Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
ANGGA SAPUTRA
NIM. P05120214033
I
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID PADA ANAn. R DI RUANG
EDELWIS RSUD DR. M. YUNUS PROVINSI N BENGKULU
TAHUN 2017
ANGGA SAPUTRA
NIM. P05120214033
Laporan Karya Tulis Ilmiah Ini Telah dipriksa dan disetujui untuk
dipersentaskandi hadapan tim penguji politeknik kesehatan bengkulu jurusan
keperawatan Oleh dosen pembimbing karya tulis ilmiah
Pembimbing
II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada anak dengan demam thypoid RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu tahun 2016”.
Penyusunan proposal ini Penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan baik
materi maupun nasehat dari berbagai pihak sehingga dapat diselesaikan proposal ini
tepat pada waktunya. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Darwis, S.Kp, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal S.Kp,M.Ph selaku ketua jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
3. Mam Ns.Mardiani S.Kp,MM selaku kepala prodi DIII Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu. Sekaligus selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh kesabaran dan perhatian kepada Penulis dalam
menyusun proposal ini.
4. Seluruh Dosen dan staf prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
5. Untuk Kedua orang tua terhebat dan tercinta yang seperti motivator, dan selalu
ada menyeport dalam keadaan apapun.
6. Seluruh mahasiswa/i seperjuangan dan adek tingkat Poltekkes Kemenkes
Bengkulu Prodi DIII Keperawatan bengkulu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini
masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan, maupun pencapaian teori
yang mendasar. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi perubahan yang baik di masa yang akan dating
dan agar Penulis dapat berkarya lebih baik lagi. Akhir kata Penulis berharap
semoga proposal ini dapat dilaksanakan penelitiannya dengan lancer
dan dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
III
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…......................................................................................I
HALAMAN PERSTUJUAN…..........................................................................II
HALAMAN PENGESAHAN…........................................................................III
KATA PENGANTAR…....................................................................................IV
DAFTAR ISI…...................................................................................................V
DAFTAR GAMBAR…......................................................................................VII
DAFTAR BAGAN….........................................................................................VIII
DAFTAR TABEL…...........................................................................................IX
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Batasan Masalah ........................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................4
D. Manfaat......................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi......................................................................................6
B. Konsep Dasar Penyakit.............................................................................11
1. Pengertian............................................................................................11
2. Klasifikasi...............….........................................................................12
3. Etiologi ........................................…....................................................13
4. Patofisiologi.........................................................................................13
5. WOC....................................................................................................16
6. Manifestasi Klinis.................................................................................17
7. Komplikasi............................................................................................18
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang......................................................19
9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan............................................21
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian.............................................................................................23
2) Diagnosa Keperawatan..........................................................................27
IV
3) Perencanaan Keperawatan.....................................................................27
4) Implementasi Keperawatan...................................................................37
5) Evaluasi Keperawatan...........................................................................37
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Kasus..............................................................................38
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................48
C. Perencanaan Keperawatan.................................................................49
D. Implementasi Keperawatan...............................................................52
E. Evaluasi Keperawatan.......................................................................52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengkajian Kasus..............................................................................59
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................60
C. Perencanaan Keperawatan................................................................61
D. Implementasi Keperawatan...............................................................62
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................64
B. Saran.................................................................................................65
Daftar Pustaka......................................................................................................66
Lampiran...............................................................................................................67
V
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Halaman
2.1 Anatomi fisiologi sistem 6
pencernaan
2.2 Anatomi fisiologi usus 8
kecil dan usus besar
VI
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Halaman
2.1 WOC Thypoid 16
3.1 Genogram 40
VII
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Halaman
2.1 Perencanaan Keperawatan pada 27
penanganan demam thypoid
2.2 Intervensi keperawatan 28
3.5 Intervensi 49
VIII
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran serta merupakan penyakit infeksi akut pada
usus halus. Demam thypoid ini merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh
merupakan penyakit infeksi yang diakibatkan oleh bakteri samonella typhi. Penyakit
ini ditransmisikan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses atau
urin dari orang yang terinfeksi. Diagnosis demam thypoid ditegakkan berdasarkan
riwayat demam tujuh hari atau lebih dengan minimal satu dari gejala atau tanda
terkait thypoid seperti diare, mual muntah, nyeri perut, anaroksia, konstipasi, perut
pemeriksaaan kultur darah untuk melihat biakan salmonella typhi O ≥ 1/320, tanpa
disertai kesadaran menurun, kejang, perdarahan usus berupa melena atau perforasi
masyarakat. Penyakit ini termasuk penyakit yang menular yang tercantum dalam
sebanyak 81,7 per 100.000 ( Depkes RI, 2013). Berdasarkan profil kesehatan indonesia
tahun 2010 penderita thypoid yang di rawat dirumah sakit sebanyak 41.081 kasus dan
(carrier) atau relaps dan ristensi terhadap obat-obat yang di pakai, sehingga
menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan. Pada tahun 2008, angka kesakitan
tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini menunjukan penderita terbanyak
Berdasarkan data dari rekap medis di rumah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
penderita demam thypoid pada umur 1-15 tahun dari tahun 2013-2015 dapat
digambarkan sebagai berikut; tahun 2013 terdapat 264 kasus (laki laki 141 orang,
perempuan 123 orang); tahun 2014 terdapat 249 kasus (laki-laki 140 orang, perempuan
109); dan tahun 2015 terdapat 264 kasus (laki laki 154 orang, perempuan
110 orang). Dari hasil data yang ada di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu dapat dilihat
Dari survei awal di ruang Edelwis RSUD Dr. M. Yunus, peran perawat kurang
(penkes) pada keluarga pasien yang hendak pulang dan memberi pengajaran sederhana
jika pasien panas seperti: kompres hangat di tempat pembuluh darah yang besar dan
perawat RSUD DR. M. Yunus juga dalam menangani kurang dalam berkolaborasi
dengan tim medis dan pemberian nutrisi dengan ahli gizi. Maka dari itu diperlukan
bergizi, penjelasan tentang tidak menganggap remeh demam thypoid terutama pada
thypoid dan memberikan motivasi, dorongan dan keyakinan bahwa seseorang pasien
harus tetap bersemangat dan selalu berusaha memperoleh kesembuhan dan kesehatan
yang utuh, maka dari itu penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah untuk
B. Batasan Masalah
Studi kasus ini penulis membatasi hanya melakukan asuhan keperawatan pada
pasien demam thypoid di ruang Edelwis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016.
