Você está na página 1de 9

International Journal of Education ©20_ _ Universitas Pendidikan Indonesia

Vol. - No. -, Month-Year, pp. 121-129 doi: (to be filled by the editor)

PERBANDINGAN SIKAP SISWA TERHADAP


MATAPELAJARAN IPA DI SMPN 3 BATANGHARI DAN SMPN
4 MUARO JAMBI

Astalini
Dwi Agus Kurniawan
Darmaji
Nirmala Sari
Faculty of Teacher Training and Education, University of Jambi
Jl. Lintas Jambi - Muara Bulian Km. 15, Mendalo Darat, Jambi Luar Kota, Kota Jambi, Jambi 36122
Nirmalasari311998@gmail.com

First draft received: _______ Date Accepted: ________ Final proof received: ________

Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan perbandingan sikap siswa terhadap matapelajaran IPA di
SMPN 3 Batanghari dan SMPN 4 Muaro Jambi ditinjau melalui 3 indikator yaitu implikasi sosial dari
matapelajaran IPA, kesenangan dalam matapelajaran IPA, dan ketertarikan berkarir di bidang IPA. Desain
penelitian yang digunakan ialah kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Teknik pengumpulan data yang
digunakan ialah total sampling. Subjek penelitian sebanyak 284 siswa yang terdiri dari 152 siswa SMPN 3
Batanghari dan 132 siswa SMPN 4 Muaro Jambi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket
tertutup yaitu implikasi sosial dalam matapelajaran IPA berjumlah 7 pernyataan, kesenangan dalam
matapelajaran IPA berjumlah 9 pernyataan dan ketertarikan berkarir di bidang IPA berjumlah 9 pernyataan
sehingga total nya 25 pernyataan. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan
statistic inferensial. Berdasarkan hasil uji independent sample t-test diketahui nilai sig (2-tailed) 0,001 <
0,05 berarti menunjukkan adanya perbandingan sikap antara SMPN 3 Batanghari dan SMPN 4 Muaro
Jambi. Adapun hasil dari 3 indikator sikap yang dijabarkan dalam penelitian ini, indikator implikasi sosial
dari matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari berkategori baik sebsesar 50,7% dan SMPN 4 Muaro Jambi
berkategori baik sebesar 47,7%. Indiaktor kesenangan dalam matapelajaran IPA di SMPN 3 Batngahari
berkategori baik sebesar 57,2% dan SMPN 4 Muaro Jambi berkategori baik sebesar 47,0%. Indikator
ketertarikan berkarir di bidang IPA di SMPN 3 Batanghari berkategori cukup sebesar 50% dan SMPN 4
Muaro Jambi berkategori baik sebesar 49,2%.
Keywords: Attitude; Toward; Science; Student; Junioh High School

To cite this paper (in APA style):


Author’s last name, Initial first and middle name. (Year of publication). Title. Indonesian Journal of Education,
Volume(issue), page number. doi:

INTRODUCTION tujuan pendidikan di Indonesia dirumuskan dalam UU


Pendidikan adalah salah satu faktor penting yang SISDIKNAS yaitu untuk mengembangkan potensi
perlu diperhatikan dalam kehidupan, karena diyakini anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan
pendidikan dapat dijadikan sebagai alat perubahan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
sosial dan investasi dalam pembangunan nasional. mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
Education is not only a media to pass on culture to the menjadi warga Negara yang demokratis serta
next genera- tion, but is also expected to be able to bertanggung jawab. Komponen-komponen tersebut
change and develop the life pattern of the nation in a bekerja secara bersama-sama, saling terkait dan
better direction Education is also a long-term mendukung dalam mencapai tujuan pendidikan
investment that we must prepare in order for us to (Munirah Ira, 2015). Selanjutnya, komponen tersebut
have a better life in the future (Nafiati, 2018). The dapat dicapai melalui suatu lembaga pendidikan,
purpose of education is to the intellectual life of the salah satunya adalah Sekolah Menengah Pertama
nation (Sukasni & Efendy, 2017). Secara lebih tegas (SMP). Pada tingkatan ini siswa mulai sedikit demi
Writer’s last name
Manuscript’s title

