Você está na página 1de 22

ALLAH DALAM KEPERCAYAAN KRISTEN

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Menelusuri Kesaksian Alkitab Tentang Allah yang dipercaya umat Kristen


1. Allah Sang Pencipta
Allah pencipta langit dan seluruh isinya termasuk manusia. (kej 1dan 2). Allah
adalah pencipta langit dan bumi karena itu bagi orang Kristen,Allah pertama-tama
dikenal sebagai pencipta alam semesta beserta isinya termasuk manusia. Kristen menolak
teori Darwin yang menyatakan segala sesuatu yang berkembang secara evolusi. Allah
sang pencipta sang pribadi yang mahakuasa,Allah adalah pribadi yang berpikir dalam
membuat keptusan tetapi ia juga membangun relasi dengan ciptaannya. Terutama
manusia.
Implikasi kepercayaan kepada Allah sang Pencipta
1. Sebagai pencipta
Allah adalah sumber kehidupan dalam keberadaan kita yang menjadikan terang
dan penuh dengan kedamaian karena segala ciptaannyalah kita sebagai umat
manusia dapat memiliki kehidupan sampai sekarang ini.
2. Pengakuan dan Kepercayaan akan kemahakuasaan
Kebesaran Allah menolong kita untuk mengagumi kebesaran penciptaan Tuhan
karena itu kita sebagai umatnya tidak boleh menyianyiakan kehidupan yang
diberikannya.
3. Karena Allah Pencipta
Allah sebagai pencipta umat manusia yang juga pribadi,maka manusia terpanggil
untuk menjawab segala pertanyaan dari Allah.
2. Allah Penyelamat
Ide tentang keselamatan mempunyai tempat dalam setiap agama,terkadang timbul
dibenak kita mengapa orang beragama? Karena ingin mendapati keselamatan,yaitu di mana
keselamatan itu merupakan masa kini maupun keselamatan di akhirat masuk surga dan
kehidupan kekal.
Agama Kristen lahir karena kepercayaan akan Allah sebagai penyelamat di dalam diri
Yesus Kristus (Istilah Kristen). Allah Dalam Roh Kudus Berkarya dalam penciptaan ketika
saul menolak firman Allah maka Roh Allah meninggalkannya (1 Sam 15:26)
Implikasinnya apa?
 Pembaruan diri dari tidak percaya menjadi percaya pembaruan pada orientasi hidup
 Pembaruan orientasi nilai dan sikap hidup etis,misalnya hidup lama menjadi hidup baru
 Pembaruan kehidupan persekutuan orang percaya: bersaksi,bersekutu,dan melayani.
3. Allah Pembaharu Ciptaanya
Pada pelajaran pembaharuan lebih terfokus pada menjadi manusia baru dan apa implikasi
bagi kamu yang percaya pada peran Allah sebagai Pembaharu dan pembaharuan Allah
berlangsung kontinu atau berkelanjutan. Pada Pelajaran fokus pembahasan pada karya Allah
sebagai pembaharu kehidupan manusia dan alam sedangkan pelajaran lebih spesifik
membahas hasil dari pembaharuan itu yang memotivasi remaja untuk bertindak sebagai
pembaharu kehidupan manusia dan alam.

Pelajaran ini membahas mengenai bagaimana Allah bertindak sebagai Pembaharu kehidupan.
Pokok ini penting untuk meyakinkan kamu bahwa Allah terus bekerja dalam hidup manusia.
Ia bukan hanya Allah yang mencipta, memelihara dan menyelamatkan namun Ia
juga membaharui ciptaan-Nya.

Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, Allah Pembaharu Kehidupan

Pembaharuan hidup dinyatakan melalui Roh Kudus. Manusia membutuhkan pembaharuan hidup
supaya dapat menikmati persekutuan yang benar dengan Allah dan sesama. Pembahasan topik
ini memberikan motivasi bagi kamu untuk tetap memiliki pengharapan dalam hidup. Bahwa
kasih Allah bagi manusia tak terbatas, menjadikan manusia memiliki pengharapan untuk hidup
baru dalam harmoni dengan Tuhan, sesama dan alam ciptaan-Nya.

Pembaharuan yang dimaksud adalah: hidup kudus di hadapan Allah dan manusia, mengubah
cara berpikir negatif menjadi berpikir positif, mengubah semua sifat buruk yang ada dalam diri
kita menjadi sifat baik dan bertanggung jawab. Mengubah orang yang tidak percaya menjadi
percaya kepada kasih dan kekuasaan Allah. Kamu dapat membuat daftar berbagai sifat buruk
yang ada dalam dirimu dan diganti dengan berbagai sifat baik yang sesuai dengan perintah Allah.
Tindakan Allah sebagai pembaharu juga berarti Ia yang mengambil inisiatif untuk mendatangi
manusia dan membaharuinya.
B. Implikasi Kepercayaan Kepada Allah sebagai pencipta,penyelamat dan pembaharu
ciptaannya.

1. Implikasi kepercayaan kepada Allah sebagai Pencipta.

Apakah arti dan konsekuensi dari kepercayaan tersebut bagi kehidupan kita di dunia?

Pertama, Allah adalah sumber hidup kita dan keberadaan kita, kehidupan kita sepenuhnya
bergantung kepada Allah, kita adalah milik Allah sang pencipta kita. Hanya Allah yang dapat
menentukan untuk apa kita hidup didunia ini? (I Kor.6:20, Roma 11:36)

Kedua, Pengakuan Kemaha Kuasaan Allah mendorong kita memiliki sikap bersyukur dan
mengakui kebesaranya dan beribadah kepada-Nya, berdoa memohon pertolonga-Nya ini semua
dasar kehidupan beribadah

Ketiga, Karena Allah pencipta adalah pribadi maka manusia terpanggil untuk menjawab
pernyataan diri Allah dengan memasuki hubungan yang bersifat pribadi dengan-Nya.

2. Implikasi Kepercayaan Kepada Allah Sebagai penyelamat bagi kehidupan praktis

Implikassi bagi kehidupan praktis .

