Você está na página 1de 22

PENDAHULUAN

BAB I

A. LATAR BELAKANG
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplay darah ke bagian otak. Stroke adalah syndrome klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-
mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic. Bila gangguan
peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam
( kebanyakan 10-20 menit ), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan
iskemik otak sepintas ( transient ischaemia attack = TIA ).
Stroke adalah masalah neurologik primer di Amerika Serikat dan di dunia.
Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden pada
beberapa tahun terakhir. Serangan otak ini merupakan kegawat daruratan medis yang
harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat.
Stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju mortalitas
18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya.
Terdapat kira-kira 2 juta orang untuk bertahan hidup dari stroke yang mempunyai
beberapa kecacatan, dari angka ini, 40% persen memerlukan bantuan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien
dengan Stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit
Stroke.

1
b. Diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengakajian pada klien
dengan penyakit Stroke.
c. Diharapkan mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan
pada klien dengan penyakit Stroke.
d. Diharapkan mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan pada klien
dengan penyakit Stroke.
e. Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan yang
telah dibuat pada klien dengan penyakit Stroke.
f. Diharapkan mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan
penyakit Stroke.

C. MANFAAT
Menambah pengetahuan mahasiswa/mahasiswi mengenai asuhan keperawatan
pada Stroke.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
kebagian otak.

B. ETIOLOGI
1. Trombosis serebral ( bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher ).
Arteriosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke.
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, antara lain sakit kepala, pusing, perubahan
kognitif, kejang, dan beberapa mengalami tanda yang tidak dapat dibedakan dari
hemoragi intraserebral atau embolisme serebral.

2. Embolisme serebral ( bekuan darah yang dibawa keotak dari bagian tubuh yang
lain ).
Abnormalitas patologik pada jantung kiri seperti endokarditis infektif,
penyakit jantung reumatik, infark miokard, infeksi pulmonal adalah tempat-tempat
asal emboli. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabangnya yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegi tiba-
tiba dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantungatau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.

3. Iskemia serebral ( penurunan aliran darah keotak ).


Terjadi karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

4. Hemoragi serebral ( pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan


kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak ).

3
Dapat terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah
duramater (hemoragi subdural), diruang subarakhnoid (hemoragi subarakhnoid), atau
didalam substansi otak (hemoragi intra serebral).
a. Hemoragi ekstradural
Adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini
biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri
meningen lain. Harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk mempertahankan
hidup.
b. Hemoragi subdural
Pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma
subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode pembentukan hematome
lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
c. Hemoragi subarakhnoid
Dapat terjadi akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering
adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus willisi dan malforasi arteri – vena
kongenital pada otak.
d. Hemoragi intraserebral
Perdarahan di substansi dalam otak paling umum pada pasien dengan hipertensi
dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini
biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Sering terjadi pada umur 40-70 tahun,
pada orang muda biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena,
hemangioblastoma, dan trauma. Juga tipe patologi arteri tertentu adanya tumor otak,
penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin, dan berbagai obat
adiktif ).Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal
ganglia.Gambaran klinis dan prognosis bergantung terutama pada derajat hemoragi
dan kerusakan otak. Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat, bila
hemoragi membesar makin jelas defisit neurologis yang terjadi dalam bentuk
penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Tindakan pada hemoragi
intraserebral masih kontroversial, bila hemoragi kecil, pasien diatasi secara
konservatif dan simtomatis. TD diturunkan hati-hati dengan medikasi antihipertensif.

4
C. PATOFISIOLOGI

Arterisklerotik Penyakit jantung

Trombus ruptur arteri serebra

Emboli perdarahan intrakranial

Arteri tersumbat ekstrasasi darah dari otak

NH H Jaringan tertekan/tergeser

Aliran darah berkrg vasopsasme arteri

Hipoksia jar. otak

Atropi nekrosis STROKE

Ggn sirkulasi otak

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi),
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan, hemiparesis (kelemahan pada salah satu
sisi tubuh).
b. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasidapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
- disartria (kesulitan bicara), bicara sulit dimengerti disebabkan oleh paralisis otot
yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
- disfasia atau afasia (kehilangan bicara).

