Você está na página 1de 18

Metode kualitatif dan Kuantitatif

I. Metode kualitatif

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.Dalam penelitian
kualitatif, adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, penelitianharus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas jadi bisa bertanya,menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti
menjadi lebih jelas.Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatifdigunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi,untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk
memastikankebenaran data, dan meneliti sejarah perkembagan.

Adapun pengertian metode penelitian kualitatif dapat dilihat dari beberapa teori berikut ini:

 Meleong (dalam Herdiansyah, 2010: 9)

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untukmemahami suatu
fenomena dalam konteks social secara alamiah denganmengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara penelitidengan fenomena yang diteliti

 Saryono, 2010: 1

Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,menemukan,


menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaandari pengaruh social yang
tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkanmelalui pendekatan kuantitaif

 Sugiyono (2011:15)

Metode penelitian kulitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan padafilsafat

 postpositivisme

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yangalamiah, (sebagai lawannya


eksperimen) dimana peneliti adalah sebagaiinstrument kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukansecara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitaif, dan hasil
penelitiankualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
II. Metode kuantitatif

Dalam metode penelitian kuantitatif, masalah yang diteliti lebih umum memiliki wilayah yang
luas, tingkat variasi yang kompleks. Penelitian kuantitatif lebih sistematis,terencana,
terstruktur, jelas dari awal hingga akhir penelitian. Akan tetapi masalahmasalah pada metode
penelitian kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah,
namun dari penelitian tersebut nantinya dapat berkembangkan secara luas sesuai dengan
keadaan dilapangan.

Adapun pengertian metode penelitian kuantitatif dapat dilihat dari beberapa teoriberikut ini:

 Punch (1988: 4)
Metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian empiris di mana dataadalah
dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung/ angka. Penelitian
kuantitatifmemerhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik.
 Kasiram (2008: 149)
Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan
yangmenggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keteranganmengenai
apa yang ingin diketahui.
 Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001; Del Siegle, 2005, dan Johnson, 2005
Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi bahwa realitas yang menjadisasaran
penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung bersifat tetapsehingga
dapat diprediksi. Kemudian variabel dapat diidentifikasi dan diukurdengan alat-alat
yang objektif dan baku

Perbedaan mendasar dari metode penelitian kuantitatif dengan metode penelitian kualitatif
yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian kuantitatif dipandang sebagai
sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif, sedangkan penelitian kualitatif bersifat
eksploratoris dan induktif. Bersifat konfirmasi disebabkan karena metodepenelitian
kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari suatu teori yang telah ada.Penelitian bersifat
mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada denganmendasarkan pada data
ilmiah baik dalam bentuk angka. Penarikan kesimpulan bersifatdeduktif yaitu dari sesuatu
yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal iniberangkat dari teori-teori yang
membangunnya

1. Metode Deskriptif kuantitatif

Menurut Whitney pada tahun 1960, metode deskriptif merupakan suatu pencarian fakta
menggunakan interpretasi yang tepat. Penelitian ini memepelajari mengenai masalah-
masalah yang ada dalam masyarakat, dan juga tata cara yang digunakan dalam salam
masyarakat serta di dalam situasi-situasi tertentu.Termasuk mengenai hubungan kegiatan,
pandangan, sikap, dan juga proses-proses yang dapat berpengaruh dalam suatu fenomena
yang terjadi. Penelitian deskriptif ini merupakan jenis metode penelitian yang
menggambarkan suatu objek dan subjek yang sedang diteliti dengan apa adanya tanpa
melakukan rekayasa.

2. Analisis Stakeholders

Menurut Wibisono (2007), stakeholder diartikan sebagai suatu pihak maupun kelompok yang
berkepentingan secara langsung / tidak langsung bisa mempengaruhi atau dipengaruhi atas
aktivitas dan eksistensi perusahaan.
Tujuan analisis stakeholder

 Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam isu-isu yang digarap dalam program,
peran-perannya, kepentingannya, dan dampak/efek yang ditimbulkan oleh adanya
pihak-pihak tersebut terhadap isu
 Dengan identifikasi tersebut, pengelola program menjadi sensitif terhadap
kepentingan-kepentingan stakeholder; dan dalam jangka panjang dapat menciptakan
strategi untuk meminta dukungan dari stakeholder tertentu
Sumber-Sumber Kekuatan Para Pemangku Kepentingan

 Sumber-sumber kekuatan stakeholder di dalam organisasi antara lain hirarki dalam


organisasi, misalnya wewenang untuk mengambil keputusan; kualitas pribadi /
kepemimpinan seseorang atau adanya tingkat konsesus yang tinggi dalam kelompok
atau organisasi; menguasai atau mengendalikan sumberdaya strategic; pengetahuan
dan keterampilan yang sangat diperlukan organisasi; kemampuan mengendalikan
lingkungan, misalnya mempunyai keterampilan negosiasi atau lobby; keterlibatan
dalam implementasi strategi. (PPM School of Business, 2005)
 Sumber kekuatan stakeholder yang berada di luar organisasi, antara lain adanya
ketergantungan terhadap mereka dalam sumberdaya; peranan mereka dalam
implementasi strategi; memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh
organisasi; hubungan kuat dengan pihak-pihak di dalam organisasi. (PPM School of
Business, 2005)
 Setiap setiap sumber daya cenderung memiliki karakteristik sebagai berikut (i.) jumlah
sumber daya yang dikuasai organisasi relatif terbatas, dan (ii) sumber daya
terdistribusi tidak merata (menjadi milik pihak lain dan berada di wilayah relatif jauh
dari organisasi). Memahami sumber-sumber kekuatan stakeholder menjadi penting
bagi organisasi untuk mengatahui kekuatan dan kelemahan organisasi dan ancaman
dan peluang yang akan dihadap

