Você está na página 1de 85

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID PADA ANAK DI RUANG


EDELWIS RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
TAHUN 2016

Disusun Oleh :

ANGGA SAPUTRA
NIM. P05120214033

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN
BENGKULU
2017

I
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID PADA ANAn. R DI RUANG
EDELWIS RSUD DR. M. YUNUS PROVINSI N BENGKULU
TAHUN 2017

DIPERSIAPKAN DAN DIPRESENTASIKAN OLEH :

ANGGA SAPUTRA
NIM. P05120214033

Laporan Karya Tulis Ilmiah Ini Telah dipriksa dan disetujui untuk
dipersentaskandi hadapan tim penguji politeknik kesehatan bengkulu jurusan
keperawatan Oleh dosen pembimbing karya tulis ilmiah

Dosen Pembimbing Karya Tulis Imliah

Pembimbing

Ns. Mardiani, S.Kep., MM


NIP. 197203211995032001

II
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada anak dengan demam thypoid RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu tahun 2016”.
Penyusunan proposal ini Penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan baik
materi maupun nasehat dari berbagai pihak sehingga dapat diselesaikan proposal ini
tepat pada waktunya. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Darwis, S.Kp, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal S.Kp,M.Ph selaku ketua jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
3. Mam Ns.Mardiani S.Kp,MM selaku kepala prodi DIII Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu. Sekaligus selaku pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dengan penuh kesabaran dan perhatian kepada Penulis dalam
menyusun proposal ini.
4. Seluruh Dosen dan staf prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
5. Untuk Kedua orang tua terhebat dan tercinta yang seperti motivator, dan selalu
ada menyeport dalam keadaan apapun.
6. Seluruh mahasiswa/i seperjuangan dan adek tingkat Poltekkes Kemenkes
Bengkulu Prodi DIII Keperawatan bengkulu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini
masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan, maupun pencapaian teori
yang mendasar. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi perubahan yang baik di masa yang akan dating
dan agar Penulis dapat berkarya lebih baik lagi. Akhir kata Penulis berharap
semoga proposal ini dapat dilaksanakan penelitiannya dengan lancer
dan dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

III
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…......................................................................................I
HALAMAN PERSTUJUAN…..........................................................................II
HALAMAN PENGESAHAN…........................................................................III
KATA PENGANTAR…....................................................................................IV
DAFTAR ISI…...................................................................................................V
DAFTAR GAMBAR…......................................................................................VII
DAFTAR BAGAN….........................................................................................VIII
DAFTAR TABEL…...........................................................................................IX
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Batasan Masalah ........................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................4
D. Manfaat......................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi......................................................................................6
B. Konsep Dasar Penyakit.............................................................................11
1. Pengertian............................................................................................11
2. Klasifikasi...............….........................................................................12
3. Etiologi ........................................…....................................................13
4. Patofisiologi.........................................................................................13
5. WOC....................................................................................................16
6. Manifestasi Klinis.................................................................................17
7. Komplikasi............................................................................................18
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang......................................................19
9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan............................................21
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian.............................................................................................23
2) Diagnosa Keperawatan..........................................................................27

IV
3) Perencanaan Keperawatan.....................................................................27
4) Implementasi Keperawatan...................................................................37
5) Evaluasi Keperawatan...........................................................................37
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Kasus..............................................................................38
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................48
C. Perencanaan Keperawatan.................................................................49
D. Implementasi Keperawatan...............................................................52
E. Evaluasi Keperawatan.......................................................................52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengkajian Kasus..............................................................................59
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................60
C. Perencanaan Keperawatan................................................................61
D. Implementasi Keperawatan...............................................................62
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................64
B. Saran.................................................................................................65
Daftar Pustaka......................................................................................................66
Lampiran...............................................................................................................67

V
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Halaman
2.1 Anatomi fisiologi sistem 6
pencernaan
2.2 Anatomi fisiologi usus 8
kecil dan usus besar

VI
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Halaman
2.1 WOC Thypoid 16
3.1 Genogram 40

VII
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Halaman
2.1 Perencanaan Keperawatan pada 27
penanganan demam thypoid
2.2 Intervensi keperawatan 28

3.1 Hasil pemeriksaan laborattorium 46

3.2 Table obat 46

2.2 Analisa data 47

3.4 Diagnosa keperawatan 48

3.5 Intervensi 49

3.6 Implementasi hari pertama 52

3.7 Implementasi hari kedua 54

3.8 Implementasi hari ketiga 56

3.9 Implementasi hari keempat 58

VIII
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada

pencernaan dan gangguan kesadaran serta merupakan penyakit infeksi akut pada

usus halus. Demam thypoid ini merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh

infeksi salmonella typhi, (Lestari, 2016).

Menurut World Healt Organization (WHO) 2014, demam thypoid

merupakan penyakit infeksi yang diakibatkan oleh bakteri samonella typhi. Penyakit

ini ditransmisikan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses atau

urin dari orang yang terinfeksi. Diagnosis demam thypoid ditegakkan berdasarkan

riwayat demam tujuh hari atau lebih dengan minimal satu dari gejala atau tanda

terkait thypoid seperti diare, mual muntah, nyeri perut, anaroksia, konstipasi, perut

kembung, hepatomegali atau spenomegali. Diagnosis juga dapat ditegakkan melalui

hasil pemeriksaaan laboratorium, sebagai pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaaan kultur darah untuk melihat biakan salmonella typhi O ≥ 1/320, tanpa

disertai kesadaran menurun, kejang, perdarahan usus berupa melena atau perforasi

usus, syok dan koma.

Penyakit ini di Indonesia bersifat endemik dan merupakan masalah kesehatan

masyarakat. Penyakit ini termasuk penyakit yang menular yang tercantum dalam

Undang-Undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor 364/MENKES/SK/V/2006 tentang pedoman

pengendalian thypoid yang merupakan penyakit yang mengancam kesehatan

masyarakat di Indonesia (Permenkes, 2006).


2

Di indonesia sendiri, penyakit ini bersifat endemik penderita dengan thypoid

sebanyak 81,7 per 100.000 ( Depkes RI, 2013). Berdasarkan profil kesehatan indonesia

tahun 2010 penderita thypoid yang di rawat dirumah sakit sebanyak 41.081 kasus dan

279 diantaranya meninggal dunia (Depkes RI, 2010).

Di Indonesia, thypoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak,

karen penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan masyarakat.

Permasalahannya semakin kompleks dengan meningkatnya kasus-kasus karier

(carrier) atau relaps dan ristensi terhadap obat-obat yang di pakai, sehingga

menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan. Pada tahun 2008, angka kesakitan

thypoid di Indonesia dilaporkan 81,7 per 100.000 penduduk, dengan sebaran

menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (2-4 tahun), 180,3/100.00 (5-15

tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini menunjukan penderita terbanyak

adalah usia 2-15 tahun. ( Jorenal litbang Depkes 2016)

Berdasarkan data dari rekap medis di rumah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

penderita demam thypoid pada umur 1-15 tahun dari tahun 2013-2015 dapat

digambarkan sebagai berikut; tahun 2013 terdapat 264 kasus (laki laki 141 orang,

perempuan 123 orang); tahun 2014 terdapat 249 kasus (laki-laki 140 orang, perempuan

109); dan tahun 2015 terdapat 264 kasus (laki laki 154 orang, perempuan

110 orang). Dari hasil data yang ada di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu dapat dilihat

bahwa prevalensi penyakit thypoid ini masih digolongkan tinggi.

Dari survei awal di ruang Edelwis RSUD Dr. M. Yunus, peran perawat kurang

bagus dalam melakukan intervensi keperawatan seperti pendidikan kesehatan

(penkes) pada keluarga pasien yang hendak pulang dan memberi pengajaran sederhana

jika pasien panas seperti: kompres hangat di tempat pembuluh darah yang besar dan

perawat RSUD DR. M. Yunus juga dalam menangani kurang dalam berkolaborasi

dengan tim medis dan pemberian nutrisi dengan ahli gizi. Maka dari itu diperlukan

asuhan keperawatan yang tepat dalam penanganan penyakit


3

thypoid. Peran perawat sangatlah penting diantaranya adalah: memberikan

pendidikan kesehatan masyarakat tentang personal hygine, penjelasan tentang

peningnya kebutuhan cairan, pentingnya memilih makanan yang bermutu dan

bergizi, penjelasan tentang tidak menganggap remeh demam thypoid terutama pada

anak-anak, memberikan penjelasan faktor-faktor penyebab dan pencegahan demam

thypoid dan memberikan motivasi, dorongan dan keyakinan bahwa seseorang pasien

harus tetap bersemangat dan selalu berusaha memperoleh kesembuhan dan kesehatan

yang utuh, maka dari itu penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah untuk

meningkatkan pengetahuan mahasiswa/i, masyarakat dan pelayan instansi rumah

sakit yang terkait.

B. Batasan Masalah

Studi kasus ini penulis membatasi hanya melakukan asuhan keperawatan pada

pasien demam thypoid di ruang Edelwis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016.

C. Tujuan Penulis

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan demam thypoid di

ruang Edelwis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan dan mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak thypoid

b. Melaksanakan dan mengskripsikan perumusan diagnosa keperawatan

dengan anak thypoid

c. Merencanakan asuhan keperawatan pada anak demam thypoid

d. Melakukan implementasi rencana perawatan yang telah dibuat pada anak

demam thypoid

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada anak demam thypoid

f. Melakukan dokumentasi asuhan perawat pada anak dengan demam thypoid


4

D. Manfaat Bagi penulis

1. Bagi akademik

a. Mahasiswa mampu menerapkan konsep pembelajaran teoritis ke rana

aplikatif dalam proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan

demam thypoid.

b. Memiliki kemampuan berdasarkan pengalaman yang telah didapatkan

cara merawat anak demam thypoid

c. Menumbuhkan sensitivitas (caring) antara perawat dan pasien

d. Meningkatkan pengetahuan tenanga kependidikan dalam memberikan

mata kuliah terutama mata kuliah keperawatan anak dan bisa

meningkatkan pengetahuan mahasiswa yang berada di insitusi tersebut.

2. Bagi perawat / bagian pelayanan kesehatan

hasil karya ilmiah ini diharapkan perawat bisa meningkatkan pemberian

pelayanan yang lebih baik dan mengetahui langkah – langkah yang tepat dalam

pemberian asuhan kepada anak dengan demam thypoid. Pihak manajement

rumah sakit dapat melakukan promosi dan peningkatan tenaga perawat tentang

penerapan askep yang profesional.

3. Manfaat bagi penulis lain

Sebagai bahan acuan dan diharapkan dapat menjadi acuan dalam

mengembangkan penelitian yang serupa baik tentang gambaran peran perawat

dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien thypoid.


