Você está na página 1de 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel


telur dan sel sperma pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat bertahan hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup)
sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah
kelahiran prematur (Nugroho, 2015).

Abortus ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan
abortus terapeutik.Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya
kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran
kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 20 minggu.
Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus
terapeutik. Berdasarkan jenisnya abortus juga dibagi menjadi abortus
imminens, abortus insipien, abortus inkomplit, abortus komplit,missed
abortion, dan abortus habitialis (Nugroho, 2015)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Konsep Dasar MedisAbortus Spontan itu?


2. Bagaimanakah Konsep Dasar Medis Inkompeten Serviks itu?
1. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar MedisAbortus Spontandan Untuk
Mengetahui Konsep Dasar MedisInkompeten Serviks.
2. Untuk mengetahui tentang proses keperawatan pada Abortus Spontan
dan Inkompeten Serviks.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaa Abortus Spontan dan
Inkompeten Servik

1
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR MEDIS


2.1.1 Abortus Spontan
A. Pengertian
abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum
janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu
didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin
kurang dari 500 gram ( Obstetri Williams, 2006).
Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan (Rustam Muchtar, 1998).
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Sarwono, 2005).
B. Etiologi
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan
umumnyadisebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu
berikutnya (11 – 12minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor
maternal (Sayidun, 2001).
Faktor ovofetal :Pemeriksaan USG janin dan histopatologis
selanjutnyamenunjukkanbahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi
gagal untuk berkembang atauterjadi malformasi pada tubuh janin. Pada
20% kasus,terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi denganadekuat.Faktor maternal :Sebanyak 2% peristiwa
abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik maternal (systemic
lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentulainnya. 8%
peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainanuterus

2
kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik).
Terdapatdugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan
kejadian abortusmeskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian
lanjutan.Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
1. Faktor janinFaktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik,
dan ini terjadi pada50%-60% kasus keguguran.
2. Faktor ibu:a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid,
kencing manis.b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit
lupus, Antiphospholipid syndrome.c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus
seperti cacar air, campak jerman,toksoplasma , herpes, klamidia.d.
Kelemahan otot leher rahime. Kelainan bentuk rahim.3.Faktor Ayah:
kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapatmenyebabkan
abortus.3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus
adalah:1. Faktor genetikSekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik.
Paling sering ditemukannyakromosom trisomi dengan trisomi
16.Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spontan
adalahabnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan
yang terjadipada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe
abnormalitas genetik.3. Faktor endokrin:
a. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20
%kasus.
b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal
dengantidakcukupnya produksi progesteron).
c. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik
ovariummerupakan faktor kontribusi pada keguguran.Kenaikan insiden
abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetesmelitus dan
defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitandengan
kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981). Pengendalian
glukosayang tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus (Sutherland
dan Pritchard,1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi
hormon tersebut darikorpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan
dengan kenaikan insiden abortus.Karena progesteron berfungsi

3
mempertahankan desidua, defisiensi hormontersebut secara teoritis akan
mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengandemikian turut
berperan dalam peristiwa kematiannya.
4. Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,
Rubella,Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering
dihubungkan denganabortus spontan berulang. Organisme-organisme yang
sering diduga sebagaipenyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma,
Mycoplasma, Cytomegalovirus,Listeria monocytogenes dan Toxoplasma
gondii. Infeksi aktif yang menyebabkanabortus spontan berulang masih
belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebihmemastikan penyebab, dapat
dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannyadiambil dari cairan pada
servikal dan endometrial.
5. Faktor imunologi
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan
darahdibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena
kurangnyaaliran darah dari ari-ari tersebut.Faktor imunologis yang telah
terbukti signifikan dapat menyebabkan abortusspontan yang berulang
antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus danantibodi
cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampakdapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas
golongandarah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat
menyebabkan abortusberulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan
vasodilatasi dan peningkatanfragilitas kapiler.
6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan
ibu,misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang
menyebabkan abortus;sebaliknya pasien penyakit tersebut sering
meninggal dunia tanpa melahirkan.Adanya penyakit kronis (diabetes
melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjalkronis) dapat diketahui
lebih mendalam melalui anamnesa yang baik. Penting jugadiketahui
bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderitainfeksi

