Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstract
Abstrak
Latar Belakang: Menurut data WHO tahun 2009 sebanyak 99% kematian ibu dinegara
berkembang disebabkan masalah persalinan atau kelahiran. Penyebab AKI secara tidak
langsung adalah rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang Antenatal Care dan
frekuensi pemeriksaan Antenatal Care yang tidak teratur.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu
hamil tentang Antenatal Care di Puskesmas Klaten Selatan Kabupaten Klaten.
Metode Penelitian: Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dan saat
pengambilan data dibantu oleh seorang enumerator, dengan jumlah sampel sebanyak 95
orang ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di Puskesmas Klaten Selatan.
Hasil Penelitian: Umur responden masuk dalam kategori usia 21 – 30 tahun sebanyak
69.5%, usia kehamilan responden masuk dalam kategori trimester II sebanyak 44.2%
responden, responden yang tidak mempunyai riwayat keguguran sebanyak 77.9%,
sedangkan responden yang belum mempunyai anak sebanyak 43.2%, responden yang
berpendidikan SMA sebanyak 49.5%, dan responden yang berprofesi sebagai ibu rumah
tangga sebanyak 50.5%, responden dengan kehamilan anak pertama dan ke-2 masing-
masing sebesar 37.9%, jarak rumah responden dengan puskesmas sejauh 1-3 Km
sebanyak 66.3%, responden yang berpenghasilan < Rp. 1.000.000,-/ bulan sebanyak
27.4%, dan sebanyak 55.8% responden merupakan keluarga inti.
Kesimpulan: Sebanyak 49 responden (51.6%) dalam kategori tingkat pengetahuan baik.
Peneliti menyarankan agar ibu hamil mencari informasi secara aktif, sehingga mampu
mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan dan tahu serta mampu memutuskan kemana dan dimana dia akan
melahirkan.
PENDAHULUAN
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin masih
merupakan masalah besar di negara berkembang. Menurut data WHO
sebanyak 99% kematian ibu dinegara berkembang disebabkan masalah
persalinan atau kelahiran (Syafrudin, 2009). Menurut Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI tahun 2013 sebesar 359/100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target MDGs (Millenium
Development Goals) 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara
untuk AKB pada tahun 2010 sebesar 34/1000 kelahiran hidup (2010) dari
target AKB pada MDGs 2015 yaitu 23/1000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 yaitu 117,02/
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut belum memenuhi target dalam
indikator Indonesia Sehat 2015 sebesar 102/100.000 (Depkes RI, 2012).
Penyebab AKI di Indonesia sebesar 25-50% kematian disebabkan
hal yang berkaitan dengan kehamilan. Penyebab kematian ibu di
Indonesia secara langsung adalah perdarahan, anemia, kurang energi
kronis (KEK) dan keadan “4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak)
(Pantikawati, 2010). Penyebab AKI secara tidak langsung adalah
rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang Antenatal Care dan frekuensi
pemeriksaan Antenatal Care yang tidak teratur (Efendi, 2009). Antenatal
Care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil secara berkala
untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Keteraturan Antenatal Care
dapat ditunjukkan melalui frekuensi kunjungan, ternyata hal ini menjadi
masalah karena tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya
secara rutin. Pada pemeriksaan dan pemantauan antenatal dilakukan
dengan memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan (Hanifa, 2007).
Angka kematian ibu di Kabupaten Klaten selama tiga tahun
berturut-turut mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebesar 0.56%
(56/ 100.000 kelahiran hidup), meskipun pada tahun 2011 mengalami
penurunan sebesar 0.54% (54.5/ 100.000 kelahiran hidup), namun pada
tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar
1.02% (102.2/ 100.000 kelahiran hidup). Data tersebut juga menunjukkan
bahwa angka kematian ibu juga disebabkan selama proses kehamilan
yaitu sebesar 15.8%, angka tersebut mengalami peningkatan selama tiga
tahun terakhir. Salah satu penyebab meningkatnya angka kematian ibu
salah satunya adalah kurangnya pengetahuan para ibu tentang Antenatal
Care (ANC) selama masa kehamilan. Data dari Puskesmas Klaten
Selatan Kabupaten Klaten, jumlah ibu hamil tahun 2013 sejumlah 671
orang, tahun 2014 574 orang, sedangkan jumlah ibu hamil bulan Oktober
2014 sebanyak 95 orang yang tersebar di 12 desa (Puskesmas Klaten
Selatan, 2012).