5

BAB II TINJAUAN

TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang. Saluran ini dimulai

dari mulut sampai ke dubur (anus) dan berlangsungnya proses pencernaan di

pengaruhi oleh kerja kelenjar-kelenjar besar seperti: kelenjar liur, hati, dan pankreas,

yang muncurahkan sekretnya ke dalam saluran tersebut (Jantambayong,

2001). Organ pencernaan terdiri dari beberapa bagian yang dapat dilihat pada

gambar 1:

Gambar 2.1. Anantomi sistem pencernaan

(Sumbe; Syaifudin, 2006)

Organ-organ sistem pencernaan dapat di jelaskan sebagai berikut

(Syaifudin, 2006);

a. Mulut

Mulut adalah rongga yang diikat secara eksternal oleh bibir, pipi dan

mengarah ke dalam faring. Bagian atasnya di bentuk oleh platum durum dan
6

mole dua pertiga bagian anterior lidah mengisi dasar mulut serta dindingnya

dibentuk oleh otot-otot pipi.

b. Faring

Makanan dikunyah dengan baik dan dilembabkan, lidah menggulungnya

ke dalam bolus dan membanya kearah bagian oral faring. Palatum mole naik

untuk menyambut naso-faring dan epiglotis bergerak ke depan, sehingga bolus

berjalan ke pintu masuk faring yang tertutup dan ke dalam bagian laring dari

faring kemudian masuk ke esofagus.

c. Esofagus

Esofagus adalah kanal muskular dengan panjang ± 25cm, membentang

dari faring ke lambung. Esofagus terletak mulai dari vetebra servikalis keenam

dan turun melalui mediastrium di depan kolumna vertebra dan di belakang

trakea. Esofagus berjalan melalui diafragma pada ketinggian vetebra torakalis

ke-10.

d. Lambung

Lambung adalah saluran cerna yang paling lebar terletak di antara ujung

esofagus dan pangkal usus halus. Lambung berbentuk huruf J dan mempuyai

dua kurvatura. Kurvatura minor membentuk batas kanan dan kuvatura mayor

diarahkan kedepan dan bentuk pertama arkus ke atas dan ke kiri untuk membentuk

fundus lambung, dan berjalan kebawah dan akhirnya memutar ke kanan, ke titik

dimana ia bergabung duodenum. Fungsi lambung memecah lebih lanjut dan

mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar lambung, dalam kontrakssi dan

relaksasi otot, lambung mengirim sebagian makanan cair ini melalui sfingter

ke dalam usus halus dan sebagian mengembalikan ke dalam lambung kembalai

untuk di cerna lebih lanjut, Anatomi usus halus dan usus besar dapat dilihat

pada gambar 2.2;


7

Gambar 2.2 Anatomi usus besar dan usus kecil

(sumber, Syafudin, 2006)

e. Usus kecil

Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem perencanaan

makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya lebih

kurang 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan

absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa

sebelah dalam) lapisan otot melingkar (M. Sirkuler), lapisan otot memanjang (M.

Longitudina) dan lapisan serosa sebelah luar.

1) Duodenum

Bagian kurva yang paling pendek dengan panjang ± 25 cm dan merupakan

bagian usus halus yang paling lebar dan kaku, ketika makanan dari lambung

masuk ke duodenum, hormon-hormon dilepaskan dan secara simultan

merangsang pelepasan empedu dari kandung empedu dan getah pankreas dari

pankreas, hormon-hormon ini: kolesitokinin, sekretin dan hormon lain, yang

disebut peptida inhibisi gastrik.

2) Yeyenum

Usus kosong atau yeyenum adalah bagian dari usus halus, diantara usus

dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum. Pada manusia dewasa,
8

panjang usus halus antara 2-8 meter, 1-2 adalah bagian usus kosong. Secara

histolik pula dapat di bedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel

goblet dan plak peyeri.

3) Ileum

Bagian terakhir dari usus halus pada system pencernaan manusia, ini

memiliki panjang ± 2-4 meter dan terletak setelah duodenumdan yeyem, dan

memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berpungsi menyerap

vitamin B12 dan garam-garam empedu.

f. Usus besar

Usus besar membentang dari ujung ileum sampai ke anus, memiliki

panjang ±1,5 meter. Usus besar membentuk arkus yang melingkupi sebagian

besar usus halus dan di bagi menjadi tujuh bagian.

1) Sekum

Di bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang terbentuk

seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm.

Seluruhnya di tutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak

mempunyai mesenterium.

2) Kolon asenden

Panjang dari kolon asenden ± 15 cm dan lebih sempit dari pada

sekum, kolon ini naik dari sisi kanan abdomen ke permukaan bawah hati dan

melengkung ke kiri lengkungan ini di sebut fleksura heatika.

3) Apendiks (usus buntu)

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum,

mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat di

lewati oleh beberapa isi usus. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap

infeksi kadang apendiks bereaksi hebat dan hyperaktif.

4) Kolon tranversum
9

Panjangnya ±38cm, membujur dari kolon desendens berada di bawah

abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat

fleksura lienalis.

5) Kolon desenden

Panjang dari kolon desenden ± 25cm, terletak di bawah abdomen

bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis dan fleksura

lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.

6) Kolon sigmoid

Merupakan lanjutan dari kolon desenden, terletak miring dalam rongga

pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya

berhubungan dengan rektum

7) Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang berhubungan rektum

dengan dunia luar (udara luar).

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada

pencernaan, dan gangguan kesadaran. ( Lestari, 2016). Demam thypoid adalah

penyakit infeksi akut yang mengenai saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala

demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan atau

tanpa gangguan kesadaran (Brunner & Suddart’s, 2003).

Demam thypoid juga dikenal dengan nama lain yaitu thypus abdominalis,

thypoid fever atau enteric fever. Demam thypoid merupakan salah satu infeksi

yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi di negara yang beriklim tropis yang

mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan berlangsung lebih kurang tiga

minggu yang disertai gejala-gejala pada perut meliputi pembesaran limpa dan
10

erupsi kulit. Demam di sebabkan oleh kuman salmonella thypi, salmonella

paratyphi A dan salmonella paratypi ( Anies, 2008)

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan thypoid adalah penyakit infeksi

yang menyerang usus, penderita yang terinfeksi mengalami demam yang

berlangsung lebih dari satu minggu, suhu tubuh yang di atas normal, dapat

menyebabkan kelainan pada pada otak. Biasanya penyakit ini di sebabkan oleh

bakteri salmonella thypi yang banyak terjadi di negara beriklim tropis.

2. Klasifikasi:

Menurut Fitriangraini(2012), ada 3 macam klasifikasi demam thypoid

dengan perbedaan gejala klinis:

a. Demam thypoid akut non komplikasi

Demam thypoid akut dikarateristikkan dengan adanya demam

berkepanjangan abdominalis, fungsi bowel ( konstipasi pada pasien dewasa, dan

diare pada anak-anak), sakit kepala malise, dan anaroksia. Bentuk bronchitis

bisa terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai

25% penyakit menunjukan adanya rose post pada dada, abdomen dan

punggung.

b. Demam thypoid dengan komplikasi

Pada demam thypoid akut, keadaan munkin dapat berkembang menjadi

komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya,

hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi,

usus dan peningkatan ketidak nyaman abdomen.

c. Keadaan karier

Keadaan karier thypoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.

Karier thypoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmenella thypi difeses.

3. Etiologi
11

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonellathypi. Bakteri

ini adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak

berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang

terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen VI.

Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga acam antigen

tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-

41 ℃ (optimum 37 ℃) dan pH pertumbuhan 6-8 faktor pencetus lainnya adalah

lingkungan, system imun yang rendah, feses, makan/minuman yang

terkontaminasi, dan lainnya bisa menyebabkan demam thypoid (Lestari, 2016)

4. Patofisiologi

Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar

oleh salmonella ( biasanya > 10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat di

musnakan oleh asam HCL lambung dan sebagian masuk ke usus halus . Jika respon

imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan

menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan

berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah

bening mesenterika. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening

mesenterika mengalami hiper plasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah

(bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo

endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang dan limfa melalui sirkulasi portar

dari usus. (Lestari, 2016)

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan

sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa

(splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella thypi berkembang biak dan

masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang

disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala,

sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi). Pendarahan


12

saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang

sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat

berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus dan mengakibatkan perforasi usus.

Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan

komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan dan

gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi

hyperplasia plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan

ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan

terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus

(muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.

Proses bekerja bakteri kedalam tubuh manusia lumayan cepat, yaitu 24-27

jam setelah masuk, meskipun belum menimbulkan gejala tetapi bakteri ini mencapai

organ organ hati, kandung empedu, limpa, susmsum tulang, dan ginjal. Rentang

waktu antara masuknya kuman sampai dengan timbulnya gejala penyakit, sekitar

tujuh hari. Gejalanya sendiri baru muncul setelah sampai enam puluh hari. Masa-

masa itulah kuman akan menyebar dan berkembang biak ke organ tubuh lalu

merangsang sel darah putih mengeluarkan zat interluekin. Zat inilah yang akan

merangsang akan terjadinya gejala demam. Tidak seluruh bakteri salmonella thypi

akan menyebabkan demam thypoid. Saat kuman masuk tubuh berupaya

membrantas kuman dengan berbagai cara misalnya: asam lambung berupaya

menghancurkan bakteri, sementara gerakan lambung berupaya menghancurkan

bakteri, jika upaya ini berhasil, maka orang tersebut akan terhindar dari demam

thypoid. Sebagian kuman juga akan lolos dari lambung dan masuk ke dalam usus

dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas hormonal mukosa usus
13

kueang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M) dan

selanjutnya ke lamina propia. Kuman berkembang biak dan oleh sel – selfagosit

terutama makrofag di lamina profia. (Ester, 2006)

.
14

5. WOC

Makanan & Minuman lalat feses


Kontaminasi bakteri (salmonella)
Mulut
Faring
Esophagus

Lambung

Sembuh Dengan HCL

Bakteri masuk

usus halus Tulang Peradangan pada tulang

peredaran darah Bakterimia Nyeri pada tulang

Mempengaruhi sel darah putih hati Limpe

Mengeluarkan zat Interloukin hepatomegali Splenomegali


Suhu Tubuh meningkat
MK: Nyeri akut
Demam Mobilitas usus meningkat
MK: Hipertermi Nyeri kepala peristaltik usus meningkat

Vaso dilatasi arteri intrakral Asam lambung meningkat


MK: GangguanPola
eliminasi Diare Anoreksia, nausea, muntah

kelemanahan fisik Defisit volume cairan


MK: Intoleransi
Dehidrasi
aktivitas
MK: keridak
seimbang nutririsi MK: kekurangan
volume cairan

Bagan 1. WOC Demam Thypoid


15

6. Manifestasi Klinis

Menurut Lestari (2016), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan

daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi

terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.

Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak

badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul

gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu :

a. Demam

Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit

infeksi akut pada umumnya yaitu: demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,

anoreksia, mual muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut. Pada

minggu kedua didapatkan suhu badan meningkat gejala-gejala menjadi lebih jelas

berupa demam, bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan

ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, gangguan mental

berupa somnolen, stupor, koma, atau dilerium. Dalam minggu ke tiga demam

berangsur normal kembali.

1. Panas lebih dari tujuh hari, biasanya mulai dengan suhu yang semakin hari

semakin meninggi, sehingga pada minggu ke dua panas tinggi terus

menerus terutama pada malam hari.

2. Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan

kembung, hepatomegali, slenomegali dan lidah kotor .

3. Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sapai

koma. (Darmowandowo, 2006)

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
16

tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung.

Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen.

Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat

mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada

punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik

kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu

pertama demam. (Sudoyo, 2010)

7. Komplikasi

Menurut Lestari (2016), komplikasi yang terjadi pada demam thypoid

terbagi menjadi dua yaitu:

a. Komplikasi intestinal: perdarahan usu, perporasi usu dan siklus ilius parataltik

b. Komplikasi extra intestinal

1) Komplikasi kardioveskular : kegagalan sirkulasi ( renjatan sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebitis

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndrom

uremia hemolitik

3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis

5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

6) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,

polineuritis perifer, sindrom guilain bare dan sindrom katatonia ( Lestari,

2016).