sedikit mampu mengendalikan dirinya dalam berpikir mengembangkan daya pikir sehingga siswa lemah
secara ilmiah. Keberlanjutan pendidikan di lembaga dalam menyampaikan gagasannya sendiri, lemah
pendidikan tersebut berkaitan erat dengan kurikulum. dalam menganalisis, serta bergantung pada orang lain
Saat ini kurikulum yang digunakan adalah kurikulum dibandingkan bertanggung jawab terhadap pilihannya
2013 revisi yang lebih menekankan pada sendiri (Patonah, 2014). Padahal Haciegminoglu
pembentukan sikap. (2016) this result showed that students having a more
Attitude is a central part of human identity positive attitude towards science preferred to
(Rahman, 2019). This attitude navigates one’s action, undertake meaningful learning rather than rote
because attitude is a tendency to behave (Susilawati, learning, resulting in the achievement of higher
Hernani, & Sinaga, 2017). Ajzen (2005) menegaskan scores. Students having higher achievement scores
attitude is hypothetical construct that, being are aware of their ability to better learn new scientific
inaccessible to direct observation, must be inferred topics and this awareness increases their self-efficacy.
from measurable responses. Given the nature of the Science activities give the students ability to think in
construct, these responses must reflect positive or new dimensions. Hence there is a need to develop the
negative evaluations of the attitude object. Jadi, facilities, and teachers should try to promote quality in
selama proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat science instruction to develop scientific attitude and
menunjukkan sikap terhadap mata pelajaran yang science interest, along with the medium of instruction”
dipelajari karena menurut (Susilawati et al., 2017) (Singh & Bai,2017). Sikap siswa terhadap guru pada
attitude is able to limit or to help someone to explain saat proses pembelajaran memiliki peranan penting.
the skill and knowledge that have been mastered. Sikap siswa dalam proses belajar menggambarkan
Sikap yang dapat dikembangkan oleh siswa dalam penampilan siswa dikelas, sikap siswa dapat tampak
proses pembelajaran adalah sikap ilmiah. Scientific dalam bentuk kemauan, tanggapan, perubahan
attitude is the ability to react consistently, rationally perasaan dan lain-lain. Ada kalanya dalam sebuah
and objectively in certain ways to a novel or proses pembelajaran terdapat siswa yang aktif, namun
problematic situation (Olasehinde & Olatoye, 2014). adapula siswa yang pasif.
Scientific attitude is the most important aspect as Siswa yang kurang aktif bisa saja disebabkan
focus during the experiment, as without a positive karena kurang menyukai performa guru dalam
scientific attitude, a student tends to be only a mengajar atau pun situasi belajar yang diciptakan
memorizer of science concepts. In addition, a lack of (Agustina, Yusmansyah, & Andriyanto, 2017). Untuk
a positive science attitude might also lead to a mengukur sikap siswa pada matapelajaran IPA
diperlukan suatu indikator. Indikator sikap IPA diadopsi
tendency to try to solve the problems of science
dari TOSRA milik (Fraser, 1981) yaitu:
according to the textbook, regardless of the behaviour
1) Implikasi sosial dari mata pelajaran IPA.
of the natural surroundings that become the context 2) Kesenangan dalam Belajar IPA.
of their science lessons (Zulirfan et al.,2018). Sikap 3) Ketertarikan Berkarir dibidang IPA.
ilmiah ini mendukung kurikulum 2013 revisi, yang Implikasi sosial dari matapelajaran IPA mengkaji
dapat dikembangkan pada matapelajaran IPA. bagaimana sikap siswa secara mandiri dalam
Natural Science is the learning process which is pembelajaran. Implikasi sosial dapat membentuk sikap
highly related to the environment and the regularity of kemandirian, dan kerjasama siswa dalam proses
the universe created by God the almighty (Susilawati pembelajaran. Kemandirian siswa muncul ketika siswa
et al., 2017). Sebenarnya matapelajaran IPA di SMP mampu mengerjakan lembar kerja siswa dengan tidak
dapat berkontribusi untuk menjadikan siswa mampu melihat jawaban temannya. Adapun kerjasama muncul
menjadi generasi yang memiliki sikap ilmiah dalam ketika guru meminta siswa untuk melakukan
kehidupan maupun lingkungannya. Kita tahu bahwa eksperimen secara berkelompok (Astalini, Kurniawan,
salah satu aspek pembentuk sikap adalah kognitif. Melsayanti, & Destianti, 2019).
Namun, kemampuan siswa dibidang IPA masih sangat Ketika siswa mampu mengimplikasikan IPA dalam
rendah. Rendahnya kemampuan berpikir siswa ini kehidupan sosial, tentu saja siswa tersebut menyukai
antara lain dikarenakan pembelajaran yang diterapkan (senang) pada matapelajaran IPA. More importantly,
di sekolah masih didominasi oleh guru sehingga they suggested that conscious learning is associated
kurang melatih kemampuan berpikir pada siswa with a favorable attitude toward the lesson
(Nuryati, Diantoro, & Zubaidah, 2018). Proses (Djiwandono, 2017). Enjoyment in learning is the
pembelajaran IPA masih didominasi oleh guru, emotion expression of students intrinsically linked to
pembelajaran cenderung menghapal daripada student motivation to learn, with learning and school
International Journal of Education ©20_ _ Universitas Pendidikan Indonesia
Vol. - No. -, Month-Year, pp. 121-129 doi: (to be filled by the editor)

