannot get to sleep within 30 minutes √
B. Wake up in the middle of the night or early √
morning
C. Have to get up to use the bathroom √
D. Cannot breathe comfortably √
3. Pola Eliminasi
Klien BAK ±5-6x/hari dan BAB 1x/hari
4. Kebiasaan Buruk Lansia
Jika malam hari klien merasa gerah, klien akan mandi.
5. Pelaksanaan Pengobatan
Berdasarkan hasil pengkajian, di panti tersebut terdapat adanya poliklinik untuk lansia
yang mempunyai masalah kesehatannya, maka diberi obat yang sudah disediakan di
panti.
6. Kegiatan Olahraga
Setiap hari klien mengikuti kegiatan olahraga di bangsal yang diadakan oleh pihak
panti
7. Rekreasi
Bentuk rekreasi klien yaitu dengan berbincang dengan lansia yang lain dan menonton
televisi
8. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan oleh klien dan pengasuh panti.
7. Dimensi system kesehatan
1. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
Jika klien kurang enak badan, hanya dipakai untuk istirahat saja. Namun, jika dirasa
sudah tidak kuat klien melaporkan kondisinya pada petugas panti. Mbah R berkata
“Ya kalau sakitnya sedikit saya diem-diem aja, tapi nek gak betah pergi ke poliklinik
minta obat.”
2. System Pelayanan Kesehatan
a. Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia
Mbah R berkata “Di sini ada poliklinik, biasane nek sakit teng mriku minta
obat.”
b. Jumlah Tenaga Kesehatan
Mbah R berkata “Wah ndak tau kalau itu, banyak di sini mbak.”
c. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Mbah R berkata “Yo sering jalan-jalan aja biar gak kaku.”
d. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia
Mbah R berkata “Ya poliklinik itu yang biasanya saya minta obat kesitu dan
setiap minggu diukur tensi”
e. Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Mbah R berkata “yah rutin, yaa kayak seminggu sekali, kadang juga gak ada”
8. Pemeriksaan Fisik
No Bagian/region Hasil pemeriksaan Masalah
keperawatan yang
muncul
1 Kepala Inspeksi: Tidak ada
Bentuk kepala klien mesochepal,
warna rambut hitam bercampur
putih, penyebaran rambut merata,
kulit rambut bersih, tidak ada lesi
pada kulit kepala.
Palplasi: Tidak ada nyeri tekan
atau benjolan pada kepala klien.
2 Wajah/muka Inspeksi: Tidak ada
Bentuk muka klien normal, tidak
ada benjolan, kulit wajah bersih
dan lembab, tidak ada luka atau
lesi.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
pada wajah klien.
3 Mata Inspeksi: Tidak ada
Mata kanan dan kiri simetris, bulu
mata sedikit dan pendek, tidak ada
cairan abnormal yang keluar dari
mata, sklera jernih, konjungtiva
non anemis, tidak memakai kaca
mata, terlihat kantung mata.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
4 Telinga Inspeksi: Tidak ada
Telinga klien bersih, bentuk
simetris antara kanan dan kiri,
tidak ada luaran serum, tidak ada
lesi atau luka, klien masih mampu
mendengar dengan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
pada telinga, tidak teraba
benjolan.
5 Mulut dan gigi Inspeksi: Tidak ada
Mulut klien bersih, bibir lembab,
simetris antara atas dan bawah,
gigi beberapa sudah tanggal,
warna gigi menguning kehitaman,
tidak terdapat stomatitis, lidah
bersih.
6 Leher Inspeksi: Tidak ada
Leher klien bersih, warna kulit
merata, reflek telan baik.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran kelenjar
limfe atau tiroid.
