Você está na página 1de 7

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.

2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ASSURE DAN PENGETAHUAN


AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-FISIKA SISWA
KELAS VIII SMPN 22 MATARAM
Haerul Muammar1, Ahmad Hardjono2, Gunawan2
1)
Program Studi Pendidika Fisika
2)
Program Studi Pendidika Fisika FKIP
Universitas Mataram
Mataram, Indonesia
Email: haerulm93@gmail.com

Abstract—This is an experimental research. This research aim to examine the effect of ASSURE learning
model and prior knowledge on science learning outcome in class VIII of SMPN 22 Mataram. The population
is entire students in class VIII SMPN 22 Mataram with VIIIB as experiment class and VIIIC as control class.
Both divided into high and low prior knowldege group. This research use factorial design 2x2. Hypothesis test
use two ways anava. We got that (1) learning model take significant effect on learning outcome that ASSURE
model get higher score than konventional model, (2) prior knowledge take significant effect on learning out
come that higher prior knowledge get higher score than the low one, and (3) there is no interaction between
learning model and prior knowledge on learning outcome. N-Gain test shown that high prior knowledge of
ASSURE class get most improvement result and low pior knowledge of conventional class get worst. It is
better to continue this ASSURE learning model in research using another student characterictic analyze. High
prior knowledge experiment class get improvement result in all sub-chapter. Low prior knowledge experiment
class and high prior knowledge control class get most improvement in wave characteristic. Low prior
knowledge control class get most improvement in vibration characteristic.

Keywords : learning model, ASSURE, prior knowledge, learning outcome

PENDAHULUAN Pembelajaran fisika di sekolah menengah pada


kenyataannya menunjukkan hal yang berlawanan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan disiplin dengan penjelasan di atas. Secara umum, guru masih
ilmu terkait dengan pengetahuan alam secara luas. menggunakan model konvensional berupa ceramah
Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang saja sehingga peserta didik menjadi pasif dan suasana
bersifat sistematis dan tersusun dengan belajar menjadi membosankan. Banyak peserta didik
menggabungkan gejala-gejala alam. Fisika sebagai sebenarnya mampu menyajikan tingkat hafalan yang
cabang IPA tentunya juga memiliki karakteritik baik terhadap materi ajar yang diterima namun pada
berupa proses, produk, dan sikap. Fisika sebagai kenyataannya mereka tidak memahaminya [2].
proses berarti pemahaman mengenai bagaimana
informasi ilmiah fisika dapat diperoleh dengan Alternatif yang dapat digunakan adalah model
melakukan pengamatan, pengukuran, penyelidikan pembelajaran yang mampu membuat peserta didik
dan publikasi. Fisika sebagai produk berarti fisika menjadi aktif dan menghidupkan suasana kelas
sebagai kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, sehingga kelas tidak lagi menjadi membosankan. Hal
prinsip, hukum, rumus, dan teori. Fisika sebagai sikap tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan
berarti penyampaian argumentasi dan ide melalui teknologi sebagai media pembelajaran. Teknologi
sikap-sikap ilmiah berupa objektif dan disiplin dalam tidak hanya memudahkan dalam pembelajaran tetapi
melakukan proses fisika guna menghasilkan produk juga mampu meningkatkan rasa ingin tahu dan
fisika. Dalam pembelajaran fisika, guru dituntut membuat peserta didik menjadi lebih tertarik untuk
untuk memiliki kemampuan dalam menggunakan mengikuti pembelajaran. Salah satu model yang dapat
strategi pembelajaran yang efektif guna digunakan yakni model pembelajaran ASSURE.
meningkatkan hasil belajar peserta didik agar Model ASSURE merupakan suatu model
optimal. Fisika dipandang sebagai suatu proses dan pembelajaran yang lebih berorientasi pada
produk sehingga dalam pembelajarannya harus pemanfaatan media dan teknologi dalam menciptakan
mempertimbangkan strategi atau metode proses dan aktivitas pembelajaran yang diinginkan
pembelajaran yang efektif dan efisien [1]. [3].
166
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