Sebagai penyelamat menunjuk kepada hakikat Allah yg adalah Kasih


Kita percaya kepada Allah yg mengasihi manusia yg berinisiatif mencari dan mendatangi
manusia. Oleh karena kasihNya yg persuatif (memberikan dorongan tidak memaksa) .

Keselamatan yg dikerjakanNya pada hakekatnya membawah manusia kepada hubungan yang


baik dengan Allah dan persekutuan yg benar denganNya

3. Implikasi Kepercayaan Bahwa Allah adalah Pembaharu dalam Roh Kudus

 (1 Kor. 2:14-15)
Pembagian Dasar
1. Pria dan wanita biasa yang tidak rohani, menunjuk kepada orang yang belum dilahikan
kembali, hidup menurut hawa nafsu.
2. Pria dan wanita yang rohani, orang yang sudah lahir kembali, dipenuhi Roh Kudus, hidup
menurut Firman Tuhan.
Bagaimana seseorang yang tidak rohani dapat menjadi rohani?
Ketika orang tersebut dengan iman datang kepada Yesus dan kemudian percaya.
Pembaharuan
- Pembaharuan dialami oleh orang yang mau bertobat dari dosa dan berbalik kepada Allah,
lalu beriman kepada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat (Yoh. 1:12).
-pembaruan meliputi peralihan dari hidup lama yang berdosa kepada hidup baru dalam
ketaatan kepada Kristus (2 Kor. 5:17).
- Orang yang sungguh-sungguh dilahirkan kembali telah dibebaskan dari ikatan dosa,
menerima suatu kerinduan rohani untuk menaati Allah ( Roma 8:13-14), mengasihi saudara
seiman (1 Yoh. 4:7)
- Pembaharuan/kelahiran kembali tidak dapat disamakan dengan kelahiran jasmani.
Hubungan Allah dengan orang percaya terutama adalah hal rohani.
Pembaharuan Para Murid
+ Yesus berjanji kepada murid bahwa Ia akan memberikan Roh Kudus, oknum yang akan
memperbaharui (Yoh. 20:22)
+ Karya Roh Kudus dalam memperbaharui seseorang berlaku bagi semua orang Kristen,
yaitu semua orang percaya menerima Roh Kudus pada saat dilahirkan kembali, dan
kemudian ia akan mengalami babtisan dalam Roh Kudus untuk memperoleh kuasa dan
menjadi saksiNya.
Pembaharuan hidup kita
¤ Kita yang adalah umat Allah juga harus diperbaharui oleh Roh Kudus.
¤ Mari datang kepada Yesus, percaya bahwa Ia adalah Tuhan.
¤ Miliki hati yang rindu, haus, dan keinginan yang besar untuk diperbaharui oleh Roh Kudus.
¤ Buka dan lembutkan hatimu, maka Roh Kudus akan bekerja.
Dampak:
Kita akan hidup menurut Firman, diberikan kuasa, dapat menjadi saksi yang efektif bagi
kerajaan-Nya

C. Menggalih Teologi Kristen isu krusial yang diperdebatkan tentang Malaikat Allah
1. Augustinus
2. Karl Barth
 Augustinus

Augustinus dia adalah seseorang yang hidup di saat tahun-tahun kekaisaran romawi
sedang merosot. Tak pelak lagi seorang teolog terbesar pada zamanya. Dia adalah
seorang filsuf dan teolog Latin dari provinsi Afrika kekaisaran Romawi dan umumnya
dianggap sebagai salah satu pemikir Kristen terbesar sepanjang masa. Augustinus lahir
dikeluarga yang ayahnya yang tak beragama, dan ibunya adalah seorang penganut
Kristen yang taat, jadi dari kecil dia tidak di baptis.

Namun setelah berkembang tumbuh hingga dewasa Augustinus menjadi seorang anak
yang sangat cerdas dan pandai. Pada usia 16 tahun Augustinus dikirim ke Carthago untuk
menuntut ilmu di sana. setelah umur 19 tahun Augustinus memulai belajar tentang filosofi. Tak
lama sesudah itu dia jadi pemeluk Manichaeisme, “agama” yang didirikan sekitar tahun 240 oleh
seorang “nabi” bernama Mani. Buat si muda Augustine, Agama Kristen tak punya mutu
sedangkan Manichaeisme masuk akalnya. Tetapi, selang masa sembilan tahun berikutnya, dia
sedikit demi sedikit mulai sadar apa itu Manichaeisme. Dan tatkala umurnya menginjak dua
puluh sembilan, dia pindah ke Roma. Hanya sebentar di situ dia pindah lagi ke Milan di bagian
utara Itali. Di sini dia menjadi guru besar ilmu retorika. Di sinilah dia mulai berkenalan dengan
faham Neoplatonisme, versi penyempurnaan filosofi Plato yang sudah dikembangkan oleh
Plotinus di abad ke-3.

Pada umur tiga puluh dua Augustine menjadi pemeluk Kristen, sehingga orang yang
tadinya ragu-ragu kini menjadi pemeluk yang taat. Tahun 387 Augustine dibaptis oleh Ambrose
dan sesudah itu kembalilah ia ke kota asalnya Tagaste.

Pada tahun 391 augustinus menjadi asisten biskop hippo. Dan ketika setelah 5 tahun
biskop meninggal dunia, dan Agustinus enggantikannya, pada saat itu Agustinus berumur 42
tahun. Ketika Agustinus menjabat sebagai pemimpin di tempat tersebut, dia sangat sukses dan
sangat disenangi oleh masyarakat. Dan Agustinus dalam prpses kepemimpinannya dia
meniuliskan karangan-karangan dan petuah-petuah yang sangat bagus dan sangat berarti buat
masyarakat sampai saat ini. Diantara karya-karyanya adalah The city of God yaitu yang terdiri
dari berbagai kitab serta kota duniawi-surgawi, Confessions yaitu penulisan dari Augustinus
tentang pengakuan-pengakuanya, On Christian Doctrin, Soliloquies, Enchirdion. Karyanya juga
masih sangat berguna dan masih sangat berrpengaruh terhadap ajaran-ajaran
dikristiani. Karangan –karangan,atau surat-surat,atau petuah-petuah yang ditulis atau yang
diciptakan oleh Augustinus adalah untuk ditujukan untuk membantah faham manichaeisme,
penganut Donastis (sebuah sekte Kristen murtad), dan kaum Pelagian (para pembangkang gereja
saat itu). Pertentangannya dengan kaum Pelagian membentuk bagian penting dan doktrin
keagamaan Augustine.