8. Pemeriksaan diagnostik / penunjang

Menurut (Doenges, 2000) pemeriksaaan laboratorium dan diagnostik termasuk

sebagai dari proses pengumpulan data. Perawat harus waspada terhadap hasil
17

pemeriksaan siknifikan yang membutuhkan pelapor pada dokter dan/atau

melakukan intervensi keperawatan khusus. Beberapa pemerikasaan digunakan

untuk mendiagnosa penyakit, sementara lainnya sangat berguna dalam mengikuti

perjalanan penyakit atau penyesuaian terapi.

a. Pemerikasaan darah rutin (Nursalam, 2005)

1) Kadar hemoglobin, leukosit dan trombosit pada penyakit thypoid biasa

dalam menilai normal atau sedikit menurun. Untuk nilai HB pada anak-

anak adalah 10-16 gr/dL, nilai normal untuk leukosit pada anak-anak

adalah 9000-12.000/mm3 dan nilai normal trombosit 200.000-

400.000/Mel darah

2) Tes fungsi hati (SPOT) sering kali meningkat, tetapi akan kembali

menjadi normal setelah sembuh. Nilai normal SPGOT 5-40 u/l Kenaikan

SPGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.

b. Uji widal

Dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman salmonella thypi. Uji

widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita

damam thypoid yaitu agglutinin U dan H yang digunakan untuk diagnosis

demam thypoid. Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32, 1/64, 1/60,

1/320, 1/640. Peningkatan titer uji widal 4x dinyatakan (+). Titer 1/60 masih

dilihat dulu dalam satu minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada

maka dinyatakan (+). Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan

terinfeksi bakteri salmonella.

c. Pemeriksaaan darah tepi : leokopenia, limfositosis, aneosinopelia, anemia,

trobositopenia

d. Pemerikasaan sumsum tulang : menunjukan gambar hiperaktif sumsum tulang


18

9. Penatalaksanaan medis/keperawatan

Widodo (2006), menerapkan Penatalaksanaan medis yang bisa di lakukan

dengan antibiotika ialah: ampisilin dan amoksisilin, antiperitika, bila di perlu

diberikan laksansia, tirah baring selama demam untuk mencegah komplikasi

perdaarahan usus atau perforasi usus, mobilisasi bertahap bila tidak panas, dengan

pulihnya kekuatan pasien, diet pada permulaan, diet makanan yang tidak

merangsang saluran cerna dalam bentuk sering atau lunak, makanan dapat

ditingkatkan sesuai perkembangan keluhan gastrointestinal, perforasi tranfusi

bila di perlukan pada komplikasi perdarahan.

a. Perawat

1) Klien diistirahatkan tujuh hari dampai demam tulang atau 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus

1) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi

bila ada komplikasi perdarahan

b. Diet

1) Diet yang sesuai, cukuo kalori dan tinggi protein

2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring

3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim

4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama

tujuh hari

c. Obat obatan

1) Pemberian antibiotic untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran

kuman (Arief, 2012)

a) Kloramfenimkol, dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari krdua 4 x

500 mg diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam,

kemudian dosis diturnkan menjadi 2 x 25 mg selama 5 hari kemudian.


19

b) Ampisilin / amoksilin dosis 50-150 mg/kg BB, diberikan selama 2

minggu.

c) Ontrimoksazol, 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg

sulfametoksazol dan 80 mg trimotoprin) di berikan selama 2 minggu.

d) Sefalosporin generasi II dan III regimen yang di pakai adalah:

Ceftiaxone 4gr/hari selama 3 hari, norfloxasin 2x400 mg/hari selama 14

hari, iprofloxacin 2x500 mg/hari selama 6 hari, ofloxacin 600 mg/hari

selama 7 hari, pefloxacin 400 mg/hari selama 7 hari.

C. Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut (Doenges 2008) adalah pemikiran dasar dari proses

keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang

klien, agar dapat mengenali masalah-masalah, kesehatan dan keperawatan klien,

baik fisik, mental dan lingkungan.

1. Pengkajian

Nursalam (2001), Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari

proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi status kesehatan

klien. data yang ditemukan pada pasien dengan demam thypoid adalah sebagai

berikut. Hal-hal yang di bagi dalam pengkajian adalah;

a. Identitas

Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nomor

registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,

tanggal masuk rumah sakit.

b. Keluhan utama

Pasien thypoid biasanya mengeluh perut kembung, mual, nafsu makan

menurun, panas dan demam.


20

c. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid atau

tidak,apakah pasien pernah menderita penyakit lainnya.

d. Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya gejala yang dirasakan pasien demam thypoid adalah

demam 8-9 hari, anorexia, mual, perasaan tidak enak diperut, pucat (anemia),

kepala pusing, nyeri otot dan tandanya lidah thypoid (kotor), ujung tepi

kemerahan, muntah, diare, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai

koma.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah didalam keluarga ada yang pernah atau sedang menderita penyakit

thypoid atau penyakit lainnya.

f. Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi BCG, DPT <I<II<III), polio

<I,II,III,IV> campak, hepatitis.

g. Riwayat tumbuh kembang

Pada usia 4 tahun atau 38 bulan, anak dapat: mengayuh speda roda tiga

sedikitnya 3 meter, setelah makan cuci tangan dan mengeringkannya, bisa

berdiri satu kaki tanpa berpegangan selam 2 dutik atau lebih, dapat anak

menyebutkan nama lengkap tanpa di bantu dan dapat anak menggunakan baju

kaos, celana panjang tanpa dibantu. (KPSP Terlampir)

h. Pola-pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana kesehatan, perubahan penatalaksanaan

kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatannya.

1) Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah

kotor dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status

nutrisi berubah.
21

2) Pola aktifitas dan latihan

Anak akan terpengaruh aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik

sehingga anak jadi pasif dan gerakkan nya terbatas.

3) Pola tidur dan istirahat

Kebiasaan tidur anak akan terganggu dikarenakan suhu badan yang

meningkat, sehingga anak merasa gelisah pada waktu tidur.

4) Pola eliminasi

Kebiasaan dalam buang air kecil akan menjadi referensi bila dehidrasi

karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan.

5) Pola persepsi dan pengetahuan

Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan berpengaruh pada anak.

i. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Anak tidak enak badan, tampak lemah, lesu, nyeri kepala, suhu

tubuh meningkat 37-40 derajat Celsius, muka kemerahan dan tidak

bersemangat.

2) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran menurun, apatis sampai samnolen, jarang terjadi

supor, koma atau gelisah

3) Kepala

Rambut kusam, mudah di cabut/rontok.

4) Mata

Posisi mata kiri dan kanan simetris, konjungtiva anemis, pupil

merespon terhadap cahaya, fungsi penglihatan tidak ada gangguan.

5) Hidung

Pernafasan tidak menggunakan cupit hidung.


22

6) Telinga

Pada anak demam thypoid tidak mengalami gangguan pendengaran.

7) Mulut

Bibir : pecah-pecah (ragden), kering dan pucat, nafas berbau tidak

sedap, lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue)

8) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan tidak terlihat otot bantu.

9) Dada

Simetris, pernafasan vesikuler.

10) Ab domen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan

konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi di dapatkan

perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

11) Ekstremitas

Ekstremitas normal bisa bergerak

12) Genetalia

Tidak ada keluhan

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan

mengatasi kebutuhan spsifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan

resiko tinggi. Label diagnosa keperawatan memberi format untuk mengekspresikan

bagian indikasi masalah dari proses keperawatan. ( Doenges, 2000 )

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual

atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan

berkompeten untuk mengatasinya (Potter. Et. Al,2005). Diagnosa keperawatan yang


23

dapat temukan pada anak demam thypoid berdasarkan respon pasien yang

disesuaikan dengan NANDA NOC-NIC ( Judith, 2006 ) yaitu :

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus (salmonella).

2. Nyeri berhubungan dengan imflamasi

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, nause dan muntah.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

5. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukkan yang

kurang,mual dan muntah.

6. Gangguan eliminasi berhubungan dengan diare.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan penulis

rencanakan kepada klien sesuai dengan dianogsa yang ditegakkan sehingga

kebutuhan klien dapat terpenuhi. Dalam teori perencanaan keperawatan di tuliskan

sesuai dengan rencana dan criteria hasil berdasarkan Nursing Intervension

Clasification (NIC) dan Nursing Outcome Clasification (NOC) (Judith, 2009)


2
4

Tabel2.1PerencanaanKeperawatanpadaPasienThypoid
. Diagnosa Perencanaan
NO Keperawatan TujuandancriteriaHasil Intervensi Rasional
NOC NIC
1 Hipertermi NOC: NIC:
berhubungan Thermoregulation Temperatureregulation
denganproses Targetpenilaian: 1. Monitorsuhupalingtidaksetiap6 1. Untuk menghindari terjadinya
infeksivirus 1.Sangatterganggu jam,sesuaikebutuhan penurunan dan peningkatan suhu
(salmonella 2.Gangguanbesar tubuh yang mendadak dan
3.Cukupterganggu berlebihan
4.Sedikitterganggu 2. Pasangalatmonitorsuhuintisecara 2. Untuk memastikan suhu tubuh
5.Tidakterganggu kontinusesuaikebutuhan pasiendalamkeadaannormal
Nilaiyangdiharapkan4 3. Monitorvitalsign(Nadi, 3. Menghindari Nadi, Pernafasan,
sampai5 Pernafasan,Tekanandarahdansuhu) Tekanan darah dan suhu dalam
Pringkatkeseluruhan keadaanabnormal
1.Berkeringatsaatpanas 4. Monitorsuhu,warnakulitdan 4. Menghindari perubahan suhu
2.Denyutjantungapical laporkanadanyatandagejaladari secara mendadak danmemastikan
3.Denyutjantungradical hipotermidanhipertermi tingkat suhu tubuh pasien dalam
2
5

4.Tingkatpernafasan keadaannormal
5.Melaporkan kenyamanan 5. Informasikanmengenaiindikasi 5. Agar pasien bisa melakukan
suhu adanyahipotermidanpenanganan tindakan mandiri saat terjadi
KriteriaHasil: emergensinyayangtepat,sesuai hipotermi.
- Statusneurologis kebutuhan
- Statusneurologisotonom 6. Tingkatkanintakecairanyangdan 6. Menghindari kekurangan jumlah
- Tandatandavital nutrisiyangadekuat intakedanoutputyangdibutuhkan
7. Kolaborasidengandokter 7. Untukmencegah terjadinyakejang
pemberianpiretik berulang
8. Mengkomprespasiendipembuluh 8. Menghambat pusat simpatis
darahbesar(Paha/aksila) dihipotalamus sehingga terjadi
vasodilitasi dengan merangsang
kelenjarkeringatuntukmengurangi
panastubuhmelaluipenguapan
9. Meningkatkansirkulasiudara 9. Menghindariterjadinyakekurangan
O2padaotak
10.Diskusikantentangpentingnya 10.Agar pasien bisa langsung
pengaturansuhudankemungkinan mengetahui tanda dan gejala dari
efeknegativedarikedinginan epeksuhuyangakandi alami,dan
2
6

melakukantindakanmandiri
11.Berikanpengobatanantiperetik, 11.Untuk membantu suhu tubuh
sesuaikebutuhan kembalikekeadaannormal.

2 Nyeri NOC: NIC:


 Kontrol Nyeri Pain Management
Dengan level : 1. Lakukanpengkajiannyerisecara 1. Mengetahui perkembangan nyeri
1. Tidak menunjukkan komprehensiftermasuklokasi, dan tanda-tanda nyeri sehingga
2. Jarang menunjukkan karakteristik,durasi,frekuensi, dapat menentukan intervensi
3. Kadang-kadang kulasitasdanfaktorpresipitasi selanjutnya
menunjukkan
2. Observasireaksinonverbaldari 2. Mengetahui responpasienterhadap
4. Sering menunjukkan
ketidaknyamanan nyeri
5. Secara konsisten
3. Gunakanteknikkomunikasi 3. Pasien dapat percaya dan
menujukkan
terapetikuntukmengetahui mempercepatpenyembuhan
Nilai yang diharapkan 4-5
 Tingkat Nyeri
pengalamannyeri
Dengan level :
4. Evaluasipengalamannyerimasa 4. Mengontrolperubahanstatusnyeri
1. Berat
lampau
2
7

5. Kontrollingkunganyangdapat 5. Lingkungan yang baik dan


2. Cukup berat
3. Sedang mempengaruhinyerisepertisuhu kondusif dapat menurunkan rasa
4. Ringan ruangan,pencahayaan,dan nyeriyangdialami
5. Tidak ada kebisingan.
Nilai yang diaharapkan 4-5 6. Kurangifaktorpresipitasinyeri 6. Untukmengetahuidanmenurunkan
Kriteria Hasil :
penyebabnyeri
1. Melaporkan penurunan
7. Kajitipedansumbernyeriuntuk 7. Mengetahui perkembangan nyeri
rasa
menentukanintervensi dan menentukan intevensi
nyeri/ketidaknyamanan
selanjutnya
2. Mengidentifikasi cara-
cara untuk mengantisipasi
8. Ajarkantekniknonfarmakologi; 8. Menurunkanketeganganotot,sendi
nyeri
napasdalam,relaksasi,distrkasi, dan melancarkanperedaran darah
3. Mendemonstrasikan
kompreshangat sehinggadapatmenguranginyeri
penggunaan keterampilan
9. Berikananalgetikuntukmengurangi 9. Analgesik befungsi sebagai
relaksasi dan aktivitas nyeri depresan sistem saraf pusat
hiburan sesuai kebutuhan sehingga mengurangi atau
individu menghilangkannyeri
10.Tingkatkanistirahat 10.Istirahat yang cukup dapat
menguranginyeriyangdialami
2
8