4
berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat.
Untukeksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan
laboratorium sepertipemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan tes fungsi
ginjal untuk menilai apakahada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau
diabetes melitus yang kemudian dapatmenimbulkan gangguan pada
kehamilan seperti persalinan prematur.
7. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti
yangmenyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam
makananmerupakan suatu penyebab abortus yang penting.
8. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang
dianggapteratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan
alkohol, yangberperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah
satu yang berperan.
9. Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan
keadaanmental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka
terhadapterjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara
emosional dan sangatpenting dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-
usaha dokter untuk mendapatkepercayaan pasien, dan menerangkan segala
sesuatu kepadanya, sangatmembantu.Pada penderita ini, penyebab yang
menetap pada terjadinya abortus spontanyang berulang masih belum dapat
dipastikan. Akan lebih baik bagi penderitauntuk melakukan pemeriksaan
lengkap dalam usaha mencari kelainan yangmungkin menyebabkan
abortus yang berulang tersebut, sebelum penderita hamilguna
mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.

5
C. Manifestasi Klinis

Tanda dan Gejala


Adapun gejala-gejala dari abortus spontan sebagai berikut:
1. Pendarahan mungkin hanya bercak sedikit, atau bisa cukup parah.
Dokterakan bertanya tentang berapa banyak pendarahan yang terjadi
biasanyajumlah pembalut yang telah dipakai selama pendarahan.Anda
juga akanditanya tentang gumpalan darah atau apakah Anda melihat
jaringanapapun.
2. Nyeri dan kram terjadi di perut bagian bawah. Mereka hanya satu
sisi,kedua sisi, atau di tengah. Rasa sakit juga dapat masuk ke
punggungbawah, bokong, dan alat kelamin.
3. Anda mungkin tidak lagi memiliki tanda-tanda kehamilanseperti mual
atau payudara bengkak / nyeri jika Anda telah mengalamikeguguran
(Vicken Sepilian, 2007).
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan USG (Ultrasonografi). Hal ini membantu dokteruntuk
memeriksa detak jantung janin dan menentukan apakahembrio
berkembang normal.
D.Komplikasi
a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera
pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila
setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.
Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga
pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam
uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga
gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama
sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.
Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,
sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan
dengan segera.
d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang
dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan

6
panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara
mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
e. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik
lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-
obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik
sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

E.Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang
biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik
dan aseton darah.Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira
ekstraseluler dan plasma berkurang.Natrium dan klorida darah turun.Selain
itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang.Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen
ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang
toksik.Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit.Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma
mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. (Fadlun dkk).

7
F. Penatalaksanaan
1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan
transfuse darah dan cairan yang cukup.
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1
jutasatuan tiap 6 jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam, atau
antibiotika spektrum luas lainnya.
3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih
cepat
bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi.
4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita. Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus
0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat
segera pulang ke rumah.Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan
banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.2 Pasien
dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari.Pasien dianjurkan kembali
ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau
nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih
berat.13 Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi.
Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani
surat persetujuan tindakan (Maureen, 2002).

8
2.1.2 Inkompeten Serviks
A. Pengertian
Inkompetensi serviks merupakan penyebab abortus habitualis
trimester kedua kehamilan. Inkompetensi serviks adalah ketidakmampuan
serviks untuk mempertahankan suatu kehamilan oleh karena maupun
struktur padaserviks. Meskipun beberapa kasus inkompetensi serviks
melibatkan faktor mekanik seperti hipoplasia serviks kontenital riwayat
operasi serviks dan traumaserviks yang luas kebanyakan wanita dengan
diagnosis klinis serviks inkompetenmemiliki anatomi serviks yang normal.
Pematantan serviks yang dini mungkinmerupakan salur akhir dari berbagai
proses patofisiologi seperti infeksi kolonisasin lamasi dan predisposisi
kenetik atau hormonal.
Serviks merupakan barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora
bakteri vagina. &anyak pasien den!an dilatasi serviks pada midtrimester
yang asimptomatis memiliki bukti adanya infeksi intrauterin subklinis.
Tidak selasapakah ini merupakan invasi mikroba akibat dilatasi serviks
yang prematur.Ketika terjadi pematanpan serviks yang prematur barier
mekanik danselanjutnya dapat menyebabkan proses patologismisalnya
kolonisasi padasaluran kemih bagian atas yang berakhir pada kelahiran
prematur spontan. Padainkompetensi serviks yang berhubungan dengan
kelainan mekanik penanganansuportif misalnyacerclage suture
dapat mencegah infeksi dan dapatmemperpanjang masa kehamilan.
Sebaliknya jika perubahan pada serviks adalahakibat proses non mekanik
makacerclagemenjadi kurang efektif dan bahkan berbahaya dalam
beberapa kasus karena kemungkinan adanya komplikasiinflamasi dan
infeksi.