Hasil survey pendahuluan tanggal 12 Mei 2014 yang dilakukan di
Puskesmas Klaten Selatan dengan metode wawancara dengan 10 ibu
hamil menunjukkan, 8 dari 10 ibu hamil mengatakan kurang tahu tentang
pentingnya pemeriksaan ANC di Puskesmas. Mereka mengatakan
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas jika ada keluhan, tapi jika
tidak ada keluhan apa-apa jarang memeriksakan kehamilannya ke
petugas kesehatan maupun fasilitas kesehatan yang lain, karena jarak
rumah dan puskesmas lumayan jauh. Selain itu saat ditanya tentang
pengertian, tujuan, serta manfaat ANC 8 dari 10 ibu hamil tidak bisa
menjawab, sedangkan 2 orang lainnya hanya tahu tentang pengertian
ANC akan tetapi masih sangat terbatas. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian gambaran
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di Puskesmas
klaten selatan kabupaten klaten.
METODE
Jenis penelitian ini adalah Survey Deskriptif, dengan pendekatan
cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Desemer
2014 di Puskesmas Klaten Selatan dengan cara total sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas (Nilai validitas: 0.384 – 0.818 (r tabel = 0.361, α =
5%), nilai reliabilitas = 0.933
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Demografi Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Karakteristik Responden di
Puskesmas Klaten Selatan Desember 2014 (n=95)
Variabel Frekuensi (%)
Umur Umur
17 - 20 9
17 - 20 21 - 30 66
31 - 35 16
21 - 30 > 35 4
31 - 35
> 35
Usia Kehamilan
9.5
69.5
16.8
4.2
Trimester I 23 24.2
(0-12 Mgu)
Trimester II 42 44.2
(12.1-24 Mgu)
Trimester III 30 31.6
(24.1-40 Mgu)
Riwayat Keguguran
Ada 21 22.1
Tidak ada 74 77.9
Jumlah Anak
0 41 43.2
1 34 35.8
2 16 16.8
3 3 3.2
4 1 1.1
Pendidikan Pendidikan
SD 17
SD SMP 19
SMA 47
SMP Perguruan Tinggi 12
SMA
Perguruan Tinggi
Pekerjaan
PNS 7 7.4
Wiraswasta 16 16.8
Buruh 21 22.1
IRT 48 50.5
Petani 3 3.2
17.9
20
49.5
12.6
Jumlah Kehamilan
1 36 37.9
2 36 37.9
3 19 20
4 3 3.2
5 1 1.1
Jarak rumah dengan
Puskesmas (...Km)
<1 19 20
1-3 63 66.3
>3 13 13.7
Penghasilan
<Rp.1.000.000 26 27.4
Rp.1.000.000 24 25.3
-
Rp.1.490.000 20 21.1
Rp.1.500.000
- 25 26.3
Rp.2.000.000
>Rp.2.000.000
Tipe Keluarga
Keluarga Inti 53 55.8
Keluarga 42 44.2
Besar
PEMBAHASAN
Responden dalam penelitian sebagian besar masuk dalam kategori
usia 21 – 30 tahun sebanyak 66 responden (69.5%). Usia tersebut
termasuk usia reproduksi yang sehat, sebab kehamilan pada usia terlalu
muda atau terlalu tua akan lebih beresiko tinggi mengganggu status
kesehatan ibu hamil dan juga janin yang ada dalam kandungan. Hasil
penelitian diperoleh sebanyak 20 responden (21 %) usia ibu hamil > 31
tahun, 4 orang diantaranya (4.2%) ibu hamil berusia > 35 tahun.