PemberianAnalgesik 1. Dengan mengetahui lokasi,


1. Tentukanlokasi,karakteristik, karakteristik, kualitas, dan derajat
kualitas,danderajatnyerisebelum nyeri sebelum pemberian, dapat
pemberianobat dijadikan acuan untuk
tindakanpenghilang nyeri setelah
pemberianobat
2. Cekinstruksidoktertentangjenis 2. Mengetahui bahwa obat yang akan
obat,dosis,danfrekuensi diberikansesuaiinstruksi
3. Cekriwayatalergi 3. Untuk mencegah terjadinya alergi
terhadapobat-obatan
4. Pilihanalgesikyangdiperlukanatau 4. Pemilihan analgesik yang tepat dapat
kombinasidarianalgesikketika membantudalamprosespenyembuhan
pemberianlebihdarisatu
5. Tentukanpilihananalgesik 5. Analgesik yang diberi sesuai dengan
tergantungtipedanberatnyanyeri dosis tidak akan memberikan efek
sampingyangberlebih
6. Monitorvitalsignsebelumdan 6. DenganmemonitorTTVsebelumdan
sesudahpemberiananalgesik sesudah pemberian obat dapat
pertamakali memberikan perbandingan tingkat
2
9

nyeri sebelum dan sesudah


dilakukannyatindakan
7. Berikananalgesiktepatwaktu 7. Pasien tidakmerasa cemas dan nyeri
terutamasaatnyerihebat mampuditanggulangi
8. Evaluasiefektifitasanalgesik,tanda 8. Mengetahui perubahan status
dangejala(efeksamping) kesehatansetelahpemberianobat
3 Ketidak NOC : NIC:
Seimbangannutrisi  Status Nutrisi Nutrition Management
kurangdari Dengan level : 1. Diskusikan bersama pasien 1. Pengetahuan tentang kemajuan
kebutuhantubuh 1. Sangat menyimpang dari mengenai hubungan antara intake situasi memberikan dukungan
berhubungan rentang normal makanan, latihan, peningkatan BB emosi, membantu meningkatkan
anoreksia,mual, 2. Banyak menyimpang dari
danpenurunanBB motivasipasien
rentang normal
muntah 2. Diskusikan bersama pasien 2. Pemahaman yang cukup dapat
3. Cukup menyimpang dari
mengenai kondisimedis yangdapat menentukanintervensiselanjutnya
rentang normal
mempengaruhiBB 3. Pengetahuantentangkebiasaandan
4. Sedikit menyimpang dari
3. Diskusikankepadapasienmengenai gayahiduppasiendapatmembantu
rentang normal
5. Tidak menyimpang dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor menganalisis kebutuhan nutrisi
rentang normal
herediter yang dapatmempengaruhi pasien
Niali yang diharapkan 4-5
BB
 Status Nutrisi : Asupan
3
0

4. Diskusikan bersama pasien 4. Pengetahuan yang cukup dapat


Nutrisi
Dengan level : mengenai resiko yang berhubungan mempermudah intervensi tethadap
1. Tidak adekuat denganBBberlebih dan penurunan klien
2. Sedikit adekuat BB
3. Cukup adekuat 5. Dorong pasien untuk merubah 5. Kebiasaan makan yang baik dan
4. Sebagian besra adekuat kebiasaanmakan tepat dapat mencukupi kebutuhan
5. Sepenuhnya adekuat
nutrisiklien
Nilai yang diharapkan 4-5
6. Kajiadanyaalergimakanan 6. Untukmecegahadanyaalergiyang
Kriteria Hasil :
akan terjadi dalam pemberian
1. Mendemonstrasikan
pemeliharaan/kemajuan
intakenutrisi
peningkatan berat badan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 7. Untuk menentukan jumlah kalori
sesuai tujuan menentukanjumlahkaloridannutrisi yangtepatpadaklien
Tidak mengalami tanda-tanda yangdibutuhkanpasien.
mealnutrisi, dengan laboratorium 8. Ajarkanpasien untukmeningkatkan 8. Membantu proses pemeliharaan
dalam rentang normal intakeFe,proteindanvitaminC kesehatan dan kebutuhan nutrisi
klien
9. Berikan makanan yang terpilih 9. Untukmemberikanintervensiyang
(sudah dikonsultasikan dengan ahli tepat dalampemberianpemenuhan
gizi). kebutuhannutrisi
3
1

10.Ajarkanpasienbagaimanamembuat 10.Catatan makanan harian dapat


catatanmakananharian mengaturpolamakanklien
11.Ajarkan cara pemilihan makanan 11.Agar pasien mampu mengetahui
yangtepat caramemilihmakanan yang tepat
uNtukkesehatannya
4 Intolerasnsi NOC: ManjemenEnergi:
aktivitas Toleransiaktivitasyang 1.Observasiadanyapembatasanklien 1. Respons klien terhadap aktivitas
berhubungan dibuktikanolehindikator dalammelakukanaktivitas. dapat mengindikasikan penurunan
dengan 1.Sangatterganggu oksigenmiokardia.
kelemahan/bedres 2.Banyaktergangguan 2.Dorongklienuntukmengungkapkan 2. Perasaan cemas yang berlebihan
3.Cukupterganggu perasaanterhadapketerbatasan. dapatmemacukerjajantung.
4.Sedikitterganggu 3.Kajiadanyafactoryangmenyebabkan 3. Kelelahan diatasi untuk
5.Tidaktergangguan kelelahan. meningkatkan kemampuan
Nilaiyangdiharapkan5 toleransiterhadapaktivitas.
KriteriaHasil 4.Monitorklienakanadanyakelelahan 4. Kelelahan dan emosi berlebihan
 Kemampuandalam fisikdanemosisecaraberlebihan. meningkatkankerjajantung.
melakukanaktivitas 5.Monitorpolatidurdanlamanya 5. Tidur dan istirahat mnurunkan
hidupharian(Activities tidur/istirahatklien. kerjamiokard.
ofDailyLiving/ADL) 6.Tingkatkantirahbaring,istirahat 6. Menurunkan kerja miokard dan
3
2

 kemampuanuntuk (ditempatidur/kursi) konsumsi oksigen, menurunkan


berbicarasaat 7.Batasipengunjung. resikokomplikasi.
beraktivitasfisik. 8.Anjurkanklienmenghindari 7. Pembicaraan yang panjang sangat
peningkatantekananabdomen. mempengaruhi klien, namun
TerapiAktivitas: periode kunjugan yang tenang
9.Kolaborasikandengantenaga bersifatteraupeutik.
rehabilitasmedikdalam 8. Aktivitas yang memerlukan
merencanakanprogramterapiyang menahan napas dan menunduk
tepat. dapat mengakibatkan bradikardi,
jugamenurunkankerjajantung
10.Bantuklienuntukmenidentifikasi 9. Memberikan dukungan atau
aktivitasyangmampudilakukan pengawasan tambahan berlanjut
dan partisipasi proses
penyembuhandankesejahteraan
11.Bantuuntukmemilihaktivitas 10.Peningkatan Aktivitas dilakukan
konsistenyangsesuaidengan secarabertahapuntukmenghindari
kemampuanfisik,psikologidansocial seranganakut.
12.Bantuuntukmendapatkanalatbantu 11.Peningkatan aktivitas secara
aktivitassepertikursiroda,kruk. bertahap memberikan control
3
3

13.Bantuuntukmengidentifikasi jantung
aktivitasyangsesuai.
12.Alat bantu diberikan untuk
14.Bantuklienuntukmembuatjadwal mobilisasi tanpa pengeluaran
latihandiwaktuluang banyakenergy.
15.Bantuklien/keluargauntuk 13.Aktivitas yang disukai akan
mengidentifikasikekurangandalam menambahsemangatberaktivitas
beraktivitas 14.Waktu luangselamadirumshsakit
. menimbulkankejnuhan.
16.Sediakanpenguatanpositifbagiyang 15.Peningkatan kemampuan toleran
aktifberaktivitas. terhadap aktivitas setiap hari
merujuk pada keberhasilan
intervensi.
17.Monitorresponfisik,emosi,sosial 16.Apresiasi positif diberikan untuk
danspiritual. meningkatkan kpercayaan diri
terhadap kesembuhan dan
kelelahan
17.Mengetahui respon toleran
terhadapaktivitas
3
4

i.

5 Kekurangan NOC NIC 1. mempertahankanposisi rekumben


volumecairan Keseimbangancariran: MANAJEMENCAIRAN bentukdiuresis
berhubungan keseimbanganairintraselular 1) pertahankanposisitirahbaringselama 2. PeningkatanJVPsehubungandengan
denganpemasukan danekstraselulartubuhyang masaakut kongnestivaskular
yangkurangmual, dibuktikandenganindikator 2) KajiadanyapeningkatanJVP,edema 3. memantaukelebihanvolumecairan
muntah,diare gangguansebagaiberikut: danasites 4. Mengetahuistatuscariranklien
1. 3) buatjadwalmasukcairan 5. MengetahuiIntervensiselanjutnya
4) TimbangBBsecaraberkala 6. Mengetahuiderajatedemadanasites.
5) MonitorTanda-TandaVital

6) Pantauhaluaranurine(Karakteristik, 7. Mempermudah terapi yang akan


warna,ukuran)keseimbangancairan dilakukan
secara24jam 8. Menentukan terapi yang sesuai
MONITORCAIRAN denganmasalahklien
7) Tentukanriwayatjumlahdantipe
intakecairandaneliminasi
8) Tentukankemungkinanfaktorresiko
3
5

dariketidakseimbangancairan 9. Penurunan albumin serum


(hipotermia,terapidiuretik,kelainan mempengaruhitekananosmotik
renal,gagaljantung,diaporesis, 10.Mengetahuikepekatanurine
disfungsihati) 11.Peningkataniramajantungdanupaya
9) Monitorserumdanelektroliturine pernafasan dapat menunjukan
hipoksemia
10)Obeservasiosmolitasurine 12.Menunjukansirkulasivolumecairan
11)Monitortekanandarahorthostatikdan 13.Turgorkulit yangburukdanmukosa
perubahaniramajantung yang kering dapat menunjukan
12)Catatsecaraakuratintakedanoutput dehidrasiatauhipoksemia
13)Monitormembranmukosadanturgor 14.Mengetahui ketidak seimbangan
kulit,sertarasahaus cairandanelektrolit
14)Monitorwarnadanjumlahurine
36

4. Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah

katagori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan

dan diselesaikan (Potter & Perry,2005). Implementasi mencakup melakukan,

membantu, atau mengharakan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan

arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, menyila

meengevaluasi kerja anggota staf, mencatat serta melakukan pertukaran informasi

yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien. Implementasi

menuangkan rencana asuhan kedalam tindakan. Setelah rencana dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan intervensi

keperawatan spesifik yang mencakup tindakan perawt dan tindakan (Bulechek &

McCloskey, 1995; dikutip dari Potter, 2005)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan

keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian. Tahap akhir bertujuan untuk

mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan melihat perkembangan klien. (Potter,

2005)
37

BAB III

TINJAUAN KASUS

Bab III ini memaparkan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak R yang

masuk RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 26 Februari 2017 dengan nomor

register 73 62 04 dan dirawat di ruangan Edelwis RSUD dengan diagnosa medik thypoid.

Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 27 januari 2017.

Asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi ; pengkajian, analisa data, perencanaan

keperawatan, implementasi dan evaluasi sebagai berikut;

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien

Nama pasien : An. R

TTL : 14 Januari 2014

Umur : 4 tahun

Jenis Klamin : Laki Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl Air Manna 3 Griya Bengkulu Asri

2. Identitas orang tua

Nama Ayah : Tn. M

Pekerjaan : PNS

Nama Ibu : Ny. L

Pekerjaan : Honorer

Agama : Islam

Alamat : Jl Air Manna 3 Griya Bengkulu Asri

3. Keluhan Utama
38

Keluarga pasien mengatakan anaknya sudah demam 10 hari yang lalu demam

naik turun terutam pada sore dan malam hari.

4. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan sekarang

Orang tua (ayah) mengatakan bahwa An. R demam naik turun sudah

10 hari yang lalu disertai mual dan muntah, sebelum dibawa ke rumah sakit

Dr. M Yunus Bengkulu Ayah membawa anaknya berobat ke puskesmas

dan mendapatkan obat penurun demam, setelah obat habis ±3 hari klien

megalami mencret berlendir dan berbau amis. Karena tidak ada perubahan.

Maka tanggal 26 Januari klien dibawak ke RSUD DR. M Yunus melalui IGD

pada pukul 17.10 WIB. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan uji widdal test

dengan hasil S. Typhi O :1/320 (Positif), S Paratyphi LO :1/320 (Positif),

S Paratyphi Lh :1/320 (Positif) dan terapi yang diberikan pemasangan IVFD

KA_EN 3B 10tt/mnt, injeksi aspirin 3x250 mg, injeksi gentamicin 10mg dan

Paracetamol sirup, dari IGD klien dimasukan ke ruang edelwis Sekitar

pukul 18.40 WIB. Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 27 januari

2017 pada jam 14.00 didapatkan data klien demam

10 hari yang lalu dengan suhu 38ᴼ C, kepala pusing, lidah kotor ditengah,

anoreksia, mual dan lemas.

b) Riwayat Kesehatan masalalu

Keluarga klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami demam

biasa, diare dan tidak pernah dirawat dirumah sakit.

c) Riwayat Kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan dikeluarga nya tidak ada yang menderita

thypoid dan tidak ada yang menderita penyakit keturunan.


39

Genogram
Bagan 3.1 genogram keluarga

Keterangan : : laki laki : Pasien

: Perempuan

: Tinggal serumah

: Garis keturunan

d) Riwayat imunisasi

Ibu pasien mengatakan, an. R mendapatkan imunisasi BCG sebanyak

1 kali pada umur 2 bulan. Imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pada umur

0, 1, 6 bulan. Imunisasi polio sebanyak 4 kali pada umur 0, 2, 4, 6 bulan.

Imunisasi DPT sebanyak 3 kali pada umur 2, 4, 6 bulan. Tetapi imunisasi

campak baru satu kali pada umur 9 bulan. Kesan imunisasi pada pasien ini

lengkap sesuai umur, imunisasi dasar lengkap.

5. Riwayat tumbuh kembang

a) Pertumbuhan fisik

1) Berat badan

Saat lahir : 2.600 gr

Sekarang : 11 kg

Untuk pertumbuhan fisik berat badan klien setiap bulannya ibu klien

mengatakan tidak tahu.

2) Tinggi badan
40

Saat lahir : ibu klien mengatakan lupa

Sekarang : 87 cm

Untuk pertumbuhan fisik tinggi badan klien setiap bulannya ibu klien

mengatakan tidak tahu.

3) Lingkar kepala : 49 cm

4) Lingkar lengan atas : 12 cm

5) Waktu tumbuh gigi : 11 bulan

b) Perkembangan tiap tahap usia anak

1) Berguling : ibu klien mengatakan lupa

2) Duduk : 7 bulan

3) Merangka : ibu klien mengatakan lupa

4) Berdiri : 10 bulan

5) Senyum pertama pada orang lain pertamakali : ibu klien mengatakan

lupa

6) Bicara pertama kali : 12 bulan

7) Berpakaian tanpa bantuan : Ibu klien mengatakan selalu membantu

memakaikan pakayan anaknya,

6. Riwayat alergi

Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi pada klien baik berupa makanan,

minuman, buah-buahan, obat-obatan dan lingkungan.

7. Riwayat operasi

Ibu mengatakan belum pernah dilakukan tindakan operasipada klien.

8. Riwayat kehamilan

a) Pre Natal

Ibu mengatakan, selama hamil An. R ibu rajin memeriksa kehamilan

secara teratur sebanyak 4 kali ke bidan dan rutin minum vitamin dan
41

suplemen penambah darah. Ibu mengatakan imunisasi TT saat hamil,

selama hamil ibu tidak mengalami komplikasi kehamilan.

b) Intra Natal

Orang tua pasien mengatakan, An. R lahir di RSUD Dr M Yunus

Bengkulu letak kepala normal, lahir sepontan, langsung menangis dengan

berat badan lahir 2.500 gr, umur kehamilan cukup bulan (9 bulan)

c) Post Natal

Menurut ibu pasien, An. R mendapat air susu ibu hingga umur 6 bulan.

Umur 6 sampai 10 bulan pasien mendapat ASI dan bubur susu buah- buahan

seperti pisang. Umur 1 sampai 2 tahun mendapat ASI dan nasi biasayang

mengikuti menu keluarga 1/3 porsi dewasa.

9. Reaksi hospitalisasi

a) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

Orang tua klien mengatakan anaknya ke rumah sakit dengan alasan

kliem mengalami demam lebih kurang 10 hari. Dokter mengatakan kalau

anaknya menderita thypoid yang disebabkan oleh bakteri salmonella thypi.

Orangtua mengatakan sangat cemas dan khawatir dengan keadaan anaknya

sekarang. Orangtua klien terutam ibu klien selalu menemani klien selama

klien dirawat dirumah sakit dan ibu klien sangat berharap anaknya cepat

sembuh dan pulang.

b) Reaksi anak terhadap hospitalisasi

Penyakit yang diderita An. R membuat klien cemas dan takut

dengan ciri ciri anak ketakutan dan tidak mau bermain maupun di ajak

mengobrol anak cuma berbaring saja akibat adanya penurunan

kekuatan/lemah.
42

10. Aktivitas sehari hari

a. Pola Cairan dan Nutrisi

Anak biasanya diberi makan nasi, sayur, lauk, dan minum air putih

dan susu. Selama dirumah an. R tidak pernah memiliki keluhan dan

nafsu makan baik

Selama di Rumah sakit An.R diberi bubur, sayur dan lauk. An. R

sering menolak dan hanya memakan 2-3 sendok saja. An. R juga minum

hanya 4 gelas air putih ±400cc dan menolak meminum susu. Jenis

cairan parenteral yang diberikan yaitu IVFD Ka-En 3B sebanyak 20

gtt/menit mikro melalui IV.

b. Pola Eliminasi

Anak biasanya BAK lebih dari 5x/hari, sebanyak ±80cc, berwarna

kuning, berbau khas, dan tidak ada penggunaan alat bantu. Selama di

Rumah sakit frekuensi BAK lebih dari 6x/hari, jumlah ±100cc, warna

kuning, berbau khas, dan tidak ada penggunaan alat bantu.

Sebelum masuk di Rumah sakit frekuensi BAB An. R 1x/hari,

konsistensi lembek, warna kuning, berbau khas. Selama di Rumah sakit

frekuensi BAB An.r lebih dari 3x/hari sebanyak 200cc, konsistensi cair,

warna kekuningan dan berbau khas (anyir dan asam).

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27 januari 2017 :

Cairan masuk = Minum ±400cc

Infus 2 kolop 2x500 = 1000cc

Inj Obat ±30

CM = 1440 cc

Cairan keluar = BAK ±600 cc

BAB ±200 cc
43

IWL 330

IWL : 30 x BB = 30 x 11 = 330cc

Peningkatan suhu (38-36,5) = 1,5 X 200 = 300

CK = 1440

Balance Cairan= Cairan masuk – cairan keluar

= 1440-1440 = 0 ( BALANCE)

c. Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum masuk di Rumah sakit ibu mengatakan anak biasanya tidur

selama 1-2 jam pada siang hari, dan 9-10 pada malam hari, kebiasaan tidur

anak harus ditemani tidur oleh orang tua sampai anak tertidur, dan tidak

ada gangguan tidur pada anak.

Selama di Rumah sakit anak beristirahat kurang dari 1 jam pada

siang hari dan kurang dari 8 jam pada malam hari, kebiasaan sebelum

tidur anak harus ditemani orang tua, dan ibu mengatakan anaknya sering

terbangun dari tidur dan menangis.

d. Pola Personal Hygiene

Anak biasanya mandi 2x/hari, cuci rambut 2x/hari, potong kuku

1x/seminggu. Pada saat anak di Rumah sakit frekuensi mandi 2x/hari

hanya dilap, cuci rambut tidak ada, potong kuku 1x/minggu

11. Pengkajian pisik

Hasil pemeriksaan fisik pada An. R didapatkan keadaan umum lemas,

kesadaran compos metis, tanda tanda vital : nadi 100x/mnt, pernafasan 21x/mnt, suhu

38ᴼ C, berat badan 11 kg, tinggi 87 cm.

Pemeriksaan fisik sistem penglihatan ditemukan posisi mata simetris kiri dan

kanan, kelopak mata tidak ada edema dan tidak ada nyeri tekan, pergerakan bola mata

simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, kornea bening, scelera ikterik,
44

pupil isokor, fungsu penglihatan baik, reaksi pupil terhadap cahaya baik mengecil

saat terkena cahaya.

Pengkajian sistem pendengaran pasien adalah telinga simetris kiri dan kana,

membran timpani utuh, tidak ada cairan telinga, fungsi pendengaran baik saat

disebutkan angka dengan berbisik jarak perawat dengan pasien 1 meter dan tidak

ada pemakaian alat bantu pada sistem pendengaran. Sistem wicara baik, pasien

dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik dengan jawaban yang jelas.

Sistem pernafasan : jalan nafas baik, tidak menggunakan otot bantu pernafasan,

frekuensi 21x/mnt, irama teratur dengan suara vesikuler.

Pada sistem kardioveskuler An. R sebagai berikut : Frekuensi nadi 100x/mnt

tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, kapilari refill <3 detik,

pemeriksaan jantung : bunyi jantung 1 dan 2 murni tidak ada bising, irama teratur,

perkusi dulness.

Pemeriksaan sistem pencernaan yang meliputi mulut tidak ada caries, lidah

kotor (bagian pinggir lidah kemeraham dan bagian tengah berwarna kuning

keputihan), anoreksia, membran mukosa agak kering, bising usus 5x/menit.

Sistem urogenital pasien BAK 5x/Hari tidak menggunakan kateter, tidak ada

distensi kandung kemih, tidak ada sakit pinggang dan warna urine kuning.

Sistem integumen, turgor kulit baik, warna kulit secara keseluruhan sama, kondisi

pemasangan infus baik tidak ada plebitis pada daerah pemasangan infus.

Pemeriksaaan muskuloskeletal klien terlihat lemas dan bedrest sehingga tidak

dilakukan lebih lanjut pemeriksaan kekuatan tonus otot.

Ekstremitas atas pasien tangan kiri pasien terpasang infus, ekstremitas atas dan

bawah tidak ada edema dan akral hangat.


