Você está na página 1de 10

AGROINTEK Volume 8, No.

1 Maret 2014 13

PENGENDALIAN MUTU PADA PRODUKSI KERIPIK SUKUN

Edi Junaidi, Banun Diyah Probowati, Muhammad Fakhry


Staf Pengajar Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Korespondensi : Jl. Telang, PO BOX 2 Kamal-Bangkalan, 69162
e mail: edijunaidi_trunojoyo@yahoo.co.id
E-mail: banundiyah@yahoo.com
E-mail: muhammad fakhry@gmail.com

ABSTRACT

There are many matter can be make chips. One of them is breadfruits chips.
Consumers need a good quality of product. The industries must be keep the quality of
its products. Therefore it is necessary for a good quality control on the quality control
of raw materials, production processes and final products breadfruit chips. The aims of
this study are to determine the application of the Seven Tools of Quality Control and
how to improve product quality breadfruit chips. Analysis of quality control is done by
using tools such as quality control check sheet, stratification, histograms, Pareto charts,
scatter charts, fishbone diagram and control chart. Check sheets are used to present the
data in order to facilitate the understanding of data to analyze further. P control chart
is used to see whether a product is defective is well within control or not. The results of
the data analysis showed that the p control chart product defects that occured during
production process had upper threshold of 0.033 (79 pieces of breadfruit chip) and
lower thresholdof 0.021 (50 pieces of breadfruit chip) with an average percentage per
day damage of 2.765 % (66 pieces of breadfruit chip). Disability occurred once,
because it exceeded the upper limit of the number of defects by 176 pieces of breadfruit
chip (3.6%). Result of causative diagram analysis showed what factors causedproduct
defects, those were raw materials, tools, production process, and human error. Result of
this study can be used by the industry to immediately take corrective action to prevent
and reduce the level of disability.
Keywords : Breadfruit chip, quality control, seven tools
sebagian besar penduduk Indonesia. Makanan
PENDAHULUAN
ringan ini sangat digemari oleh semua lapisan
Mayoritas masyarakat Indonesia
masyarakat. Pembuatan keripik sukun banyak
memenuhi kebutuhan karbohidrat dengan
diminati karena proses pembuatannya mudah
mengkonsumsi bahan pangan seperti beras
dan membutuhkan alat yang sederhana. Hal
dan jagung. Banyak bahan pangan yang
ini menyebabkan keripik sukun cocok
merupakan sumber karbohidrat lain yang
digunakan sebagai usaha industri skala rumah
berasal dari umbi-umbian atau buah-buahan
tangga. Proses produksi yang tepat pada
yang ada disekitar yang juga dapat
pengolahan sukun sangat diperlukan untuk
dikonsumsi. Salah satu di antara sumber
mempertahankan mutu.
karbohidrat tersebut yaitu buah sukun yang
Produk keripik sukun dapat
pemanfaatannya relatif masih rendah
dikendalikan melalui proses produksi agar
dibanding bahan pangan sumber karbohidrat
dapat menghasilkan keuntungan bagi
yang berasal dari umbi-umbian (Djaafar dan
perusahaan. Keinginan konsumen terhadap
Rahayu 2007).
produk yang baik dan mempunyai mutu yang
Keripik sukun merupakan makanan
baik merupakan salah satu pentingnya
ringan yang sudah tidak asing lagi bagi
perusahaan memenuhi dan menjaga mutu
14 Pengendalian Mutu ….(Edi J, dkk)

