Você está na página 1de 5

Materi Agama Islam

Kisah Nyata Pengalaman Positif Ibadah Haji

Disusun oleh:
Arya Vito F. (4)
Hafidz Shidqi (11)

Kelas X MIPA C

Sekolah Menengah Atas Negeri 78 Jakarta


Jalan Bhakti IV/1, Komplek Pajak, Kemanggisan,
Jakarta Barat
2019
Biodata :
Nama : Bakaruddin Is
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS Departemen Pertanian

Kisah nyata yang ia alami saat melaksanakan haji :

1. Jalan Kaki Setiap Hari Enam Km Tanpa Merasa Lelah

Selama di Madinah, karena letak pemondokan yang sangat dekat


dengan Mesjid Nabawi, tidak ada masalah kami menjalankan shalat
di untuk melaksanakan shalat Arbain (40 waktu selama delapan hari).
Tapi di Mekah, karena jarak pemondokan dengan Masjidil Haram
cukup jauh, sekitar 3 km (PP 6 Km), karena tidak ada angkutan bis
atau mobil (karena demikian banyak jamaah di kota Mekah), terpaksa
kami jalan setiap hari bolak-balik ke Masjidil Haram.

Biasanya satu jam sebelum waktu Shalat Subuh kami sudah berjalan
menuju Masjidil Haram agar tidak ketinggalan Shalat Subuh
berjamaah, dan baru pulang ke pemondokan setelah Shalat Isya, atau
sekalian iktikaf di mesjid untuk shalat malam. Jarak sejauh itu kalau di
Indonesia pasti ditempuh dengan kendaraan, apakah mobil pribadi
atau angkot atau sepeda motor atau sepeda. Tapi di Mekah saat
ibadah Haji, entah karena tidak ada pilihan lain, jalan kaki 6 km setiap
hari, tidak begitu terasa, taremausk bagi kakek-nenek dan kaum
wanita.
2. Dapat Makan Siang Gratis Setiap Hari

Alhamdulillah, di dekat pemondokan kami di Mekah ada sebuah


mesjid. Setelah shalat Zuhur di mesjid, kami pada umumnya langsung
antri karena ada seorang dermawan yang kaya membagi-bagikan
satu boks nasi untuk santap siang. Lumayan dapat makan siang gartis,
berarti dapat mnghemat biaya makan, untuk membeli oleh-oleh lebih
banyak. Ternyata tidak semua jamaah yang mendapat jatah makan
dari dermawan seperti yang kami dapatkan.

3. Dipaksa Bayar Makanan Harga 5 Real dengan 1 Real Saja

Di sekitar Mesjidil Haram terdapat beberapa ”warung kopi’ dimana


kita bisa membeli makanan dan minuman ringan. Saya makan
beberapa potong kue dan minum segelas minuman ringan. Setelah
selesai saya membayar senilai 5 real, sesuai dengan harga yang ada di
daftar menu. Tetapi anehnya, penjualnya mengembalikan uang saya
4 real. Waktu saya katakan bahwa saya makan ini dan itu tambah
minuman, harganya sekian. Dia tetap minta hanya 1 real saja sambil
mengangkat telunjuknya setelah 2-3 kali saya ulangi akan membayar.

4. Seorang Jamaah Penderita Gagal Ginjal Tak Perlu Cuci Darah


Seorang jamaah, Ketua Rombongan kami, sesungguhnya menderita
sakit gagal ginjal, yang mestinya harus cuci darah setiap minggu.
Selama 40 hari saat menjalankan Ibadah Haji, dia sehat-sehat saja
tanpa cuci darah, malah bisa jalan kaki setiap hari 6 km pergi dan
pulang ke Masjidil Haram. Semua rukun haji seperti tawaf, sa’i dan
wukuf di Arafah dapat dia lakukan.
Tapi setelah kembali ke Indonesia, dia kembali harus menjalani cuci
darah dua kali setiap minggu. Karena dia termasuk pejabat di
Kementerian Kesehatan, dan mampu membeli mesin pencuci darah,
dan bayar gaji perawat, dia melakukn cuci darah di rumah. Tapi tetap
tidak tertolong. Saat ini sudah meninggal dunia. Semoga hajinya
dapat haji mabrur, semua amal ibadahnya diterima dan semua
dosanya diampuni Allah, dan ditempatkan di tempat yang layak di
”alam sana”. Amin.

5. Semua Serba Satu Real


Pemerintah Arab Saudi ini sangat bijaksana. Semua pekerja asing
yang bekerja di sana, termasuk Indonesia, selama musim Haji
dibebaskan atau diliburkan dari pekerjaannya. Selama libur para
pekerja itu gajinya tetap dibayar penuh. Malah mereka dapat
penghasilan ekstra dengan cara berjualan makanan khas Indonesia
atau jual jasa untuk Ba'dal Haji.
Karena tenaga kerja Indonesia berasal dari seluruh Indonesia, tentu
saja semua jenis makanan dari seluruh Indonesia ada di sana. Yang
aneh semua makanan harganya serba satu real atau kurang.Di sekitar
Mesjidil Haram juga banyak dijumpai orang-orang Indonesia yang
berjualan makanan Indonesia.
Kalau di Indonesia ada TOKO SERBU, maksudnya semua barang
harganya sepuluh ribu rupiah, tetapi disana serba satu real. Bahkan
ada yang 1 real dapat 3 buah. Berdasarkan info dari teman-teman di
sana, harganya tidak pernah berubah selama bertahun-tahun, tetap
satu real.
Daftar Pustaka :

 https://www.kompasiana.com/bakaruddin_is/55004473a3331
1e772510412/kejadian-kejadian-luar-biasa-selama-saya-
menunaikan-ibadah-haji

 https://www.facebook.com/bakaruddin.is

Você também pode gostar