45

12. Data penunjang

a) Pemeriksaaan labolatorium

27 januari 2017

3.1 Tabel hasil Labolatorium

Nama pemeriksaan Hasil Nilai normal

S. Typhi O 1/320 ( Positif) Negative

S. Para thypi CO 1/320 ( Positif) Negative

S. Para thypi CH 1/320 ( Positif) Negative

HB 13,6 Lk:13.0 - 18,0 Pr: 12.0 –

16,0 gr/dl

Hemotokrit 41 % LK= 37 – 47 PR= 40-

54%

Leukosit 11.800 9000 – 12. 000/mm3

Trombosit 168.000 150,000 – 400. 000

13. Therapi

3.2 Tabel Obat

T A N G G A L

N O C ara T E R A PI D O SIS
27-01- 28-01- 29-02- 30-01-
2017 2017 2017 2017

1 P are nteral IU V D Ka-En 2 0 gtt/ m e n it



3 B mi kro √ √ √

2
A m p i cili n 3 x 4 0 m g (I V ) √ √ √ √

3 G e n t a m i sil 3 x 4 0 m g (I V )
√ √ √ √

4 O ral Z i n k kid 1 x 1 cth (P. O )


√ √ √ √

5 P araceta m ol 3x1x ½ Tab


sir u p (P. O) √ √ √ √

6 Z i n k sir u p 1x1 sendok


√ √ √ √
46

B. ANALISA DATA

Nama pasien : An. R Umur : 4 thn


Dx. Medis : thypoid Ruangan : Edelwis

Tabel 3.3 Analisa data


No Data Senjang Etiologi Masalah
1. Ds: Peningkatan suhu tubuh Hipertermi
- Ibu An. R
mengatakan sudah
demam 10 hari,
bdannya terasa
panas.
Do:
- TTV :
- N : 100x/mnt
- P : 21x/mnt
- S : 38℃
- Kulit teraba panas
dan hangat
- k/u : lemah
- widal 1/320 (positif)

2 Ds : Anoreksia, mual, muntah Resiko ketiddak


- ibu An. R seimbangan nutrisi
mengatakan anaknya kurang dari
hanya memakan 2-3 kebutuhan tubuh
sendok dari porsi
yang disediakan
- An. R mengatakan
terasa mual
Do :
- Klien hanya makan
2-3 sendok dari porsi
yang disediakan
- Lidah tengah klien
kotor
47

- Membran mukosa
kering
- Pasien tampak lemas
- BB 11 Kg
3 Ds : Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas
- An. R mengatakan
tubuhnya terasa
lemas
Do :
- Pasien tampak lemas
lemas
- Pasien hanya
berbaring tidur
- N 100x/mnt, RR,
21x/mnt, suhu 38ᴼC
- Konjungtiva anemis
- Kebutuhan pasien
dibantu keluaga

C. Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.4 Diagnosa keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf


masalah masalah
muncul teratasi
1 Hipertermi berhubungan 27 januari 29-01-2017
dengan proses infeksi 2017
bakteri salmonella thypi

2 Resiko ketidak 27 januari 29-01-2017


seimbangan nutrisi kurang 2017
dari kebutuhan tubuh
berhungan dengan
anoreksia
48

3 Intoleransi aktivitas 27 januari 30-01-2017


berhubungan dengan 2017
kelemahan fisik
4
9
D. Perencanaankeperawtan
Namapasien :An.R Umur :4thn
Dx.Medis :thypoid Ruangan :Edelwis
3.5TabelPerencanaanKeperawatan
. Diagnosa Perencanaan

NO Keperawatan TujuandancriteriaHasil Intervensi Rasional


NOC NIC

1 Hipertermi NOC: NIC:


berhubungan Thermogulasi 1. Mengkaji suhutubuh,nadidanRR 1. Untuk memonitori Perubahan
denganproses Targetpenilaian: setiap6jam tanda tanda peningkatan suhu
infeksivirus 1.Sangatterganggu tubuh.
(salmonella 2.Gangguanbesar 2. Mengkajiwarnasuhukulit 2. Untukmengetahui adanya tanda-
3.Cukupterganggu tanda peningkatan suhu tubuh
4.Sedikitterganggu melaluiwarnakulit
5.Tidakterganggu 3. Menghitung intake dan output 3. Mempertahankan dan menjaga
Nilaiyangdiharapkan4sampai5 cairansetiap24jam outputdanintake
Pringkatkeseluruhan 4. Menganjurkanpasienminum400cc 4. Untuk menghindari terjadinya
1.Berkeringatsaatpanas 5. Melakukankomprespadaaxiladan dehidrasi
2.Denyutjantungapical lipatan paha selama demam 5. Menghambat pusat simpitis di
3.Denyutjantungradical berlangsung hipotalamus sehingga terjadi
5
0
4.Tingkatpernafasan vasodilastasi denganmerangsang
5.Melaporkan kenyamanan kelenjar keringat untuk
suhu 6. Menjalankaninstruksimemberikan mengurangipenguapan.
KriteriaHasil: paracetamolsyrp 6. Merupakan obat antipiretik yang
- Statusneurologis bisa menurunkan panas melalui
- Statusneurologisotonom 7. Menjalankan instruksi memasukan saluranpencernaan.
- Tandatandavital obatIVlewatselanginfuse 7. Pemberian obat parenteral untuk
 Ampicilin membunuh kuman penyebab
 Gentamisilin penyakitlebihcepatdanteratur.
2 Ketidak NOC : NIC:
Seimbangan  Status Nutrisi 1. Mengobservasi membran mukosa, 1. Mengindentifikasi tanda-tanda
nutrisikurang Dengan level : keadaan lidah, turgor kulit dan malnutrisi
darikebutuhan 1. Sangat menyimpang dari keadaanrambut 2. GejalaGIdapatmenunjukanefek
tubuh rentang normal 2. Mengkajimualdannausia anemia(hipoksia)padaorgan
berhubungan 2. Banyak menyimpang dari 3. Melakukan penimbangan berat 3. Mengetahui danmengidentifikasi
rentang normal
anoreksia,mual, badan tanda”malnutrisi
3. Cukup menyimpang dari
muntah 4. Menanyakanporsimakanpasien 4. Memudahkan dalam memonitor
rentang normal
intakedanoutput.
4. Sedikit menyimpang dari
5. Menganjurkan keluarga memberi 5. Mempertahankan agar tidak
rentang normal
5. Tidak menyimpang dari
makansedikittapisering terjadi kekurangan asupan yng
rentang normal
dibutuhkan
5
1
Niali yang diharapkan 4-5 6. Menganjurkan keluarga agar 6. Menghidari tidak terjadi
 Status Nutrisi : Asupan melarang pasienmakan asam dan komplikasi penyakit dari
Nutrisi pedas makanan
Dengan level : 7. Membantu keluarga memberi 7. Mempermudahuntukmengetahui
1. Tidak adekuat makan sore pasien yang diberikan intake yang masuk dan
2. Sedikit adekuat
dariahligizi mempermudah untuk
3. Cukup adekuat
memberikanpenkes tentangsakit
4. Sebagian besra adekuat
danmakanan.
5. Sepenuhnya adekuat
Nilai yang diharapkan 4-5
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan
pemeliharaan/kemajuan
peningkatan berat badan
sesuai tujuan
2. Tidak mengalami tanda-
tanda mealnutrisi, dengan
laboratorium dalam rentang
normal
3 Intolerasnsi Toleransiaktivitasyang ManjemenEnergi:
aktivitas dibuktikanolehindikator 1. Mengkajikemampuanpasienuntuk 1. Mempengaruhi pilihan intervensi
berhubungan 1.Sangatterganggu melakukan aktivitas, catat jika selanjutnya
5
2
dengan 2.Banyaktergangguan terjadikelelahankeletihandansulit
kelemahan/bedres 3.Cukupterganggu beraktivitas 2. Menunjukanperubahanneurologi
4.Sedikitterganggu 2. Mengkaji kehilangan/gangguang karena defisiensi vitamin B 12
5.Tidaktergangguan keseimbangan gaya jalan dan mempengaruhi keamanan
Nilaiyangdiharapkan5 kelemahanotot pasien/resikocidra
KriteriaHasil 3. Menganjurkan keluarga untuk 3. Meningkatkan istirahat untuk
 Kemampuandalam membantu pasien dalam tirah menurunkan kebutuhan oksigen
melakukanaktivitashidup baring tubughdabmenurunkanregangan
harian(ActivitiesofDaily 4. Menganjurkan pasien melakukan jantungdanparu
Living/ADL) aktivitassesuaidengankemampuan 4. Aktivitas yang masih dapat
 kemampuanuntuk 5. Mendekatkan keperluan pasien dilakukan dapat memperbaiki
berbicarasaatberaktivitas dalamjangkauannya. tonusotot
fisik. 5. Membantu dalam pemenuhan
6. Membantu aktivitas pasien dalam aktivitaspasien
BAK 6. Membantu pasien dapat
mengurangi kehilangan energi
pasien
5
3
E.Implementasi
Namapasien :An.R Umur :4thn
Dx.Medis :thypoid Ruangan :Edelwis
3.6TabelImplementasiharipertama(27januari2017)
No Pukul Implementasi ResponHasil Paraf
DX
I 14.00 1. Mengkajisuhutubuh,nadidanRRsetiap 1. Suhupasien38ᴼCnadi:100x/mnt,RR21
WIB 6jam x/mnt
14.10 2. Mengkajiwarnasuhukulit 2. Warnakulittidaksianosis,akralhangat
WIB 3. Menghitung intake dan output cairan 3. -.Intake =1440
15.00 setiap24jam -.Output=1440
WIB 4. Menganjurkan pasien untuk minum 4. Klienminumairputihdanmengikuti
14.10 400cc anjuranperawat
WIB 5. Melakukan kompres pada axila dan 5. Padajam17.00suhutubuhmenjadi37,2ᴼC
15.40 lipatanpahaselamademamberlangsung
WIB 6. Menjalankan instruksi memberikan 6. Pasienminumobattanpahambatan
18.00 paracetamolsyrp
WIB 7. Menjalankan instruksi memasukan obat 7. Pasienketakutandanmaumenangissaat
18.05 IVlewatselanginfuse diberikaninjeksiIVampicilindan
54

WIB Ampicilin gentametasolon


 Gentamisilin
II 16.20 1. Mengobservasi membran mukosa, 1. Turgorkulitbaik,membranemukosaagak
WIB keadaan lidah, turgor kulit dan keadaan kering,lidahkotorditengahkemerahandi
rambut pinggir,konjungtivaanemisdanrambut
17.30 kusam.
14.00 2. Mengkajimualdanmuntah 2. Klienmengatakanmualtapitidakmuntah
WIB 3. Melakukanpenimbanganberatbadan 3. Beratbadan11Kg
17.45 4. Menanyakanporsimakanpasien
WIB 5. Menganjurkankeluargamemberimakan 4. Klienhanyamakan3sendoksaja
17.45 sedikittapisering 5. Keluargamengatakanmaumengikutiapa
WIB 6. Menganjurkan keluarga agar melarang yangdianjurkanperawat
19.20 pasienmakanasamdanpedas 6. Keluargamengatakanklientidakmakan
WIB 7. Membantukeluargamemberimakansore asamdanpedas
17.50 pasienyangdiberikandariahligizi
WIB 7. Keluargamengatkansenangdanmakan
yangyangdiberikantinggiproteindariahli
gizi
III 16.00 1. Mengkajikemampuanpasienuntuk 1. Pasienhanyatidurdanbedrest
WIB melakukanaktivitas,catatjikaterjadi
kelelahankeletihandansulitberaktivitas
5
5
2. Mengkajikehilangan/gangguang
16.10 keseimbangangayajalandankelemahan 2. Pasientidakadamelakukanaktivitashanya
WIB otot berdiamdiri
3. Menganjurkankeluargauntukmembantu
20.00 pasiendalamtirahbaring 3. Ibupasienselaludisampingpasienselama
WIB 4. Menganjurkanpasienmelakukan sakitdanmembantutirahbaring
aktivitassesuaidengankemampuan
19.40 5. Mendekatkankeperluanpasiendalam 4. Pasientidakadamelakuanaktivitas,semua
WIB jangkauannya. keperluandibantukeluargadanperawat
14.15 6. MembantuaktivitaspasiendalamBAK 5. Semuakeperluanpasiensudahterjangkau
WIB danmudahdiambil
18.50 6. Keluargapasiensenangdibantuperawat
WIB melakukanaktivitas
5
6
Namapasien :An.R Umur :4thn
Dx.Medis :thypoid Ruangan :Edelwis
3.7Tabel Implementasiharikedua(28januari2017)
NO Pukul Implementasi Evaluasi Paraf
DX
I 14.00 1. Mengkajisuhutubuh,nadidanRRsetiapdua S:
WIB jam -Ibuklienmengatakananaknyamasihpanas
14.10 2. Mengkajiwarnasuhukulit danbelumturun.
WIB 3. Menghitungintakedanoutputcairansetiap24 -Ibuklenmengatakanpanasterutamapadasore
15.00 jam hari
WIB 4. Menganjurkanpasienuntukminum400cc O:
14.10 5. Melakukankomprespadaaxiladanlipatan -Suhukliensuhu38,1ᴼCakralhangat,nadi
WIB pahaselamademamberlangsung 100x/mnt,RR21x/mnt,
15.40 6. Menjalankaninstruksimemberikan -Pasientampakminumdenganteratur
WIB paracetamolsyrp -Kopresdilakukanpadajam15.40sampai
18.00 7. MenjalankaninstruksimemasukanobatIV 16.20WIB
WIB lewatselanginfuse -Klientampaktidakdemampadamalamhari
18.05  Ampicilin -Klientampaksedikittakutketikadilakukan
WIB  Gentamisilin injeksiIVampicilindangentametason
57