7 Dada Inspeksi: Tidak ada
Perkembangan antara dada kanan
dan kiri simetris
Palpasi: Taktil fremitus teraba
sama antara dada kanan dan kiri
Perkusi: Bunyi resonan
Auskultasi: Suara paru vesikuler
8 Jantung Inspeksi: Tidak ada
Tidak nampak pembesaran pada
permukaan jantung
Palpasi: Tidak ada nyeri pada area
jantung, teraba ictus cordis pada
SIC 5 midklavikula sinistra
Perkusi: Terdengar suara pekak
Auskultasi: terdengar bunyi lup
dup secara teratur tanpa adanya
bunyi tambahan
9 Abdomen Inspeksi: Tidak ada
Warna kulit merata, tidak ada lesi
atau luka
Auskultasi: bising usus 10x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
pada area abdomen
Perkusi: bunyi timpani
10 Ekstremitas atas Inspeksi: Warna cokelat, kering, Gangguan mobilitas
tidak terdapat lesi, kuku kotor dan fisik
pecah-pecah.
Kekuatan otot:
5 1
3 2
3 2
No Diagnosa Keperawatan
1. Resiko jatuh Setelah dilakukan Setelah dilakukan 6490 Pencegahan Jatuh: Setelah d
(00155) tindakan keperawatan tindakan keperawatan 1. Kaji adanya faktor- keperaw
selama 3x24 jam selama 3x24 jam faktor resiko jatuh menit x 1
diharapkan klien diharapkan klien mampu: 2. Ajarkan tentang 3 hari m
mampu: 1. Mengidentifikasi dan upaya pencegahan upaya m
1. Memperlihatkan mengetahui bahaya jatuh atau tida
upaya menghindari lingkungan yang 0222 Latihan Terapi: dapat me
jatuh atau tidak dapat meningkatkan Keseimbangan: Keseimb
terjadi dengan kemungkinan jatuh 1. Jelaskan kepada
2. Klien melakukan 2. Mampu melaporkan pasien tujuan dan
latihan cara yang tepat dalam rencana dari latihan
keseimbangan melindungi diri dari keseimbangan
secara aktif risiko jatuh 2. Ajarkan latihan
3. Melakukan latihan terapi:
keseimbangan secara keseimbangan
mandiri 3. Beri apresiasi setiap
apa yang dilakukan
oleh klien
4. Anjurkan
melakukan gerakan
keseimbangan
secara mandiri
5. Jadwalkan kembali
untuk latihan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular (00085) Setelah dilakukan tindakan kep
hasil:
1. Klien bersedia melakuk
2. Klien berpartisipasi akt
3. Klien mau melakukan t
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan factor psikologis (anxietas) (00198) Setelah dilakukan tindakan ke
hasil :
1. Klien mengatakan tidur
2. Klien mengatakan tidur
3. Tidak terlihat kantung m
4. Resiko kesepian (00054) Setelah dilakukan tindakan ke
dicegah dengan kriteria hasil:
Loneliness Severity (1203)
- Klien tidak mengutarak
- Klien tidak menunjukk
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan
Waktu Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
24 Resiko Jatuh Mengkaji adanya faktor-faktor S: Mbah R berkata
Setelah dilakukan
Oktober (00155) resiko jatuh “karena stroke ini mbak,
tindakan keperawatan
2017 Setelah dilakukan tangan kanan dan kaki
selama 3x24 jam
tindakan keperawatan kiri saya tidak bisa
diharapkan klien
selama 3x24 jam digerakan, dulu saya itu
mampu:
diharapkan klien tidak bisa apa-apa cuma
- Mengidentifikas
mampu: bisa tiduran, kalau
i dan
- Memperlihatkan sekarang sudah
mengetahui
upaya lumayan”
bahaya
menghindari O : Tangan dan kaki kiri
lingkungan
jatuh atau tidak Mbah R mengalami
yang dapat
terjadi dengan hemiplegia
meningkatkan
- Klien Menjelaskan kepada pasien S : Mbah R berkata “iya
kemungkinan
melakukan tujuan dan rencana dari latihan mbak saya bersedia”
jatuh
latihan keseimbangan O : klien terlihat
- Mampu
keseimbangan kooperatif dan tersenyum
melaporkan
secara aktif
cara yang tepat
Mengajarkan tentang upaya S : Mbah R berkata
dalam
pencegahan jatuh ”hmmm, iya mbak selama
melindungi diri ini saya juga melakukan
dari risiko jatuh seperti yg mbak bilang,
- Melakukan saya kalau berjalan
latihan sering memegang dinding
keseimbangan dan jalan dengan pelan-
secara mandiri pelang.”