3. Analisis Delphi

Kebanyakan penggunaan utama dari metode Delphi adalah explorasi yang kreatif dan
reliable mengenai ide-ide atau produksi informasi dalam penentuan keputusan, seperti
kebijakan. Analisa Delphi berdasarkan kepada proses terstruktur untuk mengumpulkan dan
memurnikan pengetahuan dari sebuah kelompok ahli atau pakar dalam arti mengenai sebuah
lembar pertanyaan yang disebarkan dan umpan balik yang terkontrol (Adler dan Ziglio, 1966).
Menurut Helmer (1977) analisa Delphi mewakili alat komunikasi yang sangat berguna
diantara kelompok para ahli dan juga memfasilitasi formasi penentuan atau keputusan
kelompok. Menurut, Wissema (1982) menggarisbawahi bahwa kebutuhan atau penggunaan
metode Delphi sangat penting sebagai salah satu dari teknik eksplorasi dalam meramakan
teknologi. Lalu ke depan dia berpendapat bahwa metode Delphi telah berkembang dengan
tujuan untuk membuat diskusi para ahli tanpa mengijinkan tingkah laku interaktif sosial
seperti yang terjadi dalam diskusi kebanyakan dan pembentukan pendapat yang saling
menghambat hasil keputusan. Menurut Baldwin (1977) menyisibkan bahwa ilmu
pengetahuan yang dipahami oleh sedikit orang, penentu kebijakan harus mengandalkan
intuisi mereka berdasarkan keahliannya. Metode Delphi telah sudah digunakan untuk
menggeneralisasikan ramalan-ramalan dalam teknologi, pendidikan, dan bidang-bidang
lainnya (Cornish, 1977).
Dasar-dasar dalam metode Delphi adalah bahwa latihan komunikasi group di antara ahli-ahli
yang tersebar secara geografis (Adler dan Ziglio, 1996). Metode ini membuat para ahli dapat
menyepakati keputusan secara sistematis dengan permaslaahan yang sangat kompleks.
Esensi utama dari teknik ini hampir fokus pada permasalahan. Metode ini menggunakan
media questionnaire yang didesain agar dapat memunculkan atau mengembangkan respon
individu terhadap sebuah permasalahan dan mereview pendapat dari beberapa pakar atau
ahli mengenai permasalahan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya, metode Delphi
digunakan untuk menyelesaikan kekurangan dari aksi atau kegiatan komite yang
konvensional, seperti pertemuan dan rapat-rapat yang menyulitkan.
Menurut Fowles (1978), dalam proses original analisa Delphi memiliki elemen kunci
: pertama, menstruktur arus informasi; kedua, memperoleh umpan balik dari partisipan
(pakar atau ahli); ketiga, saling ketidaktahuan identitas antarpartisipan. Dengan jelas bahwa
elemen-elemen ini memberikan keuntungan terhindar dari dinamika permasalahan
kelompok diskusi dari konferensi tatap muka yang konvensional.
Menurut Fowles (1978), terdapat beberapa langkah dalam metode Delphi :
1. Membentuk sebuah tim kerja yang mengambil keputusan dan meminitor analisa
Delphi pada partisipan.
2. Pemilihan satu atau lebih panel untuk berpartisipasi. Biasanya secara teratur kepada
partisipan pada suatu daerah investigasi, seperti penelitian dan proyek.
3. Melaksanakan ronde pertama questionnaire I Delphi.
4. Menguji pengejaan (mengenai ambiguitas, kejanggalan, dlsb.) pada
lembar questionnaire untuk penulisan lebih baik seperlunya.
5. Menyerahlan lembar questionnaire pertama pada panelis.
6. Analisa respon-respon dari ronde pertama.
7. Persiapan terhadap ronde dua lembar pertanyaan Delphi (dengan pengujian yang
memungkinkan).
8. Menyerahkan lembar questionnaire II pada panelis.
Kelebihan Metode Delphi
1. Hasil berdasarkan dari para ahli.
2. Anonimitas dan isolasi memungkinkan kebebasan yang maksimal dari aspek-aspek
negative dari interaksi sosial.
3. Opini yang diungkapkan para ahli luas, karena dari pendapat masing-masing ahli.
Kekurangan Metode Delphi
1. Biaya yang besar untuk mengundang para ahli.
2. Hasil berdasarkan anggapan-anggapan (asumsi).
3. Tidak semua hasil berjalan sesuai prediksi.
4. Memakan waktu yang lama
Metode delphi bisa di gunakan dalam Utuk mengidentifikasi Jenis kriteria Komoditas. Teknik
Delphi dilakukan untuk mencari faktor-faktor penentuan jeneis kriteria komuditas produk
unggulan menurut preferensi ahli sehingga peneliti dapat mendapatkan kriteria-kritea yang
ditentukan dalam menentukan Jenis Komoditas dan juga dapat digunakan untuk :