performance at school (Manasia, 2015). Kesenangan 1) Bagaimana sikap siswa ditinjau dari indikator
siswa saat proses belajar IPA dapat dilihat dari siswa implikasi sosial terhadap matapelajaran IPA,
menanggapi pembelajaran tersebut. Sikap senang kesenangan terhadap matapelajaran IPA dan
atau suka setiap siswa akan menunjukkan ketertarikan berkarir dibidang IPA di SMPN 3
kesenangan siswa terhadap IPA, sedangkan sikap Batanghari dan SMPN 4 Muaro Jambi?
tidak senang atau tidak suka akan menunjukkan 2) Bagaimana perbandingan sikap siswa terhadap
bahwa siswa memiliki rasa tidak senang terhadap IPA. matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari dan
Sikap senang siswa terhadap IPA dapat ditunjukkan SMPN 4 Muaro Jambi?
bagaimana siswa bersikap terbuka dan semangat Tentunya penelitian ini dapat berkontribusi dalam
terhadap mata pelajaran IPA di dalam atau pun luar meningkatkan sikap positif siswa terhadap
kelas. Jika siswa sudah memiliki implikasi sosial yang matapelajaran IPA di lembaga pendidikan sekolah
tinggi dan kesenangan terhadap mata pelajaran IPA pertama (SMP) terutama di Indonesia. Selain itu, juga
juga tinggi maka selanjutnya akan menetap dan dapat membantu guru IPA dalam mendesain
melanjutkan karirnya di bidang IPA. Ketertarikan untuk pembelajaran agar dapat meningkatkan sikap siswa
melanjutkan karir dibidang IPA tidak lepas dari terhadap IPA secara efektif.
seberapa besar individu tersebut memiliki keyakinan
bahwa berkarir dibidang IPA merupakan salah satu METHOD
keinginan untuk masa depannya. Berdasarkan
Desain Penelitian
penelitian (Astalini, Kurniawan, & Putri, 2018)
Desain penelitian yang digunakan adalah
ketertarikan berkarir dibidang IPA pada siswa SMP
kuantitatif dengan jenis penelitian survei. A survey is a
berkategori cukup dengan persentase sebesar 41,8%
quantitative research procedure in which the
artinya hampir sebagian siswa ingin melanjutkan
researcher administers survey of samples or in the
karirnya di bidang IPA. Sejalan dengan hal itu (Sofyan,
entire population of people describe attitude, opinion,
Yusuf, & Daharnis, 2018) berpendapat siswa laki-laki
behavior, or specific characteristics of the population
memiliki ambisi karir dibidang IPA yang lebih besar
(Creswell,2015). Penelitian ini bertujuan untuk mencari
dibanding dengan siswa perempuan. Lalu (Bang &
kesamaan dari populasi dengan cara melihat
Baker, 2013) sependapat bahwa Male students,
perbandingannya terhadap standar yang telah
however, had a more positive attitude in certain
ditetapkan, jadi penelitian ini akan mengukur
subcategories—attitudes towards science and
bagaimana perbandingan sikap terhadap mata
scientists, enjoyment in learning science, participation
pelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari dan SMPN 4
in science-related activities, and interest in science
Muaro Jambi yang ditinjau dari tiga indikator yaitu:
research—than that of females.
1) Implikasi sosial dari mata pelajaran IPA.
Kurangnya pengetahuan dari guru mengenai
2) Kesenangan dalam belajar IPA.
lemahnya sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA 3) Ketertarikan berkarir di bidang IPA.
memperparah keadaan di mana sikap negatif siswa
terhadap IPA akan meningkat (Astalini dkk,2018). Sampel Penelitian
Sikap merupakan sebuah tingkah laku yang Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah
ditunjukkan dalam kegiatan pembelajaran, dimana total sampling. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin
80% keberhasilan belajar seseorang ditentukan melihat sikap seluruh siswa di SMPN 3 Batanghari
melalui sikapnya dalam mengelola emosi secara dan SMPN 4 Muaro Jambi dengan jumlah sampel
efektif, kemampuan siswa tersebut dalam mengelola untuk pengisian kuesioner sebagai teknik
emosinya secara efektif (Veloo,2015). The affective pengambilan total sampling sebanyak 284 siswa terdiri
learning outcomes cover the ability of emotional dari 152 sampel di SMPN 3 Batanghari dan 132
understanding of something (Novilia, Iskandar, & sampel di SMPN 4 Muaro Jambi.
Fajaroh, 2016).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjabarkan Instrumen dan Prosedur
perbandingan sikap terhadap mata pelajaran IPA di Instrumen penelitian yang digunakan peneliti
SMPN 3 Batanghari dan SMPN 4 Muaro Jambi adalah angket. Angket yang digunakan merupakan
ditinjau melalui 3 indikator yang telah dipaparkan angket tertutup, yang memaparkan sikap positif dan
diatas sehingga mampu meningkatkan sikap siswa negatif siswa terhadap matapelajaran IPA. Skala yang
terhadap mata pelajaran IPA. Dalam penelitian ini, digunakan pada instrumen angket sikap ini adalah
pertanyaan yang ditujukan ialah: skala likert lima poin yang terdiri dari STS=sangat
tidak setuju, TS=tidak setuju, N=netral, S=setuju,
Writer’s last name
Manuscript’s title

SS=sangat setuju. Instrumen ini menggunakan tiga tidak setuju, 16,3-23,4 kategori tidak setuju, 23,5-30,6
indikator yang diadopsi dari TOSRA milik Fraser kategori cukup, 30,7-37,8 kategori setuju dan 37,9-
(1981), yakni implikasi sosial dari matapelajaran IPA 45,0 kategori sangat setuju. Sehingga secara
berjumlah 7 pernyataan dengan rentang yang keseluruhan dari 3 indikator tersebut berjumlah 25
digunakan ialah 7,0-12,6 kategori sangat tidak setuju, pernyataan yang terlihat pada tabel 1 dibawah ini.
12,7-18,3 kategori tidak setuju, 18,4-23,9 kategori Adapun prosedur yang digunakan dalam
cukup, 24,0-29,5 kategori setuju dan 29,6-3,1 kategori penelitian ini adalah dimulai dengan menyebarkan
sangat setuju. Indikator kesenangan dalam belajar IPA kuesioner, lalu analisis data angket sikap kemudian
berjumlah 9 pernyataan dan ketertarikan berkarir melanjutkan dengan mentranskrip seluruh data hasil
dibidang IPA juga berjumlah 9 pernyataan dengan yang telah didapatkan selama penelitian berlangsung.
rentang yang digunakan ialah 9,0-16,2 kategori sangat