O : klien tampak antusias
dan menganggukkan
kepala ketika diberi
penjelasan
S : Mbah R berkata
Menjelaskan kepada pasien “waaah, saya senang
tujuan dan rencana dari latihan sekali kalau soal yang
keseimbangan begini mbak, iya mbak
saya bersedia kok”
O : klien terlihat
bersemangat dan
langsung mengatur posisi
senyaman mungkin
S : Mbah R berkata “kaki
Mengajarkan latihan terapi: kiri saya susah untuk
keseimbangan menahan badan saya
mbak, rasanya sakit.”
O : klien tampak tidak
menjaga keseimbangan
ketika kaki kanan
diangkat
S : Mbah R berkata
“yaaa, masih sama kayak
25 Mengkaji adanya faktor-faktor yang kemarin mbak”
Oktober resiko jatuh O : klien terlihat
2017 kooperatif
S:-
O : klien tampak tampak
Mengajarkan latihan terapi: kooperatif dan berusaha
keseimbangan untuk menjaga
keseimbangan
S : Mbah R berkata,”Oh
Menjelaskan kepada pasien iya mbak, si mbah
tujuan dan rencana dari latihan malah seneng kalau
sendi dilatih-latih ngono”
O : Ny. I tampak
kooperatif dan antusias
dijelaskan.
S : Mbah R.
berkata,”Enggak, gak
Mengontrol lokasi dan sakit kalau
ketidaknyamanan dari nyeri digerakin.”
selama beraktivitas/berpindah O : Mbah R terlihat tidak
menahan nyeri selama
mobilisasi.
S : Mbah R setuju
melakukan latihan
Melakukan latihan ROM aktif ROM dengan berkata
atau pasif “Iya mbak, boleh.”
O : Mbah R
melaksanakan latihan
ROM dengan baik, beliau
kooperatif dan antusias
saat latihan berlangsung.
S : Mbah R setuju
melakukan latihan
Menjadwalkan latihan ROM aktif ROM setiap hari
atau pasif dengan berkata “Iya
mbak, sesuk lagi
nggeh, jam 9.”
O : Mbah R terlihat
senang dan bersemangat
ketika diajak ROM setiap
hari.
S:-
Menyediakan pertolongan yang O : Pada ekstremitas kiri
positif untuk aktivitas latihan klien masih harus dibantu
sendi saat melakukan ROM.
25 S : Mbah R
Oktober Menetukan batasan dari berkata,”nggeh ngoten
2017 perpindahan sendi dan dampak niki, masih sama
dari fungsinya kayak kemarin-
kemarin.”
O : Kaki kiri mbah R
masih sulit digerakkan
dan tangan belum bisa
digerakkan sama sekali
S : Mbah R.
Mengontrol lokasi dan berkata,”Enggak, gak
ketidaknyamanan dari nyeri sakit kalau
selama beraktivitas/berpindah digerakin.”
O : Mbah R terlihat tidak
menahan nyeri selama
mobilisasi ataupun
latihan ROM.
S : Mbah R setuju
melakukan latihan
Melakukan latihan ROM aktif ROM dengan berkata
atau pasif “Iya mbak, mangga-
mangga.”
O : Mbah R
melaksanakan latihan
ROM dengan baik, beliau
kooperatif dan antusias
saat latihan berlangsung.
Mbah R mulai hafal
gerakan-gerakan ROM
S : Mbah R setuju
melakukan latihan
Menjadwalkan latihan ROM aktif ROM dengan rutin
atau pasif dengan berkata
“Besuk latihan meneh
ya, jam 11 yaa”.
O : Mbah R terlihat
senang dan bersemangat
ketika diajak ROM setiap
hari.
S:-
O : Mbah R mulai
Menyediakan pertolongan yang berusaha memakai
positif untuk aktivitas latihan pakaiannya sendiri
sendi walaupun masih
memerlukan bantuan.