Salah satu karakteristik yang dianalisis pada sumber informasi utama dalam pembelajaran. Peserta
model ASSURE adalah pengetahuan awal (prior didik lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di
knowledge). Pengetahuan awal merupakan tingkatan depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru
pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelum memberikan latihan soal [6]. Pembelajaran ini masih
dimulainya pembelajaran. Pengetahuan awal dilaksanakan atas asumsi bahwa suatu pengetahuan
seringkali dianggap sama oleh guru padahal dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke
kenyataannya belum tentu demikian. Menurut peserta didik. Guru untuk memberikan intruksi atau
Pengetahuan awal memiliki dampak terbesar pada ceramah selama pembelajaran berlangsung,
pembelajaran. Mereka yang memiliki pengetahuan sementara itu pserta didik hanya menerima
awal yang baik dapat mempelajari lebih baik [4]. pembelajaran secara pasif.
Peneliti memprediksi pengetahuan awal ikut
C. Pengetahuan Awal
berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga peneliti
memilih pengetahuan awal sebagai variabel Pengetahuan awal (prior knowledge) merupakan
moderator. salah satu karakteristik peserta didik. Keberagaman
latar belakang dan pengalaman menyebabkan
Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan pengetahuan awal masing-masing tidaklah sama.
penggunaan model ASSURE untuk materi ataupun Mereka yang memiliki pengetahuan awal yang tinggi
mata pelajaran yang lain serta perlu ditinjaunya dapat belajar lebih baik daripada teman-temannya
pengetahuan awal peserta didik agar tidak dianggap yang berkemampuan rata-rata dan rendah.
sama untuk segala kondisi.
Pengetahuan awal yang didapatkan peserta didik
TINJAUAN PUSTAKA sebelum pembelajaran mempengaruhi proses belajar
A. Model Pembelajaran ASSURE secara signifikan. Jika pengetahuan awal baik, guru
dan peserta didik lebih mudah untuk berinteraksi
Model pembelajaran ASSURE merupakan model secara positif sehingga memudahkan pembelajaran.
yang menggunakan teknologi secara sistematis dalam Terlebih lagi dalam pembelajaran fisika terdapat
pembelajaran. Model ini berfokus pada perencanaan tingkatan-tingkatan pengetahuan yang saling terkait
teknologi yang memudahkan guru dalam merancang dan semakin kompleks di kemudian hari. Mereka
dan melakukan perubahan pada lingkungan yang memiliki kemampuan awal tinggi lebih mudah
pendidikan yang nantinya akan mendukung peserta mengingat informasi yang telah mereka peroleh dan
didik [5]. lebih cepat memahami materi yang telah dipelajari.
Kelebihan model ini yakni mampu menganalisis Guru perlu untuk mengetahui sejauh mana
secara menyeluruh komponen-komponen dalam pengetahuan awal peserta didiknya sehingga jika
pembelajaran berupa karakteristik peserta didik, pengetahuan awalnya sudah cukup baik, maka tidak
rumusan tujuan belajar, strategi dan kegiatan perlu lagi dibahas dalam pembelajaran [3]. Peneliti
pembelajaran, hingga penilaian proses belajar. Selain memprediksi pengetahuan awal ikut berpengaruh
itu juga mampu meningkatkan partisipasi aktif pada hasil belajar peserta didik.
peserta didik dengan memanfaatkan peranan
teknologi sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih D. Hasil Belajar
optimal [3]. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh peserta
ASSURE merupakan sebuah akronim. Sintaks didik setelah dilakukan aktifitas belajar [7]. Hasil
model ASSURE adalah sebagai berikut. belajar terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotor.
Pada penelitian ini, hasil belajar hanya dibatasi pada
1. Analyze (menganalisis karateristik peserta didik) ranah kognitif yang mengacu pada taksonomi
2. State (menentukan tujuan pembelajaran) Krathwol-Anderson meliputi C1-C6 (mengingat,
3. Select (memilih model, metode, dan media)
memahami, mengaplikasi, menganalisis,
4. Utilize (menggunaan model, metode, dan media)
mengevaluasi, dan membuat).
5. Require (mengajak peserta didik aktif)
6. Evaluation (evaluasi dan revisi) METODE PENELITIAN
B. Model Konvensional Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII SMPN
Pembelajaran konvensional adalah suatu konsep 22 Mataram tahun pelajaran 2014/2015. Jenis
belajar yang digunakan guru dalam membahas suatu penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Desain
pokok materi dengan cara biasa dimana guru sebagai penelitian menggunakan factorial design 2x2. Teknik
167
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