Sebagian lantaran pengaruh tulisan-tulisan Augustine, pandangan Pelagius dicap sebagai


faham yang menyimpang, dan Pelagius sendiri (yang sudah dienyahkan dari Roma) dikucilkan.
Menurut Augustine, semua orang tercemar oleh dosa Adam. Manusia tak berkesanggupan
peroleh pengampunan dosa semata-mata lewat usaha sendiri dan kerja baik: berkah dan restu
Tuhan penting dalam hal pengampunan dosa. Pendapat yang serupa sebenarnya pernah
diutarakan orang, tetapi Augustine memperjelasnya dan tulisan-tulisannya memperkokoh
kedudukan gereja dalam segi ini yang di hari kemudian dijadikan pegangan.

Augustine beranggapan bahwa Tuhan sudah maklum siapa yang mau diselamatkan dan
siapa yang tidak, dan sebagian dari kita sudah ditakdirkan untuk jadi selamat. Pendapat tentang
takdir ini menjadi berkembang dan berpengaruh melalui pendapat teolog-teolog yang menyusul
belakangan seperti St. Thomas Aquinas dan John Calvin.

Ketika Augustinus sudah memeluk agama Kristen, dia sangat berusaha sekuat tenaga
untuk manjauhi seks, karena disini Augustinus sebagai pengaruh yang sangat kuat pada abad
pertengahan tentang seks tersebut, sehingga Augustinus harus berjuang secara mati-matian untuk
menghindari seks tersebut. Tulisan-tulisan Augustine berkaitan satu sama lain antara “dosa
bawaan” dan gairah atas seks.

Pada tahun 410 kekaisaran Roma dikuasi oleh kaum visighot yang dibawah
kepemimpinannya Alaric. Para penduduk yang tidak percaya kepada Tuhan dan mereka
menuduh kalau rakyat Roma telah dikutuk oleh para Dewa karena telah menganut ajaran Kristen
yang baru. Sehingga Augustinus harus meyakinkan dan member ajaran-ajaran kepada penduduk
tersebut, salah satunya Augustinus menuliskan buku yang berjudul “The city of God”, yang
berisi tentang pembelaan terhadap kaum Kristen tentang penuduhan kalau penduduk Roma telah
dikutuk oleh Dewa. Selain yang berisikan tentang pembelaan terhadap kaum Kristen, didalam
buku tersebut juga berisi tentang filosofi kesejarahan, dan akhirnya dapat mempengaruhi dengan
perkembangan yang ada di Eropa. Di semua Negara yang ada di dunia ini, Augustinus
menandaskan bahwa kekaisaran romawi tidak ada landasan terpenting, dan sesungguhnya yang
terpenting adalah tumbuhnya “kota surgawi” , yaitu kemajuan spiritual dari manusia itu sendiri.
Dan untuk kemajuan tersebut adalah gereja. Oleh Karena itu, para kaisar, baik dia penyembah
berhala maupun Kristen atau barbar, tidaklah sepenting Paus atau gereja.

Hakekat manusia Yesus Kristus dan manusia pada umumnya dijelaskan berdasarkan
pembahasan tentang Allah. Ditegaskan, terutama oleh Agustinus (354-430 M) bahwa manusia
tidak sanggup mencapai kebenaran tanpa terang (“lumens”) dari Allah. Meskipun demikian
dalam diri manusia sudah tertanam benih kebenaran (yang adalah pantulan Allah sendiri). Benih
itu memungkinkannya menguak kebenaran. Sebagai ciptaan, manusia merupakan jejak Allah
yang istimewa : “imago Dei” (citra Allah), dalam arti itu manusia sungguh memantulkan siapa
Allah itu dengan cara lebih jelas dari pada segala ciptaan lainnya.

Agustinus menerima penafsiran metaforis atau figuratif atas kitab Kejadian, yang
menyatakan bahwa alam semesta dicipta creatio ex nihilo dalam 6 hari, dan pada hari ketujuh
Allah beristirahat, sesudah melihat semua itu baik adanya. “Allah tidak ingin mengajarkan
kepada manusia hal-hal yang tidak relevan bagi keselamatan mereka”. Penciptaan bukanlah
suatu peristiwa dalam waktu, namun waktu diciptakan bersama dengan dunia. Penciptaan adalah
tindakan tanpa-dimensi-waktu yang melaluinya waktu menjadi ada, dan tindakan kontinu yang
melaluinya Allah memelihara dunia. Istilah ex nihilo tidak berarti bahwa tiada itu merupakan
semacam materi, seperti patung dibuat dari perunggu, namun hanya berarti “tidak terjadi dari
sesuatu yang sudah ada”. Hakikat alam ciptaan ialah menerima seluruh Adanya dari yang lain,
yaitu Sang Khalik. Alam ciptaan adalah ketergantungan dunia kepada Tuhan.

 Karl Barth

Karl Barth adalah salah satu pakar teologi yang dikenal paling berpengaruh. Ia seringkali
diakui sebagai pakar teologi Protestan terhebat pada abad ini. Kontribusi terbesar beliau adalah
perubahan radikal dari arah teologi orientasi abad ke-19 ke arah pembaharuan pemahaman
ortodoks yang menangani realitas kehidupan yang suram pada abad ke-20. Penolakannya
terhadap teologi liberal menyebabkan tekanan pada eskatologi dan hal-hal gaib (supernatural)
dalam kekristenan. Dia menolak segala perpaduan antara gereja dengan budaya, dan
menekankan perlawanan radikal antara Tuhan dengan manusia.

