Você está na página 1de 12

AKHLAK , MORAL DAN ETIKA

OLEH:

KELOMPOK 11

DIMAS

TASYAA DWI HARDIYANI

VIVIN AKTIKA SIMANJUNTAK

KELAS: IKM -10

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Etika Profesi. Dalam makalah ini kami membahas tentang pengertian profesi dan lingkup
etika, pengertian etika profesi, peranan dan prinsip etika profesi, serta kode etik profesi dan standar
profesi. Ucapan terima kasih pun tidak lupa kami ucapkan kepada pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masukan
berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhir
kata,kiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa untuk dapat
mempelajari serta memahami tentang etika profesi. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….…...……...……….……....2

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………........3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………...………….………...…4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………….…………...………………..…..4

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………….………...…………...………4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak , Moral , dan Etika ……………..…………….....................5

2.2 Perbedaan Akhlak, Moral , dan Etikal…………………………..…………............6

2.3 Dalil-dalil yang berhubungan dengan akhlak, moral, dan etika………...6

2.4 Mengganti sifat sombong dengan tawadhu……………………………………..7

2.5 Sifat boros ............................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..…11

3.2 Saran………………………………………………………………………………….……......11

3.3 Daftar Pustaka…………………………………………………………………………......12


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebehagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah
agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya
berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas
belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu
bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang
menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban
yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap
pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau
merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan
haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal
yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak
patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai
subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah
pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian dari akhlak, moral, dan etika ?

2. Apakah perbedaan akhlak, moral, dan etika dalam islam?

3. Dalil apa saja yang menyangkut tentang etika, moral, dan akhlak?

4. Apa yang mengganti sikap sombong dengan tawadhu ?

5. Apa itu sifat boros?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian Akhlak,Moral,dan Etika

2. Untuk mengetahui perbedaan dari Akhlak,Moral,Etika

3. Untuk mengetahui mengganti sikap sombong dengan tawadhu


4. Untuk mengetahui sifat boros

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak , Moral , dan Etika

Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari “khuluq”. Secara
bahasa “akhlak” mempunyai arti budi pekerti , tabiat, dan watak. Dalam kebahasaan akhlak sering
disinonimkan dengan moral dan etika. Menurut istilah yang dijelaskan oleh Ibnu Maskawih “akhlak
adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui
pertimbangan”. (Saputra, 2004: 30).

Menurut Abdul hamid yusuf akhlak adalah ilmu yang memberikan keterangan tentang perbuatan
yang mulia dan memberikan cara-cara untuk melakukannya. (Mahjuddin, 2004: 9), sedangkan
menurut Ja’ad maulana “akhlak adalah ilmu yang menyelidiki gerak jiwa manusia, apa yang
dibiasakan mereka dari perbuatan dan perkatan dan menyingkap hakikat-hakikat baik dan buruk”.
(Zahruddin, 2000: 6). Akhlak menurut Ahmad amin adalah kehendak yang biasa dilakukan. Artinya
segala sesuatu yang kehendak yang terbiasa dilakukan, disebut akhlak. (Amin, 1995: 62).

Pengertian Moral

Kata Moral berasal dari Bahasa Latin Moralitas, adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau
orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut
amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga
moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang
berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses
sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki
moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.

Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap
moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan
seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral
adalah produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait
dengan nilai-nilai baik dan buruk.

Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari kata "ethikos", berarti "timbul dari
kebiasaan” adalah segala sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis
dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis
(practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang
berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

2.2 Perbedaan Akhlak , Moral , dan Etika

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar
ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an
dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang
dibuat oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik
pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan
temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak
merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan
dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-
hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya : “ Aku hanya diutus
untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad).

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah

akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah
telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak
merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.

2.3 Dalil-dalil yang berhubungan dengan akhlak, moral, dan etika

Firman Allah swt:

-“Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS. Ali Imran: 190)

-“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian diantara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-nisa: 114)

-“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal:2)

-“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mumin, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli
yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 111)

-“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah
syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu” (QS. Yasin: 60)

-“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak
yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (QS. Sad: 46)

Sabda Rasulullah:

-‘Sesungguhnya aku Muhammad s.a.w. tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak.’

-‘Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka baiklah
keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya.
Ketahuilah kamu bahawa ia adalah hati’

-‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kamu dan tidak kepada tubuh badan kamu,
dan sesungguhnya Allah tetap melihat kepada hati kamu dan segala amalan kamu yang
berlandaskan keikhlasan hati.’

-‘Seseorang itu tidak beriman sehinggalah dia mengasihi terhadap saudaranya seperti mana dia kasih
terhadap dirinya sendiri’

(Riwayat Bukhari dan Muslim)

-‘Sesunggubnya amalan yang sangat dicintai Allah selepas melakukan ibadat fardhu oleh hambanya
ialah mengembirakan hati saudaranya sesama Islam’

(Riwayat Baihaqi)

2.4 Menggantikan sifat sombong dengan tawadhu

Tidak diragukan lagi bahwa setiap muslim harus waspada dari sifat sombong dan selalu bersikap
rendah hati.

Barangsiapa "Berendah hati karena Allah satu derajat, maka Allah akan meninggikan satu derajat."
Barangsiapa bersikap sombong, maka dia terancam dihinakan Allah. Semoga Allah melindungi kita
dari hal itu.

Seorang lelaki berkata, "Rasulullah, aku ingin pakaianku baik dan sandalku baik. Apakah hal itu
termasuk kesombongan?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Sesungguhnya Allah
itu Maha Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan
merendahkan manusia."
"Bathrul haqq" artinya menolak kebenaran. Jika kebenaran tersebut bertentangan dengan hawa
nafsunya, maka dia menolaknya. "Ghamtu an-nas" artinya merendahkan orang lain . Jadi, dalam
pandangannya, semua orang lebih rendah dari dirinya.