5
- apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya)
seperti menyisir rambut.
c. Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat
mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial
dan kehilangan sensori.

d. Kehilangan sensori
Dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau berat, dengan kehilangan
propriosepsi ( kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta
kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan auditorius.

e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis


Bila kerusakan terjadi di lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi dapat ditunjukkan
dalam lapang pandang terbatas, kesulitan pemahaman, lupa, kurang motivasi, yang
menyebabkan pasien frustasi dalam program rehabilitasi.

f. Disfungsi kandung kemih


Kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap
pengisian kandung kemih, kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang
atau berkurang. Ketika tonus otot meningkat dan reflek tendon kembali, tonus
kandung kemih meningkat dan spastisitas kandung kemih dapat terjadi.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik,
seperti perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
b. CT Scan : memperlihatkan adanya edema, hematome, iskemia dan adanya infark.
c. MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi
arteriovena (MAV).

6
d. Pungsi lumbal : menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis,
emboli serebral dan TIA.
e. Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f. EEG : mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral, kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subarakhnoid.
h. Laboratorium : kimia darah
i. EKG

F. PENATALAKSANAAN
Pasien yang masuk RS dalam keadaan koma mempunyai prognosis buruk,
sebaliknya pasien sadar mempunyai hasil yang lebih diharapkan. Fase akut biasanya
berakhir 48-72 jam, dengan cara mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat.
- Pasien dengan posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak
ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang.
- Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik.
- Dipantau adanya komplikasi pulmonal ( aspirasi, atelektasis, pneumoni), yang
mungkin berkaitan dengan kehilangan reflek jalan napas, imobilitas, hipoventilasi.
- pemeriksaan jantung (abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda gagal
jantung kongestif).
- Selanjutnya pemberian diuretik : menurunkan edema serebral, yang mencapai
tingkat maksimum 3-5 hari setelah infark serebral.
- antikoogulan : mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi
dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
- medikasi antitrombosit : trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan trombus dan embolisasi.

7
- kontrol hipertensi dengan pemberian labetol (20 mg iv dalam 2 menit, ulangi 40-80
mg iv, interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan.
- kontrol peningkatan TIK : dengan pemberian manitol bolus, gliserol.
- mencegah vasospasme serebral : nimodipin.
- pembedahan : craniotomy ( pada perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid,
peningkatan TIK.
- pencegahan komplikasi : O2, hidrasi adekuat, ROM, terapi wicara.

G. KOMPLIKASI
a. hipoksia serebral.
b. penurunan aliran darah serebral.
c. luasnya area cedera.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat penyakit
c. Riwayat keluarga
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan penunjang

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan


a. Perubahan perfusi jaringan b/d gangguan aliran darah cerebral, hemoragi
serebral, PTIK, vasospasme serebral, edema serebral.
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, cedera otak.
c. Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan otak.
d. Perubahan proses berpikir b/d kerusakan otak, konfusi, ketidakmampuan
untuk mengikuti intruksi.

8
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d
kelemahan otot menelan, depresi.
f. Kurang perawatan diri : higiene, makan, berpindah, toileting b/d kerusakan
neuromuskuler.

9
3. Rencana tindakan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONALISASI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Perubahan perfusi Tingkat kesadaran, a. Pantau atau catat status neurologis a. mengetahui kecenderungan
jaringan b/d fungsi kognitif, dengan gcs. tingkat kesadaran dan potensial
gangguan aliran motorik, sensorik peningkatan TIK dan
darah cerebral, membaik. mengetahui lokasi, luas dan
hemoragi serebral, Dengan kriteria hasil ; kemajuan/ resolusi kerusakan
PTIK, vasospasme - TTV stabil, tidak ada SSP.
serebral, edema tanda-tanda b. Pantau tanda-tanda vital. b. untuk mengetahui keadaan
serebral. peningkatan TIK. umum pasien.
c. letakkan kepala dengan posisi c. menurunkan tekanan arteri
agak ditinggikan dan dalam posisi dengan meningkatkan drainase
anatomis (lateral). dan meningkatkan
sirkulasi/perfusi serebral.
d. evaluasi pupil, catat ukuran, d. reaksi pupil diatur oleh syaraf
bentuk, kesamaan, reaksi terhadap kranial ketiga dan untuk
cahaya. menentukan apakah batang otak
tersebut masih baik.
e. catat perubahan dalam e. gangguan penglihatan yang