pengambilan sampel yang digunakan adalah Data diatas menunjukkan bahwa kelas eksperimen
purposive sampling. Sampel pada penelitian ini pengetahuan awal tinggi memiliki nilai rata-rata
adalah peserta didik kelas VIIIC sebagai kelas tertinggi yakni 84,23 dan peningkatan hasil belajar
eksperimen dan peserta didik kelas VIIIB sebagai paling baik dengan gain 0,60. Kelas kontrol
kelas kontrol. Kedua kelas dibagi lagi menjadi pengetahuan awal rendah memiliki nilai rata-rata
pengetahuan awal tinggi dan rendah. terendah yakni 55,60 dan juga peningkatan hasil
belajar terendah dengan gain 0,30.
Terdapat empat variabel yang menjadi fokus
penelitian yaitu variabel bebas, variabel moderator, Berikut ditampilkan hasil uji anava dua jalur
variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas dengan batuan SPSS 21.
berupa model pembelajaran, variabel moderator
Tabel 2. Hasil Uji Anava
berupa pengetahuan awal, variabel terikat berupa
hasil belajar dan variabel kontrol berupa guru, materi, Kategori Sig Status
tujuan pembelajaran, dan instrumen tes. Teknik Model 0,00 H0 ditolak
pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes hasil Pengetahuan Awal 0,00 H0 ditolak
Model*Pengetahuan Awal 0,06 H0 diterima
belajar dan angket gaya belajar. Tes diberikan pada
kedua kelas sedangkan angket hanya diberikan pada
Berikut ditampilkan grafik pengaruh model
kleas kontrol sebagai informasi gaya belajar peserta
pembelajaran ASSURE dan model pembelajaran
didik. Tes berupa pilihan ganda sebanyak 30 soal
konvensional terhadap hasil belajar IPA-Fisika
diberikan pada kedua kelas. Tes ini telah
peserta didik.
diujicobakan kepada 30 peserta didik kelas IX di
SMPN 22 Mataram tahun ajaran 2014/2015 dengan 77.72
80
mengukur uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
Nilai Rata-Rata

75
dan daya beda soal. Analisis validitas instrumen 70 66.68
menggunakan rumus product moment untuk menguji 65
validitas soal dan rumus Spearmen-Brown untuk uji 60
55
reliabilitas soal. Analisis data tes akhir menggunakan
ASSURE Konvensional
anava dua jalur. Peningkatan hasil belajar ditentukan
Model Pembelajaran
dengan rumus uji N-Gain ternormalisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap


Hasil Belajar
Kelas dibagi menjadi kelas eksperimen dan
kontrol dengan kedua kelas dibagi menjadi
Model pembelajaran berpengaruh signifikan
pengetahuan awal tinggi dan rendah. Dengan
terhadap hasil belajar. Berdasarkan uji statistik
demikian didapatkan kelas eksperimen pengetahuan
didapat nilai sig sebesar 0,00 (sig < 0,05). Pada
awal tinggi, kels eksperimen pengetahuan awal
model ASSURE, peserta didik diberikan angket gaya
rendah, kelas kontrol pengetahuan awal tinggi dan
belajar (VAK) sebelum dimulainya pembelajaran.
kelas kontrol pengetahuan awal rendah. Berdasarkan
Pada sintaks selanjutnya dalam memilih model
hasil analisis data, data keseluruhan kelas bersifat
pembelajaran, peneliti memilih model VAK sebagai
homogen dan terdistribusi normal. Peningkatan hasil
tindak lanjut dari gaya belajar VAK. Pada model VAK
belajar dinormalisasi dalam N-Gain. Berikut
ini, peneliti memberikan media power point untuk
ditampilkan hasil tes akhir.
meningkatkan visual, membangun diskusi kelompok
untuk meningkatkan audio dan memberikan
Tabel 1. Data Tes Akhir eksperimen untuk meningkatkan kinestetic. Ketika
pembelajaran berlangsung, peserta didik cukup
Nilai antusias. Mereka yang dominan pada visual lebih
Pengetahuan
Kelas Rata- N-Gain banyak bertanya ketika diberikan gambar dan
Awal
Rata
animasi. Mereka yang dominan pada audio lebih
Tinggi 84,23 0,60
Ekperimen banyak bertanya dan menjawab ketika melakukan
Rendah 72,10 0,50
Tinggi 78,00 0,50 diskusi dan mereka yang dominan pada kinestetic
Kontrol lebih banyak bertanya pada saat melakukan
Redah 55,60 0,30
eksperimen. Model ASSURE memang dapat

168
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

membantu peserta didik untuk menjadi lebih aktif. Peserta didik dengan pengetahuan awal rendah
Peserta didik kelas eksperimen memiliki nilai rata- sebagian besar tidak aktif dan tidak menguasai
rata yang lebih baik dari peserta didik di kelas pembelajaran dengan baik. Pengetahuan awal dalam
kontrol. Pada kelas kontrol, peneliti menggunakan belajar fisika akan menentukan kelancaran peserta
pembelajaran model konvensional berupa ceramah didik dalam memahami materi yang sedang
dan kegiatan eksperimen. Pada saat pembelajaran, dipelajarinya sehingga peserta didik yang memiliki
peserta didik pada kelas eksperimen lebih aktif pengetahuan awal tinggi memiliki hasil belajar yang
bertanya ataupun berdiskusi dibandingkan dengan lebih baik daripada peserta didik yang memiliki
kelas kontrol. Peserta didik cukup antusias dalam pengetahuan awal rendah. Penelitian lain juga
memperhatikan penjelasan ketika dibantu dengan menunjukkan hal serupa bahwa hasil belajar
grafik, gambar dan animasi. Mereka lebih semangat kelompok yang memiliki pengetahuan awal tinggi,
dalam melakukan diskusi dan tidak segan untuk lebih tinggi dari kelompok yang memiliki
bertanya apa yang tidak dimengerti. Namun pada pengetahuan awal rendah sehingga pengetahuan awal
kelas kontrol tidak menunjukkan hal demikian. memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
Mereka lebih senang mengobrol sendiri dan terlihat pembelajaran dan memiliki pengaruh yang signifikan
bosan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai terhadap hasil belajar [11],[12],[13].
dengan teori bahwa model pembelajaran ASSURE
Tidak ada interaksi model pembelajaran dan
lebih baik dari model konvensional. Penelitian serupa
pengetahuan yang terjadi pada peneilitian ini. Tabel 2
juga menunjukkan bahwa model ASSURE dapat
menunjukkan nilai sig sebesar 0,06 (sig > 0,05).
mempengaruhi hasil belajar IPA peserta didik secara
Model pembelajaran dan pengetahuan awal masing-
signifikan [8], [9]. Pada penelitian lain menjelaskan
masing berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
rendahnya hasil belajar pada model pembelajaran
namun pada keduanya tidak terjadi interaksi. Hal ini
konvensional karena peserta didik dalam proses
dapat terjadi karena mereka yang memiliki
pembelajaran hanya mendengar penjelasan materi
pengetahuan awal tinggi akan dapat menghasilkan
dari guru dan mencatat materi dari buku paket atau
hasil belajar yang tinggi pula meski diberikan model
guru hanya berceramah dalam memberikan materi
pembelajaran yang berbeda. Dengan demikian, maka
[10].
pengetahuan awal dan model belajar bersifat
Berikut ditampilkan grafik pengaruh pengetahuan independen. Pengaruh yang diberikan model
awal terhadap hasil belajar IPA-Fisika peserta didik. pembelajaran terhadap hasil belajar merupakan
pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan
85 82.03 dengan pengetahuan awal, begitu pula sebaliknya.
Nilai Rata-Rata