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
demam thypoid
1. Bagi akademik
demam thypoid.
pelayanan yang lebih baik dan mengetahui langkah – langkah yang tepat dalam
rumah sakit dapat melakukan promosi dan peningkatan tenaga perawat tentang
BAB II TINJAUAN
TEORI
Sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang. Saluran ini dimulai
pengaruhi oleh kerja kelenjar-kelenjar besar seperti: kelenjar liur, hati, dan pankreas,
2001). Organ pencernaan terdiri dari beberapa bagian yang dapat dilihat pada
gambar 1:
(Syaifudin, 2006);
a. Mulut
Mulut adalah rongga yang diikat secara eksternal oleh bibir, pipi dan
mengarah ke dalam faring. Bagian atasnya di bentuk oleh platum durum dan
6
mole dua pertiga bagian anterior lidah mengisi dasar mulut serta dindingnya
b. Faring
ke dalam bolus dan membanya kearah bagian oral faring. Palatum mole naik
berjalan ke pintu masuk faring yang tertutup dan ke dalam bagian laring dari
c. Esofagus
dari faring ke lambung. Esofagus terletak mulai dari vetebra servikalis keenam
ke-10.
d. Lambung
Lambung adalah saluran cerna yang paling lebar terletak di antara ujung
esofagus dan pangkal usus halus. Lambung berbentuk huruf J dan mempuyai
dua kurvatura. Kurvatura minor membentuk batas kanan dan kuvatura mayor
diarahkan kedepan dan bentuk pertama arkus ke atas dan ke kiri untuk membentuk
fundus lambung, dan berjalan kebawah dan akhirnya memutar ke kanan, ke titik
relaksasi otot, lambung mengirim sebagian makanan cair ini melalui sfingter
untuk di cerna lebih lanjut, Anatomi usus halus dan usus besar dapat dilihat
e. Usus kecil
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem perencanaan
makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya lebih
absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa
sebelah dalam) lapisan otot melingkar (M. Sirkuler), lapisan otot memanjang (M.
1) Duodenum
bagian usus halus yang paling lebar dan kaku, ketika makanan dari lambung
merangsang pelepasan empedu dari kandung empedu dan getah pankreas dari
2) Yeyenum
Usus kosong atau yeyenum adalah bagian dari usus halus, diantara usus
dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum. Pada manusia dewasa,
8
panjang usus halus antara 2-8 meter, 1-2 adalah bagian usus kosong. Secara
histolik pula dapat di bedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel
3) Ileum
Bagian terakhir dari usus halus pada system pencernaan manusia, ini
memiliki panjang ± 2-4 meter dan terletak setelah duodenumdan yeyem, dan
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berpungsi menyerap
f. Usus besar
panjang ±1,5 meter. Usus besar membentuk arkus yang melingkupi sebagian
1) Sekum
mempunyai mesenterium.
2) Kolon asenden
sekum, kolon ini naik dari sisi kanan abdomen ke permukaan bawah hati dan
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum,
lewati oleh beberapa isi usus. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap
4) Kolon tranversum
9
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
5) Kolon desenden
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis dan fleksura
6) Kolon sigmoid
7) Anus
1. Pengertian
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
penyakit infeksi akut yang mengenai saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan atau
Demam thypoid juga dikenal dengan nama lain yaitu thypus abdominalis,
thypoid fever atau enteric fever. Demam thypoid merupakan salah satu infeksi
yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi di negara yang beriklim tropis yang
mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan berlangsung lebih kurang tiga
minggu yang disertai gejala-gejala pada perut meliputi pembesaran limpa dan
10
berlangsung lebih dari satu minggu, suhu tubuh yang di atas normal, dapat
menyebabkan kelainan pada pada otak. Biasanya penyakit ini di sebabkan oleh
2. Klasifikasi:
diare pada anak-anak), sakit kepala malise, dan anaroksia. Bentuk bronchitis
bisa terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai
25% penyakit menunjukan adanya rose post pada dada, abdomen dan
punggung.
hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi,
c. Keadaan karier
Keadaan karier thypoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Karier thypoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmenella thypi difeses.
3. Etiologi
11
ini adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga acam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-
4. Patofisiologi
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh salmonella ( biasanya > 10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat di
musnakan oleh asam HCL lambung dan sebagian masuk ke usus halus . Jika respon
imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan
menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan
berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah
bening mesenterika. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening
endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang dan limfa melalui sirkulasi portar
disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang
berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus dan mengakibatkan perforasi usus.
Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan
hyperplasia plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan
ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
Proses bekerja bakteri kedalam tubuh manusia lumayan cepat, yaitu 24-27
jam setelah masuk, meskipun belum menimbulkan gejala tetapi bakteri ini mencapai
organ organ hati, kandung empedu, limpa, susmsum tulang, dan ginjal. Rentang
waktu antara masuknya kuman sampai dengan timbulnya gejala penyakit, sekitar
tujuh hari. Gejalanya sendiri baru muncul setelah sampai enam puluh hari. Masa-
masa itulah kuman akan menyebar dan berkembang biak ke organ tubuh lalu
merangsang sel darah putih mengeluarkan zat interluekin. Zat inilah yang akan
merangsang akan terjadinya gejala demam. Tidak seluruh bakteri salmonella thypi
bakteri, jika upaya ini berhasil, maka orang tersebut akan terhindar dari demam
thypoid. Sebagian kuman juga akan lolos dari lambung dan masuk ke dalam usus
dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas hormonal mukosa usus
13
kueang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M) dan
selanjutnya ke lamina propia. Kuman berkembang biak dan oleh sel – selfagosit
.
14
5. WOC
Lambung
Bakteri masuk
6. Manifestasi Klinis
Menurut Lestari (2016), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul
a. Demam
Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut pada umumnya yaitu: demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut. Pada
minggu kedua didapatkan suhu badan meningkat gejala-gejala menjadi lebih jelas
berupa demam, bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan
berupa somnolen, stupor, koma, atau dilerium. Dalam minggu ke tiga demam
1. Panas lebih dari tujuh hari, biasanya mulai dengan suhu yang semakin hari
3. Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sapai
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
16
c. Gangguan kesadaran
Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu
7. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal: perdarahan usu, perporasi usu dan siklus ilius parataltik
uremia hemolitik
2016).
sebagai dari proses pengumpulan data. Perawat harus waspada terhadap hasil
17
dalam menilai normal atau sedikit menurun. Untuk nilai HB pada anak-
anak adalah 10-16 gr/dL, nilai normal untuk leukosit pada anak-anak
400.000/Mel darah
2) Tes fungsi hati (SPOT) sering kali meningkat, tetapi akan kembali
menjadi normal setelah sembuh. Nilai normal SPGOT 5-40 u/l Kenaikan
b. Uji widal
demam thypoid. Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32, 1/64, 1/60,
1/320, 1/640. Peningkatan titer uji widal 4x dinyatakan (+). Titer 1/60 masih
dilihat dulu dalam satu minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada
trobositopenia
9. Penatalaksanaan medis/keperawatan
perdaarahan usus atau perforasi usus, mobilisasi bertahap bila tidak panas, dengan
pulihnya kekuatan pasien, diet pada permulaan, diet makanan yang tidak
merangsang saluran cerna dalam bentuk sering atau lunak, makanan dapat
a. Perawat
1) Klien diistirahatkan tujuh hari dampai demam tulang atau 14 hari untuk
1) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
b. Diet
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
tujuh hari
c. Obat obatan
minggu.
1. Pengkajian
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan
klien. data yang ditemukan pada pasien dengan demam thypoid adalah sebagai
a. Identitas
b. Keluhan utama
demam 8-9 hari, anorexia, mual, perasaan tidak enak diperut, pucat (anemia),
kepala pusing, nyeri otot dan tandanya lidah thypoid (kotor), ujung tepi
koma.
Apakah didalam keluarga ada yang pernah atau sedang menderita penyakit
Pada usia 4 tahun atau 38 bulan, anak dapat: mengayuh speda roda tiga
berdiri satu kaki tanpa berpegangan selam 2 dutik atau lebih, dapat anak
menyebutkan nama lengkap tanpa di bantu dan dapat anak menggunakan baju
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah
kotor dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status
nutrisi berubah.
21
4) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang air kecil akan menjadi referensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan berpengaruh pada anak.
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Anak tidak enak badan, tampak lemah, lesu, nyeri kepala, suhu
bersemangat.
2) Tingkat kesadaran
3) Kepala
4) Mata
5) Hidung
6) Telinga
7) Mulut
8) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan tidak terlihat otot bantu.
9) Dada
10) Ab domen
konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi di dapatkan
11) Ekstremitas
12) Genetalia
2. Diagnosa Keperawatan
mengatasi kebutuhan spsifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan
atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
dapat temukan pada anak demam thypoid berdasarkan respon pasien yang
3. Perencanaan
Tabel2.1PerencanaanKeperawatanpadaPasienThypoid
. Diagnosa Perencanaan
NO Keperawatan TujuandancriteriaHasil Intervensi Rasional
NOC NIC
1 Hipertermi NOC: NIC:
berhubungan Thermoregulation Temperatureregulation
denganproses Targetpenilaian: 1. Monitorsuhupalingtidaksetiap6 1. Untuk menghindari terjadinya
infeksivirus 1.Sangatterganggu jam,sesuaikebutuhan penurunan dan peningkatan suhu
(salmonella 2.Gangguanbesar tubuh yang mendadak dan
3.Cukupterganggu berlebihan
4.Sedikitterganggu 2. Pasangalatmonitorsuhuintisecara 2. Untuk memastikan suhu tubuh
5.Tidakterganggu kontinusesuaikebutuhan pasiendalamkeadaannormal
Nilaiyangdiharapkan4 3. Monitorvitalsign(Nadi, 3. Menghindari Nadi, Pernafasan,
sampai5 Pernafasan,Tekanandarahdansuhu) Tekanan darah dan suhu dalam
Pringkatkeseluruhan keadaanabnormal
1.Berkeringatsaatpanas 4. Monitorsuhu,warnakulitdan 4. Menghindari perubahan suhu
2.Denyutjantungapical laporkanadanyatandagejaladari secara mendadak danmemastikan
3.Denyutjantungradical hipotermidanhipertermi tingkat suhu tubuh pasien dalam
2
5
4.Tingkatpernafasan keadaannormal
5.Melaporkan kenyamanan 5. Informasikanmengenaiindikasi 5. Agar pasien bisa melakukan
suhu adanyahipotermidanpenanganan tindakan mandiri saat terjadi
KriteriaHasil: emergensinyayangtepat,sesuai hipotermi.