Tabel 1- Pernyataan dan Indikator Sikap Terhadap Matapelajaran IPA


Pernyataan Jumlah
Variabel Indikator
(+) (-) item
Implikasi sosial pada
1,14,20,39 7,27,32 7
matapelajaran IPA
Sikap terhadap Kesenangan dalam
matapelajaran matapelajaran IPA 4,17,24,42 11,24,36,48,52 9
IPA
Ketertarikan dibidang
13,26,38,50 6,19,31,44,51 9
IPA

Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada peneltian ini Table 2- Implikasi Sosial Terhadap Matapelajaran
adalah statistic deskriptif dan statistik inferensial. IPA di SMPN 3 Batanghari
Statistik deskriptif yang digunakan berupa mean,
Rentang Sikap Jumlah % Min Max
median, dan modus. Sedangkan statistik inferensial
7.0-12.6 Sangat Tidak
yang digunakan yaitu melalui uji normalitas, uji 0 0
Baik
homogenitas dan uji t-test. Semua teknik analisis data Tidak Baik
12,7-18,3 8 5,3
yang digunakan dibantu dengan program IBM SPSS
18,4-23.9 Cukup Baik 45 29.6 13 35
Statistic 22.0.
24,0-29,5 Baik 77 50.7
RESULTS AND DISCUSSION 29,6-35,1 Sangat Baik 22 14.5
Hasil analisis data implikasi sosial dalam
Keterbaharuan dari penelitian ini adalah indikator yang
matapelajaran IPA di SMPN 3 Batangahari di
digunakan untuk mendeskripsikan sikap terhadap
deskripsikan pada tabel 2 yang memperlihatkan
matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari dan SMPN 4
bahwa respon siswa berkategori sangat baik pada
Muaro Jambi. Adapun indikator yang digunakan yaitu
indikator implikasi sosial sebanyak 14,5% (22 dari 152
implikasi sosial dari matapelajaran IPA, Kesenangan
siswa) dengan skor maksimal dari keseluruhan
dalam matapelajaran IPA, dan Ketertarikan berarir di
pernyataan pada indikator ini adalah 35. Lalu kategori
bidang IPA yang bersumber dari penelitian Fraser
baik sebanyak 50,7% (77 dari 152 siswa), kategori
(1981) yang kemudian di implementasikan di
cukup 29,6% (45 dari 152 siswa), kategori tidak baik
Indonesia melalui penelitian dari Astalini & Kurniawan
5,3% (8 dari 152 siswa) dan kategori sangat tidak baik
(2019) dengan jumlah pernyataan sebanyak 56
yaitu 0%. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis
pernyataan dan memiliki nilai Cronbach alpha sebesar
data angket tabel 2 pada indikator implikasi sosial
0,842.
dalam matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari
memperlihatkan bahwa siswa lebih dominan
A. Sikap Siswa Ditinjau dari Tiga Indikator
1. Implikasi Sosial Terhadap Matapelajaran IPA berkategori baik.
Implikasi sosial dalam matapelajaran IPA mengkaji
bagaimana sikap IPA dapat bermanfaat dalam
kehidupan sosial dan masalah yang menyertai
kemajuan ilmiah.
International Journal of Education ©20_ _ Universitas Pendidikan Indonesia
Vol. - No. -, Month-Year, pp. 121-129 doi: (to be filled by the editor)