Kehamilan pada ibu yang berusia tua memiliki resiko lebih besar baik
pada bayi maupun pada ibu selama proses kehamilan dan proses
persalinan.
Dampak pada bayi akibat usia kehamilan ibu > 35 tahun
diantaranya, bayi akan lahir cacat, prematur, dan bahkan dapat
mengakibatkan kematian (Nadesul, 2007). Penyulit saat proses persalinan
juga terjadi pada janin akibat usia ibu saat hamil sudah terlalu tua seperti
previa plasenta dan janin dengan presentasi sungsang (Manuaba, 2006).
Hamil pada usia normal yang biasanya terjadi sekitar 21-30 tahun.
Selain itu resiko kematian saat proses persalinan juga lebih tinggi terjadi
pada ibu hamil dengan usia > 35 tahun. Wanita yang lebih tua (≥35 tahun)
cenderung memiliki riwayat diabetes mellitus dan hipertensi, sehingga
mempengaruhi fisiologi ibu saat hamil. Lebih banyak perempuan berusia>
40 tahun memiliki emboli paru baik selama kehamilan dan masa nifas.
Induksi persalinan lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua yang
sehingga perlu dilakukan operasi caesar atau dengan persalinan vaginal
operatif. Sebagian besar wanita yang lebih tua memiliki perdarahan
postpartum > 1000 ml (Jolly, 2005 & Iis, 2008).
Sebagian besar responden dalam penelitian ini menunjukkan
tingkat pendidikannya adalah SMA, sebanyak 47 orang (49.5%). Menurut
Amiruddin (2005), dilihat dari segi pendidikan ibu semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka akan semakin mudah menerima informasi, informasi
kesehatan yang cukup pada ibu hamil mempengaruhi perilaku ibu hamil
dalam melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan. Hal ini secara tidak
langsung akan memperkecil angka kematian ibu dan bayi.
Penelitian ini menunjukkan sebanyak 44 orang (46.3%) adalah ibu
hamil pekerja. Menurut Manuaba (2006) bekerja sebagai ibu rumah
tangga atau di tempat lain bukan merupakan halangan. Caranya dengan
membatasi atau mengalihkan pekerjaan tersebut untuk sementara saat
hamil. Dalam pengalokasian pekerjaan bagi karyawan yang hamil
sebaiknya pimpinan mempunyai kebijakan tersendiri, misal: mengalihkan
pekerjaan untuk ibu hamil ke pekerjaan yang lebih ringan dan memberikan
hak cuti bagi ibu hamil, supaya ibu dan janin yang ada dalam kandungan
tetap terjaga kondisi kesehatannya (Manuaba, 2006)
Usia kehamilan responden dalam penelitian ini sebanyak 42
responden (44.2%) masuk dalam trimester II. Masa kehamilan merupakan
masa yang paling penting, menurut Wahyudi (2010), masa kehamilan
merupakan fase yang menentukan janin yang sedang dikandungnya lahir
sesuai harapan.
Penelitian ini menunjukkan sebanyak 21 orang (22.1%) pernah
mengalami keguguran. Data RISKESDAS (2010) menunjukkan hampir
3% dari jumlah wanita hamil di Indonesia mengalami keguguran.
Keguguran dipengaruhi oleh kesehatan ibu hamil dan kondisi janin di
dalam kandungan dan sangat rentan terjadi pada periode hamil muda
dibawah usia kehamilan 22 minggu (Farer, 2006).