Dia meremehkan mereka dan menganggap dirinya di atas mereka, baik karena kefasihan, kekayaan,
pekerjaan atau sebab-sebab lain yang ada dalam imajinasinya, padahal bisa saja sebenarnya dia
adalah orang yang fakir.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda di dalam hadis sahih, "Ada tiga jenis manusia yang
tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak akan disucikan oleh Allah, dan tidak
dipandang serta bagi mereka siksaan yang pedih. Mereka adalah lelaki tua yang berzina, raja
pendusta, dan orang miskin yang sombong."

"'Ail" maksudnya adalah orang yang fakir, tetapi bersikap sombong dan diuji dengan kesombongan.
Jadi, kesombongan membuatnya merasa memiliki harta dan kekayaan. Meskipun fakir, dia bersikap
sombong. Jadi, kesombongan sudah menjadi watak dan karakternya.

Adapun tawaduk adalah sikap lemah lembut, berakhlak mulia, dan tidak sombong kepada orang lain
, seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di
antara kalian dan tempatnya paling dekat denganku pada hari kiamat kelak adalah orang yang paling
baik akhlaknya." Kebajikan adalah akhlak yang mulia

Oleh karena itu, hendaknya dia mengingat keagungan Allah dan ingat bahwa Dialah yang telah
memberinya harta, memberinya pekerjaan, memberinya kedudukan, memberinya wajah rupawan,
dan sebagainya. Dia hendaknya ingat bahwa salah satu cara untuk menyukuri hal itu adalah dengan
merendahkan diri dan tidak bersikap sombong karena harta, pekerjaan, keturunan, ketampanan,
kekuatan atau yang lain .

Sebaliknya, dia harus ingat bahwa semua itu adalah karunia Allah dan salah satu cara untuk
menyukurinya adalah dengan bersikap tawaduk, merendahkan diri, dan tidak bersikap sombong
kepada saudara-saudaranya.

Jadi, kesombongan akan menyebabkan seseorang bertindak zalim, berbohong, dan tidak adil dalam
perkataan dan perbuatan. Dia akan melihat dirinya lebih tinggi dari saudaranya, baik dalam masalah
harta, ketampanan, pekerjaan, keturunan atau hal-hal lain yang ada dalam imajinasinya.

Oleh karena itu, Nabi Shallahu `Alaihi wa Sallam bersabda, Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain Maksudnya adalah menolak kebenaran jika kebenaran itu bertentangan
dengan hawa nafsunya. Inilah yang dinamakan kesombongan.

"Ghamtu an-nas" artinya meremehkan orang lain . Dia menganggap mereka lebih rendah dari
dirinya, tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan adil, tidak pantas disalami terlebih dahulu, tidak
pantas untuk dipenuhi undangannya, dan sebagainya.

Jika dia ingat kelemahannya, bahwa dia diciptakan dari setetes air mani atau setetes air yang hina,
bahwa dia membutuhkan WC untuk buang air besar, bahwa dia makan makanan dari lubang ini lalu
mengeluarkannya dari lubang ini, dan bahwa jika dia tidak istiqamah dalam menaati Allah, maka dia
akan masuk neraka, maka dia akan mengetahui kelemahannya, bahwa dia adalah orang yang tidak
memiliki apa-apa, dan tidak pantas bersikap sombong.

2.5 Sifat boros

Perbuatan boros adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan

dalam menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi

kesenangan saja. Dengan terbiasa berbuat boros seseorang bisa

menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan di sekitarnya, sulit

membedakan antara yang halal dan yang haram, mana boleh mana

tidak boleh dilakukan, dan lain sebagainya. Allah Swt menyuruh kita

untuk hidup sederhana dan hemat, karena jika semua orang menjadi

boros maka suatu bangsa bisa rusak/hancur. Oleh sebab itu mari kita

hindari sifat boros dalam hidup kita agar kita bisa hidup bahagia tanpa

harta yang banyak bersama seluruh anggota keluarga kita. Ada

peribahasa hemat pangkal kaya, sehingga dengan menjadi orang yang

bergaya hidup sederhana walaupun kaya raya maka hartanya akan

berkah dan terus bertambah dari waktu ke waktu .

Dalil Al-Qur’an Dan Hadits Yang Menjelaskan Tentang Sifat

Boros

Firman Allah Swt QS Al-israa’: 26-27 . “Dan berikanlah kepada

keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan

orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-

hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-

pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah

sangat ingkar kepada Tuhannya.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir

(pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang

benar.” Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan

seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir


(pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan satu mud saja

(ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang

dinamakan tabdzir (pemborosan).”

Qotadah mengatakan“Yang namanya tabdzir (pemborosan)

adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada

jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.” (Tafsir Al

Qur’an Al ‘Azhim, 8: 474-475).

Beberapa Contoh Sifat Boros dalam Kehidupan Sehari-Hari :

1.Gemar beli produk yang mahal-mahal karena gengsi

2.Suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli

3. Boros dalam mengunakan air bersih dan air minum

4. Pengeluaran lebih besar dari penghasilan (kecuali penghasilan

rendah)

5. Suka menyisakan dan membuang-buang makanan


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang
buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran. moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya
dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai
dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut.

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.

Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam
pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya
adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan:
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.”
(HR.Bukhari dan Muslim).

B. Saran

Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat
menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan
sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam
golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://nurdinfivers1.blogspot.com/2014/02/makalah-agama-tentang-etika-moral-dan.html

https://www.facebook.com/notes/agus-budiyono/sifat-boros/661121320590727/

http://reza-kezot.blogspot.com/2017/01/makalah-agama-islam-tentang-etika-moral.html

Você também pode gostar