perasaan gembira dan konsentrasi tinggi


Tabel 3- Implikasi Sosial Terhadap Matapelajaran (Mintasih,2016).
IPA di SMPN 4 Muaro Jambi Table 4- Kesenangan Terhadap Matapelajaran IPA di
Rentang Sikap Jumlah % Min Max SMPN 3 Batanghari
7.0-12.6 Sangat Tidak
0 0 Rentang Sikap Jumlah % Min Max
Baik
12,7-18,3 Tidak Baik 7 5,3 9.0-16.2 Sangat Tidak
0 0
Baik
18,4-23.9 Cukup Baik 46 34.8 16 34
16,3-23,4 Tidak Baik 3 2,0
24,0-29,5 Baik 63 47.7 Cukup Baik 21 42
Sangat Baik
23.5-30.6 56 36,8
29,6-35,1 16 12.1
30.7-37.8 Baik 87 57,2
37.9-45,0 Sangat Baik 6 3,9
Selanjutnya hasil analisis data implikasi sosial
dalam matapelajaran IPA di SMPN 4 Muaro Jambi Hasil analisis data kesenangan terhadap
dideskripsikan pada tabel 3, yang memperlihatkan matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari di
bahwa respon siswa berkategori sangat baik pada deskripsikan pada tabel 4, yaitu memperlihatkan
indikator ini sebanyak 12,1% (16 dari 132 siswa) bahwa respon siswa berkategori sangat baik
dengan skor maksimal dari keseluruhan pernyataan sebanyak 3,9% (6 dari 152 siswa) dengan skor
pada indikator ini adalah 34. Lalu kategori baik maksimal dari seluruh pernyataan pada indikator ini
sebanyak 47,7% (63 dari 132 siswa), kategori cukup adalah adalah 42. Lalu kategori baik sebanyak 57,2%
34,8% (46 dari 132 siswa), kategori tidak baik 5,3% (7 (87 dari 152 siswa), kategori cukup sebanyak 36,8%
dari 132 siswa), dan kategori sangat tidak baik 0%. (56 dari 152 siswa), kategori tidak baik sebanyak 2%
Dengan demikian hasil analisis data angket pada tabel (3 dari 152 siswa) dan kategori sangat tidak baik 0%.
3 pada indikator implikasi sosial terhadap Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis data
matapelajaran IPA di SMPN 4 Muaro Jambi angket tabel 4 pada indikator kesenangan terhadap
memperlihatkan siswa lebih dominan berkategori baik. matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari
Berdasarkan penjabaran tabel 2 dan tabel 3, memperlihatkan bahwa siswa lebih dominan
perbandingan sikap terhadap matapelajaran IPA berkategori baik.
ditinjau dari indikator implikasi sosial di SMPN 3
Batanghari dan SMPN 4 Muaro Jambi memperlihatkan Table 5- Kesenangan dalam Matapelajaran IPA di
bahwa siswa di kedua SMP tersebut sama-sama
memiliki implikasi sosial yang dominan berkategori SMPN 4 Muaro Jambi
baik. Artinya siswa sudah dapat mengimplikasikan IPA Rentang Sikap Jumlah % Min Max
dalam kehidupan sosialnya. Implikasi sosial ditandai 9.0-16.2 Sangat Tidak
0 0
dengan sikap mandiri dan kerjasama. Kemandirian Baik
siswa terdiri atas aspek percaya diri, mampu bekerja 16,3-23,4 Tidak Baik 8 6,1
sama, menghargai waktu, memiliki hasrat bersaing 23.5-30.6 Cukup Baik 53 40.2 17 41
untuk maju, bertanggung jawab dan memiliki 30.7-37.8 Baik 62 47.0
kemampuan mengambil keputusan (Suid, 2017). 37.9-45,0 Sangat Baik 9 6.8
Bentuk kemandirian siswa dapat dilihat dari
pengerjaan tugas atau PR yang diberikan oleh guru Selanjutnya hasil analisis data angket indikator
serta bagaimana siswa tidak bergantung pada orang kesenangan dalam matapelajaran IPA di SMPN 4
lain dan meyakini kemampuannya sendiri (Astalini, Muaro Jambi dideskripsikan pada tabel 5, yaitu
Kurniawan & Sumaryanti, 2018). Sedangkan bentuk
kerjasama dapat dilihat padad saat mereka melakukan memperlihatkan bahwa respon siswa berkategori
percobaan secara berkelompok, bertanggung jawab sangat baik sebanyak 6,8% (9 dari 132 siswa) dengan
atas kelompoknya, mampu mengatur dan berdiskusi skor maksimal dari seluruh pernyataan pada indikator
bersama teman lainnya. ini adalah 41. Lalu kategori baik sebanyak 47,0% (62
2. Kesenangan Terhadap Matapelajaran IPA dari 132 siswa), kategori cukup sebanyak 40,2% (53
Kesenangan dalam matapelajaran IPA dari 132 siswa), kategori tidak baik 6,1% (8 dari 132
merupakan salah satu bentuk perasaan yang siswa), dan kategori sangat tidak baik sebanyak 0%.
menunjukkan adanya minat dalam belajar. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis data
Pembelajaran dikatakan menyenangkan apabila angket tabel 5 pada indikator kesenangan terhadap
didalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas dari matapelajaran IPA di SMPN 4 Muaro Jambi
tekanan, aman, menarik, bangkitnya minat belajar, memperlihatkan bahwa siswa lebih dominan
adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta didik berkategori baik.
terurah, lingkungan belajar menarik, bersemangat,
Writer’s last name
Manuscript’s title