Ciri-ciri umum karya Barth, yang dikenal sebagai neoorthodoxy dan krisis theologi,
adalah pada dosa umat manusia, Allah yang terutama dan terpenting, dan ketidakmampuan
manusia untuk mengenal Tuhan kecuali melalui pewahyuan. Sifat kritis dari teologinya ini
dikenal sebagai "teologi dialectik" atau "teologi krisis". Hal ini mengawali tren yang mengarah
pada neoorthodoxy dalam teologi Protestan. Neoorthodoxy Karl Barth sangat menentang
Protestan liberal yang menyangkal sejarah pewahyuan. Dia ingin menuntun teologi keluar dari
pengaruh filosofi agama modern, dengan penekanannya terhadap perasaan dan kemanusiaan, dan
kembali kepada prinsip-prinsip Reformasi dan pengajaran Alkitab. Namun, dia memandang
Alkitab bukan sebagai pewahyuan Tuhan yang sebenarnya melainkan sebagai catatan dari
pewahyuan itu. Satu-satunya pewahyuan Tuhan hanya terjadi dalam Yesus Kristus. Intinya,
Barth menolak dua pendapat utama dalam teologi Protestan pada waktu itu, yaitu: kritik sejarah
terhadap Alkitab dan usaha untuk menemukan pembenaran terhadap pengalaman keagamaan
dari filosofi dan sumber lainnya. Barth melihat adanya nilai yang sangat berharga dalam level
tertentu yang terdapat dalam kritik sejarah, tetapi nilai tersebut seringkali menuntun umat Kristen
untuk mengurangi pentingnya kesaksian dari komunitas apostolik tentang Yesus dengan
berdasarkan pada iman dan bukan pada sejarah. Teologi yang menggunakan filosofi selalu
membela diri dan lebih khawatir dalam membagikan iman Kristen kepada sesama dari pada
memperhatikan apa yang Alkitab sungguh-sungguh katakan.

D. Ibadah Sikap dan tanggung Jawab Moral Kita

Sejak dunia diciptakan Allah telah memberi tugas kepada manusia untuk menjaga alam
ciptaan yang lain sebagai bentuk dari tanggung jawab manusia untuk menjaga dan melestarikan
ciptaan Tuhan. Sabda Allah “berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara,
(Kej 1:26)” sering disalahartikan sebagai sesuatu yang benar-benar menunjukkan bahwa
manusia diberikan hak secara penuh untuk bertindak semaunya tanpa memandang efek yang
akan terjadi.
Banyak kejadian yang kita temukan dalam kehidupan kita setiap hari yang berkaitan
dengan pengrusakan alam. Di mana-mana orang mulai menebang hutan sembarangan, membakar
hutan sembarangan, membuang sampah tidak pada tempatnya, menggunakan bahan-bahan kimia
untuk menghancurkan kesuburan tanah, membunuh ekosistem yang ada, seperti menembak dan
membunuh segala macam hewan di darat maupun di laut. Semuanya dilakukan atas dasar
keinginan manusia yang tidak bertanggungjawab. Akibat dari kesalahan itu sendiri, akhirnya
terjadi kekeringan dimana-mana, hutan semakin menipis, bahkan hewan-hewan liar semakin
berkurang dan akibat dari penebangan hutan secara liar akhirnya menyebabkan banjir, tanah
longsong, dan juga erosi yang berkepanjangan.
Oleh karena itu melihat situasi yang saat ini terjadi, saya ingin mengajak kita untuk
mengetahui lebih dalam lagi bagaimana sebagai manusia kita mempunyai tanggung jawab moral
yang tinggi untuk sadar akan kelestarian alam sehingga ketika kita menjaga alam ini dengan
baik, maka kita dengan sendirinya mempunyai tanggung jawab moral kepada sesama kita
manusia dan juga alam ciptaan yang lain, terlebih khusus kita bertanggungjawab atas Tuhan
yang sudah menciptakan alam semesta dengan baik adanya.
E. Kepercayaan Kepada Allah dalam pengalaman keberagamaan
Keyakinan kepada Tuhan merupakan pondasi utama dan asas terpenting bagi seluruh agama.
Asas inilah yang melandasi segala pikiran dan perilaku manusia yang beragama. Ada hubungan
yang sangat erat antara kesempurnaan perbuatan insan dan kepercayaan kepada Tuhan. Semakin
tinggi kepercayaannya kepada Tuhan maka semakin intens pula hubungannya kepada-Nya, dan
ini berkonsekuensi pada semakin sempurna pengamalannya atas ajaran-ajaran agama.

Pengetahuan yang mendalam akan eksistensi Tuhan akan meniscayakan pengetahuan


sempurna akan sifat-sifat-Nya. Salah satu sifat Tuhan adalah Yang Maha Mengetahui dan Yang
Maha Bijaksana. Manusia yang yakin akan wujud Tuhan niscaya mengetahui bahwa yang paling
mengetahui akan hakikat dirinya, sifat-sifatnya, dan kebutuhan substansialnya adalah Sang
Penciptanya.

Kepercayaan kepada Tuhan merupakan inti dan substansi agama, maka sangatlah urgen
membangun keyakinan kita itu di atas pondasi dan argumen yang sangat kokoh dan kuat. Karena
semua manusia memiliki dua fakultas pencerapan, akal dan hati, maka argumen pun harus
didasarkan pada dua indera itu, yakni argumentasi akal (filsafat) dan pemahaman intuitif (irfan).
Dua argumen inilah yang merupakan pijakan kokoh bagi bangunan keyakinan kepada Tuhan.

Kesadaran rasional dan intuitif merupakan kesadaran tertinggi bagi manusia[1] yang sekaligus
merupakan tujuan penciptaan manusia. Manusia yang paling berakal adalah manusia yang paling
yakin akan keberadaan Tuhan dan menganut agama sebagai satu-satunya jalan menuju kepada-
Nya.

Kokohnya bangunan keyakinan itu akan sangat berpengaruh kepada aspirasi kita kepada
agama yang merupakan pedoman hakiki bagi manusia untuk meraih kesempurnaan dan
penghambaan kepada-Nya.

Artikel ini akan mencoba mengkaji sejauh mana penegalaman keagamaan bisa menjadi
pondasi dan argumen yang kuat untuk menegaskan eksistensi Tuhan.

