Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pemikiran liberal (liberalisme) adalah satu nama di antara nama-nama untuk menyebut
ideologi Dunia Barat yang berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan Renaissans yang
menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut liberal, yang secara harfiah
berarti “bebas dari batasan” (free from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep
kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja (Adams, 2004:20). Ini berkebalikan
total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasi seluruh
segi kehidupan manusia.
Menurut Sukarna (1981) ada tiga konsep dasar dari Ideologi Liberalisme yakni
Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property). Ketiga konsep dasar
tersebut bersumber pada nilai-nilai pokok, diantaranya:
- Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being).
Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan
baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Namun karena kualitas manusia yang berbeda-
beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung
kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan
kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari demokrasi.
2
- Berjalannya hukum (The Rule of Law).
Fungsi Negara adalah untuk membela dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi manusia
yang merupakan hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah
adalah untuk melindungi dan mempertahankannya. Maka untuk menciptakan rule of law,
harus ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang), persamaan dimuka umum,
dan persamaan sosial. Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu (The Emphasis
of Individual)
a. Liberalisme Sosiologis
HI tidak hanya mempelajari hubungan antar pemerintah, tetapi juga hubungan antar
individu, kelompok dan masyarakat swasta. Hubungan non-pemerintah lebih bersifat
kooperatif dibanding hubungan pemerintah. Dunia dengan jumlah transnasional yang besar
akan lebih damai.
3
b. Liberalisme Interdepedensi
Modernisasi meningkatkan tingkat interdepedensi antar negara. Aktor transnasional
semakin penting, kekuatan militer adalah instrumen yang kurang berguna dan kesejahteraan
menjadi tujuan dominan negara-negara, bukan keamanan. Interdepedensi kompleks
menunjukan Hubungan Internasional yang lebih damai.
c. Liberalisme Institusional
Institusi internasional memajukan kerjasama antar negara. Institusi mengurangi
masalah yang berkenaan dengan ketidak percayaan antar negara dan mengurangi rasa
ketakutan satu sama lain.
d. Liberalisme Republikan
Negara-negara demokratis tidak berperang satu sama lain. Hal ini disebabkan budaya
dalam negri yang menyelesaikan konflik secara damai, tergantung pada nilai-nilai moral
bersama dan pada hubungan kerjasama ekonomi dan interdepedensi yang saling
menguntungkan.
Liberal Internasionalisme
Liberal Idealisme
Liberal Institusionalisme
a) Liberal Internasionalisme
Tatanan alami diKORUPSI oleh pemimpin-pemimpin negara yang tidak demokratis
dan menjalan kan kebijakan yang usang, seperti perimbangan kekuasaan (balance of power).
Kontak antar masyarakat dunia, melalui perdagangan dan perjalanan, akan memfasilitasi
hubungan internasional
b) Liberal Idealisme
Meskipun ada persamaan antara liberal internasionalisme dengan idealis tentang
kekuatan opini publik dunia, keduanya berbeda dalam hal pembentukan tatanan dunia. Bagi
idealis, kebebasan negara adalah bagian dari masalah hubungan internasional dan bukan
bagian dari solusinya. Ini didasarkan pada 2 hal:
1. Kebutuhan untuk meningkatkan perdamaian dan membangun dunia yang lebih baik.
4
2. Negara harus menjadi bagian dari organisasi internasional dan diikat dengan aturan dan
normanya.
Ide sentral idealisme adalah pembentukan organisasi internasional untuk memfasilitasi
perubahan damai, pelucutan senjata, arbitrase dan paksaan (dalam beberapa hal).
c) Liberal Institusionalisme
Aliran ini melihat pada fungsi-fungsi yang tidak bisa dijalan kan oleh negara. Fokus
pada aktor-aktor baru, seperti korporasi internasional, organisasi non pemerintah dan pola-
pola baru dalam interaksi, seperti saling ketergantungan dan intergrasi.
Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi (Private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem
pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu.
Di zaman pencerahan, kaum intelektual dan politisi Eropa menggunakan istilah liberal untuk
membedakan diri mereka dari kelompok lain. sebagai adjektif kata liberal dipakai untuk
menunjuk sikap anti feodal, anti kemapanan, rasional, bebas merdeka (independent),
berpikiran luas lagi terbuka (open-minded), dan oleh karena itu hebat (magnanimous).