1. Untuk menentukan atau mengembangkan berbagai alternatif program yang mungkin


2. Untuk menjelajahi atau mengekspos asumsi yang mendasari atau informasi yang
mengarah ke penilaian yang berbeda
3. Untuk mencari informasi yang dapat menghasilkan konsensus sebagai bagian dari
kelompok responden
4. Untuk menghubungkan penilaian informasi pada topik yang mencakup berbagai
disiplin, dan
5. Untuk mendidik kelompok responden mengenai aspek beragam dan saling terkait dari
topik

4. Metode AHP

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan sistem pembuat keputusan dengan


menggunakan model matematis. AHP membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa
kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria.
AHP juga merupakan teknik evaluasi dalam perencanaan. Evaluasi dalam hal ini merupakan
bagian dalam proses perencanaan. Evaluasi dapat dikategorikan dalam 2 tahap :
 ex ante (sebelum dilaksanakan) yang dapat dilakukan terhadap kualitas dokumen.
 post hoc (implementasi) yang merupakan evaluasi terhadap efektifitas rencana
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur
suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai
pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas.
Terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu
1. prinsip menyusun hirarki (Decomposition),
2. prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan
3. prinsip konsistensi logis (Logical Consistency).
Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk
mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponenkomponen yang mendukung pencapaian
tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah
kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang
dihadapi.
Manfaat atau Kegunaan
Di dalam suatu Perencanaan Wilayah dan Kota, AHP dapat digunakan dalam memecahkan
berbagai masalah diantaranya untuk mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan
manfaat atau biaya, menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan
ke masa depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit
usaha dan permasalahan kompleks lainnya.
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system
analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :

 Kesatuan (Unity). AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur
menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
 Kompleksitas (Complexity). AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui
pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.
 Saling ketergantungan (Inter Dependence). AHP dapat digunakan pada elemen-
elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier.
 Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring). AHP mewakili pemikiran alamiah yang
cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-
masing level berisi elemen yang serupa.
 Pengukuran (Measurement). AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk
mendapatkan prioritas.
 Konsistensi (Consistency). AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian
yang digunakan untuk menentukan prioritas.
 Sintesis (Synthesis). AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa
diinginkannya masing-masing alternatif.
 Trade Off. AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem
sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
 Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus). AHP tidak mengharuskan
adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.
 Pengulangan Proses (Process Repetition). AHP mampu membuat orang menyaring
definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian
mereka melalui proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:
Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang
ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi
tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru. Metode AHP ini hanya
metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan
dari kebenaran model yang terbentuk
Pada AHP biasanya digunakan alpikasi expert choice sebagai alpikasi penentu hirrarki dari
sebuah data yang ingin di AHP kan. Dengan menggunakan expert choice seseorang dapat
meng hirarkikan sebua masala .

5. Analisis SWOT

Definisi dasar dari analisis SWOT adalah penilaian keadaan eksisting terhadap organisasi.
Dalam analisis penilaiannya, SWOT mencakup:
1. kekuatan-kekuatan (strenghts);
2. kelemahan-kelemahan (weaknesses);
3. peluang-peluang (opportunites); dan
4. ancaman-ancaman (threats).

Manfaat analisis SWOT dapat diperoleh ketika perihal operasi organisasi telah ditentukan,
arah dan tujuan (visi dan misi) ke masa depan telah ditentukan serta ukuran keberhasilan
dalam mewujudkan tujuan tersebut telah dirumuskan secara jelas sehingga segala sesuatu
dapat dinilai sebagai kekuatan, kelemahan, peluang atau ancaman hanya jika telah ada VISI,
TUJUAN, MISI yang dipakai sebagai acuan atau benchmark.
Bagaimana analisis SWOT tersebut digunakan dalam perencanaan wilayah dan kota? Analisis
SWOT melakukan pemindaian (scaning) kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dapat
menjadi faktor yang mempermudah atau mempersulit pencapaian tujuan/visi
wilayah/komunitas/organisasi. Analisis SWOT dapat dilakukan dengan proses partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan yaitu dengan cara :
1. Anggota tim bersama-sama dengan partisipan/peserta diskusi melakukan identifikasi
terhadap kekuatan; kelemahan; peluang; dan ancaman yang mungkin dihadapi
organisasi.
2. Selain menyepakati signifikasi dan validitas data, partisipasi juga untuk menyepakati
dan menetapkan isu-isu strategis.
Oleh karena itu, analisis SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan strategis yang
berfungsi sebagai kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi isu-isu kritis yang mungkin
berdampak terhadap rencana strategis.
Perencanaan Strategis itu muncul menggantikan model perencanaan jangka panjang untuk
merespon terjadinya perubahan eksternal secara cepat dan tidak menentu yang menuntut
organisasi untuk melakukan penyesuaian atau perubahan internal agar mampu
mempertahankan fungsi dan peranannya
Cara mengunakan analisi SWOT adalah melakukan telaah terhadap faktor internal berupa
kekuatan dan kelemahan dari organisasi/wilayah atau komunitas dengan mengenai faktor-
faktor kunci saja dalam kekuatan dan kelemahan organisasi serta menawarkan respon yang
mungkin dilakukan. Mengapa hanya faktor kunci saja? Karena tidak mungkin melakukan
peninjauan semua bidang fungsi organisasi seperti manajemen, administrasi, SDM,
pendanaan, sistem komunikasi internal, prasarana dan sarana pendukung, dll serta sub
bidang secara mendalam

