Você está na página 1de 7

APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP)

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk
dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (audit intern) di lingkungan pemerintah pusat
dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari:

 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP);


 inspektorat jenderal kementerian, inspektorat/unit pengawasan intern pada kementerian
negara, inspektorat utama/inspektorat lembaga pemerintah non kementerian,
inspektorat/unit pengawasan intern pada kesekretariatan lembaga tinggi negara dan
lembaga negara;

 inspektorat provinsi/kabupaten/kota; dan

 unit pengawasan intern pada badan hukum pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Dalam Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden,
angka 5 Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan
intern adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada
menteri/pimpinan lembaga, angka 6 Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada gubernur, angka 7 Inspektorat
Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung
kepada bupati/walikota.

Di dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


disebutkan bahwa untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem pengendalian intern
dilakukan pengawasan intern oleh APIP (pasal 47 dan 48). Dengan demikian pekerjaan utama
APIP berdasarkan konsep PP Nomor 60 Tahun 2008 adalah melakukan pengawasan intern.

Pengawasan Intern didefinisikan sebagai seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Dari definisi tersebut
dapat dijabarkan bentuk pengawasan intern yang dilakukan oleh APIP, yaitu:

 Audit: proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, objektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas
dan fungsi instansi pemerintah.
 Reviu: penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan
tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang
telah ditetapkan.

 Evaluasi: rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan
standar rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.

 Pemantauan: proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

 Kegiatan pengawasan lainnya: antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan,


pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultasi, pengelolaan hasil
pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.

PERWUJUDAN PERAN APIP YANG EFEKTIF

APIP dapat dikatakan efektif apabila mampu menunjukkan peran sebagaimana dimaksud
dalam pasal 11 PP Nomor 60 Tahun 2008, yaitu:

 Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas
pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah;
 Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; dan
 Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
instansi pemerintah.

DASAR HUKUM APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP)

Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Aparat Pengawasan Intern


Pemerintah (APIP) meliputi:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara Bab X Pengendalian intern pemerintah, Pasal 58 ayat (1).
2. Pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, disebutkan pada pasal Pasal 9 ayat (1).

3. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan Pasal 1 ayat (1).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan Dan


Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pasal 24 (1).

5. Pasal 1 angka 11 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat
Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan yang disajikan oleh menteri/pimpinan lembaga dan kepala daerah
sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran merupakan tanggung jawab
menteri/pimpinan lembaga dan kepala daerah yang bersangkutan. Untuk itu kepala daerah harus
membuat pernyataan tertulis bahwa laporan keuangan yang disajikan berdasarkan Sistem
Pengendalian Intern yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
PP 8 tahun 2006 mewajibkan laporan keuangan direviu oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) sebelum diserahkan kepada BPK untuk diaudit. Reviu atas laporan keuangan
departemen dilakukan oleh Inspektorat Jenderal dan reviu laporan keuangan pemerintah daerah
(LKPD) dilakukan oleh Inspektorat Provinsi dan Imspektorat Kabupaten/Kota.

Dalam pasal 33 PP tersebut, dinyatakan bahwa reviu atas laporan keuangan oleh APIP
dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan didalam laporan keuangan
tersebut. Reviu dimaksudkan untuk memberikan keyakinan akurasi, keandalan, dan keabsahan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sebelum disampaikan oleh pejabat pengelola
keuangan kepada menteri/pimpinan lembaga dan kepala daerah. Jadi sebelum menteri/pimpinan
lembaga dan kepala daerah menandatangani surat pernyataan tanggung jawab maka APIP harus
melakukan reviu terlebih dahulu.

Dasar hukum yang menjadi acuan dalam menyusun petunjuk teknis reviu laporan
keuangan antara lain:

1. Undang Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


2. Undang Undang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3. Undang Undang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara.

4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan.

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik


Negara/Daerah.

6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan


Kinerja Instansi Pemerintah.

7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sitem Pengendalian


Intern Pemeritah.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 4 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan
Review atas Laporan keuangan Pemerintah Daerah.

PERBEDAAN REVIU DAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Perbedaan Audit dengan Reviu yaitu

1. Reviu tidak mencakup pengujian terhadap SPI, catatan akuntansi, dan pengujian atas
respon terhadap permintaan keterangan melalui perolehan bahan bukti, serta prosedur
lainnya, sedangkan dalam audit harus dilakukan pengujian terhadap suatu aktivitas
yang terjadi.