produknya. Selain itu pengendalian mutu tingkat keberhasilan suatu perusahaan. Selama
terhadap produk yang diproduksi mampu ini perusahaan tidak pernah memperhatikan
meningkatkan mutu produk dan menentukan bagaimana karyawan bekerja dan melakukan
sebuah kesalahan dalam proses pada bahan baku, proses produksi dan produk
produksi sehingga menimbulkan banyaknya akhir keripik sukun.
kecacatan pada produk yang akan merugikan Berdasarkan kondisi di atas maka
perusahaan itu sendiri dan menjaga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kepercayaan konsumen terhadap produk yang aplikasi tujuh alat pengendalian mutu dalam
dihasilkan. Oleh sebab itu perlu dilakukan produksi keripik sukun dan bagaimana cara
pengendalian mutu baik pengendalian mutu meningkatkan mutu keripik sukun.
gosong dan tidak utuh. Tidak matang
METODE PENELITIAN memiliki persentase terendah sebesar 26%
Penelitian ini dilaksanakan di UD (44,39 keping sukun) kemudian gosong 31%
Bunga Mutiara, Kabupaten Sampang, dan (53 keping sukun) dan tertinggi tidak utuh
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan sebesar 42% (71,7 keping sukun). Faktor ini
Oktober-November 2012. Obyek penelitian karena mata pisau dengan ketajaman yang
ini adalah keripik sukun. Alat pengendalian sudah mulai berkurang, kedudukan yang tidak
mutu yang dipakai dalam penelitian ini yaitu: tepat serta pekerja yang tidak ahli dalam
Lembar pengamatan (check sheet), melakukan pengirisan seperti kurang menekan
Stratifikasi, Histogram, Diagram pareto buah ke mata pemasat atau cara mengiris yang
(pareto chart), Diagram Tebar (scatter salah.
diagram), Diagram sebab akibat (cause and
effect diagram) dan Grafik kendali (control
Histogram
chart). Pengolahan dan analisis data penelitian
Produk keripik yang renyah
ini menggunakan Microsoft excel dan
dihasilkan dari bahan baku yang diiris dengan
Software Besterfield.
tipis. Tebal tipis irisan sukun dipengaruhi oleh
ketajaman mata pisau dari pisau pemasat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pisau pemasat ini merupakan salah satu alat
Aplikasi Alat Kendali Mutu yang digunakan dalam proses pembuatan
Check Sheet untuk Proses Produksi Keripik keripik sukun. Penggunaan alat yang baik
Sukun seperti pisau yang terbuat dari logam stainless
Hasil pengamatan diketahui bahwa steel akan menjamin produk dari karat
kerusakan paling dominan adalah tidak utuh, sehingga aman untuk dikonsumsi.
gosong dan tidak matang dengan nilai Ketajaman mata pisau pemasat
kerusakan pada tidak utuh sebesar 1.009 mempengaruhi ketebalan irisan sukun karena
keping kemudian gosong 748 keping dan semakin tajam mata pisau membuat pekerja
tidak matang sebesar 633 keping. Persentase semakin mudah mengiris sukun dan ketebalan
kerusakan terbesar pada tanggal 7 Nopember irisan sesuai dengan stándar yang disyaratkan.
yaitu sebesar 3,64% (tidak utuh 73 keping; Gambar 1. menunjukkan berat irisan sukun
gosong 53 keping dan tidak matang 50 setiap produksi mulai tanggal 10 Oktober
keping) dan persentase kerusakan terkecil dengan berat irisan yang paling banyak, yaitu
pada tanggal 13 Oktober sebesar 2,51% (tidak sebesar 115,6 kg.
utuh 72 keping; gosong 41 keping dan tidak Data pada tabel 2. dan gambar 2.
utuh 31 keping). Hasil pengumpulan data dapat diketahui bahwa teknik dan peralatan
jenis cacat pada proses produksi keripik sukun yang digunakan cukup baik. Dilihat dari hasil
melalui lembar periksa (check sheet) dapat olahan produk yang cacat tertinggi sebesar 4%
dilihat pada tabel 1. pada tanggal ke-7 dan terendah sebesar 2%
pada tanggal ke-19 dan ke-23. Semakin besar
Stratifikasi tingkat persentase kerusakan mengakibatkan
Ada tiga jenis kerusakan pada semakin besarnya kerugian yang ditanggung
pengolahan keripik sukun yang membuat perusahaan dan menggambarkan tidak
produk tidak layak jual, yaitu tidak matang, baiknya teknik dan peralatan yang digunakan
AGROINTEK Volume 8, No.1 Maret 2014 15

