Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Hal. 153-166
Rusham
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam “45” Bekasi
(rushamsangaji@gmail.com)
Abstract
The emergence of modern retailers (supermarket, minimarket and department stores) in
the early 1980s didThe emergence of modern retailers (supermarket, minimarket and department
stores) in the early 1980s did not threaten the traditional market. However, the modern retail of
consumer targeting the upper middle class, as an alternative to the more traditional markets that
are identical to the slum, with the look and quality of the goods is poor, and the low sale price and
conventional bargaining system. 2000s, several locally owned conglomerate retailers anticipate
threats and invasion of foreign retailers to shift to indirect competition, to develop a mini market
format, the number of outlets operated has reached about 2,200 outlet. Factors that influence
positively and significantly to the growth of the modern market in Bekasi are population, number
of households and the level of income per capita. The increase in population, number of
households, and income per capita in Bekasi causing increasing number of modern market. In
general, this study is expected to provide information that is accurate enough for the Bekasi
government in formulating a comprehensive policy-related programs and activities that are
recommended for the development of traditional traders in Bekasi, and to develop regulatory
models suitable for traditional and modern Traders in Bekasi district, because the government
may not prohibit large retailers to enter the retail business sector
supermarket atau hypermarket adalah akan tertarik untuk datang dan melakukan
pedagang yang menjual produk yang sama transaksi di pasar tradisional.
dengan yang dijual di kedua tempat
b. Regulasi
tersebut. Meskipun demikian, pedagang
yang menjual makanan segar (daging, Pemerintah memang mempunyai hak
ayam, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, untuk mengatur keberadaan pasar
dan lainlain) masih bisa bersaing dengan tradisional dan pasar modern. Tetapi
supermarket dan hypermarket mengingat aturan yang dibuat pemerintah itu tidak
banyak pembeli masih memilih untuk boleh diskriminatif dan seharusnya justru
pergi ke pasar tradisional untuk membeli tidak membuat dunia usaha mandek.
produk tersebut. Keunggulan pasar Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan
modern atas pasar tradisional adalah perantara ataupun pedagang toko harus
bahwa mereka dapat menjual produk yang mempunyai kesempatan yang sama dalam
relatif sama dengan harga yang lebih berusaha.
murah, ditambah dengan kenyamanan Kehadiran pasar modern yang
berbelanja dan beragam pilihan cara memberikan banyak kenyamanan
pembayaran. Supermarket dan hipermarket membuat sebagian orang enggan untuk
juga menjalin kerja sama dengan pemasok berbelanja ke pasar tradisional. Berbagai
besar dan biasanya untuk jangka waktu alasan mungkin akan dilontarkan orang
yang cukup lama. Hal ini yang jika ditanya:” Mengapa tidak memilih
menyebabkan mereka dapat melakukan pasar tradisional?.” Dari mulai kondisi
efisiensi dengan memanfaatkan skala pasar yang becek dan bau, malas tawar
ekonomi yang besar. menawar, faktor keamanan (copet, dan
Beberapa permasalahan yang terkait lain sebagainya), resiko pengurangan
dengan pengembangan pasar tradisional timbangan pada barang yang dibeli, penuh
adalah : sesak, dan sejumlah alasan lainnya.
a. Revitalisasi Pasar Tradisional Padahal pasar tradisional juga masih
memiliki beberapa kelebihan yang tidak
Pemerintah seharusnya serius dalam
dimiliki pasar modern. Diantaranya adalah
menata dan mempertahankan eksistensi
masih adanya kontak sosial saat tawar
pasar tradisional. Pemerintah menyadari
menawar antara pedagang dan pembeli.
bahwa keberadaan pasar tradisional
Tidak seperti pasar modern yang memaksa
sebagai pusat kegiatan ekonomi masih
konsumen untuk mematuhi harga yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas.
sudah ditetapkan.
Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan
dengan melakukan revitalisasi pasar Melihat beberapa permasalahan
tradisional di berbagai tempat. Target yang tersebut di atas, maka penataan ruang kota
dipasang sangat sederhana dan menyentuh hendaknya tidak hanya menguntungkan
hal yang sangat mendasar. sebagian pihak saja, tetapi juga harus ada
kebijakan penataan yang mengatur
Selama ini pasar tradisional selalu
penempatan pasar tradisional dan pasar
identik dengan tempat belanja yang kumuh,
modern. Misalnya tentang berapa jumlah
becek serta bau, dan karenanya hanya
hypermarket yang boleh ada untuk setiap
didatangi oleh kelompok masyarakat kelas
wilayah di satu kota. Lalu berapa jarak
bawah. Gambaran pasar seperti di atas
yang diperbolehkan dari pasar tradisional
harus diubah menjadi tempat yang bersih
jika pengusaha ingin membangun
dan nyaman bagi pengunjung. Dengan
supermarket. Hal tersebut perlu dilakukan
demikian masyarakat dari semua kalangan
untuk mengantisipasi ancaman
kebangkrutan pada pasar tradisional akibat
kepungan pasar modern yang tidak strategis, area penjualan yang luas,
terkendali, dan memberikan wahana keragaman barang yang lengkap, harga
persaingan yang sehat antara keduanya. yang rendah, sistem tawar menawar yang
menunjukkan keakraban antara penjual
Kemunculan peritel moderen
dan pembeli merupakan keunggulan yang
(supermarket, minimarket dan departement
dimiliki oleh pasar tradisional. Kondisi ini
store) pada sekitar awal tahun 1980-an
diperburuk dengan citra pasar yang
tidak mengancam pasar tradisional. Akan
dihancurkan oleh segelintir oknum pelaku
tetapi, para ritel modern yang menyasar
dan pedagang pasar. Maraknya informasi
konsumen dari kalangan menengah ke atas,
produk barang yang menggunakan zat
saat itu lebih menjadi alternatif dari pasar
kimia berbahaya serta relatif mudah
tradisional yang identik dengan kumuh,
diperoleh di pasar tradisional, raktek
dengan tampilan dan kualitas barang yang
penjualan daging oplosan, serta
buruk, serta harga jual rendah dan sistem
kecurangan-kecurangan lainnyadalam
tawar menawar konvensional. Bahkan,
aktivitas penjualan dan perdagangan telah
pada tahun 1990-an, masuknya ritel asing
meruntuhkan kepercayaan konsumen
ke indonesia dengan format Warehose
terhadap pasar tradisional.
club dan Hypermarket mengubah cara
pandang konsumen Indonesia pada galeri Jadi Pengaruh Pasar Moderen terhadap
ritel moderen, dengan menawarkan harga Pasar Tradisional cukup banyak
yang rendah, keragaman barang yang menimbulkan persoalan, artinya Kehadiran
lengkap, lokasi yang nyaman dan strategis pasar modern, terutama supermarket dan
serta pelayanan yang memberikan hypermarket, dianggap oleh berbagai
kemudahan kepada konsumen, kedua kalangan telah menyudutkan keberadaan
peritel ini mampu memperluas jangkauan pasar tradisional di perkotaan. Di
pasar mereka, dengan tak hanya menyasar Indonesia, terdapat 13.450 pasar
kalangan menengah atas, juga konsumen tradisional dengan sekitar 12,6 juta
dari kalangan menengah bawah. pedagang kecil (Kompas 2011).
Berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen,
Selanjutnya, pada tahun 2000-an,
pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4%
beberapa peritel milik konglomerat lokal
per tahun, sedangkan pasar tradisional
mengantisipasi ancaman dan serbuan
menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini
peritel asing ini dengan mengalihkan
tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan
persaingan menjadi tidak langsung,
pedagang kecil akan kehilangan mata
dengan mengembangkan format mini
pencahariannya. Pasar tradisional mungkin
market. Kelompok salim melalui
akan tenggelam seiring dengan trend
Indomacro Prismatama membangun
perkembangan dunia ritel saat ini yang
jaringan INDOMARET yang menjangkau
didominasi oleh pasar modern.
ke pelosok kota dan Kecamatan. Demikian
pula ALFA Sampoerna yang semula Berdasarkan data Disperindag provinsi
membangun jaringan discount stores dan Jawa Barat mengenai pertumbuhan pasar
supermarket, membangun jaringan modern dan tradisional periode tahun
ALFAMART. Jumlah gerai yang 2005-2010, Kabupaten Bekasi memiliki
dioperasikan ini telah mencapai sekitar pertumbuhan pasar modern yang lebih
2.200 gerai. tinggi jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pasar tradisionalnya. Secara
Berbeda dengan pasar moderen, pasar
umum, peningkatan jumlah pasar di
tradisional sejatinya memiliki keunggulan
Provinsi Jawa Barat, khususnya pasar
bersaing alamiah yang tidak dimiliki
modern, terjadi di kawasan perkotaan
langsung oleh pasar moderen. Lokasi yang
seperti Kabupaten Bandung, Kota Bekasi,
JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN “OPTIMAL” 155
•VOL.10, NO. 2• SEPTEMBER 2016
Rusham
Hal. 153-166
dan Kota Bandung. Meskipun jumlah masyarakat kapitalistik terletak dalam hal
pasar tradisional di Jawa Barat masih jauh orientasi kegiatan ekonominya.