- Statusneurologis kebutuhan
- Statusneurologisotonom 6. Tingkatkanintakecairanyangdan 6. Menghindari kekurangan jumlah
- Tandatandavital nutrisiyangadekuat intakedanoutputyangdibutuhkan
7. Kolaborasidengandokter 7. Untukmencegah terjadinyakejang
pemberianpiretik berulang
8. Mengkomprespasiendipembuluh 8. Menghambat pusat simpatis
darahbesar(Paha/aksila) dihipotalamus sehingga terjadi
vasodilitasi dengan merangsang
kelenjarkeringatuntukmengurangi
panastubuhmelaluipenguapan
9. Meningkatkansirkulasiudara 9. Menghindariterjadinyakekurangan
O2padaotak
10.Diskusikantentangpentingnya 10.Agar pasien bisa langsung
pengaturansuhudankemungkinan mengetahui tanda dan gejala dari
efeknegativedarikedinginan epeksuhuyangakandi alami,dan
2
6
melakukantindakanmandiri
11.Berikanpengobatanantiperetik, 11.Untuk membantu suhu tubuh
sesuaikebutuhan kembalikekeadaannormal.
13.Bantuuntukmengidentifikasi jantung
aktivitasyangsesuai.
12.Alat bantu diberikan untuk
14.Bantuklienuntukmembuatjadwal mobilisasi tanpa pengeluaran
latihandiwaktuluang banyakenergy.
15.Bantuklien/keluargauntuk 13.Aktivitas yang disukai akan
mengidentifikasikekurangandalam menambahsemangatberaktivitas
beraktivitas 14.Waktu luangselamadirumshsakit
. menimbulkankejnuhan.
16.Sediakanpenguatanpositifbagiyang 15.Peningkatan kemampuan toleran
aktifberaktivitas. terhadap aktivitas setiap hari
merujuk pada keberhasilan
intervensi.
17.Monitorresponfisik,emosi,sosial 16.Apresiasi positif diberikan untuk
danspiritual. meningkatkan kpercayaan diri
terhadap kesembuhan dan
kelelahan
17.Mengetahui respon toleran
terhadapaktivitas
3
4
i.
4. Implementasi
mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, menyila
keperawatan spesifik yang mencakup tindakan perawt dan tindakan (Bulechek &
5. Evaluasi
keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian. Tahap akhir bertujuan untuk
mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan melihat perkembangan klien. (Potter,
2005)
37
BAB III
TINJAUAN KASUS
Bab III ini memaparkan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak R yang
masuk RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 26 Februari 2017 dengan nomor
register 73 62 04 dan dirawat di ruangan Edelwis RSUD dengan diagnosa medik thypoid.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Umur : 4 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pekerjaan : Honorer
Agama : Islam
3. Keluhan Utama
38
Keluarga pasien mengatakan anaknya sudah demam 10 hari yang lalu demam
4. Riwayat Kesehatan
Orang tua (ayah) mengatakan bahwa An. R demam naik turun sudah
10 hari yang lalu disertai mual dan muntah, sebelum dibawa ke rumah sakit
dan mendapatkan obat penurun demam, setelah obat habis ±3 hari klien
megalami mencret berlendir dan berbau amis. Karena tidak ada perubahan.
Maka tanggal 26 Januari klien dibawak ke RSUD DR. M Yunus melalui IGD
pada pukul 17.10 WIB. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan uji widdal test
KA_EN 3B 10tt/mnt, injeksi aspirin 3x250 mg, injeksi gentamicin 10mg dan
10 hari yang lalu dengan suhu 38ᴼ C, kepala pusing, lidah kotor ditengah,
Genogram
Bagan 3.1 genogram keluarga
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Garis keturunan
d) Riwayat imunisasi
1 kali pada umur 2 bulan. Imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pada umur
campak baru satu kali pada umur 9 bulan. Kesan imunisasi pada pasien ini
a) Pertumbuhan fisik
1) Berat badan
Sekarang : 11 kg
Untuk pertumbuhan fisik berat badan klien setiap bulannya ibu klien
2) Tinggi badan
40
Sekarang : 87 cm
Untuk pertumbuhan fisik tinggi badan klien setiap bulannya ibu klien
3) Lingkar kepala : 49 cm
2) Duduk : 7 bulan
4) Berdiri : 10 bulan
lupa
6. Riwayat alergi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi pada klien baik berupa makanan,
7. Riwayat operasi
8. Riwayat kehamilan
a) Pre Natal
secara teratur sebanyak 4 kali ke bidan dan rutin minum vitamin dan
41
b) Intra Natal
berat badan lahir 2.500 gr, umur kehamilan cukup bulan (9 bulan)
c) Post Natal
Menurut ibu pasien, An. R mendapat air susu ibu hingga umur 6 bulan.