10
penglihatan. spesifik mencerminkan daerah
otak yang terkena.
f. Kaji fungsi yang lebih tinggi, f. perubahan dalam isi kognitif
seperti fungsi bicara jika pasien dan bicara merupakan indikator
sadar. dari lokasi/derajat gangguan
serebral dan mengindikasikan
penurunan/peningkatan TIK.
g. pertahankan tirah baring dan g. Aktivitas/stimulasi yang
ciptakan lingkungan yang tenang. kontinu dapat meningkatkan
TIK. Istirahat dan ketenangan
diperlukan untuk pencegahan
terhadap perdarahan dalam
kasus stroke hemoragik.
h. cegah terjadinya mengedan saat h. manuver valsava dapat
defekasi. meningkatkan TIK dan
memperbesar resiko terjadinya
perdarahan.
i. kolaborasi : - menurunkan hipoksia yang
- berikan oksigen dapat menyebabkan vasodilatasi
serebral dan terbentuknya

11
Berikan obat sesuai indikasi : edema.
- Antikoagulasi - Meningkatkan/memperbaiki
aliran darah serebral dan
mencegah pembekuan saat
embolus/trombus.
- Antifibrolitik - mencegah lisis bekuan dan
peradarahan yang berulang.
- Antihipertensi - untuk menurunkan tekanan
darah.
- Steroid - mengendalikan edema
serebral.
- Pelunak feses - mencegah mengedan yang
berhubungan dengan
peningkatan TIK.

2. Kerusakan mobilitas Mempertahankan a. kaji kemampuan secara a. mengidentifikasikan


fisik b/d hemiparesis, /meningkatkan fungsional/ luasnya kerusakan awal kekuatan/kelemahan dan dapat
kehilangan kekuatan dan fungsi dan dengan cara yang teratur. membantu informasi mengenai
keseimbangan dan bagian tubuh yang Klasifikasikan dengan skala 0-4. pemulihan.
koordinasi, cedera terkena. b. ubah posisi minimal setiap 2 jam b. menurunkan resiko terjadinya

12
otak. Dengan kriteria hasil : (telentang/miring). iskemia jaringan.
- tak adanya kontraktur c. lakukan latihan ROM aktif/pasif. c. meminimalkan atrofi otot,
- prilaku yang meningkatkan sirkulasi,
memungkinkan mencegah kontraktur.
melakukan aktivitas. d. bantu untuk keseimbangan duduk d. membantu dalam melatih
(biarkan pasien menggunakan kembali jaras syaraf dan
tangan untuk menyokong BB dan meningkatkan respon motorik.
kaki yang kuat untuk memindahkan
kaki yang sakit) dan keseimbangan
berdiri.
e. lakukan masase pada daerah e. stimulasi sirkulasi dan
kemerahan dan berikan alat bantu memberikan bantalan membantu
seperti bantalan lunak pada tempat mencegah kerusakan kulit dan
yang sering tertekan. dekubitus.
f. bangunkan dari kursi setelah f. membantu menstabilkan
tanda-tanda vital stabil kecuali pada tekanan darah (tonus vasomotor
hemoragik serebral. terjaga), meningkatkan
keseimbangan ekstremitas
dalam posisi normal.
g. kolaborasi :

13
- ahli fisioterapi secara aktif dan - program khusus dapat
ambulasi pasien. dikembangkan untuk
menemukan kebutuhan yang
berarti/menjaga kekurangan
tersebut dalam keseimbangan ,
koordinasi dan kekuatan.
- berikan obat relaksan otot, - untuk menghilangkan
antispasmodik sesuai indikasi, spastisitas pada ekstremitas
seperti baklofen, dantrolen. yang terganggu.

3. Kerusakan Dapat mengindikasikan a. kaji derajat disfungsi, seperti tidak a. membantu menentukan
komunikasi verbal pemahaman tentang memahami kata atau kesulitan daerah dan derajat kerusakan
b/d kerusakan otak. masalah komunikasi. bicara. serebral dan kesulitan dalam
Dengan kriteria hasil : tahap proses komunikasi.
- pasien dapat b. bedakan afasia dan disartria. b. afasia tidakmampu
berkomunikasi sesuai memahami tulisan/ucapan,
kebutuhannya. menulis kata, berbicara.
Disartria dapat memahami,
membaca, menulis tetapi sulit
mengucapkan kata.

14
c. berikan metode komunikasi c. memberikan komunikasi
alternatif, seperti papan tulis, tentang kebutuhan berdasarkan
gambar, gerakan tangan. keadaannya.
d. berbicara dengan perlahan dan d. Menurunkan kebingungan
tenang. selama proses komunikasi.
e. anjurkan orang terdekat untuk e. mengurangi isolasi sosial
mempertahankan usaha pasien dan meningkatkan
berkomunikasi dengan pasien. komunikasi yang efektif.
f. kolaborasi :
- dengan ahli terapi wicara. - mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan terapi.