Tabel 1. Data Jumlah Produksi dan Jenis Cacat Keripik Sukun Pada Bulan Oktober November
2012
Jumlah Produksi Jenis Cacat (kepingan)
Jumlah
Tanggal Buah Berat Tidak Tidak Presentase (%)
Kepingan Gosong (keping)
Sukun (kg) Matang Utuh
10 47 90.6 5076 37 33 65 135 2.65
13 53 92.2 5724 31 41 72 144 2.51
19 60 95.8 6960 43 49 68 160 2.29
20 54 83.2 5832 51 53 58 162 2.78
23 65 109.7 7540 47 52 67 166 2.21
27 57 91.4 6840 42 61 77 180 2.63
31 48 89.2 5952 38 59 74 171 2.87
3 50 101.3 6621 48 52 82 182 2.74
7 50 85.7 4833 50 53 73 176 3.64
10 64 115.6 7936 54 63 86 203 2.55
14 53 98.5 6572 45 68 68 181 2.75
17 50 86.8 5438 57 45 75 177 3.25
21 55 88.5 5940 32 65 66 163 2.74
24 52 97.3 6240 58 54 78 190 3.04
Total 758 1325.8 87504 633 748 1009 2390 38.65
Sumber : Data Primer (2012)
Tabel 2. Data Cacat Produk Keripik Sukun
Jenis Cacat (kepingan)
Tanggal Tidak Tidak Jumlah
Persentase Gosong Persentase Persentase
Matang Utuh
10 37 27% 33 24% 65 48% 135
13 31 22% 41 28% 72 50% 144
19 43 27% 49 31% 68 43% 160
20 51 31% 53 33% 58 36% 162
23 47 28% 52 31% 67 40% 166
27 42 23% 61 34% 77 43% 180
31 38 22% 59 35% 74 43% 171
3 48 26% 52 29% 82 45% 182
7 50 28% 53 30% 73 41% 176
10 54 27% 63 31% 86 42% 203
14 45 25% 68 38% 68 38% 181
17 57 32% 45 25% 75 42% 177
21 32 20% 65 40% 66 40% 163
24 58 31% 54 28% 78 41% 190
Rata-rata 26% 31% 42%
Total 2390
16 Pengendalian Mutu ….(Edi J, dkk)

140

Berat Irisan (kg)


120
100
80
60 Berat Irisan Sukun
40
20
0
10 13 19 20 23 27 31 3 7 10 14 17 21 24

Gambar 1. Diagram histogram untuk Berat Irisan Sukun Setiap Produksi


9000
8000
7000
Jumlah Kepingan

6000
5000 kepingan utuh
4000 kepingan cacat
3000 kepingan total
2000
1000
0
10 13 19 20 23 27 31 3 7 10 14 17 21 24
.
Gambar 2. Diagram Histogram untuk kepingan cacat dan utuh