Umur 6 sampai 10 bulan pasien mendapat ASI dan bubur susu buah- buahan
seperti pisang. Umur 1 sampai 2 tahun mendapat ASI dan nasi biasayang
9. Reaksi hospitalisasi
sekarang. Orangtua klien terutam ibu klien selalu menemani klien selama
klien dirawat dirumah sakit dan ibu klien sangat berharap anaknya cepat
dengan ciri ciri anak ketakutan dan tidak mau bermain maupun di ajak
kekuatan/lemah.
42
Anak biasanya diberi makan nasi, sayur, lauk, dan minum air putih
dan susu. Selama dirumah an. R tidak pernah memiliki keluhan dan
Selama di Rumah sakit An.R diberi bubur, sayur dan lauk. An. R
sering menolak dan hanya memakan 2-3 sendok saja. An. R juga minum
hanya 4 gelas air putih ±400cc dan menolak meminum susu. Jenis
b. Pola Eliminasi
kuning, berbau khas, dan tidak ada penggunaan alat bantu. Selama di
Rumah sakit frekuensi BAK lebih dari 6x/hari, jumlah ±100cc, warna
frekuensi BAB An.r lebih dari 3x/hari sebanyak 200cc, konsistensi cair,
CM = 1440 cc
BAB ±200 cc
43
IWL 330
IWL : 30 x BB = 30 x 11 = 330cc
CK = 1440
= 1440-1440 = 0 ( BALANCE)
selama 1-2 jam pada siang hari, dan 9-10 pada malam hari, kebiasaan tidur
anak harus ditemani tidur oleh orang tua sampai anak tertidur, dan tidak
siang hari dan kurang dari 8 jam pada malam hari, kebiasaan sebelum
tidur anak harus ditemani orang tua, dan ibu mengatakan anaknya sering
kesadaran compos metis, tanda tanda vital : nadi 100x/mnt, pernafasan 21x/mnt, suhu
Pemeriksaan fisik sistem penglihatan ditemukan posisi mata simetris kiri dan
kanan, kelopak mata tidak ada edema dan tidak ada nyeri tekan, pergerakan bola mata
simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, kornea bening, scelera ikterik,
44
pupil isokor, fungsu penglihatan baik, reaksi pupil terhadap cahaya baik mengecil
Pengkajian sistem pendengaran pasien adalah telinga simetris kiri dan kana,
membran timpani utuh, tidak ada cairan telinga, fungsi pendengaran baik saat
disebutkan angka dengan berbisik jarak perawat dengan pasien 1 meter dan tidak
ada pemakaian alat bantu pada sistem pendengaran. Sistem wicara baik, pasien
dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik dengan jawaban yang jelas.
Sistem pernafasan : jalan nafas baik, tidak menggunakan otot bantu pernafasan,
tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, kapilari refill <3 detik,
pemeriksaan jantung : bunyi jantung 1 dan 2 murni tidak ada bising, irama teratur,
perkusi dulness.
Pemeriksaan sistem pencernaan yang meliputi mulut tidak ada caries, lidah
kotor (bagian pinggir lidah kemeraham dan bagian tengah berwarna kuning
Sistem urogenital pasien BAK 5x/Hari tidak menggunakan kateter, tidak ada
distensi kandung kemih, tidak ada sakit pinggang dan warna urine kuning.
Sistem integumen, turgor kulit baik, warna kulit secara keseluruhan sama, kondisi
pemasangan infus baik tidak ada plebitis pada daerah pemasangan infus.
Ekstremitas atas pasien tangan kiri pasien terpasang infus, ekstremitas atas dan
a) Pemeriksaaan labolatorium
27 januari 2017
16,0 gr/dl
54%
13. Therapi
T A N G G A L
N O C ara T E R A PI D O SIS
27-01- 28-01- 29-02- 30-01-
2017 2017 2017 2017
2
A m p i cili n 3 x 4 0 m g (I V ) √ √ √ √
3 G e n t a m i sil 3 x 4 0 m g (I V )
√ √ √ √
B. ANALISA DATA
- Membran mukosa
kering
- Pasien tampak lemas
- BB 11 Kg
3 Ds : Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas
- An. R mengatakan
tubuhnya terasa
lemas
Do :
- Pasien tampak lemas
lemas
- Pasien hanya
berbaring tidur
- N 100x/mnt, RR,
21x/mnt, suhu 38ᴼC
- Konjungtiva anemis
- Kebutuhan pasien
dibantu keluaga
C. Diagnosa Keperawatan
-Klientidakadahambatanketikaminum
paracetamolsirup
A:Masalahbelumteratasi(thermogulasipada
level3cukupterganggu)
P:IntervensidilanjutkanNo1,4,5,6,7
II 16.20 1. Mengobservasimembranmukosa,keadaan S:
WIB lidah,turgorkulitdankeadaanrambut - Ibuklienmengatakan anaknyahanyamakan
2. Mengkajimualdannausia lebihdari3sendok±6-7sendok
17.30 3. Melakukanpenimbanganberatbadan - Ibuklienmengatakananaknybelumada
WIB nafsumakan
14.00 4. Menanyakanporsimakanpasien O:
WIB - An.Rmakan≥5sendok,
17.45 5. Menganjurkankeluargamemberimakan - mukosakeringdanklienmasihmerasa
WIB sedikittapisering mual,lidahtidakkotorlagi
17.45 6. Menganjurkankeluargaagarmelarangpasien - BB11Kg