S : Ny. I berkata,”kakine
26 niki sampun lumayan,
Oktober Menentukan batasan dari tapi tangane dereng
2017 perpindahan sendi dan dampak saget.”
dari fungsinya O : Kaki kiri masih kaku
dan tangan kiri belum
bisa digerakkan
S : Mbah R.
berkata,”Enggak, gak
Mengontrol lokasi dan sakit kalau
ketidaknyamanan dari nyeri digerakin.”
selama beraktivitas/berpindah
O : Mbah R terlihat tidak
menahan nyeri selama
mobilisasi ataupun
latihan ROM.
S : Mbah R setuju
Melakukan latihan ROM aktif melakukan latihan
atau pasif ROM dengan berkata
“Iya mbak, mangga-
mangga.”
O : Mbah R
melaksanakan latihan
ROM dengan baik, beliau
kooperatif dan antusias
saat latihan berlangsung.
Mbah R sudah hafal
urutan dan gerakan-
gerakan ROM
S : Mbah R setuju
Menjadwalkan latihan ROM aktif melakukan latihan
atau pasif ROM dengan rutin
dengan berkata “Iya,
nanti setiap hari saya
latihan”.
O : Mbah R terlihat
senang dan bersemangat
ketika melakukan ROM
S:-
Menyediakan pertolongan yang O : Mbah R sudha bisa
positif untuk aktivitas latihan melakukan mandi dan
sendi memakai baju secara
mandiri walaupun agak
kesusahan
24 Gangguan pola Setelah dilakukan - Mengkaji untuk tanda S : Mbah R. berkata
Setelah dilakukan
Oktober tidur berhubungan tindakan keperawatan verbal dan non verbal “saya selalu memikirkan
tindakan keperawatan
2017 dengan faktor selama 3x24 jam kecemasan keadaan diri saya yang
selama 3x45 menit
psikologis diharapkan kualitas dan seperti ini, saya takut jika
diharapkan kegelisahan
(ansietas) (00198) kuantitas tidur klien sewaktu-waktu kondisi
dan sering terbangun
meningkat dengan saya semakin parah”
dimalam hari dapat
kriteria hasil :
teratasi dengan kriteria O : klien terlihat sedih
1. Klien hasil: dan gelisah
mengatakan
tidur klien 1. Klien merasa
cukup 6-7 jam nyaman, aman
- Menjelaskan pentingnya S : Mbah R berkata “saya
2. Klien dan tenang
tidur yang adekuat merasa saya lebih banyak
mengatakan 2. Klien tidak
ditempat tidur mbak tapi
tidurnya merasa gelisah
susah tidur”.
nyenyak dan was-was
3. Tidak terlihat O : klien terlihat
kantung mata mendengarkan dan
menanggapi
S : mbah R berkata
- Menciptakan lingkungan “sebelum tidur saya
yang nyaman biasanya memakai
sarung biar tidak
kedinginan dan di
kerubuti lalat mbak”.
S : Mbah R berkata
- Memberikan terapi “baunya harum sekali
aromaterapi mbak, saya merasa lebih
enakan”.
O : klien terlihat
tersenyum
O : klien terlihat
tersenyum
- Memonitor/catat
S : Mbah R berkata “saya
kebutuhan tidur pasien
tidurnya lebih nyenak
setiap hari
mbak, dan lebih cepat
tertidur dari biasanya,
saya sekarang sudah
jarang terbangun di
malam hari”.