75 Pengaruh yang diberikan pengetahuan awal terhadap


63.25 hasil belajar adalah pengaruh yang berdiri sendiri dan
65 tidak berhubungan dengan model pembelajaran. Pada
55 pembelajaran fisika dengan menggunakan model
Tinggi Rendah pembelajaran apapun, semakin tinggi pengetahuan
Pengetahuan Awal awal peserta didik, akan semakin tinggi pula hasil
belajarnya. Berikut ditampilkan grafik interaksi
model pembelajaran dan pengetahuan awal.
Gambar 2. Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap
Hasil Belajar

Pengetahuan awal berpengaruh signifikan


terhadap hasil belajar. Berdasarkan uji statistik
didapat nilai sig sebesar 0,00 (sig < 0,05). Tabel 1
menunjukkan pengetahuan awal tinggi pada kelas
eksperimen dan kontrol memiliki N-Gain lebih tinggi
dari pengetahuan awal rendah. Mereka yang memiliki
pengetahuan awal tinggi lebih mudah menyesuaikan
diri dalam pembelajaran. Terlebih lagi pada saat
diberikan latihan soal, mereka lebih aktif dan antusias
ketika maju ke depan untuk menuliskan jawaban.
169
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

Interaksi Model Pembelajaran dan Analisis Jawaban Kelas Eksperimen


Pengetahuan Awal Pengetahuan Awal Tinggi
0.98 0.96
90 1.00 0.84 0.81 0.80
84.23 0.76

Nilai Gain
78 0.54
70 72.1 0.49
0.50
55.6
50
Model ASSURE Model Konvensional 0.00
a b c d
Pengetahuan Awal Tinggi
Tes Awal Tes Akhir
Pengetahuan Awal Rendah

Gambar 3. Interaksi Model Pembelajaran dan Gambar 4. Analisis Jawaban Kelas Eksperimen
Pengetahuan Awal. Pengetahuan Awal Tinggi
Secara statistik, suatu variabel dikatakan
berinteraksi dengan variabel lainnya jika keduanya Gambar diatas menunjukkan bahwa kelas
memiliki titik pertemuan [14]. Pada gambar 3, terlihat eksperimen pengetahuan awal tinggi sudah
bahwa tidak ada titik temu antara kedua garis yang memahami karakteristik getaran dan gelombang
menghubungkan kedua variabel. Pada penelitian ini, dengan baik sebelum diberi perlakuan sedangkan
titik temu akan muncul jika salah satu kelas yang mereka masih belum memahami soal hitungan pada
memiliki pengetahuan awal rendah mampu mencapai aplikasi rumus getaran dan gelombang. Setelah
hasil belajar yang lebih tinggi dari mereka yang diberikan perlakuan, terjadi peningkatan yang
memiliki pengetahuan awal tinggi pada kelas yang signifikan terutama pada sub materi aplikasi rumus
sama. Padahal secara teori tentu tidak dapat terjadi. getaran dan gelombang, Hal ini menunjukkan model
Hal tersebut juga didukung dengan nilai gain yang dan metode yang digunakan cukup membantu peserta
diperoleh masing-masing kelompok. Hal ini didik dalam memahami masalah khususnya pada
menunjukkan bahwa secara teori ataupun nilai di bagian hitungan.
lapangan tidak memungkinkan adanya interaksi
model pembelajaran dan pengetahuan awal. Analisis Jawaban Kelas Eksperimen
Pengetahuan Awal Rendah
0.98
Terkait dengan peningkatan hasil belajar, tiap 1.00 0.89
kelas memiliki peningkatan pada sub materi yang 0.64 0.62 0.65
Nilai Gain