WIB makanasamdanpedas - Porsimakanyangdiberikanbelum
19.20 dihabiskan
WIB A:Masalahbelumteratasi(statusnutrisidengan
17.50 7. Membantukeluargamemberimakansore level3:cukupmenyimpangdarirentang
WIB pasienyangdiberikandariahligizi normal)
P:IntervensidilanjutkanNo:1,2,3,4,5,6
5
8
III 16.00 1. Mengkajikemampuanpasienuntuk S:
WIB melakukanaktivitas,catatjikaterjadi - Ibuklienmengatakananaknyabelumbisa
kelelahankeletihandansulitberaktivitas beraktivitassecaramandiri
16.10 2. Mengkajikehilangan/gangguang O:
WIB keseimbangangayajalandankelemahanotot - Pasienhanyatidurditempattidurdan
20.00 3. Menganjurkankeluargauntukmembantu ditemaniibunya
WIB pasiendalamtirahbaring - Keluargaterutamaibuklientampak
19.40 4. Menganjurkanpasienmelakukanaktivitas membantusemuakeperluanklien
WIB sesuaidengankemampuan - Ibuklienberadadisampingklienterus
14.15 5. Mendekatkankeperluanpasiendalam - Keperluanpasienberadadidekatpasien
WIB jangkauannya. A:Masalahbelumteratasi(indikator2.Banyak
18.50 6. MembantuaktivitaspasiendalamBAK terganggu)
WIB P:intervensidilanjutkanNo:1,2,4,5,6
5
9
Namapasien :An.R Umur :4thn
Dx.Medis :thypoid Ruangan :Edelwis
3.8TabelImplementasihariketiga(29januari2017)
No Pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
I 14.00 1. Mengkajisuhutubuh,nadidanRRsetiapdua
WIB jam S:
2. Mengkajiwarnasuhukulit - Ibuklienmengatakananaknyatidakpanas
lagidarisorekemaren
3. Menghitungintakedanoutputcairansetiap O:
24jam - suhu36,8ᴼC akralhangat,nadi89x/mnt,
14.10 4. Menganjurkanpasienuntuk 400cc RR23x/mnt
WIB 5. Melakukankomprespadaaxiladanlipatan - obatoraldaninjeksimasuksesuaidengan
15.40 pahaselamademamberlangsung intruksi
WIB 6. Menjalankaninstruksimemberikan A:masalahteratasi(thermogulasipadlevel5;
18.00 paracetamolsyrp tidakterganggu)
WIB 7. MenjalankaninstruksimemasukanobatIV P:intervensidihentikandengannilaitermugulasi
18.05 lewatselanginfuse 5(tidakterganggu)
WIB Ampicilin
Gentametamisilin
6
0
16.20 1. Mengobservasimembranmukosa,keadaan S:
WIB lidah,turgorkulitdankeadaanrambut - Ibuklienmengatakan anaknya
2. Mengkajimualdannausia menghabiskandariporsimakanyang
17.30 diberikandansudahmemakanmakanan
WIB 3. Melakukanpenimbanganberatbadan cemilan.
14.00 O:
WIB 4. Menanyakanporsimakanpasien - Kliennampakmenghabiskanmakanandari
17.45 porsiyangdiberikan
WIB 5. Menganjurkankeluargamemberimakan - Klinnampaksudahmemakancemilandari
17.45 sedikittapisering luar
WIB 6. Menganjurkankeluargaagarmelarangpasien - Mukosabasah
19.20 makanasamdanpedas - Mulutbersihtidakadabekasmakanan
WIB Membantukeluargamemberimakansore - Lidahbersih
pasienyangdiberikandariahligizi A:Masalahteratasidenganlevelnutrisi5(
sepenuhnyaadekuat)
P:intervensidihentikan
16.00 1. Mengkajikemampuanpasienuntuk
WIB melakukanaktivitas,catatjikaterjadi S:
kelelahankeletihandansulitberaktivitas -Ibuklienmengatakanaktivitasanaknya
16.10 2. Mengkajikehilangan/gangguang sebagianmasihdibantu
WIB keseimbangangayajalandankelemahanotot O:
6
1
3. Menganjurkankeluargauntukmembantu - Klienterlihatsudahdudukdipangkuan
pasiendalamtirahbaring - Klienmasihlemah
19.40 - Klientidakmelakukanaktivitasapapun
WIB 4. Menganjurkanpasienmelakukanaktivitas selaindudukdanmemainkanhandphone.
14.15 sesuaidengankemampuan A:Masalahteratasisebagian(indikator4.
WIB 5. Mendekatkankeperluanpasiendalam Sedikitterganggu)
18.50 jangkauannya. P:intervensidilanjutkanNo:1,4,
WIB 6. MembantuaktivitaspasiendalamBAK
6
2
Namapasien :An.R Umur :4thn
Dx.Medis :thypoid Ruangan :Edelwis
3.9 tabelImplementasiharikeempat(30-01-2017)
No Pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
III 08.00 1. Mengkajikemampuanpasienuntuk
WIB melakukanaktivitas,catatjikaterjadi S:
kelelahankeletihandansulitberaktivitas - Keluargamengatakananaknyasudahberjalan
2. Mengkajikehilangan/gangguang jalandaritempattidur
keseimbangangayajalandankelemahan - Keluargamengatakananaknyatidakadakeluhan
otot lagi
3. Menganjurkankeluargauntukmembantu O:
pasiendalamtirahbaring - klientampakberjalanbermainmaindisekitar
4. Menganjurkanpasienmelakukanaktivitas tempattidur
sesuaidengankemampuan - keluarganampakbersemangatmendengarkan
08.15 5. Mendekatkankeperluanpasiendalam penkestentangpenyakitthypoid
WIB jangkauannya.