Kejelasan Wujud Tuhan

Sebagian filosof dan semua urafa menyatakan bahwa wujud Tuhan adalah sesuatu yang
jelas, aksioma, gamblang, dan badihi, serta bahkan lebih terang dari segala sesuatu yang lain.
Karena itu, keberadaan Tuhan sama sekali tidak memerlukan dalil dan argumen. Dia adalah dalil
atas segala sesuatu dan Dia mendahului segala sesuatu. Dia ada sebelum ada segala sesuatu.
Dialah yang mengadakan segala sesutu. Segala sesuatu bergantung mutlak kepada-Nya.
Ketiadaan selain-Nya tidak meniscayakan ketiadaan-Nya. Tetapi ketiadaan-Nya adalah
meniscayakan ketiadaan segala sesuatu. Dialah yang menjelaskan segala sesuatu. Bukan segala
sesuatu yang menerangkan Dia. Segala sesuatu dikenal karena-Nya. Bukan karena selain-Nya
Dia diketahui.
Namun, sebagian filosof dan seluruh teolog (ahli kalam) menyatakan bahwa wujud Tuhan
membutuhkan argumen. Mereka kemudian membagi argumen menjadi dua bagian:

1. Burhan Inni
2. Burhan Limmi

Sebagian lagi membagi metode pembuktian Tuhan kedalam tiga bagian:

1. Metode Fitrah atau kalbu


2. Metode Empiris
3. Metode Filosofis

Para ilmuwan dewasa ini menawarkan beragam cara untuk membuktikan keberadaan Tuhan.
Misalnya argumen mukjizat (supra-natural argument), argumen akhlak (moral argument), dan
argumen pengalaman keagamaan (religious experience argument).

Pada kesempatan ini, kami akan mengkaji argumen pengalaman keagamaan sebagai tawaran
baru dalam metode pembuktian wujud Tuhan.

Konsep tentang pengalaman keagamaan ini lahir di akhir abad 18 dan digagas oleh seorang
filosof Jerman bernama Schlieirmacher (1768-1834). Lahirnya gagasan ini dilatari oleh dua hal:

1. Humanisme;
2. Rasionalisme.

Rasionalitas Agama

Rasionalisme ekstrim ditolak oleh banyak ilmuwan pasca Descartes, terutama David
Hume yang menolak argumen-argumen filosofis tentang pembuktian wujud Tuhan. Kant juga
beranggapan bahwa agama tidak sesuai dengan rasionalitas. Menurutnya, segala prinsip-prinsip
agama tidak bisa ditetapkan dan didekati lewat akal teoritis. Kant lebih menekankan agama
didekati lewat pendekatan moral dan mengusulkan penetapan wujud Tuhan lewat metode praktis
akhlak (baca; akal praktis), bukan dengan asumsi rasionalitas. Lebih jauh dia menyatakan bahwa
hakikat agama adalah akhlak itu sendiri.

Keringnya rasionalitas ekstrim, menyebabkan lahirnya filsafat Romantisme yang


mengedepankan perasaan, emosi dan cinta. Pada kondisi ini Schlieirmacher dari satu sisi
mendukung rasionalisme ekstrim, dan dari sisi lain mengecam pendekatan akhlak dalam
pembuktian realitas Tuhan. Dia berkata bahwa agama mendapatkan tempatnya lewat ketulusan,
emosi dan cinta. Hakikat agama adalah perasaan tulus, ikhlas, emosi dan cinta yang tak terbatas,
serta kebergantungan mutlak lewat intensitas pengamalan-pengamalan keagamaan. Jadi, agama
dalam definisi ini menjadi sangat personal dan relative. Agama tidak ikut campur dalam
masalah-masalah sosial, budaya dan politik. Agama menjadi sangat marginal.

Definisi Pengalaman Keagamaan


Pengalaman keagamaan didefinisiskan sebagai penyaksian Tuhan atau perkara-perkara
gaib lainnya. Jika penyaksian itu berhubungan dengan hal-hal yang bersifat inderawi, maka hal
tersebut disebut dengan pengalaman inderawi. Tetapi jika penyaksian tersebut berhubungan
dengan Tuhan atau hal-hal yang berasal dari-Nya, maka disebut pengalaman keagamaan[8].
Dalam pengalaman keagamaan, Tuhan memanifestasikan diri-Nya sendiri dalam wujud para
pesuluk (orang yang meniti jalan ruhani). Terkadang pengalaman keagamaan juga meliputi
terkabulnya doa dan penyembuhan penyakit. Tetapi dalam kerangka pembahasan filosofis,
pengalaman keagamaan dibatasi oleh pengalaman-pengalaman yang mengandung pengetahuan
tentang Tuhan.

Rudolf Otto dan Schleiermacher beranggapan bahwa pengalaman keagamaan adalah inti
dan substansi agama, pemikiran agama dan akhlak lebih bersifat aksiden. Dalam pandangan
Otto, jika agama dipahami dan diyakini berdasarkan pengenalan rasionalitas atas wujud dan
sifat-sifat Tuhan, maka akan terdapat kesalahan dalam pemahaman agama.

Pengalaman keagamaan adalah substansi agama dengan makna bahwa hakikat agama
adalah perasaan khas yang lahir ketika berhadapan dengan hakikat tak terbatas. Hal-hal lain,
seperti pemikiran agama, amal perbuatan dan akhlak tidak termasuk dalam hakikat dan inti
agama. Oleh karena itu, jika keadaan perasaan tersebut hadir pada diri seseorang, maka dia
disebut memiliki agama. Tetapi jika sebaliknya, maka dia tidak dikategorikan sebagai orang
yang beragama. Apabila perasaan tersebut semakin sempurna, maka agama pun semakin
sempurna. Agama dan perasaan berbanding lurus.

Pengalaman keagamaan adalah inti dan substansi agama dengan tafsiran bahwa ia
merupakan tujuan dan maksud hakiki agama. Ibn ‘Arabi menerima pengalaman keagamaan
sebagai substansi agama dalam pengertian tersebut. Menurut dia, syariat adalah jalan yang
mengantarkan pesuluk mencapai penyaksian (syuhudi) dan penyatuan dengan nama-nama dan
sifat-sifat Tuhan. Tingkatan inilah yang dimaksud tujuan dan kesempurnaan agama. Jadi,
kesempurnaan agama seseorang bergantung pada kemanunggalannya dengan nama dan sifat
Tuhan. Semakin banyak dia menyerap nama dan sifat Tuhan, semakin sempurna agamanya.