S: klien mengatakan
- Mendorong klien untuk sudah sering
berdoa dan selalu mengucapkan istigfar dan
mengingat Allah SWT takbir
O: klien terlihat
mengucapkan istigfar dan
takbir
S: klien mengatakan
- Mengevaluasi selalu mengingat
keberhasilan klien dalam Allah dan berbincang-
melakukan setiap bincang dengan lansia
intervensi yang telah lain saat kesepian
dianjurkan
O: klien terlihat
mengucapkan istigfar
dan takbir
EVALUASI SUMATIF
Senin, 24 Oktober 2017
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif
1. Resiko Jatuh (00155) S: Mbah R berkata “karena stroke ini mbak, tangan
kanan dan kaki kiri saya tidak bisa digerakan, dulu
saya itu tidak bisa apa-apa cuma bisa tiduran, kalau
sekarang sudah lumayan”
O:
- Usia Mbah R 72 tahun
- Mbah R mengalami kesulitan berjalan
- Mbah R mengalami kesulitan menggerakan
tangan kiri
- Tangan dan kaki kiri Mbah R mengalami
hemiplegia
- Total score keseimbangan adalah 10 yang
menunjukkan resiko jatuh tinggi
- Klien kooperatif dan mengikuti instruksi ajaran
yang dijelaskan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
- Kaji adanya faktor-faktor resiko jatuh
- Ajarkan tentang upaya pencegahan jatuh
- Jelaskan kepada pasien tujuan dan rencana
dari latihan keseimbangan
- Ajarkan latihan terapi: keseimbangan
- Beri apresiasi setiap apa yang dilakukan oleh
klien
- Anjurkan melakukan gerakan keseimbangan
secara mandiri
- Jadwalkan kembali untuk latihan
2. Gangguan mobilitas fisik S : Mbah R berkata “ Tangan yang kiri belum bisa
berhubungan dengan gangguan digerakkan mbak, kakine udah lumayan, sitik-
neuromuscular (00085) sitik isa digerakin, bisa buat jalan pelan-pelan.”
O : - Ekstremitas kiri mengalami hemiplegia
- Belum terlihat adanya peningkatan derajat
range of motion
- Kekuatan otot
5 1
5 2
- Klien mengikuti terapi ROM dengan aktif
dan antusias
- Klien mengkonsumsi terapi tepat waktu
- TTV: TD: 140/100 mmHg HR: 98 x/menit
RR: 23 x/menit Suhu: 37,50C
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Tentukan batasan dari perpindahan sendi dan
dampak dari fungsinya
- Kontrol lokasi dan ketidaknyamanan dari
nyeri selama beraktivitas/berpindah
- Lakukan latihan ROM aktif atau pasif
- Jadwalkan latihan ROM aktif atau pasif
- Berikan semangat ambulasi jika diperlukan
- Sediakan pertolongan yang positif untuk
aktivitas latihan sendi
Coping Enhancement
4. Identifikasi apa
yang dirasakan oleh
klien.
5. Apresiasi setiap apa
yang diungkapkan
oleh klien.
6. Sediakan waktu
untuk mendengar
keluhan klien.
7. Fasilitasi klien
dalam peningkatan
kualitas hidup
dengan
memberikan terapi
pendekatan
spiritual.
8. Evaluasi
keberhasilan klien
dalam melakukan
setiap intervensi
yang telah
dianjurkan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Diagnosa Keperawatan Resiko Jatuh
1. Penegakan Diagnosa
Hasil pengkajian pada Mbah R didapatkan hasil bahwa Mbah R mengalami resiko
jatuh yang ditandai dengan klien mengungkapkan tangan dan kaki kri klien tidak bisa
digerakkan. Dan dari hasil pengkajian didapatkan juga total score keseimbangan
adalah 10 berdasarkan pengkajian score POMA. Keadaan ini menimbulkan bahwa
klien mengalami resiko jatuh tinggi.
2. Intervensi yang dilakukan
Intervensi yang dilakukan pada Mbah R dengan diagnosa resiko jatuh adalah:
a. Kaji adanya faktor-faktor resiko jatuh
b. Ajarkan tentang upaya pencegahan jatuh
c. Jelaskan kepada pasien tujuan dan rencana dari latihan keseimbangan
d. Ajarkan latihan terapi: keseimbangan
e. Beri apresiasi setiap apa yang dilakukan oleh klien
f. Anjurkan melakukan gerakan keseimbangan secara mandiri
g. Jadwalkan kembali untuk latihan
3. Konsep dan teori dengan intervensi
Judul jurnal: Aktifitas Fisik Keseimbangan Guna Mengurangi Resiko Jatuh Pada
Lansia
Oleh: Eko Supriyono
4. Pembahasan
Menua (menjadi tua) adalah perubahan fungsi fisiologi yang terjadi pada system
neurologis, sensori, dan muskuletal yang dapat menghilangkan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak mampu
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Supriyono, 2015).