 Identifikasi Faktor Kekuatan


Faktor kekuatan meliputi aset atau faktor-faktor yang dimiliki wilayah atau organisasi
yang dapat mempermudah tercapainya tujuan atau visi yang ditetapkan. Kekuatan
disini dapat berupa nilai positif atau kekuatan dari sumber daya alam, sumber daya
manusia, infrastruktur, sistem sosial-ekonomi-politik serta image dari wilayah
tersebut.
 Identifikasi Faktor Kelemahan
Identifikasi faktor kelemahan meliputi kondisi atau karakter internal yang dimiliki yang
dapat menjadi kendala atau hambatan dalam upaya untuk mencapai tujuan atau visi.
Yang termasuk dalam kelemahan contohnya kelemahan dari sumber daya alam,
sumber daya manusia, infrastruktur, sistem sosial-ekonomi-politik serta image dari
wilayah tersebut. Dalam hal ini, kita harus memperhatikan bahwa sifat kelemahan ada
yang dapat diperbaiki dan tidak dapat diperbaiki, misalnya iklim usaha yang dapat
diperbaiki namun angkatan kerja yang berumur tua tidak dapat diperbaiki, dll. Yang
kedua, melakukan telaah terhadap faktor eksternal dengan :
1. Mengembangkan daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang
perlu dihindari.
2. Tidak bertujuan mengembangkan daftar panjang dan lengkap semua faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian misi dan visi.
3. Mengenali faktor-faktor kunci dan menawarkan respon yang mungkin dilakukan.
 Identifikasi Faktor Peluang
Faktor peluang adalah obyek atau kondisi eksternal memudahkan atau memfasilitasi
organisasi mencapai tujuan. Contoh dari faktor peluang dalam pengembangan
ekonomi lokal adalah kesepakatan perdagangan bebas antar negara, penambahan
alokasi DAU, desentralisasi pelayanan, peningkatan prasarana (jalan raya, dll),
pengurangan pajak usaha.
 Identifikasi Faktor Ancaman
Faktor ancaman merupakan tren dan perkembangan di luar wilayah atau organisasi
yang dapat mempersulit tercapainya tujuan atau visi. Contoh ancaman dalam
pengembangan ekonomi lokal antara lain : kenaikan pajak keuntungan usaha,
pembatasan kepemilikan lahan investasi, regulasi kelestarian lingkungan yg sangat
ketat, perubahan teknologi yang sangat cepat, merebaknya flu burung dan penyakit
gawat lainnya, dll.
pemberian skoring terhadap hasil identifikasi faktor internal dan faktor eksternal.
Berdasar suatu judgment (brainstorming partisipatif atau oleh ahli) ditetapkan score pada
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk
membedakan tingkat pentingnya faktor dapat diberikan koefisien peringkat. Sebagai contoh
Fred R. David (1995, 1997, 1999, 2001, 2003) memberi peringkat 1 dan 2 untuk faktor-faktor
kunci yang merupakan ancaman dan kelemahan, dan memberikan peringkat 3 dan 4 pada
faktor-faktor kunci yang merupakan peluang dan kekuatan.
Hasil skoring (perkalian bobot dengan peringkat) baik pada tabel EFE dan tabel EFI dijumlah
untuk menentukan apakah peluang lebih besar dari pada ancaman atau sebaliknya serta
apakah kekuatan lebih besar dari pada kelemahan atau sebaliknya. Karena jumlah bobot = 1
maka hasil penjumlahan skor (bobot x peringkat) akan berada pada kisaran 1 dan 4 atau rata-
rata 2,50. Apabila hasil penjumlahan pada tabel EFE > 2,50 maka peluang lebih besar dari
pada ancaman atau sebaliknya, dan apabila hasil penjumlahan pada tabel EFI > 2,50 maka
kekuatan lebih besar dari pada kelemahan atau sebaliknya.
melakukan analisis faktor-faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal dianalisis
dengan cara :

 Mengevaluasi kinerja organisasi untuk setiap perspektif balanced scorecard atau


faktor-faktor yang berhubungan.
 Mengumpulkan data dan informasi mengenai faktor-faktor tersebut.
 Mengidentifikasikan faktor-faktor kunci yang merupakan kekuatan dan kelemahan
organisasi dengan membuat check list daftar pertanyaan. Jawaban hendaknya
sespesifik mungkin dan disertai ukuran kinerja atau rasio.
 Mentabulasi dan memberi bobot dan rating serta memperbandingkan kekuatan
dengan kelemahan yang dimiliki organisasi .
Sedangkan faktor eksternal dianalisis dengan cara :