6. Mengkajitempatterpasangnyainfusklien A:masalahteratasi(indikator5: tidakterganggu)
7. Memberikanpenkestentangsekilas
6
3
penyakitthypoid P:intervensidihentikanpasienpulangatasperintah
09.15 dokter
WIB
09.20
WIB
64
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan tindakan proses
keperawatan pada asuhan keperawatan yang dilakukan mulai tanggal 27 januari 2017 di
ruang edelwis RSUD DR. M Yunus Kota Bengkulu. Penerapan proses keperawatan dalam
asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung gugat perawatan yang
terdiri dari tahap pengkajian keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi ( Potter
A. Pengkajian
Menurut Ester (2006) tanda dan gejala yang timbul secara bertahap dalam waktu 10-
14 hari setelah infeksi. Gejala bisa berupa demam, seringkali (39 atau 40° C), sakit kepala,
lemah, sakit tenggorokam, nyeri otot, anoreksia, mual muntah, batuk, epitakis, nyeri perut,
diare ( terutama anak-anak) atau konstipasi / sembelit ( terutama orang dewasa), lidah
ditutupi selaput kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati limpa membesar
Pada saat melakukan pengkajian An. R di dapatkan tanda dan gejala demam lebih dari
10 hari, saat dikaji suhu tubuh An. R 38° C, kepala pusing, anoreksia, lidah kotor di tengah
dan kemerahan di pinggir, mual dan lemas. Selama penulis melakukan asuhan keperawatan
dari tanggal 27s/d30 Febuarai 2017, penulis tidak pernah menemukan suhu badan An. R
39-40°C seperti apa yang tertera pada teori, hal ini disebabkan karena An. R sudah
beberapa hari mendapatkan perawatan di rumah sakit dan di berikan terapi obat antibiotic
Menurut Herisson (2004), pada kasus Thypoid pemeriksaan laboratorium yng meliputi
pemeriksaan darah rutin seperti kadar hemoglobin, leukosit dan trombosit bisa dalam nilai
normal atau sedikit menurun. Pada anak-anak leukosit biasa meningkat sampai 20.000-
65
25.000/mm3. Kadar trombosit yang rendah munkin berhubungan dengan derajat keparahan
penyakitnya. Tes fungsi hati (SPOT/SGPT) sering kali meningkat. Uji widal yaitu alglutin
O dan H yang di gunakan untuk diagnosis Thypoid semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan terinfeksi kuman ini, dan pemeriksaan darag tepi, pemeriksaan sumsum
tulang, biakan empedu terdapat hasil salmonella thyposa pada urin dan tinja.
seperti HB, Hemotokrit, Leukosit, trombosit dengan nilai normal dan uji widal terdapat
positif alglutini S. Typhi O, S. Typhi C O dan S. Typhi CH, sedangkan pemeriksaan yang
lain tidak dilakukan karena kondisi An. R semakin membaik setelah mendapatkan perawatan.
Penatalaksanaan medis secara teoritis pada klien thipoid dilakukan sesuai dengan diet
dan terapi penunjang ( sistomatis dan suportif ) pertama pasien diberikan bubur saring,
kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai tingkat keseimbangan pasien, juga
diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung kesadaran umum
mempercepat penyembuhan, terapi yang harus diberikan Ampicilin dosis 50-150 mg/kg
Pada kasus An. R terapi obat yang diberikan secara parenteral (intravena) adalah
diberikan sirup paracetamol 3x1 ½ cth untuk mengurangi suhu tubuh yang tinggi.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut (Potter & Perry 2005) Daignosa keperawatan adalah pernyataan mengurangi
respon aktual atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai
izin untuk menguasainya., diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan NANDA NIC
NOC yaitu hipertermi berhubungan proses infeksi virus salmonella thypi, ketidak
dengan pemasukan yang kurang, mual, munth, gangguan eliminasi BAB : Diare.
Dalam kasus penulis tidak mengangkat diagnos nyeri akut karena belum adanya tanda
tanda nyeri yang di tunjukan oleh klien hal itu terdapat dari pengkajian pisik data subjektif
dan objektif yang tidak menunjukan tanda tanda nyeri baik pada abdomen dan kepala.