Bentuk-bentuk Pengalaman Keagamaan

1. Pengalaman interpretatif

Yang dimaksud dengan pengalaman interpretative (interpretative experiences) adalah


warna pengalaman agama ini bukan disebabkan oleh kekhususan-kekhususan pengalaman itu
sendiri, tetapi ditentukan oleh penafsirannya atas agama.

Jadi, pelaku yang meraih pengalaman keagamaan, memandang pengalamannya sendiri


berdasarkan suatu penafsirannya atas agama. Seperti seorang muslim yang memandang kematian
anaknya sebagai balasan atas dosanya sendiri, atau seorang penganut Kristen menafsirkan
kematian anaknya sebagai ikut serta dalam penderitaan Isa As. Jadi, mereka bersabar dalam
musibah tersebut dan menghasilkan ekspresi kejiwaan dalam bentuk kesedihan, kenikmatan atau
kebahagiaan.
Poin penting dalam masalah ini adalah dengan bantuan penafsiran, maka semua hal yang terjadi
dalam kehidupan dapat diwarnai dengan warna keagamaan, lantas diamalkan dan dihayati. Sisi
epistemologi dalam pengalaman ini bukanlah hal yang dipentingkan.

2. Pengalaman inderawi

Pengalaman inderawi (sensory experience) adalah pengalaman yang bersifat


penginderaan yang dipengaruhi oleh lima panca indera. Penglihatan-penglihatan yang bersifat
keagamaan, perasaan menderita ketika melakukan pengamalan keagamaan, melihat malaikat,
mendengar wahyu dan percakapan Musa as dengan Tuhan, kesemuanya itu dikategorikan dalam
pengalaman inderawi.]

3. Pengalaman wahyu

Pengalaman ini meliputi wahyu, ilham dan bashirah yang seketika. Pengalaman wahyu
(revelatory experience) yang bersifat seketika, tanpa penungguan sebelumnya, hadir dalam diri
pesuluk. Dan warna keagamaan pengalaman ini berkaitan dengan isi dan makna dari wahyu
tersebut. Menurut Davis, pengalaman ini memiliki lima kriteria:

1. Bersifat tiba-tiba dan waktunya yang singkat;


2. Meraih pengetahuan baru tanpa tafakkur dan argument;
3. Berpengaruhnya faktor eksternal;
4. Keyakinan akan kebenaran yang diperoleh;
5. Tidak dapat dijelaskan dan digambarkan.

4. Pengalaman pembaharuan

Pengalaman ini merupakan bentuk pengalaman keagamaan yang paling umum.


Pengalaman pembaharuan (regenerative experiences) ini adalah pengalaman yang menjadikan
keimanan pelaku semakin bertambah sempurna. Pengalaman ini merubah secara drastis keadaan
jiwa dan akhlak pelaku. Seseorang akan merasa bahwa Tuhan sedang mengarahkan dirinya
kepada hakikat kebenaran.

5. Pengalaman mistik

Pengalaman mistik (mystical experience) merupakan salah satu bentuk pengalaman


keagamaan yang paling penting. Rudolf Otto dalam karyanya, membagi pengalaman mistik
menjadi dua bagian:

a. Pengalaman yang berhubungan dengan sisi internal jiwa

Pada dimensi ini pesuluk memperhatikan ke dalam diri dan tenggelam dalam lautan
kejiwaannya, serta berupaya menyelam ke dasar jiwa untuk meraih kekuatan suci. Seorang
pesuluk, berupaya jauh dari pengaruh indera lahiriah dan lebih memperhatikan sisi-sisi batin. Hal
ini dicapai dengan pemusatan konsentrasi pada satu perkara. Ketika dia berhasil meraih
kesempurnaan konsentrasi, tahap selanjutnya adalah menghilangkan semua rasa dan menghapus
semua gambaran inderawi dan gambaran pikiran hingga mencapai “kekosongan” dan
“ketiadaan” yang sempurna. Menurut para arif, pesuluk yang sampai pada tingkatan ini, akan
meraih pengetahuan sejati dan suci. Dapat dikatakan bahwa arif dalam pengalaman ini, lepas
dari perasaan ego dan menyatu dengan ego suci.

b. Pengalaman yang berkaitan dengan penyaksian kesatuan wujud

Sisi ini memiliki tiga tingkatan:

Pertama, arif mengetahui adanya kesatuan alam. Fenomena-fenomena alam menjadi satu
kesatuan dengan diri arif.

Kedua, bukan hanya alam tapi juga ada kekuatan supra natural yang mempengaruhinya. Arif
melihat kesatuan lewat kejamakan alam

Ketiga, alam menjadi “tiada” dalam pandangan arif, dia memandang kesatuan tanpa kejamakan
alam. Yang ada hanyalah kesatuan itu sendiri.

Titik Temu Pengalaman Keagamaan

Dengan memperhatikan bentuk-bentuk pengalaman keagamaan di atas akan muncul


pertanyaan bahwa apakah bentuk-bentuk tersebut memiliki titik kesamaan?

Masalah ini menjadi sangat penting ketika pengalaman keagamaan itu diartikan sebagai:
Pertama: Hakikat dan prinsip yang paten dalam agama yang mendasari semua perkara yang
bersifat keyakinan, amal perbuatan dan akhlak Kedua: Cara meraih pengetahuan dan mengenal
hakikat.

Pengalaman-pengalaman keagamaan tersebut akan bermamfaat jika menghasilkan


pangetahuan yang sama, walaupun dengan derajatnya yang berbeda. Apabila hal ini tidak terjadi,
maka setiap pengetahuan yang dihasilkan dari satu bentuk pengalaman keagamaan -bisa jadi-
akan bertentangan satu dengan yang lainnya, dan berujung pada ketidakabsahannya sebagai
parameter dalam kebenaran pengetahuan.