Berdasarkan penjabaran tabel 4 dan tabel 5, memperlihatkan bahwa siswa lebih dominan
perbandingan sikap terhadap matapelajaran IPA berkategori cukup.
ditinjau dari indikator kesenangan terhadap
matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari dan SMPN 4 Table 7- Ketertarikan Berkarir di Bidang IPA di SMPN
Muaro Jambi memperlihatkan bahwa siswa di kedua 4 Muaro Jambi
SMP tersebut sama-sama memiliki kesenangan Rentang Sikap Jumlah % Min Max
terhadap matapelajaran IPA yang dominan berkategori 9.0-16.2 Sangat
2 1,5
baik. Artinya siswa di kedua sekolah tersebut sama- Tidak Baik
sama cenderung senang (menyukai) matapelajaran 16,3-23,4 Tidak Baik 5 3,8
23.5-30.6 Cukup Baik 23 17,4 15 45
IPA. Seseorang yang memiliki perasaan senang atau
30.7-37.8 Baik 65 49,2
suka dalam hal tertentu ia cenderung mengetahui Sangat Baik
37.9-45,0 37 28
hubungan antara perasaan dengan minat (Pratiwi,
2015). Ketika siswa senang pada matapelajaran IPA
Selanjutnya hasil analisis data angket indikator
tentu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak
SMPN 4 Muaro Jambi dideskripsikan pada tabel 7
pada pelajaran IPA. Kemudian, karena pemusatan
yaitu memperlihatkan bahwa respon siswa berkategori
perhatian yang intensif terhadap mata pelajaran itulah
sangat baik sebanyak 28% (37 dari 132 siswa)
yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan
dengan skor maksimal dari seluruh pernyataan pada
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan
indikator ini adalah 45. Lalu kategori baik sebanyak
(Pratiwi,2015).
49,2% (65 dari 132 siswa), kategori cukup 17,4% (23
dari 132 siswa), kategori tidak baik sebanyak 3,8% (5
3. Ketertarikan Berkarir di Bidang IPA
dari 132 siswa) dan kategori sangat tidak baik 1,5% (2
Menurut Astalini (2018:hal 95) Ketertarikan untuk dari 132 siswa). Dengan demikian, berdasarkan hasil
melanjutkan karir dibidang IPA tidak lepas dari analisis tersebut SMPN 4 Muaro Jambi lebih dominan
seberapa besar individu tersebut memiliki keyakinan pada kategori baik.
bahwa berkarir dibidang IPA merupakan salah satu Berdasarkan penjabaran tabel 6 dan tabel 7,
keinginan untuk masa depannya. SMPN 4 Muaro Jambi lebih tertarik berkarir di bidang
IPA dibandingkan SMPN 3 Batanghari. Ketertarikan
berkarir tentunya dilandasi dengan rasa senang yang
Table 6- Ketertarikan Berkarir di Bidang IPA di SMPN
merupakan cikal bakal tumbuhnya minat didalam diri
3 Batanghari
siswa untuk berkarir di bidang IPA.
Rentang Sikap Jumlah % Min Max
9.0-16.2 Sangat Tidak B. Perbandingan Sikap Siswa Terhadap
Baik
2 1,3
Matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari Jambi
16,3-23,4 Tidak Baik 13 8,6 11 45 dan SMPN 4 Muaro Jambi
23.5-30.6 Cukup Baik 76 50
30.7-37.8 Baik 55 36,2
37.9-45,0 Sangat Baik 6 3,9 1. Uji Normalitas
Berikut ini adalah tabel yang mendeskripsikan uji
normalitas dan homogenitas data sikap siswa
Hasil analisis data angket indikator ketertarikan terhadap matapelajaran IPA di SMPN 3 Batangahari
berkarir bidang IPA di SMPN 3 Batangahari dan SMPN 4 Muaro Jambi.
dideskripsikan pada tabel 6, yaitu memperlihatkan Table 8- Uji Normalitas dan Homogenitas
bahwa respon siswa berkategori sangat baik pada
Test Of Test Of
indikator ketertarikan berkarir bidang IPA sebanyak
Normality Homogenity
3,9% (6 dari 152 siswa) dengan skor maksimal dari SMPN 4
SMPN 3
seluruh pernyataan pada indikator ini adalah 45. Lalu Sekolah Batanghari
Muaro SMPN3_SMPN4
Jambi
kategori baik sebanyak 36,2% (55 dari 152 siswa),
Statistic 0,069 0,063 3,231
kategori cukup 50% (76 dari 152 siswa), kategori tidak df 152 132 1
baik 8,6% (13 dari 152 siswa) dan kategori tsangat sig 0,075 0,200 0,073
tidak baik sebanyak 1,3% (2 dari 152 siswa). Dengan
demikian, berdasarkan hasil analisis data angket tabel Untuk menentukan perbandingan sikap siswa di
6 pada indikator ketertarikan berkarir terhadap SMPN 3 Batanghari dan SMPN 4 Muaro Jambi, data
matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari yang digunakan harus bersifat normal dan homogen.
Tabel diatas menunjukkan uji Normalitas dan
International Journal of Education ©20_ _ Universitas Pendidikan Indonesia
Vol. - No. -, Month-Year, pp. 121-129 doi: (to be filled by the editor)