Umumnya pada usia lanjut rentan mengalami resiko jatuh karena ketidakmampuan
untuk menjaga keseimbangan tubuh. Keseimbangan adalah kemampuan dalam
mempertahankan/reaksi yang dilakukan dengan cepat untuk menjaga kestabilitas pusat
tubuh pada saat duduk, berdiri, atau berpindah dari tempat ke tempat yang lainnya.
Selain itu, berdasarkan hasil pengkajian POMA yang dilakukan pada klien
didapatkan total skor 10, sehingga dapat dikatakan bahwa klien mengalami resiko jatuh
tinggi. Ketika lansia mengalami resiko jatuh tinggi akibat tidak mampu untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh maka kita harus memberikan intervensi
keperawatan yang sesuai untuk menghindari kemungkinan buruk yang dapat terjadi
akibat ketidakmampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh yang berlanjut pada
lansia. Untuk menghindari jatuh pada klien maka diberikan sebuah intervensi yaitu
latihan terapi keseimbangan tubuh. Latihan keseimbangan berpengaruh terhadap
mengurangi resiko jatuh pada lansia. Latihan keseimbangan dapat dilakukan jika telah
mengetahui total score keseimbangan tubuh pada klien. Latihan keseimbangan dapat
mengurangi insiden jatuh sebesar 17 persen, oleh karena itu latihan keseimbangan
adalah dengan berdiri dengan satu kaki dan membungkukkan badan kedepan dapat
dilakukan lansia untuk memperbaiki perubahan yang terjadi pada lansia terutama pada
keseimbangan tubuh lansia. Setelah dilakukan tindakan keperawatan latihan terapi
keseimbangan tubuh selama 3 hari klien mengalami perubahan pada hari ketiga dengan
total skor 12.
5. Grafik
12
11.5
11
10.5
10
9.5
9
Pengkajian Hari I Hari II Hari III
10
0
Pengkajian Hari I Hari II Hari III
12
10
0
hari pengkajian hari ke 1 implementasi hari ke 2 hari ke 3
hasil
Herliawati; Maryatun, Sri dan Herawati, Desti. (2014). Pengaruh Pendekatan Spiritual Terhadap
Tingkat Kesepian Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Kelurahan
Timbangan Kecamatan Indralaya Utara. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 1 (1)
Yulianti. (2011) Pendekatan Cultural Spiritual dalam Konseling bagi Lansia. Universitas Sunan
Gunung Jati. Bandung.
Supriyono, Eko. (2015). Aktivitas Fisik Keseimbangan Guna Mengurangi Risiko Jatuh Pada
Lansia. Jurnal olahraga Prestasi. 11 (2) : 91-101.
Sabatin, S N., Kusuma, H E., Tambunan, Lily. (2015). Faktor Eksternal Risiko Jatuh Lansia: Studi
Empiris. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI. Hlm 1-6.
Adiyati Sri. 2010. Pengaruh aromaterapi terhadap insomnia pada lansia di pstw unit budi luhur
kasongan bantul Yogyakarta. Jurnal kebidanan, Vol. II, No. 02. Hal : 21-28.
Stanley, M & Bare, P.G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (2nd ed.). Jakarta: EGC.
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: BPS
Depkes. 2016. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI: Situasi Lanjut Usia (Lansia)
di Indonesia. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.
Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Ed. 4. Jakarta: EGC
Adamovich, SV, Merians, AS, Boian, R, Lewis, JA, Tremaine, M, Burden, GS, Recce, M, &
Poizner, H. (2005). A Virtual Reality—Based Exercise System for Hand Rehabilitation
PostStroke. Presence. 14 (2), 161-174.
Sanchez, RJ, Liu, J, Rao, S, Shah, P, Smith, R, Rahman, T, Cramer, SC, Bobrow, JE, &
Reinkensmeyer, DJ. (2006). Automating Arm Movement Training Following Severe Stroke:
Functional Exercises With Quantitative Feedback in a Gravity-Reduced Environment.
Neural Systems and Rehabilitation Engineering. 14 (3), 378-389.
Kun Ika Nur Rahayu. 2015. Pengaruh Pemberian Terapi Range of Motion (ROM) terhadap
Kemampuan Motorik pada Pasien Post Stroke di RSUD Gambiran. 6 (2): 102-107.