9
B. Etiologi

a.Faktorkongenital
Akibat perkembangan abnormal jaringan fibromuskular
serviksmenyebabkan kelemahan serviks tersebut.Kelainan ini jarang
ditemukan.ada primigravida yang tidak pernah mengalami trauma pada
serviks jarang menderita kelainan ini.
b.Faktor akuisita
Akibat trauma sebelumnya pada serviks uteri yang mencapai ostium uter
iinternum misalnya pada persalinan normal tindakan cunam yang
traumatik kesulitan ekstraksi bahu seksio sesaria di daerah serviks yang
terlalu rendah dilatasi dan kuretase berlebihan" amputasi serviks konisasi
ataupun kauterisasi.Kelainan ini lebih sering ditemukan.
c.Faktorfisiologik
Hal ini ditandai dengan pembukaan serviks normal akibat kontraksi uterus
yang abnormal.
dikemukakan bahwa ibu hamil yang menggunakan dietilstilbestrol akan
berakibat janin perempuan yang dikandungnya mempunyai resiko tinggi
untuk menderita inkompetensi serviks

C.Patofisiologi

Terjadinya Pelunakan Serviks PrematurPerubahan patofisiologi


jaringan serviks yang disebut pelunakan serviks, adalah kompleksdan
tidak dipahami. Apa yang diketahui adalah serviks adalah struktur anatomi
dinamik yangberfungsi selama kehamilan sebagai pertahanan bagi janin
dan sekitarnya , dengan vagina dandunia luar. Pada waktu gestasi ini, ia
terdiri dari struktur yang kuat yang terdiri dari kolagen, tetapi
ketika tiba masanya persalinan, kolagennya mengalami degradasi dan
serviks menjadi lunak danmemulai proses untuk dilatasi. Ini
mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam proses ini dan; atauwaktu
pelunakan yang tidak sesuai waktunya dan menjadikan serviks
tidak kompeten lagisehingga terjadinya kelahiran prematur atau
kesulitan dalam persalinan (distosia).Leher rahim berkembang dari fusi
dan rekanalisasi dari saluran distal paramesonefrik(Müllerian Ducts),
yang berkembang secara lengkap setelah usia kehamilan mencapai sekitar
20minggu, dan terdiri dari otot dan jaringan ikat fibrosa. Komponen
fibrosa, yang bertanggung jawabuntuk kekuatan penyempitan serviks.
Pada serviks insufisiensi, diduga terkait dengan adanyadefek pada
kekuatan penyempitan di cervicoisthmic junction. 6,7Infeksi dan
inflamasi sangat berhubungan dengan kelahiran prematur dan
pelunakanserviks.Ini berhubungan dengan sifat serviks, dimana
peluang untuk terjadinya persalinanpremature berbanding terbalik
dengan panjang kanalis servikalis, yang berisi lender yang
bersifatantibakteri. Jika sifat mekanik atau antibakteri leher rahim
secara antomi atau fungsionalterganggu, misalnya dengan paparan
dietilstilbestrol intra-uterin atau dengan operasi atau traumapada serviks,
kekuatan serviks mungkin tidak cukup untuk mempertahankan kehamilan

10
D.Manifestasi Klinis

Serviks adalah leher rahim yang menghubungkan vagina dengan


rahim.Sebelum kehamilan, serviks biasanya tertutup dan kaku. Seiring
bertambahnya usia kehamilan dan persiapan untuk melahirkan, serviks
akan perlahan melembut, memendek, dan melebar (terbuka). Hal ini
memungkinkan bayi untuk keluar dan dilahirkan ke dunia.selama masa
kehamilan, berat bayi juga akan terus bertambah sehingga menekan
serviks. Tekanan besar ini bisa menyebabkan serviks mulai terbuka lebih
cepat sebelum bayi benar-benar siap dilahirkan.Kondisi inilah yang
disebut dengan rahim lemah alias inkompetensi serviks.Hal ini biasanya
terjadi pada awal trimester kedua hingga akhir trimester
ketiga.Inkompetensi serviks bisa menyebabkan keguguran atau persalinan
prematur.

Beberapa faktor berikut juga dapat meningkatkan risiko ibu hamil


memiliki serviks lemah, yaitu:

 Pernah menjalani operasi di serviks, seperti prosedur LEEP.