0.56
berbeda. Materi yang diajarkan pada penelitian ini 0.50 0.33 0.29
adalah getaran dan gelombang. Materi tersebut dibagi
menjadi empat sub materi yakni karakteristik getaran, 0.00
aplikasi rumus getaran, karakteristik gelombang, dan a b c d
aplikasi rumus gelombang. Karakteristik getaran dan
gelombang berada pada ranah C1 dan C2 sedangkan Tes Awal Tes Akhir
aplikasi rumus getaran dan gelombang berada pada
ranah C4, C5, dan C6. Berikut ditampilkan analisis Gambar 5. Analisis Jawaban Kelas Eksperimen
jawaban tiap kelas dengan “a” sebagai karakteristik Pengetahuan Awal Rendah
getaran, “b” sebagai aplikasi rumus getaran, “c” Gambar diatas menunjukkan kelas eksperimen
sebagai karakteristik gelombang dan “d” sebagai dengan pengetahuan awal rendah menunjukkan hal
aplikasi rumus gelombang. berbeda. Sebelum diberi perlakuan, kelas ini memiliki
pemahaman yang baik pada karakteristik getaran saja
namun tidak untuk sub materi yang lain. Setelah
diberi perlakuan, kelas ini mengalami peningkatan
pada semua sub materi namun tidak sebaik kelas
eksperimen dengan pengetahuan awal tinggi terutama
pada bagian aplikasi rumus getaran dan gelombang
yang berbasis pada hitungan. Tetapi pada sub materi

170
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

karakteristik gelombang, kelas ini meningkat sedikit PENUTUP


lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model
Analisis Jawaban Kelas Kontrol pembelajaran terhadap hasil belajar, terdapat
Pengetahuan Awal Tinggi pengaruh pengetahuan awal terhadap hasil belajar,
0.96
1.00 dan tidak terdapat interaksi model pembelajaran dan
0.80 0.74
0.80 0.71 pengetahuan awal. Terkait model pembelajaran,
0.60 0.59
Nilai Gain

0.60 0.53 model ASSURE lebih baik dari model konvensional.


0.46
Hal ini dapat dilihat bahwa nilai rata-rata model
0.40
ASSURE lebih tinggi dari model konvensional.
0.20 Terkait dengan pengetahuan awal, peserta didik
0.00 dengan pengetahuan awal tinggi memiliki hasil
a b c d belajar yang lebih baik dari pengetahuan awal rendah.
Tes Awal Tes Akhir Hal ini terlihat dari nilai pengetahuan awal tinggi
lebih tinggi dari pengetahuan awal rendah. Dari
perhitungan N-Gain ternormalisasi secara
Gambar 6. Analisis Jawaban Kelas Kontrol
keseluruhan dan per sub materi pada tiap kelas, dapat
Pengetahuan Awal Tinggi
disimpulkan bahwa peserta didik kelas eksperimen
Gambar diatas menunjukkan bahwa kelas kontrol pengetahuan awal tinggi mengalami peningkatan
dengan pengetahuan awal tinggi memahami dengan yang signifikan untuk semua sub materi. Peserta didik
baik semua sub materi getaran dan gelombang kelas eksperimen pengetahuan awal rendah dan kelas
sebelum diberi perlakuan. Namun setelah diberi kontrol pengetahuan awal tinggi mengalami
perlakuan, sub materi karakteristik gelombang peningkatan terbaik pada sub materi karakteristik
mengalami peningkatan paling besar dibanding sub gelombang. Kelas kontrol pengetahuan awal rendah
materi lainnya. mengalami peningkatan terbaik pada sub materi
karakteristik gelombang.
Analisis Jawaban Kelas Kontrol Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
Pengetahuan Awal Rendah dilakukan analisis lain pada karaksteristik peserta
1.00 0.84 didik.
0.80 0.65 0.60 UCAPAN TERIMA KASIH
Nilai Gain

0.60 0.45 0.44 0.41


0.33 Terima kasih penulis ucapkan untuk bapak Didik
0.40 0.24 Syamsul Hadi, S.Pd selaku kepala SMPN 22
0.20
Mataram serta bapak Ida Bagus Bangli S, S.Pd selaku
0.00 guru kelas dan seluruh peserta didik kelas VIIIB dan
a b c d VIIIC tahun ajaran 2014/2015 yang telah ikut serta
Tes Awal Tes Akhir dalam penelitian ini.