Dalam politik, liberalisme dimaknai sebagai sistem dan kecenderungan yang
berlawanan dengan dan menentang sentralisasi dan absolutisme kekuasaan. Dibidang
ekonomi, liberalisme merujuk pada sistem pasar bebas dimana intervensi pemerintah dalam
perekonomian dibatasi atau bahkan tidak diperbolehkan sama sekali. Dalam hal ini dan pada
batasan tertentu liberalisme identik dengan kapitalisme. Di wilayah sosial, liberalisme berarti
kebebasan menganut, meyakini, dan megamalkan apa saja sesuai kecenderungan, kehendak
dan selera masing-masing. Bahkan lebih jauh dari itu liberalisme mereduksi agama menjadi
menjadi urusan privat.
Sebagaimana diungkapan oleh H. Gruber, prinsip liberalisme yang paling mendasar
ialah pernyataan bahwa tunduk kepada otoritas apapun namanya adalah bertentangan dengan
hak asasi, kebebasan dan harga diri manusia, yakni otoritas yang akarnya, aturannya,
ukurannya, dan ketetapan ada diluar dirinya.
Pada awalnya liberalisme berkembang di kalangan Protestan saja. Namun belakangan
wabah liberalisme menyebar di kalangan Khatolik juga. Tokoh-tokoh liberal seperti
Benjamin Constant anatar lain menginginkan agar pola hubungan antara institusi gereja,
5
pemerintah, dan masyarakat ditinjau ulang dan diatur lagi. Mereka juga menuntut reformasi
terhadap doktrin-doktrin dan disiplin yang dibuat oleh gereja katholik di roma, agar
disesuaikan dengan semangat zaman yang sedang dan terus berubah, agar sejalan dengan
prinsip-prinsip liberal dan tidak bertentangan dengan sains yang meskipun anti Tuhan namun
dianggap benar.
Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogatism). Hal ini
disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 – 1704) yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran
itu adalah berubah.
Dan perkembangan liberalism juga dapat diliat di berbagai bidang yang telah terjadi di
dunia, diantaranya:
Liberalisme dalam bidang ekonomi menghendaki adanya system ekonomi yang bebas.
Sewtiap individu, setiap orang harus memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk berusaha,
memilih pekerjaan yang disukai, mengumpulkan harta dan sebagainya. Pem,erintah tidak
boleh mencampuri dalam kehidupan ekonomi, karena masalah itu adalah masalah individu.
6
4. Dalam Bidang Sosial
Social serta prilaku merupakan hal pokok utama yang mempengaruhi diri seseorang
untuk bertindak dan berproses didalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dimana semuanya diatur oleh tatanan norma dan kaidah nilai baik melalui tertulis
ataupun secara lisan. Namun ketika moralitas serta prilaku yang ada pada diri seseorang
sudah tidak sesuai dengan tatanan nilai dan norma maka akan menghantarkan dampak buruk
terhadap proses berkehidupan didalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Liberalisme
menganggap kebebasan dalam kehidupan social.
7
Umumnya, hal tersebut disepakati pada dekade pertama abad ke-20 yang tujuannya menuju
keberhasilan suatu hegemoni para politis dalam negeri. Tapi, kesuksesan tersebut mulai
merosot dan menghilang pada sekitar tahun1970-an. Pada saat itu konsensus liberal telah
dihadapkan suatu death-blow atau yang berupa robohnya pemerintahan Bretton Woods
System yang dikarenakan kemenangan Ronald Reagan dalam pemilihan presiden tahun 1980,
yang menjadikan liberalisme suatu arus kuat dalampolitik AS pada tahun tersebut.
Liberalisme AS mulai bangkit pada awal abad ke-20 sebagai suatu alternatif ke politik
nyata yang merupakan interaksi internasional yang dominan pada waktu itu.
Presiden Franklin Roosevelt yang pada saat itu adalah seorang yang berpaham liberal self-
proclaimed, menawarkan bangsa itu menuju ke suatu kesuksesan baru dengan cara
membangun institusi kolaboratif yang berpendukungan orang-orang Amerika sendiri dan
berjanji akan menarik AS keluar dari tekanan yang besar tersebut. Untuk mengantisipasi
akhir Perang Dunia II, Roosevelt merancang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sebagai
suatu alat berupa harapan akan kerja sama timbal balik daripada membuat ancaman dan
penggunaan kekuatan perang untuk memecahkan permasalahan politis internasional tersebut.