 Mengenali kekuatan kunci faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja


organisasi
 Mengumpulkan data dan informasi mengenai faktor-faktor tersebut.
 Apabila dianggap perlu, membuat proyeksi mengenai perkembangan faktor-faktor
tersebut selama periode perencanaan;
 Mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal tersebut yang secara strategis merupakan
peluang dan ancaman terhadap organisasi
Hasil dari analisis SWOT berupa ragam objek atau keadaan internal dan eksternal menjadi
faktor kunci pencapaian tujuan organisasi atau wilayah, peta posisi organisasi terhadap
lingkungannya serta gambaran alternatif pilihan strategi umum yang sesuai umtuk dijadikan
dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran organisasi selama 3 – 5 tahun ke depan

6. Metode Trigulasi

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan


peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa
fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat
tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut
pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang
handal. Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang
diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi
sebanyak mungkin bias yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Sebagaimana diketahui dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendiri merupakan
instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif sangat tergantung pada kualitas
diri penelitinya, termasuk pengalamannya melakukan penelitian merupakan sesuatu yang
sangat berharga. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian,
semakin peka memahami gejala atau fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai
manusia, seorang peneliti sulit terhindar dari bias atau subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti
mengurangi semaksimal mungkin bias yang terjadi agar diperoleh kebenaran utuh. Pada titik
ini para penganut kaum positivis meragukan tingkat ke’ilmiah’an penelitan kualitatif. Malah
ada yang secara ekstrim menganggap penelitian kualitatif tidak ilmiah.
Sejarahnya, triangulasi merupakan teknik yang dipakai untuk melakukan survei dari
tanah daratan dan laut untuk menentukan satu titik tertentu dengan menggunakan
beberapa cara yang berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti mampu mengurangi bias
dan kekurangan yang diakibatkan oleh pengukuran dengan satu metode atau cara saja. Pada
masa 1950’an hingga 1960’an, metode tringulasi tersebut mulai dipakai dalam penelitian
kualitatif sebagai cara untuk meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas
temuan penelitian dengan cara membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang
berbeda.
Karena menggunakan terminologi dan cara yang mirip dengan model paradigma
positivistik (kuantitatif), seperti pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang
perdebatan cukup panjang di antara para ahli penelitian kualitatif sendiri. Alasannya, selain
mirip dengan cara dan metode penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang
dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang berbeda, tetapi toh juga akan menghasilkan
data yang berbeda-beda pula. Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan
perjalanan waktu, metode triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian kualitatif karena
terbukti mampu mengurangi bias dan meningkatkan kredibilitas penelitian.
Dalam berbagai karyanya, Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai
gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang
saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep Denkin
ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang. Menurutnya, triangulasi meliputi
empat hal, yaitu: (1) triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian
dilakukan dengan kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori. Berikut
penjelasannya.
1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif
peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi
tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara
terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan
untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan
yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai
perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran.
Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari
subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data
itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya,
triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap
dilakukan.
2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang
dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah
pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki
pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru
merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
3. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui
berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara
dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation),
dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi
dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau
data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang
berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan
melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
4. Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual
peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori
dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali
pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika
membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih
jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.
7. Analisi Content