Gambar 7. Analisis Jawaban Kelas Kontrol


REFERENSI
Pengetahuan Awal Rendah [1] Hikmawati dan Gunada, I W. 2013. Kajian Fisika
SMA. Mataram: Unram-Press.
Gambar diatas menunjukkan bahwa kelas kontrol
dengan pengetahuan awal rendah tidak memahami [2] Suprijono, A. 2012. Cooperatif Learning: Teori
keempat sub materi sebelum diberi perlakuan. Setelah dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
diberi perlakuan, hanya sub materi karakteristik Pelajar.
getaran yang mengalami peningkatan dengan baik [3] Pribadi, B.A. 2011. Model ASSURE untuk
sedangkan pada sub materi aplikasi rumus getaran Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: PT
tidak terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini Dian Rakyat.
berarti kelas ini masih mengalami kesulitan pada [4] Walberg, H. J. 2011. Improving Student Learning
penggunaan persamaan pada getaran. Action Principles for Families, School, Districts,
and States. United States of America:
Information Age Publishing.
171
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume I No 3, Juli 2015

[5] Heinich, R., Molenda, M., Russel, J.D., and Matematika Ditinjau Dari Pengetahuan Awal.
Smaldino, S E.1996. Instructional Media and Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha. 2(1). 1-
Technologies for Learning 5th Ed. New York: 10
Printice-Hall, Inc.
[12] Leatemia, M. 2013. Pengaruh Strategi SQ4R Tipe
[6] Djamarah, S.B. 1994. Prestasi Belajar dan Bantuan Multimedia vs Buku Teks, Pengetahuan
Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Awal, Gaya Belajar Kolb terhadap Hasil Belajar.
Jurnal Teknologi Pembelajaran UNM. 1(4). 1-11.
[7] Djamarah, S.B. dan Zain, A. 2006. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahastya. [13] Parnata, I K., dan Suandi, I K. 2010.
Implementasi Cooperative Learnin dalam
[8] Giarti, S. 2012. Model Pembelajaran ASSURE
Pembelajaran Sistem Akuntasi untuk
untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Journal
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa
Scholaria. 2(1). 195-215.
Ditinjau dari Prior Knowledge Mahasiswa.
[9] Harijanti N.S. 2007. Peningkatan Partisipasi dan Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora. 10(2).
Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi 98-105.
dengan Model ASSURE di Kelas XD Man
[14] Cardinal, R N. 2004. Anova In Practice And
Tempursari Mantingan Ngawi. Tesis Program
Complex Anova Designs. United States of
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Tesis
America: Thompson Learning.
tidak diterbitkan.
[10] Rasyid, A., Pasaribu M., dan Kamaluddin. 2014.
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe BIOGRAFI PENULIS
NHT (Numbered Heads Together) dan Haerul Muammar, S.Pd, lahir di Mataram 28 Mei
Kemampuan Awal Terhadap Hasil Belajar Siswa 1993. Tahun 2005 lulus di SDN 2 Ampenan dan
Pada Mata Pelajaran Fisika Di Smp Negeri 2
tahun 2008 lulus di SMPN 2 Mataram. Tahun 2011
Poso. Jurnal Pendidikan Sains Pascasarjana
lulus di SMAN 1 Mataram dan melanjutkan
Universitas Tadulako. 2(1). 1-8
pendidikan S-1 di Universitas Mataram pada program
[11] Dharma, I N., Sadra I W., dan Sariyasa, I W. studi pendidikan fisika hingga meraih gelar sarjana
2013. Pengaruh Pendidikan Matematika Realistik tahun2015.
Terhadap Pemahaman Konsep Dan Daya

172

Você também pode gostar