Sebanyak 63 responden (66.3%) jarak rumah dengan puskesmas
sejauh 1-3 Km. Faktor-faktor yang mempengaruhi ANC (Antenatal Care)
yaitu: pengetahuan, sikap, dukungan suami, dan faktor demografi (paritas,
biaya, jarak rumah, budaya) (Nursalam, 2008). Banyak ibu hamil didaerah
pedesaan tidak melakukan imunisasi TT saat ANC karena beberapa hal,
yaitu: ibu hamil didaerah pedesaan belum menyadari manfaat
pemeriksaan kehamilan, faktor jarak rumah ke puskesmas lebih dari 5
Km, dan perlu biaya transportasi untuk pemeriksaan di Puskesmas
(Syafrudin, 2009).
Sebagian besar responden berpenghasilan < Rp. 1.000.000,-/
bulan sebanyak 26 responden (27.4%). Penghasilan yang rendah dapat
menyebabkan asupan zat gizi akan berkurang, karena kurangnya
kemampuan untuk membeli. Akibat dari kekurangan gizi pada ibu hamil
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan intra uterin maupun
kandungan (Noorkasiani, 2009).
Hasil penelitian menggambarkan sebanyak 53 responden (55.8%)
merupakan keluarga inti. Sebagai keluarga, dalam hubungannya dengan
ANC, seorang suami memberikan dukungan secara penuh selama proses
kehamilan sang istri (Huliana, 2007). Sedangkan sebanyak 42 responden
(44.2%) adalah keluarga besar, dimana dalam keluarga besar pengaruh
dari budaya orang yang dulu belum tentu berpengaruh baik dalam
kehamilan ibu, misalkan larangan untuk makan-makanan yang berbau
amis (contoh: telur, ikan dll). Berdasarkan mitos apabila saat hamil makan
ikan atau telur membuat bayi berbau amis, faktanya bayi yang baru saja
dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis, namun
bau amis tersebut muncul bukan karena mengkonsumsi ikan atau telur,
melainkan dari bau cairan ketuban (Siswosuharjo, 2011).
Responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 51.6% dan
yang cukup baik sebanyak 26.3%. Ternyata dari hasil penelitian memiliki
pendidikan menengah dan tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Taylor
dalam Maulana yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan yang baik
dipengaruhi tingkat pendidikan seseorang (Maulana, 2009). Pernyataan
tersebut juga didukung oleh penelitian Tikka et al (2012) yang mengatakan
bahwa latar belakang tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
Selain pendidikan, responden yang mempunyai pengetahuan baik
dipengaruhi oleh usia, jumlah kehamilan, dan pekerjaan. Hasil penelitian
menunjukkan ibu yang berusia antara 20 – 30 tahun mampu menjawab
dengan baik pertanyaan. Jumlah kehamilan dapat mempengaruhi
pengetahuan ANC dikarenakan pengalaman kehamilan di masa lalu. Ibu
hamil yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki cukup waktu untuk
merawat kehamilannya (Gouda, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Syafrudin & Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Pantikawati, I. & Saryono. (2010). Asuhan Kebidanan I Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Efendi, N.F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas (Teori dan Praktik
dalam Keperawatan). Jakarta: Salemba Medika.
Hanifa, W. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Jolly, M. et al. (2005). The Risk Associated with Pregnancy in Women
Aged 35 Years or Older. Human Reproduction Vol.15 No.11. 2433-
2437p.
Manuaba, I.B.G. (2006). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Nadesul, H. (2007). Cara Sehat Selama Hamil. Jakarta: EGC.
Iis, S. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak: Masa Kehamilan dan
Persalinan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Wahyudi, H.K. (2010). Doa pada Masa Kehamilan. Jakarta: Bentang
Pustaka.
Muaris, H. (2005). Hidangan Sehat Favorit Ibu Hamil. Jakarta: Gramedia.
Siswosuharjo, S. (2011). Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Depok:
Penebar Plus.
Farer, H. (2006). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Amiruddin, M. (2005). Suara Hak-hak Perempuan. Skrip Radio Jurnal
Perempuan.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Syafrudin, H. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Noorkasiani. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Huliana, M. (2007). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta: Puspa
Swara.