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam
terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis ini biasanya
digunakan pada penelitian kualitatif. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang
memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis,
kemudian diberi interpretasi
Ada beberapa definisi mengenai analisis isi. Analisis isi secara umum diartikan sebagai metode
yang meliputi semua analisis menganai isi teks, tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan
untuk mendeskripsikan pendekatan analisis yang khusus. Menurut Holsti, metode analisis isi
adalah suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai
karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalis
Objektif berarti menurut aturan atau prosedur yang apabila dilaksanakan oleh orang (peneliti)
lain dapat menghasilkan kesimpulan yang serupa. Sistematis artinya penetapan isi atau
kategori dilakukan menurut aturan yang diterapkan secara konsisten, meliputi penjaminan
seleksi dan pengkodingan data agar tidak bias. Generalis artinya penemuan harus memiliki
referensi teoritis. Informasi yang didapat dari analisis isi dapat dihubungkan dengan atribut
lain dari dokumen dan mempunyai relevansi teoritis yang tinggi. Definisi lain dari analisis isi
yang sering digunakan adalah: research technique for the objective, systematic and
quantitative description of the manifest content of communication
Analisis isi harus dibedakan dengan berbagai metode penelitian lain di dalam penelitian
tentang pesan, yang sifatnya meneliti pesan yang latent (tersembunyi), kualitatif dan
prosedurnya berbeda. Denis McQuail membuat dikotomi dalam riset analisis isi media yang
terdiri dari dua tipe, yaitu: message content analysis dan structural analysis of texts. Analisis
isi yang termasuk di dalam message content analysis memiliki karakter sebagai berikut:
quantitative, fragmentary, systematic, generalizing, extensive, manifest meaning, dan
objective. Sementara itu, structural analysis of texts, dimana semiotika termasuk di dalamnya,
memiliki karakter sebagai berikut: qualitative, holistic, selective, illustrative, specific, latent
meaning, dan relative to reader
Menurut Weber, pemahaman dasar dari analisis isi adalah bahwa banyak kata sesungguhnya
dapat diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori yang lebih kecil. Setiap kategori itu dibuat
berdasarakan kesamaan makna kata, dan kemiripan makna kata dari setiap teks atau
pembicaraan. Dengan asumsi itu, kita akan dapat mengetahui fokus dari pengarang, pembuat
teks, atau pembicara dengan menghitung jumlah kategori yang ada dalam teks tersebut. Oleh
karenanya untuk mengukurnya kategori-kategori itu, harus dibuat variable dari kategori
tesebut dan telah memiliki keajegan makna. Sebagaimana yang kita kenal dalam metodologi
kuantitatif, maka variabel yang ada harus valid dan reliabel. (Weber: 1990: )
Dalam kajian Weber, ada beberapa langkah dalam analisis isi untuk mengumpulkan data
diantaranya:
1. Menetapkan unit yang terekam, hal ini sangat penting dalam proses pengaregorian
data. Dalam metode ini dapat dilakukan dengan beberapa level :
 Kata, yaitu mengklasifikasi masing-masing kata
 Paragraf, kalau sumberdaya manusia atau komputer yang tersedia terbatas,
peneliti dapat mereduksinya dengan melakukan pengkodeaan berdasarakan
paragraf. Namun hal ini sulit mendapatkan hasil yang reliable karena cakupannya
terlalu luas.
 Keseluruhan teks, hal ini dilakukan dalam pengecualian ketika teks tersebut tidak
terlalu banyak, seperti cerpen, headline berita, dan berita koran.
2. Menetapkan kategori, ada dua tahap dalam menetapkan kategori. Pertama kita harus
mengetahui apakah hubungannya ekslusif (spesial). Kedua, harus seberapa dekatkah
hubungan antar unit dalam satu kategori.
 Melakukan tes coding di teks sampel. Hal ini diupayakan agar tidak ada ambiguitas
dalam kategori. Tahapan ini juga digunakan untuk merevisi hal-hal yang tidak
tepat dalam skema klasifikasi
 Menilai akurasi atau reabilitas
 Merefisi aturan pengkodingan
Validitas dalam analisis isi agak berbeda dengan penelitian yang lain, validitas di sini bukan
bermakna hubungan antara dua variabel atau teori. Namun, validitas di sini berada di antara
klasifikasi skema atau variabel yang berasal dari itu dengan interpretasi yang menghubungkan
isi dengan sebab-sebabnya. Klasifikasi skema adalah upaya peneliti mengkategorikan
berbagai kata yang memiliki kata yang maknanya berdekatan (atau sama). Dengan bekitu
akan memudahkan data dikumpulkan dan diolah dalam analisa statistik. Oleh karenanya,
pengkategorian kata harus berdasarkan kecermatan dalam menangkap makna yang ada.
(Weber, 1990: 30)
Walaupun analisis isi pada awalnya berkembang dengan metode kuantitatif. Namun,
belakangan berkembang juga analisis isi yang menggunakan metode kulalitatif. Menurut
Krippendorff, setidak-tidaknya ada 4 (empat) jenis analisis isi yang menggunakan pendekatan
kualitatif. Pertama adalah analisis wacana (discourse analysis), secara sederhana analisis
wacana mencoba memberikan pemaknaan lebih dari sekedar kata/frase atau kumpulan
kata/frase yang ditulis oleh pengarang. Analisis wacana fokus pada bagaimana fenomena-
fenomena partikular dimunculkan oleh pengarang teks. Salah satu penelitian yang pernah
dilakukan dengan menggunkan analisis wacana adalah karya Van Dijk (1991) yang mencoba
mempelajari bagaimana pers mengungkap masalah rasisme; kemunculan kaum mioritas,
menjelaskan konflik antar etnis, dan mengumpulkan data tentang pemberian stereotipe
(penilaian buruk kepada suatu kelompok). Selain penelitian itu juga terdapat penelitian
tentang program berita dan dialog di TV Amerika Serikat yang memunculkan tetang
fenomena partikular. Yaitu visi ideologi ekonomi Amerika Serikat. ( Krippendorff, 2004: 14).
Dari penjelasan dan contoh yang diberikan oleh Krippendorff, kita dapat mengambil simpulan
bahwa analisis wacana adalah pendekatan yang mencoba mengungkapkan nilai-nilai (values)
yang berkembang dalam pemikiran si pembuat teks (dalam hal ini pers) untuk memberikan
informasi atau wawasan tentang sesuatu hal yang prinsipil yang disampaikan secara tidak
langsung (explicit).
Kedua adalah analisis retorika (rhetorical analysis). Analisis retorika berfokus kepada
bagaimana pesan itu disampaikan serta dampak (langsung ataupun jangka panjang) yang
dirasakan oleh para penerima pesan atau audiens. Peneliti yang menggunkan pendekatan ini
harus mengidientifikasi elemen-elemen struktural, seperti; ungkapan, gaya argumentasi,
serta gestur dsan penekanan dalam pidato. Diantara banyak penelitian analisis retorika, salah
satunya adalah Kathleen Hall Jamieson’s book Packaging the Presidency (1984). Dalam buku
itu dijelaskan tentang analisis retorika terhadap pidato-pidato presiden Amerika
Serikat (Krippendorff, 2004: 16). Dari penjabaran itu, kita dapat mengetahui bahwa analisis
retorika berupaya untuk mencari aspek-aspek yang berpotensi untuk memengaruhi sikap
audiens dari penyampaian langsung (pidato, ceramah, dll).
Ketiga adalah analisis isi etnografis (ethnographic content analysis). Analisis ini dimunculkan
oleh Altheide (1987). Walaupun terkesan sangat kualitiatif-antropologis, pendekatan ini tidak
menghindari cara yang bersifat kuantitatif namun malah mendukung penghitungan data dari
analisis isi dengan tulisan. Pendekatan ini dikerjakan dengan deskripsi narasi memfokuskan
pada situasi yang berkembang, setting/kondisi, gaya, gambar, makna, dan gagasan penting
agar dikenali/dipahami oleh aktor atau pembicara secara kompleks. (Krippendorff, 2004: 17)
Keempat adalah analisis percakapan (conversation analysis). analisis ini dkerjakan diawali
dengan merekam percakapan dengan setting dan tujuan yang biasa/umum. Selanjutnya hasil
rekaman itu di analisa lebih dalam menjadi konstruksi kolaboratif. Analisis ini digeluti pertama
akali oleh Harvey Sack (1974) yang menganalisis tentang lawakan (jokes) yang
mengkonsturksi kolaborasi dari komunikator dengan judul History 17 (Krippendorff, 2004:
17).
Walaupun kita dapat melihat bahwa analisis isi dapat terdiri dari dua pendekatan yaitu
kuantitatif dan kulaitatif, namun Krippendorff menyarankan untuk tidak mendikotomikan
diantara keduanya. Menurutnya, memisahkan keduanya adalah sebuah kesalahan. Secara
eksplisit dan objektif penelitian ini memproses data dengan pengkodingan dan
menghitungnya, cara ini popular di dalam pendekatan kuantitatif. Namun jangan lupa, kita
juga menganalisis konteks yang ini merupakan tradisi kualitiatif. Dengan begitu, analisis isi
adalah jenis penelitian yang dapat menggunakan pendekatan mix-method.
Untuk lebih lanjut memahami prosedur penelitian analisis isi dengan kedua pendekatan
sebagaimana dijelaskan di atas, Krippendorff memberikan gambaran mengenai tahapan-
tahapan yang ada di dalam penelitian ini. Ia membuat skema penelilitan analisis isi ke dalam
6 tahapan, yaitu:

 Unitizing (peng-unit-an)
 Sampling (pe-nyamling-an)
 Recording/coding (perekaman/koding)
 Reducing (pengurangan) data atau penyederhanaan data
 Abductively inferring (pengambilan simpulan); bersandar kepada analisa konstuk
dengan berdasar pada konteks yang dipilih
 Naratting (penarasian) atas jawaban dari pertanyaaan penelitian.
Unitizing, adalah upaya untuk mengambil data yang tepat dengan kepentingan penelitian
yang mencakup teks, gambar, suara, dan data-data lain yang dapat diobservasi lebih lanjut.
Unit adalah keseluruhan yang dianggap istimewa dan menarik oleh analis yang merupakan
elemen independen. Unit adalah objek penelitian yang dapat diukur dan dinilai dengan jelas,
oleh karenanya harus memilah sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat.
Sampling, adalah cara analis untuk menyederhanakan penelitian dengan membatasi
observasi yang merangkum semua jenis unit yang ada. Dengan demikian terkumpullah unit-
unit yang memiliki tema/karakter yang sama. Dalam pendekatan kualitatif, sampel tidak
harus digambarkan dengan proyeksi statistik. Dalam perdekatan ini kutipan-kutipan serta
contoh-contoh, memiliki fungsi yang sama sebagai sampel. Sampel dalam bentuk ini
digunakan untuk mendukung atas pernyataan inti dari peneliti.
Recording, dalam tahap ini peneliti mencoba menjembatani jarak (gap) antara unit yang
ditemukan dengan pembacanya. Perekamaan di sini dimaksudkan bahwa unit-unit dapat
dimainkan/digunakan berulang ulang tanpa harus mengubah makna. Kita mengetahui bahwa
setiap rentang waktu memiliki pandangan umum yang berbeda. Olehkarenanya recording
berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca/pengguna data untuk dihantarkan kepada
situasi yang berkembang pada waktu unit itu muncul dengan menggunakan penjelasan
naratif dan atau gambar pendukung. Dengan demikian penjelasan atas analisis isi haruslah
tahan lama dapat bertahan disetiap waktu.
Reducing, tahap ini dibutuhkan untuk penyediaan data yang effisien. Secara sederhana unit-
unit yang disediakan dapat disandarkan dari tingkat frekuensinya. Dengan begitu hasil dari
pengumpulan unit dapat tersedia lebih singkat, padat, dan jelas.
Inferring, tahap ini mencoba menanalisa data lebih jauh, yaitu dengan mencari makna data
unit-unti yang ada. Dengan begitu, tahap ini akan menjembatanai antara sejumlah data
deskriptif dengan pemaknaan, penyebab, mengarah, atau bahkan memprovokasi para
audience/pengguna teks. Inferring, bukan hanya berarti deduktif atau induktif, namun
mencoba mengungakap konteks yang ada dengan menggunkan konstruksi analitis (analitical
construct). Konstuksi analitis befngsi untuk memberikan model hubungan antara teks dan
kesimpulan yang dituju. Dengan begitu, konstuksi analitis harus menggunkan bantuan teori,
konsepsi yang sudah memiliki kebasahan dalam dunia akademis.
Naratting, merupakan tahan yang terakhir. Narasi merupakan upaya untung menjawab
pertanyaan penelitian. Dalam narasi biasanya juga berisi informasi-informasi penting bagi
pengguna penelitian agar mereka lebih paham atau lebih lanjut dapat mengambil keputusan
berdasarkan hasil penelitian yang ada.
Gambar di bawah ini adalah skema penelitian dengan menggunakan metode analisis isi. Perlu
digarisbawahi bahwa pada tahapan-tahapan tertentu tidak memerlukan pengorganisasian
yang linear. Karena sebagaimana kita ketahui dalam tradisi kulitatif bahwa data akan terus
memunculkan dirinya tanpa pernah kita duga dan kira. Sehingga, sebagaimana gambar
dibawah ini, 4 tahap awal dari penelitian analisis isi dapat pakai secara acak, sesuai dengan
situasi dan kondisi yang berkembang ketika penelitian.