patahnya irisan sukun hal ini karena tekstur


Diagram Pareto
sukun yang lunak dan belum keras ketika
Diagram pareto bertujuan untuk
digoreng, (3) penyimpanan, setelah digoreng
mengetahui jumlah cacat keseluruhan selama
keripik-keripik sukun yang telah jadi dan siap
proses produksi berlangsung. Data diperoleh
dikemas namun sebelum dikemas keripik
selama pengamatan 14 hari di UD Bunga
disimpan ke dalam plastik besar.
Mutiara mulai tanggal 10 Oktober - 24
Nopember 2012. Beberapa cacat produk pada Diagram Tebar (Scatter Diagram)
proses produksi keripik sukun adalah tidak Data pada tabel 3 selanjutnya
utuh, gosong dan tidak matang. Cacat tidak digunakan untuk menyusun diagram tebar
utuh merupakan cacat terbesar selama proses seperti gambar 4. Diagram ini menunjukkan
produksi yaitu, sebesar 42,22 % (1.009 keping hubugan kecenderungan yang bersifat positif,
keripik sukun). Cacat ini disebabkan beberapa dengan semakin banyak jumlah keripik sukun
faktor (1) dikarenakan mata pisau yang berpengaruh pada semakin banyak jumlah
kurang tajam sehingga mengakibatkan irisan cacat produksi keripik sukun. Namun
tidak utuh, (2) proses penggorengan, hubungan kecenderungan terseebut tidak
pengadukan yang terlalu cepat menyebabkan bersifat linier dan tidak ada keteraturan.
AGROINTEK Volume 8, No.1 Maret 2014 17

45.0 120.0
40.0 100.0
35.0
30.0 80.0

Presentase Komulatif
Presentase 25.0 60.0
20.0 40.0
15.0
10.0 20.0
5.0 0.0
Tidak utuh
Gosong
Tidak matang
Jenis cacat produk
Percent. Cumulative Percent.

Gambar 3. Diagram Pareto Cacat Produksi Keripik Sukun

Tabel 3. Data Jumlah Produksi dan Jumlah Cacat Produk Keripik Sukun
Tanggal Jumlah produksi Jumlah cacat produk
10 5.076 135
13 5.724 144
19 6.960 160
20 5.832 162
23 7.540 166
27 6.840 180
31 5.952 171
3 6.621 182
7 4.833 176
10 7.936 203
14 6.572 181
17 5.438 177
21 5.940 163
24 6.240 190
TOTAL 87.504 2.390

300
200
Jumlah cacat
produk (Y)

100 jumlah cacat produk


(Y)
0
0 5000 10000

Jumlah produksi (X)

Gambar 4. Diagram Tebar Jumlah Produksi dan Cacat Produk


18 Pengendalian Mutu ….(Edi J, dkk)

Buah sukun yang datang di ruang


penerimaan, harus dipilih terlebih dahulu
Diagram Sebab Akibat
sebelum dilakukan pengolahan, biasanya buah
Keripik tidak matang disebabkan
sukun yang akan diolah adalah buah sukun
oleh beberapa faktor yaitu:
yang belum matang (keras) namun sudah tua.
1. Metode
Apabila tingkat kematang buah sukun yang
Waktu yang di lakukan saat
tidak seragam akan mengakibatkan keripik
penggorengan kurang dari waktu standar.
pada saat penggogengan akan ada yang
Lama waktu penggorengan ± 5 menit, jika
gosong karena akibat dari tingkat kematangan
kurang dari batas ketentuan keripik tidak
buah yang tidak seragam.
matang. Suhu standar 160º-180º C dapat
2. Metode
mempercepat waktu penggorengan dan proses
Waktu yang di lakukan saat
transfer panas. Terjadinya kesalahan dalam
penggorengan melebihi waktu standar. Lama
bekerja karena kurangnya koordinasi antara
waktu penggorengan ± 5 menit, jika melebihi
bagian pengawasan dengan pekerja. Bahan
dari batas ketentuan keripik akan terlalu
baku yang dimasukkan ketika minyak belum
kering sehingga menjadi gosong. Jumlah
panas mengakibatkan tekstur keripik menjadi
minyak yang digunakan akan berkurang
lembek sehingga keripik tidak matang.
seiring lama waktu penggorengan apabila
2. Alat
minyak tidak ditambah akan mengakibatkan
Alat yang digunakan pada saat
keripik gosong karena jumlah minyak tidak
proses pengupasan dan penggorengan masih
sesuai dengan jumlah bahan yang digoreng.
kurang memadai dan sederhana. Pisau yang
Suhu standar 160º-180º C dapat mempercepat
digunakan untuk pengupasan kurang begitu
waktu penggorengan dan proses transfer
tajam dan mata pisau pemasatnya juga kurang
panas.
begitu tajam sehingga membuat keripik
3. Manusia
ketebalannya tidak seragam.
Kurangnya pengawasan dan
kecapekan saat bekerja akan mengakibatkan
Keripik gosong disebabkan oleh
pekerja tidak fokus dan lalai dari
beberapa faktor :
pekerjaannya
1. Bahan Baku