Wiliam James menawarkan empat titik kesamaan dalam pengalaman-pengalaman keagamaan :

1. Tidak bisa disifatkan, dijelaskan dan digambarkan;


2. Memberikan pengetahuan;
3. Cepat berlangsung;
4. Bersifat reaktif.

Kriteria Pengalaman Keagamaan

Pesuluk dalam pengalaman keagamaan, berhubungan langsung (hudhuri) atau dengan perantara
(hushuli) dengan hakikat dan wujud tak terbatas. Tuhan memanifestasikan diri-Nya dalam wujud
pesuluk hingga dia meraih pengetahuan sejati.
1. Pengalaman keagamaan para nabi, jika dalam bentuk ilmu hudhuri, sama dengan
pengalaman mistik; Pesuluk membutuhkan manifestasi Tuhan dalam membangun hubungan
hudhurinya dengan Tuhan dan juga dalam menafsirkan pengalaman hudhuri-nya. Oleh karena
itu, hakikat-hakikat agama yang lahir dalam bentuk ilmu hushuli, juga disebut wahyu yang
datangnya dari Tuhan yang terpancar lewat wujud pesuluk.

2. Kriteria-kriteria pribadi dan faktor-faktor alami serta kondisi kejiwaan pesuluk, bukanlah
faktor yang berpengaruh atas hadirnya hubungan hushuli atau hudhuri dengan Tuhan.
Sebagaimana pengalaman keagamaan para nabi yang terjaga dari ilham syaitan dan hawa nafsu.

3. Pesuluk, dalam pengalaman keagamaan, mengalami penyingkapan dan penyaksian


eksistensi Tuhan serta ber”cengkerama” dengan-Nya. Pengetahuan ontologinya sesuai dengan
realitas dan tujuan akhir manusia.

4. Pengalaman keagamaan – seperti wahyu dan ilham – berbeda dengan pengalaman mistik,
mengandung pengalaman suci dan transenden. Tetapi pengalaman mistik dipengaruhi oleh
pemahaman dan pemikiran teoritis. Misalnya pemikiran Mu’tazilah berpengaruh pada
pengalaman mistik Mu’tazilah, demikian juga pemikiran teologis Asy’ari.

5. Pengalaman keagamaan dan mistik, sama seperti pengalaman inderawi dan empiris, yang
membutuhkan penafsiran dan penjelasan. Karenanya, membutuhkan epistemologi ontologis.

6. Pengalaman keagamaan dan mistik bersifat khusus, pasti dan berkelanjutan, jika
dibandingkan dengan pengalaman inderawi dan empiris.

7. Pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman keagamaan bersifat luas yang meliputi
alam, manusia dan Tuhan.

Pengalaman Keagamaan dan Eksistensi Tuhan

Bentuk-bentuk argumen pengalaman keagamaan dalam menetapkan eksistensi Tuhan sebagai


berikut:

1. Kita berasal dari satu hakikat wujud, kita memiliki pengalaman-pengalaman yang sangat
dalam, penuh makna dan sangat berharga. Pengalaman-pengalaman ini tidak bisa
ditetapkan dan dihadirkan dengan asumsi-asumsi natural; Karenanya pasti berasal dari
satu eksistensi metafisik yaitu Tuhan, Dialah yang memberikan ilham atas pengalaman-
pengalaman tersebut;
2. Begitu banyak orang dari tempat dan zaman yang berbeda, mengakui dan
mengungkapkan pengalaman-pengalaman ketuhanannya. Sangat tidak masuk akal jjika
kita menyatakan bahwa mereka itu lalai dan tertipu;
3. Pengalaman keagamaan secara esensial, bukanlah monoteistik, trinitas atau panteistik.
Semua perbedaan-perbedaan yang ada ini hasil dari penafsiran atas pengalaman
keagamaan. Pengalaman keagamaan memiliki sisi yang berharga, karena bertentangan
dengan materialisme dan naturalism;
4. Argumen yang nyata atas wujud Tuhan, diperoleh dari perasaan seseorang akan
kehadiran Tuhan dan pengetahuan tentang kehendak-Nya serta perasaan yang sangat
tenang dalam menerima perkara-perkara ilahi.

Menurut sebagian besar para teolog, argumen pengalaman keagamaan, bukanlah argumen yang
berdiri sendiri dalam menetapkan wujud Tuhan. Argumen ini hanya digunakan sebagi pelengkap
atas argumen-argumen lain tentang pembuktian wujud Tuhan. Sebagian kecil teolog seperti C.D
Broad, William Alston, berupaya mendukung dan mempertahankan argumen ini. Ada juga yang
mengingkari argumen terserbut dalam menetapkan wujud Tuhan.

Argumen Pengalaman Keagamaan

Beberapa pendahuluan mengenai argumen ini, dapat dipaparkan sebagi berikut:

1. Para arif sepakat tentang adanya esensi spiritual realistis yaitu Tuhan;
2. Adanya kesepakatan para arif dan pesuluk, yang mereka sendiri mengakui dan
memproklamirkan pengalaman tersebut, menandakan bahwa pengalaman-pengalaman
mereka itu adalah sesuatu yang sah, nyata dan logis;
3. Tak satupun dalil dan argumentasi yang menetapkan, bahwa pengalaman-pengalaman
tersebut adalah bersifat khayal dan tidak realistis. Karenanya, keyakinan akan wujud
Tuhan yang diperoleh dari pengalaman keagamaan dan mistik merupakan hal yang
sangat logis.

Kritik atas Argumen Pengalaman Keagamaan

Kelemahan dalam pembahasan rasionalitas dan prinsip-prinsip pemikiran filsafat,


menyebabkan sebagian teolog kristen salah dalam membangun prinsip-prinsip rasional dalam
proses pembuktian wujud Tuhan.

Salah satu argumen yang kehilangan keabsahan filosofisnya adalah argumen pengalaman
keagamaan yang bersandar pada pengalaman-pengalaman, pencapaian dan penyaksian realitas
yang bersumber dari nilai dan kesucian yang dalam.