-Klientidakadahambatanketikaminum
paracetamolsirup
A:Masalahbelumteratasi(thermogulasipada
level3cukupterganggu)
P:IntervensidilanjutkanNo1,4,5,6,7
II 16.20 1. Mengobservasimembranmukosa,keadaan S:
WIB lidah,turgorkulitdankeadaanrambut - Ibuklienmengatakan anaknyahanyamakan
2. Mengkajimualdannausia lebihdari3sendok±6-7sendok
17.30 3. Melakukanpenimbanganberatbadan - Ibuklienmengatakananaknybelumada
WIB nafsumakan
14.00 4. Menanyakanporsimakanpasien O:
WIB - An.Rmakan≥5sendok,
17.45 5. Menganjurkankeluargamemberimakan - mukosakeringdanklienmasihmerasa
WIB sedikittapisering mual,lidahtidakkotorlagi
17.45 6. Menganjurkankeluargaagarmelarangpasien - BB11Kg
WIB makanasamdanpedas - Porsimakanyangdiberikanbelum
19.20 dihabiskan
WIB A:Masalahbelumteratasi(statusnutrisidengan
17.50 7. Membantukeluargamemberimakansore level3:cukupmenyimpangdarirentang
WIB pasienyangdiberikandariahligizi normal)
P:IntervensidilanjutkanNo:1,2,3,4,5,6
5
8
III 16.00 1. Mengkajikemampuanpasienuntuk S:
WIB melakukanaktivitas,catatjikaterjadi - Ibuklienmengatakananaknyabelumbisa
kelelahankeletihandansulitberaktivitas beraktivitassecaramandiri
16.10 2. Mengkajikehilangan/gangguang O:
WIB keseimbangangayajalandankelemahanotot - Pasienhanyatidurditempattidurdan
20.00 3. Menganjurkankeluargauntukmembantu ditemaniibunya
WIB pasiendalamtirahbaring - Keluargaterutamaibuklientampak
19.40 4. Menganjurkanpasienmelakukanaktivitas membantusemuakeperluanklien
WIB sesuaidengankemampuan - Ibuklienberadadisampingklienterus
14.15 5. Mendekatkankeperluanpasiendalam - Keperluanpasienberadadidekatpasien
WIB jangkauannya. A:Masalahbelumteratasi(indikator2.Banyak
18.50 6. MembantuaktivitaspasiendalamBAK terganggu)
WIB P:intervensidilanjutkanNo:1,2,4,5,6
5
9
Namapasien :An.R Umur :4thn
Dx.Medis :thypoid Ruangan :Edelwis
3.8TabelImplementasihariketiga(29januari2017)
No Pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
I 14.00 1. Mengkajisuhutubuh,nadidanRRsetiapdua
WIB jam S:
2. Mengkajiwarnasuhukulit - Ibuklienmengatakananaknyatidakpanas
lagidarisorekemaren
3. Menghitungintakedanoutputcairansetiap O:
24jam - suhu36,8ᴼC akralhangat,nadi89x/mnt,
14.10 4. Menganjurkanpasienuntuk 400cc RR23x/mnt
WIB 5. Melakukankomprespadaaxiladanlipatan - obatoraldaninjeksimasuksesuaidengan
15.40 pahaselamademamberlangsung intruksi
WIB 6. Menjalankaninstruksimemberikan A:masalahteratasi(thermogulasipadlevel5;
18.00 paracetamolsyrp tidakterganggu)
WIB 7. MenjalankaninstruksimemasukanobatIV P:intervensidihentikandengannilaitermugulasi
18.05 lewatselanginfuse 5(tidakterganggu)
WIB  Ampicilin
 Gentametamisilin
6
0
16.20 1. Mengobservasimembranmukosa,keadaan S:
WIB lidah,turgorkulitdankeadaanrambut - Ibuklienmengatakan anaknya
2. Mengkajimualdannausia menghabiskandariporsimakanyang
17.30 diberikandansudahmemakanmakanan
WIB 3. Melakukanpenimbanganberatbadan cemilan.
14.00 O:
WIB 4. Menanyakanporsimakanpasien - Kliennampakmenghabiskanmakanandari
17.45 porsiyangdiberikan
WIB 5. Menganjurkankeluargamemberimakan - Klinnampaksudahmemakancemilandari
17.45 sedikittapisering luar
WIB 6. Menganjurkankeluargaagarmelarangpasien - Mukosabasah
19.20 makanasamdanpedas - Mulutbersihtidakadabekasmakanan
WIB Membantukeluargamemberimakansore - Lidahbersih
pasienyangdiberikandariahligizi A:Masalahteratasidenganlevelnutrisi5(
sepenuhnyaadekuat)
P:intervensidihentikan
16.00 1. Mengkajikemampuanpasienuntuk
WIB melakukanaktivitas,catatjikaterjadi S:
kelelahankeletihandansulitberaktivitas -Ibuklienmengatakanaktivitasanaknya
16.10 2. Mengkajikehilangan/gangguang sebagianmasihdibantu
WIB keseimbangangayajalandankelemahanotot O:
6
1
3. Menganjurkankeluargauntukmembantu - Klienterlihatsudahdudukdipangkuan
pasiendalamtirahbaring - Klienmasihlemah
19.40 - Klientidakmelakukanaktivitasapapun
WIB 4. Menganjurkanpasienmelakukanaktivitas selaindudukdanmemainkanhandphone.
14.15 sesuaidengankemampuan A:Masalahteratasisebagian(indikator4.
WIB 5. Mendekatkankeperluanpasiendalam Sedikitterganggu)
18.50 jangkauannya. P:intervensidilanjutkanNo:1,4,
WIB 6. MembantuaktivitaspasiendalamBAK
6
2
Namapasien :An.R Umur :4thn
Dx.Medis :thypoid Ruangan :Edelwis
3.9 tabelImplementasiharikeempat(30-01-2017)
No Pukul Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
III 08.00 1. Mengkajikemampuanpasienuntuk
WIB melakukanaktivitas,catatjikaterjadi S:
kelelahankeletihandansulitberaktivitas - Keluargamengatakananaknyasudahberjalan
2. Mengkajikehilangan/gangguang jalandaritempattidur
keseimbangangayajalandankelemahan - Keluargamengatakananaknyatidakadakeluhan
otot lagi
3. Menganjurkankeluargauntukmembantu O:
pasiendalamtirahbaring - klientampakberjalanbermainmaindisekitar
4. Menganjurkanpasienmelakukanaktivitas tempattidur
sesuaidengankemampuan - keluarganampakbersemangatmendengarkan
08.15 5. Mendekatkankeperluanpasiendalam penkestentangpenyakitthypoid
WIB jangkauannya.
6. Mengkajitempatterpasangnyainfusklien A:masalahteratasi(indikator5: tidakterganggu)
7. Memberikanpenkestentangsekilas
6
3
penyakitthypoid P:intervensidihentikanpasienpulangatasperintah
09.15 dokter
WIB
09.20
WIB
64

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan tindakan proses

keperawatan pada asuhan keperawatan yang dilakukan mulai tanggal 27 januari 2017 di

ruang edelwis RSUD DR. M Yunus Kota Bengkulu. Penerapan proses keperawatan dalam

asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung gugat perawatan yang

terdiri dari tahap pengkajian keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi ( Potter

& Perry, 2005).

A. Pengkajian

Menurut Ester (2006) tanda dan gejala yang timbul secara bertahap dalam waktu 10-

14 hari setelah infeksi. Gejala bisa berupa demam, seringkali (39 atau 40° C), sakit kepala,

lemah, sakit tenggorokam, nyeri otot, anoreksia, mual muntah, batuk, epitakis, nyeri perut,

diare ( terutama anak-anak) atau konstipasi / sembelit ( terutama orang dewasa), lidah

ditutupi selaput kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati limpa membesar

dan nyeri pada perabaan.

Pada saat melakukan pengkajian An. R di dapatkan tanda dan gejala demam lebih dari

10 hari, saat dikaji suhu tubuh An. R 38° C, kepala pusing, anoreksia, lidah kotor di tengah

dan kemerahan di pinggir, mual dan lemas. Selama penulis melakukan asuhan keperawatan

dari tanggal 27s/d30 Febuarai 2017, penulis tidak pernah menemukan suhu badan An. R

39-40°C seperti apa yang tertera pada teori, hal ini disebabkan karena An. R sudah

beberapa hari mendapatkan perawatan di rumah sakit dan di berikan terapi obat antibiotic

(IVNFD KA_EN 3B XX/mnt, Ampicilin 3x40,mg Gentamentasol 3x40mg) serta obat

penurun panas antipiretik (paracetamol syrp)

Menurut Herisson (2004), pada kasus Thypoid pemeriksaan laboratorium yng meliputi

pemeriksaan darah rutin seperti kadar hemoglobin, leukosit dan trombosit bisa dalam nilai

normal atau sedikit menurun. Pada anak-anak leukosit biasa meningkat sampai 20.000-
65

25.000/mm3. Kadar trombosit yang rendah munkin berhubungan dengan derajat keparahan

penyakitnya. Tes fungsi hati (SPOT/SGPT) sering kali meningkat. Uji widal yaitu alglutin

O dan H yang di gunakan untuk diagnosis Thypoid semakin tinggi titernya semakin besar

kemungkinan terinfeksi kuman ini, dan pemeriksaan darag tepi, pemeriksaan sumsum

tulang, biakan empedu terdapat hasil salmonella thyposa pada urin dan tinja.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan An. R hanya pemeriksaan darah rutin

seperti HB, Hemotokrit, Leukosit, trombosit dengan nilai normal dan uji widal terdapat

positif alglutini S. Typhi O, S. Typhi C O dan S. Typhi CH, sedangkan pemeriksaan yang

lain tidak dilakukan karena kondisi An. R semakin membaik setelah mendapatkan perawatan.

Penatalaksanaan medis secara teoritis pada klien thipoid dilakukan sesuai dengan diet

dan terapi penunjang ( sistomatis dan suportif ) pertama pasien diberikan bubur saring,

kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai tingkat keseimbangan pasien, juga

diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung kesadaran umum

pasien, istirahat dan perawatan profesional, bertujuan mencegah komplikasi dan

mempercepat penyembuhan, terapi yang harus diberikan Ampicilin dosis 50-150 mg/kg

BB,mg dan Gentamisilin 2x400mg

Pada kasus An. R terapi obat yang diberikan secara parenteral (intravena) adalah

KA_EN 3B XX tts/mnt, Ampicilin3x400 mg dan Gentamentasol 2x400mg dan secara oral

diberikan sirup paracetamol 3x1 ½ cth untuk mengurangi suhu tubuh yang tinggi.

B. Diagnosa keperawatan

Menurut (Potter & Perry 2005) Daignosa keperawatan adalah pernyataan mengurangi

respon aktual atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai

izin untuk menguasainya., diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan NANDA NIC

NOC yaitu hipertermi berhubungan proses infeksi virus salmonella thypi, ketidak

seimbangan nutris berhungan dengan anoreksia, nyeri implamasi, intoleransi aktivitas


66

berhubungan dengan kelemahan fisik/bedrest, resiko defisit volume cairan berhubungan

dengan pemasukan yang kurang, mual, munth, gangguan eliminasi BAB : Diare.