Alat

Ukuran pemasat Ketebalan


yang tidak sesuai
Pisau kurang tajam

Tidak Matang

Minyak tidak panas


Bahan baku sudah dimasukkan
Mengangkat terlalu cepat

Metode

Gambar 5. Diagram Sebab Akibat untuk Kriteria Cacat Tidak Matang


AGROINTEK Volume 8, No.1 Maret 2014 19

Bahan baku Metode

Terlalu matang Lama penggorengan


mengakibatkan gosong
Suhu pada
Tingkat kematangan proses penggorengan
bahan baku tidak seragam tidak terukur Perbandingan bahan dengan
minyak tidak sebanding

Gosong

Teledor

Kecapekan

Tidak fokus

Manusia

Gambar 6. Diagram Sebab Akibat untuk Kriteria Cacat Gosong

Keripik tidak utuh disebabkan oleh kapasitasnya melebihi akan berpengaruh


beberapa faktor yaitu: terhadap mutu dari keripik tersebut.
3. Metode
1. Bahan Baku Waktu membolak-balik atau
Buah sukun yang datang di ruang mengaduk keripik sukun yang setengah
penerimaan, harus dipilih terlebih dahulu matang pada saat penggorengan berlangsung
sebelum dilakukan pengolahan, biasanya buah terlalu cepat sehingga keripik ada yang tidak
sukun yang rusak atau ada yang busuk akan utuh. Penirisan keripik sukun menggunakan
disortir. Apabila buah sukun yang rusak atau alat serok setelah ± 5 menit, keripik sukun
yang busuk akan mengakibatkan keripik pada tersebut dipindahkan ke dalam pelastik besar.
saat penggogengan tidak seragam karena ada Selama pemindahan tersebut akan terjadi
yang retak atau tidak utuh. penumpukan yang mengakibatkan keripik
2. Alat tidak utuh.
Alat yang digunakan pada saat 4. Manusia
proses pengupasan dan penggorengan kurang Kurangnya kehati-hatian pada saat proses
memadai dan sederhana. Pisau yang pemindahan keripik ke dalam plastik besar.
digunakan untuk pengupasan kurang begitu Para pekerja ada yang yang pekerja tetap dan
tajam dan mata pisau pemasatnya juga kurang tidak tetap. Pekerja tidak tetap cenderung
tajam sehingga membuat ukuran irisan yang memindahkan keripik dengan kasar sehingga
tidak seragam, alat tersebut perlu diasah agar mengakibatkan banyak keripik yang hancur
menghasilkan potongandan ketebalan keripik atau tidak utuh. Kecapekan merupakan faktor
yang seragam. Wajan yang digunakan di UD ketidak fokusan sehingga pekerja akan lalai
Bunga Mutiara untuk menggoreng keripik dari pekerjaannya.
mempunyai diameter 40 cm apabila

Alat Metode

Bahan sudah ada Waktu proses mengaduk


Ukuran pemasat Yang tidak utuh Terlalu cepat
yang tidak sesuai
Pisau kurang tajam Waktu proses penirisan
Terjadi penumpukan
Tempat penirisan terlalu besar

Tidak utuh

Bahan baku Keteledoran


terlalu masak pekerja
Yang memindahkan
bukan pekerja tetap

Bahan baku Manusia

Gambar 7. Diagram Sebab Akibat untuk Kriteria Cacat Tidak Utuh


20 Pengendalian Mutu ….(Edi J, dkk)

Analisis Menggunakan Peta Kontrol P (P Peta Kontrol X (X Chart) dan R (R Chart)