4. Perubahan proses Membantu pasien a. berikan orientasi terhadap a. membantu pasien dalam
berpikir b/d dalam memperbaiki lingkungan. proses berpikir dan mengenal
kerusakan otak, proses berpikir. lingkungan sekitar.
konfusi, Dengan kriteria hasil : b. beri dorongan untuk memperbaiki b. komunikasi dapat membantu
ketidakmampuan - pasien dapat komunikasi. pasien dalam mengenal instruksi
untuk mengikuti mengikuti instruksi yang diberikan.
intruksi. yang diberikan. c. bicara dengan perlahan, beri c. pasien tidak bingung dalam
waktu untuk merespon pembicaraan. merespon informasi yang

15
diberikan.
d. beri lingkungan yang nyaman dan d. lingkungan tenang membantu
tenang. pasien dalam mengartikan
e. kolaborasi : instruksi.
- ahli neuropsikologi dalam program - membantu dengan metode
pelatihan kognitif atau program pengajaran yang baik untuk
rehabilitasi sesuai indikasi. kompensasi gangguan pada
kemampuan berpikir.
5. Gangguan Kebutuhan nutrisi a. beri makan pasien melalui NGT a. memenuhi kebutuhan nutrisi
pemenuhan dapat terpenuhi. sesuai kondisi pasien. pasien sesuai kondisi.
kebutuhan nutrisi : Dengan kriteria hasil : b. pertahankan masukan dan b. mempertahankan nutrisi yang
kurang dari - asupan gizi yang haluaran dengan akurat, catat jumlah adekuat.
kebutuhan tubuh b/d adekuat dan BB kalori yang masuk.
kelemahan otot normal. c. pertahankan BB tiap hari. c. BB normal menunjukkan
menelan, depresi. pemenuhan nutrisi yang baik
dan membantu dalam proses
penyembuhan penyakit.
d. kolaborasi : d. pemenuhan nutrisi sesuai
- konsultasi diet. kebutuhan pasien.

16
6. Kurang perawatan Dapat melakukan a. beri bantuan pasien sesuai a. untuk mempertahankan harga
diri : higiene, makan, aktifitas sehari-hari kebutuhan dalam melakukan diri dan meningkatkan
berpindah, toileting dengan kemampuan aktifitas. pemulihan.
b/d kerusakan sendiri. b. beri umpan balik yang positif b. meningkatkan perasaan
neuromuskuler Dengan kriteria hasil : untuk usaha yang dilakukan. makna diri,
- pasien melakukan kemandirian,mendorong pasien
aktifitas perawatan diri untuk berusaha.
sesuai kemampuan. c. gunakan alat bantu pribadi, seperti c. pasien dapat menangani
mandi pancuran, kloset duduk yang sendiri dan meningkatkan
tinggi. kemandirian.
d. kolaborasi : d. mengidentifikasi kebutuhan
- ahli terapi okupasi alat bantu yang diperlukan.

17
4. Implementasi
Tindakan keperawatan dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat. Tindakan keperawatan dilaksanakan bersama-sama
dengan klien beserta keluarganya berdasarkan rencana yang telah disusun.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, yang mana pada
tahap ini dilakukan penilaian apakah tindakan yang telah dilaksanakan berhasil
memenuhi kebutuhan klien berdasarkan respon klien dan keluarga.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
kebagian otak.
Etiologi :
1. Trombosis serebral
2. Embolisme serebral
3. Iskemia serebral
4. Hemoragi serebral

Manifestasi klinis :
Kehilangan motorik
Kehilangan komunikasi
Gangguan persepsi
Kehilangan sensori
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
Disfungsi kandung kemih

Kemungkinan diagnosa keperawatan :


1. Perubahan perfusi jaringan b/d gangguan aliran darah cerebral, hemoragi
serebral, PTIK, vasospasme serebral, edema serebral.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, cedera otak.
3. Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan otak.
4. Perubahan proses berpikir b/d kerusakan otak, konfusi, ketidakmampuan
untuk mengikuti intruksi.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d
kelemahan otot menelan, depresi.

19
6. Kurang perawatan diri : higiene, makan, berpindah, toileting b/d kerusakan
neuromuskuler.

B. SARAN
Para mahasiswa/mahasiswi hendaknya mengerti dan memahami konsep dasar
penyakit stroke, agar dapat menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif pada
pasien.

20
21
22

Você também pode gostar