Dalam kasus penulis tidak mengangkat diagnos nyeri akut karena belum adanya tanda

tanda nyeri yang di tunjukan oleh klien hal itu terdapat dari pengkajian pisik data subjektif

dan objektif yang tidak menunjukan tanda tanda nyeri baik pada abdomen dan kepala.

Penulis juga tidak mengangkat diagnosa pola eliminasi/diare dari data subjektif dan

objektif penulis juga tidak menemukan tanda tanda diare pada saat melakukan pengkajian

dan melakukan implementasi selama 3 hari. Penulis juga tidak mengangkat daiagnosa

kekurangan volume cairan karena dari penghitungan balance cairan penulis mendapatkan

cairan masuk dan keluar balance dengan hasil CM 1440 dan CK 1440. Beberapa teoritis pada

kasus An. R ditemukan diagnosa sebagai berikut:

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus salmonella di dukung

oleh data subjektif : Ibu An. R mengatakan mengatakan sudah demam 10 hari,

bdannya terasa panas, data objektif : TTV : N : 100x/mnt P : 21x/mnt S : 38 C

Kulit teraba panas dan hangat Kepala pusing k/u : lemah dan widal test 1/320

(positif)

2. Resiko ketidak seimbangan nutrisikrtidak seimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, didukung oleh data subjektif

: ibu An. R mengatakan anaknya hanya memakan 2-3 sendok dari porsi yang

disediakan dan An. R mengatakan terasa mual, data objektif : Klien hanya makan

2-3 sendok dari porsi yang disediakan, Lidah tengah klien kotor, Membran

mukosa kering. Pasien tampak lemas dan BB 11 Kg

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, di dukung oleh data

subjektif : An. R mengatakan tubuhnya terasa lemas data objektif : Pasien

tampak lemas lemas, Pasien hanya berbaring tidur ,N 100x/mnt, RR, 21x/mnt,

suhu 38ᴼC, Konjungtiva anemis dan Kebutuhan pasien dibantu keluaga


67

C. Intervensi

Intervensi keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian

asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah

kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan yang penulis

lakukan pada An. R sama dengan landasan teori, karena tindakan keperawatan tersebut

telah sesuai SOP ( Standar Oprasional Prosedur ) yang ditetapkan. Intervensi yang

penulis lakukan dengan diagnosa hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh adalah penulis mengharapkan termogulasi dengan nilai 5 ( tidak ada gangguan ),

penulis mengkaji TTV klien setiap 2 jamMemonitor suhu tubuh, nadi dan RR setiap dua

jam, Memonitor warna suhu kulit setiap enam jam, Memonitor intake dan output cairan

setiap enam jam, Menganjurkan pasien untuk banyak meminum air putih, Mengompres

pasien di axila dan lipatan paha.

Rencana keperawatan untuk diagnosa yang kedua adalah resiko gangguan

kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah Mengobservasi membran

mukosa, keadaan lidah, turgor kulit dan keadaan rambut, Mengkaji mual dan nausia,

Melakukan penimbangan berat badan, Menanyakan porsi makan pasien,

Menganjurkan keluarga memberi makan sedikit tapi sering danMenganjurkan keluarga

agar melarang pasien makan asam, pedas dan Membantu keluarga memberi makan

sore pasien yang diberikan dari ahli gizi

Rencana keperawatan untuk diagnosa yang ketiga adalah intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan fisk Mengkaji kemampuan pasien untuk melakukan

aktivitas, catat jika terjadi kelelahan keletihan dan sulit beraktivitas, Mengkaji

kehilangan/gangguang keseimbangan gaya jalan dan kelemahan otot, Menganjurkan

keluarga untuk membantu pasien dalam tirah baring, Menganjurkan pasien melakukan

aktivitas sesuai dengan kemampuan, Mendekatkan keperluan pasien dalam

jangkauannya dan Membantu aktivitas pasien dalam BAK.

D. Implementasi
68

Implementasi adalah pengolahan data dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari

tindakan mandiri ( independent ), saling ketergantungan ( dependent ).

Pada diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus salmonella,

implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan, memonitor suhu

tubuh nadi dan rr, memonitor warna suhu kulit setiap enam jam, memonitor intake dan

output cairan setiap enam jam, menganjurkan pasien untuk banyak meminum air putih,

mengompres pasien di axila atau lipatan paha, memberikan paracetamol syrp dan

memasukan obat IV lewat selang infuse ( ampicilin, gentametason). Sedangkan pada

diagnosa resiko ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia tindakan

keperawatan yang dilakukan menkaji keadaan umum, memeriksa turgor kulit, menimbang

berat badan, menanyakan porsi makan, menganjurkan klien memberikan makanan sedikit

tapi sering, memberikan penkes mengenai makanan yang belum boleh diberikan dan

berkolaborasi dengan ahli gizi dan implementasi yang diberikan sesuai dengan

perencanaan untuk mencegah resiko menjadi aktual. Pada diagnosa ketiga Intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dilakukan implementasi Mengkaji

kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas, catat jika terjadi kelelahan keletihan dan

sulit beraktivitas, Mengkaji kehilangan/gangguang keseimbangan gaya jalan dan

kelemahan otot, Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam tirah baring,

Menganjurkan pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan, Mendekatkan

keperluan pasien dalam jangkauannya dan Membantu pasien dalam melakukan aktivitas

sehari hari.

Faktor pendukung yang penulis temukan dalam pelaksanaan keperawatan An. R yaitu

pasien kooperatif, kerja sama yang baik antara penulis dengan perawat ruangan dan

data medis dari Dokter serta partisipasi dari keluarga klien memberikan asuhan

keperawatan sehingga perawatan dapat berjalan dengan sebaik munkin.. Kemudian


69

tidak ditemukan factor penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

An. R

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

mengadakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam

perencanaan keperawatan (Potter, 2005). Evaluasi yang digunakan berbentuk S

(subyektif), O (obyektif), A (analisa), P (perencanaan terhadap analisis.

Evaluasi implementasi hari pertama dilakukan menggunakan metode respon hasil.

Pada diagnosa yang didapat saat pengakajian hari pertama terdiri atas 3 diagnosa

prioritas yakni : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi bakteri salmonella

thypi, Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan

anoreksia dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Kemudian Pada

implemtasi kedua, ketiga dan kempat evaluasi implementasi yang dilakukan

menggunakan metode SOAP.

Evaluasi pada An. R di mulai dari hari pertama sampai hari kempat, evaluasi hari

pertama, kedua dan ketiga diagnosa belum teratasi dan intervensi dilanjutkan, pada hari

ketiga diagnosa hipertermi masih teratasi sebagian di temukan suhu 37,3ᴼ C, diagnosa

kedua juga belum teratasi karena di temukan An. R hanya memakan ½ porsi dari yang

diberikan dan diagnosa ketiga belum juga teratasi karena An. R hanya berbaring

ditempat tidur dan pada evaluasi hari keempat atau hari terakhir, pada diagnosa hipertermi

ditemukan suhu turun menjadi 36,7ᴼ C, diagnosa kedua juga maslah teratasi karena An.

R sudah menghabiskan porsi makan dan sudah memakan cemilan sesuia dengan selerany

sendiri sedangkan diagnosa ketiga masalah belum teratasi semuanya karena aktivitas

sebagian masih di bantu keluarga sehingga masalah teratasi sebagian.


70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pengkajian data yang diperoleh pada pasien merupakan langkah awal yang

ditempuh oleh penulis untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan agar asuhan

keperawatan dapat ditegakkan. Dan hasil dari data pengkajian keperawatan yang

timbul pada pasien dengan thypoid tidak selamanya sama dengan konsep teori yang

ada tepatnya pada An. R dengan kasus pneumonia di ruang Edelweis RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu tahun 2017.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada kasus An R penulis hanya mengangkat 3 diagnosa prioritas yakni: Hipertermi

berhubungan dengan proses infeksi virus (salmonella), Nyeri berhubungan dengan

imflamasi, Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, nause dan muntah, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan fisik

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan kasus pada An R dengan diagnosa hipertermi dibuat

berdasarkan teori yang ada. Namun, penulis hanya menyesuaikan perencanaan yang ada

dikasus berdasarkan masalah keperawatan yang timbul. Namun ada beberapa

rencana yang tidak dapat dilakukan penulis karena penulis tidak dapat melakukan

perawatan selama 24 jam dan keterbatasan kondisi klien.

4. Implementasi Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan penulis dapat melaksanakan rencana yang telah

disusun.Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 4 hari kepada An. R

dan mampu melaksanakan implementasi diagnosa 1, 2 dan 3 cukup baik dengan

adanya dukungan dan kerjasama antara keluarga dan perawat ruangan.


71

5. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang

diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi perawat

Diharapkan bagi Tim kesehatan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

dalam menanggani kasus pada Anak terutama thypoid. Peran perawat sangat

diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan dan pemberian informasi yang

berkelanjutan. Selain itu perawat juga harus bekerja sesuai dengan SOAP dan

protap yang berlaku agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

2. Bagi rumah sakit dan pemerintah

Rumah Sakit dan Pemerintah diharapkan dapat mengurangi prevalensi

Thypoid pada anak di Indonesia, khususnya kota Bengkulu. Salah satu caranya

adalah dengan melakukan promosi kesehatan berupa penyuluhan dan skrining

secara berkala, khususnya ditempat-tempat yang kurang terjangkau seperti

diperdesaan. sehingga angka mordibitas dan mortalitas akibat Thypoid dapat

dideteksi dengan cepat dan dapat dilakukan tindakan segera.

3. Bagi institusi pendidikan

Institusi pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas

dan profesional sehingga terlahir perawat yang memiliki kompetensi handal,

profesional dan beretika serta mampu memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif sesuai kode etik kepewrawatan khusunya asuhan keperawatan anak

dengan Thypoid.
72

Daftar Pustaka

Anies, 2008. Tifoid pada anak. Jakarta : Elex Media Komputido

Arief, M, 2003, Penatalaksanaan Tifoid. EGC. Jakarta

Permenkes RI, 2006 Undang-Undang Penyakit Wabah

Nursalam. Proses dokumentasi keperawatan, proses dan praktek edisi 1. Selemba merdeka
jakarta. 2001

Potter and perry. 2005. Fundamental keperawatan, Volume 2. Jakarta : EGC

Rekap Medis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, 2016 Angka Kejadian Penyakit thypoi

Nursalam. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anaka (Untuk keperawatan dan bidan). Salemba
Medika. 2005

Syafuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC

Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Nuha Medika : Yogyakarta

Ester, 2006 Keperawatan Medikal Bedah, EGC jakarta

Brunner & Suddarth, 2003 Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Kedokteran EGC

Widodo, 2006, Asuhan Keperawatan thypoid Abdominals. EGC Jakarta

Wilkinson Judith M. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria NOC. Jakarta: EGC

Judith, M, wilkinson. 2011. Buku saku keperawatan NIC-NOC, Alih bahasa Wijayanti, S.
Kp, M. Kes, dkk. Editor edisi bahasa Indonesia Ns. Eny Meliya dan Monica Este.
EGC : Jakarta

Marlynn E. Doenges Dkk (200). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawat pasien. Edisi 3, buku kedokteran EGC
: Jakarta

Hubungan Personal Higine dengan angka kejadian demam Thypoid


http://Ejurnal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewfile/7449/6994 Diakses pada
tanggal 15 desember 2016
73

Perbandingan uji widal cara tabung laboratorium


http://jurnalhealthyscience.com/wp-contet/uploads/2016/05/03-092011-faiq.pdf
Diakses pada tanggal 15 Desember 2016.

Angka kejadian thypoid di Indonesia


http://ejurnal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/articel/viewFile/5447/4483
Diakses pada tanggal 5 april 2017 pada jam 20.00 WIB
74

LAMPIRAN

1. Gambar melakukan penimbangan

2. Menjalankan instruksi injeksi


75

3. lampiran mengajak anak R untuk bermain

Você também pode gostar