Chart)
Diagram X-Chart
Gambar 8. menunjukkan proses
X-Chart atau Mean-Chart,
produksi keripik sukun di UD Bunga Mutiara
memvisualisasikan fluktuasi rata-rata sampel
cukup terkendali. Hal ini karena cacat produk
dan rata-rata dari rata-rata sampel kemudian
yang terjadi selama prosess produksi masih
akan menunjukkan bagaimana penyimpangan
dalam ambang batas atas sebesar 0,033 (79
rata-rata sampel dari rata-ratanya.
keping keripik sukun) dan bawah sebesar
Penyimpangan ini akan memberi gambaran
0,021 (50 keping keripik sukun) dengan
bagaimana konsistensi proses. Semakin dekat
persentase rata-rata per hari kerusakan sebesar
rata-rata sampel ke nilai rata-ratanya maka
2,765% (66 keping keripik sukun). Cacat
proses cenderung stabil, sebaliknya maka
produk terbesar terjadi pada tanggal 7 yang
proses cenderung tidak stabil. Penelitian yang
melampaui batas atas dengan jumlah cacat
dilakukan di UD Sumber Mutiara diperoleh
sebesar 176 keping keripik sukun (3,6%).
hasil pengukuran ketebalan yang relatif stabil
Kerusakan ini diduga karena mata pisau yang
dapat dilihat pada Gambar 9.
mulai menumpul dan posisi pisau pemasat
yang bergeser.
0.04

0.03
presentse

p
cacat

0.02
U
C
0.01 L

0
10131920232731 3 7 1014172124
Gambar 8. Peta Kontrol p Cacat Produksi Keripik Sukun

2.3
Ketebalan Produk

2.2
Rata-rata

2.1
UCL
(mm)

2
1.9
1.8
1.7
10131920232731 3 7 1014172124

Gambar 9. X-Chart Ketebalan Keripik Sukun Sebelum Digoreng


2
Rata-rata Ketebalan

1.5 X
Produk (mm)

1 X-BAR
UCL
0.5
LCL
0
10 13 19 20 23 27 31 3 7 10 14 17 21 24
Gambar 10. X-Chart Ketebalan Keripik Sukun Setelah Digoreng
AGROINTEK Volume 8, No.1 Maret 2014 21

Penyebaran data hasil ukur ketebalan. Keripik yang ketebalannya terlalu


ketebalan yang berada di dalam wilayah garis tipis akan membuat keripik cepat rusak ketika
batas sebesar ± 0,185464286. ini berbenturan antar keripik lainnya ketika
menunjukkan proses pengirisan keripik digoreng maupun ketika ditiriskan serta pada
menggunakan pisau pemasat sudah baik. waktu pemasukan ke plastik penyimpanan.
Kerja orang yang melakukannya pun Keripik yang telah dimasak pun
termasuk stabil karena mampu menghasilkan memiliki tingkat variabel yang tidak terlalu
bahan baku sesuai kebutuhan perharinya. besar apabila dibandingkan dengan
Adapun data yang mengenai ambang batas variabelitas keripik saat masih berupa bahan
seperti data tanggal ke-23 dan ke-27diduga baku. Diagram pada gambar 11 menunjukkan
karena ketajaman pisau pemasat yang mulai bahwa sebaran data hampir selalu stabil
berkurang dan kelalaian pekerja dalam dengan sebaran data yang hampir mengenai
mengatur mata pisau. Disini pemilik usaha batas rata-rata keseluruhan dan tidak
dapat mengamati kapan waktu yang tepat mengenai garis ambang batas.
untuk melakukan perawatan pada peralatan Keripik yang telah dimasak pun
sehingga mampu tetap menghasilkan bahan memiliki tingkat variabel yang tidak terlalu
baku yang sesuai standar. besar apabila dibandingkan dengan
Terlihat bahwa banyak kerusakan variabelitas keripik saat masih berupa bahan
selama penggorengan. Hal ini terlihat dari 3 baku. Diagram pada gambar 12 menunjukkan
titik yaitu, pada tanggal ke-23, ke-27 dan ke- bahwa sebaran data hampir selalu stabil
14, dimana pada ketiga tanggal tersebut dengan sebaran data yang hampir mengenai
banyak produk yang mendekati garis batas batas rata-rata keseluruhan dan tidak
bawah. Keripik yang baik adalah keripik yang mengenai garis ambang batas.
renyah. Kerenyahan ini dipengaruhi faktor