Pengetahuan syuhudi atas hakikat eksistensi, walaupun merupakan hal yang mungkin dicapai
dalam pandangan akal, tetapi ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan:

1. Syuhud memiliki tingkatan dan derajat yang berbeda. Pada tingkatan tertentu, yaitu
penyaksian hal-hal yang particular, terkadang menghadirkan keraguan dan
ketidakyakinan;
2. Syuhudnya para arif bagi orang-orang yang tidak mencapai tingkatan tersebut tidaklah
menghasilkan keyakinan. Dan syuhud tersebut juga tidak bisa dijadikan dalil untuk
menolak dan membatalkan kesyuhudan orang lain.

Jadi, seseorang yang tidak dapat meraih pengetahuan syuhudi, bisa menjadikan pengetahuan
syuhudi orang lain sebagai sumber pengetahuan dan keyakinan, manakala keberadaan
pengetahuan syuhudi tersebut dapat diargumentasikan. Dan argumentasi ini -secara langsung-
menetapkan hakikat dan eksistensi yang disyuhud tersebut, seperti argumen yang secara
langsung menetapkan eksistensi Tuhan.

Kelemahan lain yang mendasar dari argumen ini adalah adanya ketidakpastian bahwa yang
ditetapkan itu adalah wujud Tuhan. Karena bisa saja wujud yang dirasakan kehadirannya itu
merupakan wujud-wujud gaib selain Tuhan, seperti malaikat, jin dan syaitan. Jadi argumen ini
tidak mampu secara langsung menetapkan keniscayaan dan keesaan wujud Tuhan.
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan.

Makalah ini dibuat digunakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen di
kampus. Dengan makalah ini juga dapat di buat untuk bahan pembelajaran atau pelengkap buku
modul pelajaran agama Kristen dalam materi pembelajaran tentang Allah dalam kepercayaan
Kristen.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka

https://www.slideshare.net/ReynesTekay/isi-49847720

https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-
b&ei=cbdiXIHdL4HovATttbeoBw&q=ALLAH+SANG+PENYELAMAT&oq=ALLAH+SANG
+PENYELAMAT&gs_l=psy-
ab.3..0i22i30l2.7353.13283..14579...0.0..0.685.8683.0j1j4j5j5j6......0....1..gws-
wiz.....0..0i71j0i67j0i10i67j0j0i131j0i3j0i22i10i30.e0e5DIctSvk

https://slideplayer.info/slide/3001928/

http://stefanikristina.blogspot.com/2015/02/contoh-kata-pengantar-makalah-agama.html
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………….…………………………………………………………i
DAFTAR ISI………….…………………………………………………………………..ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………….………………………………………....1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. MENELUSURI KESAKSIAN ALKITAB TENTANG ALLAH YANG DIPERCAYA
UMAT KRISTEN…… ………………………………...……………………….3
B. IMPLIKASI KEPERCAYAAN KEPADA ALLAH SANG PENCIPTA
PENYELAMAT DAN PEMBANTU
CIPTAANNYA…………………………………………………………………4
C. MENGGALI TEOLOGI KRISTEN ISU KRUSIAL YANG DIPERDEBATKAN
TENTANG MALAIKAT ALLAH …………………………………………….5
D. IBADAH SIKAP DAN TANGGUNG JAWAB MORAL KITA …………….6
E. KEPERCAYAAN KEPADA ALLAH DALAM PENGALAMAN
KEBERAGAMAAN…………………………………........................................7

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN…………………………………………… …………...….8
B. SARAN………………………………………………………………..…..19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...10
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang agama berarti berbicara tentang Allah.Kadang kalah di pikiran kita
tibul apa itu agama? Agma adalah suatu pencarian manusia akan yang transeden serta hubungan
dengannya maupun manifestai dengan hubungan itu dalam bentuk ritus atau upacara.
Semua agama mempercayai adanya Allah atau sejenisnya dan kepercayaan tentang Allah
inilah yang mebedakan Agama dengan fenomena lainnya begitu pun dengan Agama Kristen

B. Rumusan MAsalah

Bahan ini merumuskan beberapa pokok bahan yaitu :

1. Menelusuri kesaaksian Alkitab tentang Allah yang dipercaya umat Kristen


2. Implikassi kepercayaan kepada Allah sebagai pencipta penyelamat dan pembantu
ciptaannya
3. Menggali teologi Kristen isu krusial yang diperdebatkan tentang malaikat Allah
4. Ibadah sikap dan tanggung jawab moral kita
5. Kepercayaan kepada Allah dalam pengalaman keberagamaan
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ide tentang keselamatan mempunyai tempat dalam setiap agama,terkadang timbul
dibenak kita mengapa orang beragama? Karena ingin mendapati keselamatan,yaitu di
mana keselamatan itu merupakan masa kini maupun keselamatan di akhirat masuk surga
dan kehidupan kekal.
Keselamatan yg dikerjakanNya pada hakekatnya membawah manusia kepada
hubungan yang baik dengan Allah dan persekutuan yg benar denganNya

B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurnah, kedepannya penulis akan
lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka
makalah.
MAKALAH
AGAMA KRISTEN

ALLAH DALAM KEPERCAYAAN KRISTEN

KELOMPOK 2 :

 VALENCIA PANGEMANAN
 NOVIA ECLESIA WOWOR
 INDAH SUMUAL
 RISTA M.V MOGI
 GHEA BRIGITA SAISAB
 MONICA ARARO
 ASTRIT KAWENAS
 APRILIA SOLEBA
 AGATHA RUMUAT
 LELI BAKKER
 CHRISTY TAMPOLI
 ALTER RUMENGAN
 ETIAS AUDS

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI MANADO
JURUSAN AKUNTANSI KEUANGAN
2019

Você também pode gostar

  • OPTIMALKAN EPS
    OPTIMALKAN EPS
    Documento12 páginas
    OPTIMALKAN EPS
    Christy Tampoli
    Ainda não há avaliações
  • Agama
    Agama
    Documento22 páginas
    Agama
    Christy Tampoli
    Ainda não há avaliações
  • Pemda
    Pemda
    Documento14 páginas
    Pemda
    Christy Tampoli
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Laba Per Saham
    Makalah Laba Per Saham
    Documento17 páginas
    Makalah Laba Per Saham
    Christy Tampoli
    Ainda não há avaliações