8. Analisa factor

Pada awalnya teknik analisis faktor dikembangkan pada awal abad ke-20. Teknik
analisis ini dikembangkan dalam bidang psikometrik atas usaha akhli statistikaw Karl Pearson,
Charles Spearman, dan lainnya untuk mendefinisikan dan mengukur intelegensia seseorang.
Pada analisis faktor (factor analysis) dapat dibagi dua macam yaitu analisis komponen utama
(principal component analysis = PCA) dan analisis faktor (factor analysis = FA). Kedua analisis
di atas bertujuan menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari
variabel-variabel pembentuknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor atau komponen
adalah variabel bentukan bukan variabel asli. Secara umum analisis faktor atau analisis
komponen utama bertujuan untuk mereduksi data dan menginterpretasikannya sebagai
suatu variabel baru yang berupa variabel bentukan. Pada dasarnya analisis faktor atau
analisis komponen utama mendekatkan data pada suatu pengelompokan atau pembentukan
suatu variabel baru yang berdasarkan adanya keeratan hubungan antardemensi pembentuk
faktor atau adanya konfirmatori sebagai variabel baru atau faktor.Analisis faktor
dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel lama yang banyak diubah
menjadi sedikit variabel baru yang disebut faktor, dan masih memuat sebagian besar
informasi yang terkandung dalam variabel asli (Supranto, 2004).

Dalam tulisan Supranto, dikatakan bahwa analisis faktor digunakan untuk mereduksi
data/variabel. Analisis faktor dipergunakan dalam kondisi sebagai berikut :

1. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying dimensions)


atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.
2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi
(independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk
3. menggantikan suatu set variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analisis
multivariat selanjutnya.
4. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set
variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan dalam analisis multivariat
selanjutnya.
Dalam analisis faktor, tidak ada variabel dependen dan independen. Proses analisis faktor
sendiri mencoba menemukan hubungan (interrelationship) antar sejumlah variabel-variabel
yang saling dependen dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan
variabel yang lebih sedikit dari jumlah awal. Analisis ini tidak ada variabel X maupun Y jadi
semua sifatnya sama. Tujuan analisis faktor adalah:

1. berusaha mengidentifikasi struktur tersembunyi yang terdapat dalam sejumlah


variabel yang diamati;
2. menganalisis data sampel yang bersifat kualitatif dan ditransformasikan ke bentuk
kuantitatif dengan proses penskalaan.

Terdapat dua macam analisis faktor, yaitu Principal Component Analysis (PCA) dan Factor
Analytic Model (FAM). Prosedur kedua teknik sebagian besar sama, kecuali varian output
yang akan dianalisis.

1. PCA menguji seluruh varian dalam variabel observasi. Bertujuan untuk


mengelompokkan variabel-variabel tersebut menjadi komponen-komponen yang
dibentuk oleh variabelvariabel awal yang memiliki korelasi yang tinggi sedangkan
2. FAM hanya menguji sebagian varian variabel. Bertujuan membentuk faktor baru
dengan terlebih dahulu mereduksi variabel-variabel yang memiliki nilai unik yang
tinggi terhadap variabel lainnya (korelasi kecil). (Brown, 1998:38).

Dalam perencanaan wilayah dan kota analisis faktor berguna dalam mengidentifikasi suatu
potensi dalam suatu kawasan dan letak penyebaran kawasan tersebut. Misal
pengidentifikasian mengenai potensi ekonomi dalam suatu kawasan dan juga penyebaran
dalam kawasan tersebut. Karena kemampuan tersebut, perencana wilayah sering
menggunakan metode ini untuk menganalisis wilayah dalam berbagai tingkatan administratif,
mulai dari tingkatan nasional hingga kabupaten. Data yang digunakan data kualitatif dan
kuantitatif, namun jika menggunakan data kuantitatif harus di-convert menjadi tipe data yang
berskala. Sedangkan jenis datanya adalah berupa nominal dan ordinal. Data nominal
merupakan jenis data nonmetrik dan hanya sebagai simbol atau label. Sedangkan pada data
ordinal merupakan data dalam bentuk kategori atau angka kualitatif dan menunjukkan
adanya hirarki atau tingkatan.

Você também pode gostar