Sebagai contoh, dalam hal pengadaan barang modal yang nilainya material,
proses reviu hanya meyakinkan bahwa pengadaan barang telah dicatat dalam aktiva
tetap, sedangkan dalam audit harus dilakukan pengujian bahwa prosedur pengadaan
barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Tujuan audit yaitu untuk memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan tujuan reviu
hanya sebatas memberikan keyakinan mengenai akurasi, keandalan, keabsahan
informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan.

Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat seperti dalam audit,
karena dalam reviu tidak mencakup suatu pemahaman atas pengendalian intern,
penetapan resiko pengendalian, pengujian catatan akuntansi dan pengujian atas respon
terhadap permintaan keterangan dengan cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan
melalui inspeksi, pengamatan atau konfirmasi dan prosedur tertentu lainnya yang biasa
dilakukan dalam suatu audit.
ASOSIASI APIP
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia disingkat AAIPI adalah organisasi profesi
yang beranggotakan perorangan dan unit kerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
yang telah memenuhi persyaratan keanggotaan sebagaimana diatur di dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Visi:
Menjadi organisasi profesi terdepan dalam mendorong terwujudnya peran APIP yang
profesional sebagai pemberi assurance dan consulting dalam mewujudkan akuntabilitas
pengelolaan keuangan dan kinerja pemerintah pusat dan daerah.
Mengapa Perlu AAIPI?
 Untuk meningkatkan profesionalisme auditor pemerintah melalui keaktifan/peran serta
dalam kegiatan pengembangan profesi.
 Turut berkontribusi dalam pemberian masukan kegiatan Pembina Jabatan Fungsional
Auditor dalam pengembangan profesi auditor anggota AAIPI.
 Menyamakan persepsi terkait profesi auditor di bidang pegawasan intern pemerintah.

Keanggotaan AAIPI

 Anggota Biasa, terdiri dari perorangan yang memiliki tugas pokok dan kewenangan
untuk melaksanakan pengawasan intern pada instansi pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan mendaftar menjadi anggota AAIPI. Auditor
termasuk P2UPD yang mendaftar menjadi anggota AAIPI. Dengan kata lain, seluruh unit
kerja APIP otomatis menjadi anggota AAIPI.
 Anggota Luar Biasa/Kehormatan adalah anggota yang berasal dari kalangan luar APIP
(independen) yang memiliki kompetensi yang diperlukan namun tidak memiliki hak
suara. Anggota ini dapat berasal dari kalangan akademisi, praktisi, anggota profesi lain
yang relevan dan lain-lain, seperti Asosiasi Internal Auditor, dan kelompok lain di bidang
Internal Audit; dan anggota yang dapat dikelompokkan sebagai tenaga ahli dan
bertanggung jawab langsung kepada ketua umum presidium.
 Anggota Eksekutif Tetap adalah Anggota eksekutif tetap berjumlah 5 (lima) orang yang
berasal dari Pejabat Eselon I Kementerian PAN dan RB, Inspektur Jenderal Kementerian
Dalam Negeri, Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan, Pejabat Eselon I Badan
Kepegawaian Negara, dan Pejabat Eselon I Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan. Dengan mempertimbang- kan dan mengutamakan skala kepentingan
nasional yang lebih luas, masing-masing anggota Eksekutif Tetap ini memiliki
kewenangan utama: hak prerogatif/ privilege terhadap pemberlakuan atas berbagai
keputusan/kebijakan yang dibuat oleh AAIPI.
 Anggota Eksekutif Tidak Tetap sebanyak 10 (sepuluh) orang yang berasal dari: APIP
Pusat 7 (tujuh) unit kerja, mewakili APIP Provinsi 1 (satu) unit kerja, mewakili APIP
Kabupaten 1 (satu) unit kerja, dan mewakili APIP Kota 1 (satu) unit kerja, Masa jabatan 3
tahun dan dipilih secara bergantian oleh anggota biasa pada waktu konggres. Seseorang
dari/oleh Anggota Eksekutif dapat diusulkan/dipilih oleh Anggota Eksekutif untuk
menjadi Ketua Umum AAIPI.

Persyaratan
 Menjunjung tinggi nama, citra, dan kehormatan organisasi dan profesi.
 Menaati dan melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik,
Standar Profesi, serta semua peraturan perundang-undangan dan keputusan organisasi
yang berlaku.
 Bekerjasama dengan sesama anggota yang lain.
 Melaksanakan tugas yang dipercayakan organisasi.
 Memelihara dan meningkatkan kompetensi.
 Membayar iuran dan kewajiban keuangan lainnya sesuai dengan ketentuan AAIPI yang
berlaku.

Você também pode gostar