homogenitas. Uji normalitas ini bertujuan untuk IPA juga dapat dilihat dari siswa yang menjawab
mengetahui apakah data penelitian berdistribusi kuesioner dimana SMPN 3 Batanghari lebih banyak
normal atau tidak (Novita, 2017). Uji normalitas yang menjawab tidak baik dibandingkan dengan SMPN 4
digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji Muaro Jambi. Perbedaan sikap ini juga dapat terjadi
normalitas di SMPN 3 Batanghari dan SMPN 4 Muaro karena beberapa faktor terutama guru pengampu
Jambi teridentifikasi dengan sig 0,075 dan 0,200 yang bidang studi IPA, bagaimana cara guru menanamkan
berarti data tersebut berdistribusi normal karena sig > konsep agar siswa tidak beranggapan bahwa
0,05. Tabel ini juga menunjukkan uji homogenitas pelajaran IPA merupakan pelajaran sulit. Perbedaan
yang bertujuan untuk mengetahui apakah data yang sikap ini juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diperoleh homogen atau tidak. Hasil ini menunjukkan diantaranya adalah cara guru mata pelajaran IPA
hasil uji homogenitas SMPN 3 Batanghari dan SMPN dalam membantu siswa untuk lebih memahami
4 Muaro Jambi yaitu 0,073 hal ini menunjukkan bahwa konsep, rasa ingin tahu siswa terhadap matapelajaran
data tersebut homogen. Karena dapat dikatakan IPA, kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran
homogen saat sig > 0.05. yang menimbulkan rasa senang pada diri siswa.
Dengan mengetahui perbandingan sikap siswa ini
2. Uji Independent t-test guru dapat lebih memahami bagaimana cara
membentuk sikap ilmiah pada matapelajaran IPA
Tabel dibawah ini mendeskripsikan uji t-test untuk dalam diri siswa. Sikap dalam mempelajari IPA sangat
mengetahui bagaimana perbandingan sikap siswa bermanfaat bagi siswa yaitu dapat membentuk sikap
terhadap matapelajaran IPA di SMPN 3 Batanghari dan nilai positif dalam diri siswa antara lain rasa
dan SMPN 4 Muaro Jambi. percaya diri yang tinggi, ketekunan, kecermatan,
Table 9- Uji Independent Sample t-test pekerja keras, dan tak kenal putus asa. Sikap dan nilai
Sig (2- Mean positif ini sebagai bekal untuk mengatasi
Sekolah t tailed) Difference permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
(Rosmah,2018).
SMP3 22.773 0.001 54.72069 CONCLUSION
SMP4 23.115 0.001 54.72069 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
mengenai sikap terhadap matapelajaran IPA di SMPN
Berdasarkan hasil uji t-test pada tabel diatas,
3 Batanghari dan SMPN 4 Muaro Jambi dengan
menyatakan bahwa sig dari data tersebut adalah
menggunakan tiga indikator yaitu: implikasi sosial
0,001 sehingga jika nilai sig < 0,05 berarti terdapat
terhadap matapelajaran IPA, kesenangan terhadap
perbedaan sikap antara SMPN 3 Batanghari dan
matapelajaran IPA dan ketertarikan berkarir pada
SMPN 4 Muaro Jambi. Perbedaan sikap di kedua
matapelajaran IPA. Pada indikator pertama yaitu
sekolah ini dapat di ketahui dari perbedaan pada
implikasi sosial terhadap matapelajaran IPA pada
ketiga indikator yang telah dijelsakan sebelumnya.
SMPN 3 Batanghari dominan berkategori baik
Terlihat jelas pada indikator ketertarikan berkarir di
begitupula di SMPN 4 Muaro Jambi berkategori baik.
bidang IPA dimana SMPN 3 Batanghari dominan
Indikator kedua pada SMPN 3 Batanghari dominan
berkategori cukup sedangkan di SMPN 4 Muaro Jambi
berkategori baik begitupula pada SMPN 4 Muaro
dominan berkategori baik. Kemudian pada indikator
Jambi berkategori baik. Indikator ketiga yaitu
implikasi sosial dalam matapelajaran IPA siswa SMPN
ketertarikan berkarir di bidang IPA pada SMPN 3
3 Batanghari dan SMPN 4 Muaro Jambi sama-sama
Batanghari berkategori cukup sedangkan di SMPN 4
berkategori dominan baik, artinya siswa kedua
Muaro Jambi berkategori baik.
sekolah tersebut mampu mengimplikasikan IPA dalam
kehidupan sosialnya. Lalu pada indikator kesenangan
ACKNOWLEDGEMENT
dalam matapelajaran IPA SMPN 3 Batanghari dan Peneliti mengucapkan terimakasih kepada kepala
SMPN 4 Muaro jambi juga sama-sama memiliki sekolah dan guru di SMPN 3 Batanghari dan SMPN 4
kategori dominan baik, artinya siswa di kedua sekolah Muaro Jambi yang telah memberikan izin kepada
tersebut menyenangi pelajaran IPA. The affective peneliti untuk melakukan penelitian di kedua sekolah
dimension involves feelings related to science, divided tersebut.
into sub-components, both positive and negative.
Positive feelings are associated with the enjoyment of
science and negative feelings are associated with fear REFERENCES
and anxiousness about science (Mcnabb, 2016). Agustina, D., Yusmansyah, D., & Andriyanto, R. E.
Selanjutnya perbedaan sikap terhadap matapelajaran (2017). Hubungan Antara Sikap Terhadap Guru
Writer’s last name
Manuscript’s title

dengan Prestasi Belajar Siswa kelas VIII The https://doi.org/10.15294/dp.v12i2.13566