Penulis juga tidak mengangkat diagnosa pola eliminasi/diare dari data subjektif dan
objektif penulis juga tidak menemukan tanda tanda diare pada saat melakukan pengkajian
dan melakukan implementasi selama 3 hari. Penulis juga tidak mengangkat daiagnosa
kekurangan volume cairan karena dari penghitungan balance cairan penulis mendapatkan
cairan masuk dan keluar balance dengan hasil CM 1440 dan CK 1440. Beberapa teoritis pada
oleh data subjektif : Ibu An. R mengatakan mengatakan sudah demam 10 hari,
Kulit teraba panas dan hangat Kepala pusing k/u : lemah dan widal test 1/320
(positif)
: ibu An. R mengatakan anaknya hanya memakan 2-3 sendok dari porsi yang
disediakan dan An. R mengatakan terasa mual, data objektif : Klien hanya makan
2-3 sendok dari porsi yang disediakan, Lidah tengah klien kotor, Membran
tampak lemas lemas, Pasien hanya berbaring tidur ,N 100x/mnt, RR, 21x/mnt,
C. Intervensi
kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan yang penulis
lakukan pada An. R sama dengan landasan teori, karena tindakan keperawatan tersebut
telah sesuai SOP ( Standar Oprasional Prosedur ) yang ditetapkan. Intervensi yang
tubuh adalah penulis mengharapkan termogulasi dengan nilai 5 ( tidak ada gangguan ),
penulis mengkaji TTV klien setiap 2 jamMemonitor suhu tubuh, nadi dan RR setiap dua
jam, Memonitor warna suhu kulit setiap enam jam, Memonitor intake dan output cairan
setiap enam jam, Menganjurkan pasien untuk banyak meminum air putih, Mengompres
mukosa, keadaan lidah, turgor kulit dan keadaan rambut, Mengkaji mual dan nausia,
agar melarang pasien makan asam, pedas dan Membantu keluarga memberi makan
aktivitas, catat jika terjadi kelelahan keletihan dan sulit beraktivitas, Mengkaji
keluarga untuk membantu pasien dalam tirah baring, Menganjurkan pasien melakukan
D. Implementasi
68
Implementasi adalah pengolahan data dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari
tubuh nadi dan rr, memonitor warna suhu kulit setiap enam jam, memonitor intake dan
output cairan setiap enam jam, menganjurkan pasien untuk banyak meminum air putih,
mengompres pasien di axila atau lipatan paha, memberikan paracetamol syrp dan
keperawatan yang dilakukan menkaji keadaan umum, memeriksa turgor kulit, menimbang
berat badan, menanyakan porsi makan, menganjurkan klien memberikan makanan sedikit
tapi sering, memberikan penkes mengenai makanan yang belum boleh diberikan dan
berkolaborasi dengan ahli gizi dan implementasi yang diberikan sesuai dengan
perencanaan untuk mencegah resiko menjadi aktual. Pada diagnosa ketiga Intoleransi
kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas, catat jika terjadi kelelahan keletihan dan
kelemahan otot, Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam tirah baring,
keperluan pasien dalam jangkauannya dan Membantu pasien dalam melakukan aktivitas
sehari hari.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam pelaksanaan keperawatan An. R yaitu
pasien kooperatif, kerja sama yang baik antara penulis dengan perawat ruangan dan
data medis dari Dokter serta partisipasi dari keluarga klien memberikan asuhan
An. R
E. Evaluasi
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam
Pada diagnosa yang didapat saat pengakajian hari pertama terdiri atas 3 diagnosa
thypi, Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan
anoreksia dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Kemudian Pada
Evaluasi pada An. R di mulai dari hari pertama sampai hari kempat, evaluasi hari
pertama, kedua dan ketiga diagnosa belum teratasi dan intervensi dilanjutkan, pada hari
ketiga diagnosa hipertermi masih teratasi sebagian di temukan suhu 37,3ᴼ C, diagnosa
kedua juga belum teratasi karena di temukan An. R hanya memakan ½ porsi dari yang
diberikan dan diagnosa ketiga belum juga teratasi karena An. R hanya berbaring
ditempat tidur dan pada evaluasi hari keempat atau hari terakhir, pada diagnosa hipertermi
ditemukan suhu turun menjadi 36,7ᴼ C, diagnosa kedua juga maslah teratasi karena An.
R sudah menghabiskan porsi makan dan sudah memakan cemilan sesuia dengan selerany
sendiri sedangkan diagnosa ketiga masalah belum teratasi semuanya karena aktivitas
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian data yang diperoleh pada pasien merupakan langkah awal yang
ditempuh oleh penulis untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan agar asuhan
keperawatan dapat ditegakkan. Dan hasil dari data pengkajian keperawatan yang
timbul pada pasien dengan thypoid tidak selamanya sama dengan konsep teori yang
ada tepatnya pada An. R dengan kasus pneumonia di ruang Edelweis RSUD dr. M.
2. Diagnosa Keperawatan
kelemahan fisik
3. Perencanaan Keperawatan
berdasarkan teori yang ada. Namun, penulis hanya menyesuaikan perencanaan yang ada
rencana yang tidak dapat dilakukan penulis karena penulis tidak dapat melakukan
4. Implementasi Keperawatan
5. Saran
1. Bagi perawat
dalam menanggani kasus pada Anak terutama thypoid. Peran perawat sangat
berkelanjutan. Selain itu perawat juga harus bekerja sesuai dengan SOAP dan
Thypoid pada anak di Indonesia, khususnya kota Bengkulu. Salah satu caranya
dengan Thypoid.
72
Daftar Pustaka
Nursalam. Proses dokumentasi keperawatan, proses dan praktek edisi 1. Selemba merdeka
jakarta. 2001
Rekap Medis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, 2016 Angka Kejadian Penyakit thypoi
Nursalam. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anaka (Untuk keperawatan dan bidan). Salemba
Medika. 2005
Brunner & Suddarth, 2003 Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Kedokteran EGC
Wilkinson Judith M. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria NOC. Jakarta: EGC
Judith, M, wilkinson. 2011. Buku saku keperawatan NIC-NOC, Alih bahasa Wijayanti, S.
Kp, M. Kes, dkk. Editor edisi bahasa Indonesia Ns. Eny Meliya dan Monica Este.
EGC : Jakarta
LAMPIRAN