Roosevelt juga menggunakan badan tersebut (PBB) untuk memasukan orang-
orang Afrika yang tinggal di Amerika ke dalam militer AS serta membuat badan
pendukungan hak dan kebenaran para wanita-wanita, sebagai penekanan atas kebebasan
individu yang selanjutnya dilanjutkan oleh Presiden John F Kennedy dengan
pembangunan Patung Liberty (1964) sebagai simbol kebebasan individu untuk hidup.
Sebenarnya, liberalisme yang dianut oleh AS, sebagaimana yang ditekankan oleh
Wilson dan Roosevelt adalah dengan menekankan kerja sama serta kolaborasi timbal balik
dan usaha individu, bukan dengan membuat ancaman dan pemaksaan sebagai untuk
pemecahan permasalahan politis baik di dalam maupun luar, sepertinya dianut oleh Presiden
AS saat ini,George W Bush. Suatu paham liberal di AS itu mungkin seperti institusi dan
prosedur politis yang mendorong kebebasan ekonomi, perlindungan yang lemah dari agresi
oleh yang kuat, dan kebebasan dari norma-norma sosial bersifat membatasi. Karena sejak
Perang Dunia II, liberalisme di AS telah dihubungkan dengan liberalisme modern, pengganti
paham ideologi liberalisme klasik.
8
Terlebih lagi hal-hal itu juga berkaitan dengan adanya perang dunia maka terjadinya paham
baru yang bernama liberalisme juga ada unsur berkaitan dengan perang dunia. Kemajuan
paham-paham yang ada di dunia ini merupakan salah satu bukti pemikiran manusia yang
kadang tertekan dengan paham atau aliran yang telah ada lebih dulu di banding dengan aliran
baru ini. Aliran liberalisme merupakan aliran yang tumbuh akibat dari tekanan dari dogma
agama yang senantiasa mempengaruhi masyarakat pada masa itu. System liberalism ini
dianggap merugikan jika di terapkan di Indonesia, karena beberapa alasan yaitu:
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam bidang agama, penerapan paham liberalisme berarti bahwa setiap individu bebas
memilih dan menentukan agamanya sendiri. Hal ini sangat berbeda, misalnya situasi pada
masa sebelum terjadinya Reformasi Gereja masyarakat Eropa diwajibkan untuk memeluk
agama yang dianut rajanya. Selain itu, liberalisme di bidang agama ini menghendaki adanya
kebebasan berfikir individu. Artinya, individu mempunyai hak untuk mengungkapkan
ekspresinya dan bukan berdasar atas kehendak gereja. Gejala tersebut pada akhirnya
melahirkan Reformasi Gereja yang kemudian memunculkan agama baru, yaitu Kristen
Protestan.
Di bidang pers, politik liberalis memungkinkan seorang wartawan bebas memuat berita
apa pun yang ia ketahui, sementara para sastrawan bebas mengeluarkan pendapat dan
ungkapan hatinya. Masyarakat umum berhak membaca dan menilai sendiri tulisan-tulisan
para wartawan dan sastrawan tersebut. Demikian artikel yang menjelaskan definisi, ciri-ciri
dan perkembangan paham liberalisme di dunia.
10
Daftar Pustaka
Adams, Ian. 2004. Ideologi Politik Mutakhir (Political Ideology Today), Penerjemah Ali
Noerzaman. Yogyakarta : Penerbit Qalam
Anshar, Endang Saifuddin. 1997. Piagam Jakarta Juni 1945 Sebuah Konsesus Nasional
Tentang Dasar Negara Republik Indonesiai (1945-1949). Jakarta: Gema Insani Press
Budiardjo, Miriam.1992. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Ensiklopedia Bebas
Husaini, Adian & Hidayat, Nuim. 2002. Islam Liberal : Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan,
dan Jawabannya. Jakarta: Gema Insani Press)
Idris, Ahmad. 1991. Sejarah Injil dan Gereja (Tarikh Al-Injil wa Al-Kanisah), Penerjemah H.
Salim Basyarahil. Jakarta : Gema Insani Press
Noer, Deliar. 1998. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Jakarta: Mizan
11