 Pernah mengalami satu atau lebih kelahiran prematur spontan.
 Riwayat trauma serviks, misalnya dari kuret karena keguguran atau
aborsi.
 Memiliki kelainan rahim. Kelainan rahim dan kelainan genetik yang
memengaruhi produksi kolagen dapat menyebabkan jaringan serviks
jadi melemah.
 Mengonsumsi obat DES (Diethylstilbestrol), terapi hormon sintetis,
saat hamil.
 Kerusakan jaringan serviks saat proses melahirkan yang sulit

Jika Anda pernah mengalami serviks lemah pada kehamilan sebelumnya,


maka Anda berisiko mengalaminya kembali di kehamilan selanjutnya.Jika
Anda mempertimbangkan untuk hamil lagi, bicarakan dengan dokter
kandungan Anda untuk mengetahui risiko dan perawatan yang bisa
dilakukan selama kehamilan.

D. Tanda-tanda Inkompetensi Serviks

Rahim lemah pada umumnya tidak menunjukkan gejala berarti.Pada


kebanyakan kasus, inkompetensi serviks bisa saja ditandai dengan
sakit/kram perut ringan dan keluarnya bercak darah selama beberapa hari.

Berikut gejala dan tanda yang perlu Anda waspadai:

 Panggul pegal karena tekanan besar


 Sakit punggung
 Kram perut ringan

11
 Perubahan keputihan (warna putih, kuning, atau kecokelatan)
 Bercak darah

Gejala dan tanda ini biasanya terjadi di antara minggu keempat belas
sampai ke-20 kehamilan.

E. Komplikasi

Komplikasi dari tindakan cerclage ini adalah pecahnya ketuban,


korioamnionitis, danperpindahan dari jahitan. Insiden bervariasi
dengan prosedur tindakan dan waktu. Pecahnyamembrane telah
dilaporkan 1-18% dari pemasangan elektif, 3- 65% dari pemasangan
cerclageurgensi dan 0- 51% dari penempatan darurat. Korioamnionitis
dikembangkan dalam 1-60%, 30-35% dan 9-37% dari prosedur, masing-
masing. Perpindahan jahitan terjadi pada 3% sampai 13%dari prosedur
pemasangan elektif

F. Diagnosis
Diagnosis insufisiensi serviks hanya dapat dilakukan secara retrospektif
pada wanita yangtelah mengalami keguguran pada pertengahan trimester
sebelumnya. Pasien biasanya hadir denganselaput ketuban yg menonjol
disertai dilatasi serviks stadium lanjut pada trimester pertengahan,yang
mengarah ke ketuban pecah dini prematur (PPROM). Kontraksi rahim
biasanya jarang atautidak ada.Pada wanita tanpa riwayat keguguran,
kombinasi dari presentasi klinis, pemeriksaanfisik, dan temuan USG yang
digunakan. Meskipun sebagian besar pasien tidak menunjukkangejala,
mereka mungkin hadir dengan rasa tekanan pada panggul, kram, sakit
punggung, ataupeningkatan keputihan. 11Diagnosis inkompetensi serviks
ditegakkan berdasarkan riwayat satu atau lebih kegagalankehamilan pada
trimester kedua atau riwayat keguguran berulang pada trimester kedua,
dengankerugian masing-masing terjadi pada usia kehamilan lebih awal
dari yang sebelumnya dan kurangkontraksi yang menyakitkan atau
peristiwa berkaitan lainnya. Namun, dalam penemuanultrasonografi
terakhir, definisi ini sedang ditantang. Terdapat keraguan bahwa
pemeriksaanultrasonografi, terutama transvaginal, bermanfaat sebagai
alat bantu untuk mendiagnosis
pemendekan serviks atau pencorongan ostium interna dan mendeteksi
secara dini serviks yanginkompeten. Secara umum, panjang serviks

12
sebesar 25 mm atau kurang antara 16 dan 18 minggugestasi dibuktikan
secara prediktif untuk kelahiran prematur pada wanita dengan
riwayatpenghentian kehamilan pada midtrimester.