Relationship Of Attitudes Towards Teachers Novilia, L., Iskandar, S. M., & Fajaroh, F. (2016). the
With Student ’ s Learning Achievement Student Effectiveness of Colloid Module Based on
class VIII. 65–78. Guided Inquiry Approach To Increase Students’
Astalini, A., Kurniawan, D. A., Melsayanti, R., & Cognitive Learning Outcomes. International
Destianti, A. (2019). SIKAP TERHADAP MATA Journal of Education, 9(1), 17.
PELAJARAN IPA DI SMP se-KABUPATEN https://doi.org/10.17509/ije.v9i1.3713
MUARO JAMBI. Lentera Pendidikan : Jurnal Novita, Dian (2017). Pengaruh Motivasi Belajar dan
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 21(2), 214. Kemampuan Numerik Terhadap Prestasi
https://doi.org/10.24252/lp.2018v21n2i7 Belajar Akuntansi. Jurnal SAP, 2(1).
Astalini, A., Kurniawan, D. A., & Putri, A. D. (2018). Nuryati, L., Diantoro, M., & Zubaidah, S. (2018).
Identifikasi Sikap Implikasi Sosial dari IPA, Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.
Ketertarikan Menambah Waktu Belajar IPA, dan Jurnal Penelitian Dan Pengembangan, 3(2),
Ketertarikan Berkarir Dibidang IPA Siswa SMP 155–158. https://doi.org/10.23971/eds.v5i2.732
Se-Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Tarbiyah : Olasehinde, K. J., & Olatoye, R. A. (2014). Scientific
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(2), 93–108. Attitude, Attitude to Science and Science
https://doi.org/10.18592/tarbiyah.v7i2.2142 Achievement of Senior Secondary School
Awal, P., Guru, C., & Tentang, B. (2012). Jurnal Students in Katsina State, Nigeria. Journal of
Pendidikan IPA Indonesia. Jurnal Pendidikan Educational and Social Research, 4(1), 445–
IPA Indonesia, 1(1), 91–97. Retrieved from 452. https://doi.org/10.5901/jesr.2014.v4n1p445
http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii%0A Rahman, M. M. (2019). Secondary School Students
Bang, E., & Baker, D. R. (2013). Gender differences in Attitude Towards Junior School Certificate (Jsc)
Korean high school students’ science Examination in Bangladesh. International
achievements and attitudes towards science in Journal of Education, 11(2), 161.
three different school settings. Mevlana https://doi.org/10.17509/ije.v11i2.14746
International Journal of Education, 3(2), 27–42. Rosmah, Sitti, Makarina Tindangen, dan Vandalita M
https://doi.org/10.13054/mije.13.11.3.2 Rambitan. Analisis Permasalahan terkait
Creswell, Jhon, W. (2015). Educational Research Kebutuhan Pengembangan Perangkat
Planning, Conducting and Evaluating Pembelajaran Model Discovery Learning untuk
Quantitative dan Qualitative Research. Lincoln: Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap
University of Nebraska. Ilmiah. Jurnal Pendidikan, 3(3),323.
Djiwandono, P. I. (2017). the Learning Styles of Sofyan, A., Yusuf, A. M., & Daharnis, D. (2018).
Millennial Generation in University: a Study in Tingkat Aspirasi Karir Siswa di Tinjau dari Jenis
Indonesian Context. International Journal of Kelamin, Jurusan dan Daerah Tempat Tinggal.
Education, 10(1), 12. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 1(3), 9.
https://doi.org/10.17509/ije.v10i1.5085 https://doi.org/10.29210/110800
Fraser, B. J. (1981). Test of science-related attitudes. Sukasni, A., & Efendy, H. (2017). The Problematic of
18. Education System in Indonesia and Reform
Iii, K., Negeri, S. D., & Aceh, B. (2017). ANALISIS Agenda. International Journal of Education, 9(3),
KEMANDIRIAN SISWA DALAM PROSES 183. https://doi.org/10.5296/ije.v9i3.11705
PEMBELAJARAN DI KELAS III SD NEGERI 1 Susilawati, A., Hernani, H., & Sinaga, P. (2017). the
BANDA ACEH Suid 1) , Alfiati Syafrina 2) , Application of Project-Based Learning Using
Tursinawati 3) 1) (Dosen Program Studi Mind Maps To Improve Students’ Environmental
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Attitudes Towards Waste Management in Junior
Unsyiah) 2) (Dosen Program Studi Pendidikan High Schools. International Journal of
Guru Seko. 1(5), 70–81. Education, 9(2), 120.
Manasia, L. (2015). Enjoyment of Learning in Upper https://doi.org/10.17509/ije.v9i2.5466
Secondary Education. An Exploratory Research. Teknik, F., & Maret, U. S. (2013). Pengaruh K
Procedia - Social and Behavioral Sciences, Omunitas P Egiat K Ota L Ama T Erhadap P
180(November 2014), 639–646. Erkembangan. 3(2), 59–64.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.02.172 Veloo, A., Nor, R. and Khalid, R., 2015. Attitude
Mcnabb, K. (2016). ATTITUDES AND EXPERIENCES Towards Physics and Additional Mathematics
OF CLASSROOM SCIENCE : CHILDREN ’ S Achievement Towards Physics Achievement.
VOICES. 9(1), 10–16. International Education Studies, 8(3), pp.35-43.
Munirah Ira, 2015.Hal 233. (2015). Sistem Pendidikan Zulirfan,dkk. 2018. Take-Home-Experiment:
di Indonesia: antara keinginan dan realita. Enhancing Students’ Scientific Attitude. Journal
Auladuna, 2(36), 233–245. of Baltic Science Education Vol. 17, No. 5 ISSN
Nafiati, D. A. (2018). Motivation, Creativity, and Self- 1648–3898.
Confidence as Forming Factors of Economic Veloo, A., Nor, R. and Khalid, R., 2015. Attitude
Learning Autonomy. Dinamika Pendidikan, Towards Physics and Additional Mathematics
12(2), 182–195. Achievement Towards Physics Achievement.
International Journal of Education ©20_ _ Universitas Pendidikan Indonesia
Vol. - No. -, Month-Year, pp. 121-129 doi: (to be filled by the editor)

International Education Studies, 8(3), pp.35-43.

Você também pode gostar