0.8
0.7
Range Ketebalan

0.6
Produk (mm)

R
0.5
0.4 R-BAR
0.3 UCL
0.2
LCL
0.1
0
10 13 19 20 23 27 31 3 7 10 14 17 21 24
Gambar 11. R-Chart Ketebalan Keripik Sukun Sebelum Digoreng
0.6
0.5
Range Ketebalan
Produk (mm)

0.4 R
0.3 R-BAR
0.2 UCL

0.1 LCL

0
10 13 19 20 23 27 31 3 7 10 14 17 21 24

Gambar 12. R-Chart Ketebalan Keripik Sukun Setelah Digoreng


22 Pengendalian Mutu ….(Edi J, dkk)

Poerwanto, H. 2011. Tutorial Manajemen


KESIMPULAN Kualitas.
Aplikasi tujuh alat pengendalian (http//www.hendrakualitas.web.id),
mutu dalam produksi keripik sukun di UD diakses 21 Agustus 2011).
Bunnga Mutiara yang paling dominan, yaitu Prihartono, C.R. 2012. Konsep Pengendalian
pada lembar pengamatan karena dilembar Mutu. Bandung: PT. Remaja
pengamatan datanya sudah mewakili dari ke-6 Rosdakarya.
alat pengendalian mutu karena data yang Wicaksana R. 2011. Pengendalian Mutu
dicatat dalam lembar pengamatan data jumlah Dalam Proses Produksi Rajungan
produksi dan data jenis cacat produksi. (Studi Kasus PT.Kelola Mina Laut Unit
Cara meningkatkan mutu produk Sampang).[Skripsi]. Bangkalan:
keripik sukun di UD Bunga Mutiara, yaitu Universitas Trunojoyo Madura.
dilakukan dengan memahami dengan jelas
prosedur kerja dan tahapan pembuatan produk
keripik serta mengurangi cacat produk sebagai
akibat dari tindakan yang kurang tepat dalam
menangani bahan baku hingga menjadi
produk.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous 2003. Panduan Teknologi
Pengolahan Sukun Sebagai Bahan
Pangan Alternatif. Direktorat Jendral
Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian.
(http://www.kapetseram.com/info_s
ukun.html, diakses 21 Agustus 2011).
Djaafar, T.F dan Rahayu S. 2007. Cemaran
mikroba pada produk pertanian,
penyakit yang ditimbulkan dan
pencegahannya. Jurnal Litbang
Pertanian,
(http://www.litbang.deptan.go.id/arti
kel.pdf, diakses 23 Agustus 2011).
Koswara, S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan
Pangan Alternatif. (http://sudut-
imajinasi.blogspot.com/2011/07/pengol
ahan-buah-sukun.html, diakses 21
Agustus 2011).
Meilianti. 2003. Pengembangan Buah Sukun
(Artocarpu alitis) Menjadi Keripik
Simulasi Dalam Rangka Diversifikasi
Pangan Pokok Lokal. [skripsi].
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/ha
ndle/F03mei_abstract.pdf, diakses 21
Agustus 2011).
Nurani, G. 2010. Pengendalian Mutu Keripik
Singkong UD ECO Kabupaten
Sumenep. [laporan praktek kerja
lapang]. Bangkalan: Universitas
Trunojoyo Madura.

Você também pode gostar