C. Penatalaksanaan
Terapi untuk inkompetensi serviks adalah dengan cara bedah dan non-
bedah. Pilihan terapinon-bedah dapat mengurangi risiko kelahiran
prematur pada wanita dengan inkompetensi serviks.Pengurangan aktivitas
atau istirahat total di tempat tidur, menghindari hubungan seksual,
danpenghentian penggunaan narkotin atau rokok telah direkomendasikan.
Penggunaan indomethasin(100mg sekali, diikuti dengan 50mg
setiap 6 jam selama 48jam telah dihubungkandenganpenurunan
persalinan sebelum 35 minggu dan penurunan kelahiran prematur sebesar
86%pada wanita dengan pemendekan serviks menjelang usia kehamilan
24 minggu. Penatalaksanaan inkompetensi serviks adalah dengan cara
bedah yaitu penguatan serviksyang lemah dengan jahitan yang di sebut
“cerclage”. Perdarahan, kontraksi uterus, atau rupturmembran biasanya
merupakan kontraindikasi untuk pembedahan. Terdapat beberapa
tehnik“cerclage” yang pernah dilakukan seperti McDonalds dan
modifikasi Shirodkar. Waktu terbaikuntuk prosedur cerclage serviks
adalah pada bulan ketiga (12-14 minggu) kehamilan . Namun,beberapa
wanita mungkin perlu dipasangkan cerclage darurat pada kehamilan lanjut
jika terjadiperubahan seperti pembukaan atau pemendekan serviks. Jika
sudah ada riwayat pemasangancerclage darurat, pada kehamilan
selanjutnya juga wanita ini akan memerlukan pemasangancerclage pada
serviksnya.
Pemasangan cerclage adalah andalan untuk pencegahan kelahiran
prematur pada wanitadengan insufisiensi atau inkompetensi
serviks.Pendekatan dan penempatan dari jahitan cerclageada berbagai
macam dan tidak ada tehnik tunggal yang terbukti lebih unggul dari yang
lainnya.Pendekatan transvaginal yang paling popular adalah tehnik
McDonald, yang menggunakananestesi local atau regional untuk

13
menempatkan jahitan monofilament (polypropylene) atau tapeserat
polyester di persimpagan cervicovaginal.Sebuah speculum tertimbang
dimasukkan ke dalamvagina, dan Sims retractor digunakan untuk retraksi
anterior vagina.Serviks ini digenggam lembutdengan penjepit atau forsep
Allis cincin untuk traksi.Dimulai pada posisi jam 12, 4 atau 5
gigitanberurutan yang diambil secara “tas-string”.Jahitan terikat anterior
dan dipangkas.
Manakala prosedur Shirodkar melibatkan penempatan jahitan yang
sehampir mungkinpada os interna setelah diseksi pada rectum dan
kandung kemih dari leher rahim.Setelah jahitandimasukkan, mukosa
ditempatkan diatas simpul jahitan. Prosedur McDonald lebih menjadi
favoritberbanding Shirodkar kerana penempatan jahitan yang lebih
mudah.Dalam pendekatan transabdominal melalui laparotomi atau
laparoskopi, jahitanditempatkan di wilayah cervicoisthmic setelah
pembedahan kandung kemih jauh dari segmenbawah uterus. Prosedur
invasif ini mempunyai risiko tinggi terjadinya komplikasi,
misalnyaperdarahan. Umumnya dijadikan pilihan bagi pasien yang gagal
bagi penempatan transvaginalmempunyai penyakit bawaan dengan serviks
hipoplasia, atau memiliki jaringan parut besar darioperasi sebelumnya atau
trauma.

14
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Inkompetensi serviks merupakan penyebab abortus habitualis trimester
kedua kehamilan. Inkompetensi serviks adalah ketidakmampuan serviks
untuk mempertahankan suatu kehamilan oleh karena maupun struktur
padaserviks. Meskipun beberapa kasus inkompetensi serviks melibatkan
faktor mekanik seperti hipoplasia serviks kontenital riwayat operasi
serviks dan traumaserviks yang luas kebanyakan wanita dengan diagnosis
klinis serviks inkompetenmemiliki anatomi serviks yang normal.
 Serviks adalah leher rahim yang menghubungkan vagina dengan rahim.
Sebelum kehamilan, serviks biasanya tertutup dan kaku. Seiring
bertambahnya usia kehamilan dan persiapan untuk melahirkan, serviks
akan perlahan melembut, memendek, dan melebar (terbuka

3.2 . Saran
1. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan bisa
menjadi acuan atau pedoman dalam membuat askep dengan kelainan letak
sungsang atau hiperemesis gravidarum.
2. Bagi mahasiswa keperawatan agar senantiasa meningkatka pengetahuan
dan keterampilan.
3. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah askep ini banyak
kekurangan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah).


2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC, Jakarta.

Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc


Graw-Hill Companies, USA.

Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles, Buku Ajar
Bidan, edisi 14. EGC, Jakarta.

Mochtar. 2002. Synopsis Obstetri, edisi 2. EGC, Jakarta.

Varney, Kriebs, Gegor. 2002. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4,


Volume 1.EGC,Jakarta

16
17

Você também pode gostar