lebih banyak jika dibandingkan dengan
Konsep dan Jenis Pasar
jumlah pasar modernnya, namun
pertumbuhan pasar modern yang sangat Menurut W.J. Stanton dalam
pesat selama periode tahun 2005 hingga Nurmalasari (2007), pasar merupakan
2010 dikhawatirkan dapat menggeser sekumpulan orang yang memiliki
keberadaan pasar tradisional. Selama keinginan untuk memenuhi kebutuhan,
periode 5 tahun tersebut pasar tradisional uang untuk belanja (disposible income)
di Jawa Barat tumbuh sekitar dibawah serta kemauan untuk membelanjakannya.
angka 5%, sedangkan pasar modern Dalam perspektif sosial budaya, pasar
tumbuh pesat sekitar 66%. merupakan tempat berlangsungnya
interaksi sosial lintas strata. Dikotomi
Penelitian ini bertujuan, Pertama,
tradisional dan modern yang dikenakan
Mengkaji implementasi regulasi maupun
terhadap jenis pasar bersumber dari
kebijakan tentang pengelolaan pasar
pergeseran pemaknaan terhadap pasar,
moderen dan pasar tradisional. Kedua,
yang semula menjadi ruang bagi
Mengkaji Dampak pertumbuhan pasar
berlangsungnya interaksi sosial, budaya,
moderen terhadap eksistensi pasar
dan ekonomi kemudian tereduksi menjadi
tradisional di Kabupaten Bekasi.
ruang bagi berlangsungnya transaksi
ekonomi dan pencitraan terhadap
TINJAUAN LITERATUR modernisasi yang berlangsung dalam
masyarakat (Nurmalasari, 2007). Bagi
Konsep Dasar dan Landasan Teori
sektor perdangan, pasar merupakan tempat
tentang Pasar
pedagang berusaha, sebagai sarana
Dikotomi antara pasar tradisional dan
distribusi barang bagi produsen dan petani,
pasar modern sesungguhnya tidak hanya
tempat memonitor perkembangan harga
bersumber dari arsitektur bangunan atau
dan stok barang beserta lapangan
manajemen pengelolaannya, melainkan
pekerjaan bagi masyarakat luas (Sukaesih,
bersumber dari pemaknaan tentang
1994).
konsepsi pasar sebagai tempat
berlangsungnya transaksi ekonomi. Sukaesih (1994) menyatakan bahwa
Konsep tentang pasar dapat dipahami dari citra pasar dalam arti fisik telah
berbagai perspektif, seperti perspektif mengalami banyak pembenahan dan
ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik. peningkatan menjadi hal yang menarik
Dalam perspektif ekonomi, konsep tentang seiring dengan kemajuan pembangunan
pasar (dalam pengertian luas, sebagai ekonomi. Menarik atau tidaknya sarana
tempat bertemunya permintaan dan tempat berdagang tersebut baik yang
penawaran) terbentuk sebagai salah satu dikelola oleh pemerintah maupun swasta,
implikasi dari proses perubahan ditentukan oleh pengelola pasar atau
masyarakat menuju masyarakat kapitalis. tempat perdagangan dan tidak kalah
Boeke (1910) merupakan salah satu ahli pentingnya yang dilakukan atau peranan
ekonomi yang mencoba menerangkan pedagang itu sendiri. Pengelola hanya
fenomena terbentuknya pasar dalam menyediakan fasilitas dan kemudahan
kerangka pertumbuhan ekonomi dalam untuk keperluan pedagang dan pengunjung,
masyarakat prakapitalistik dengan sedangkan para pedagang perlu
masyarakat kapitalistik. Menurutnya, memperhatikan kelengkapan barang,
perbedaan yang paling mendasar antara penataan barang (display), kualitas barang,
masyarakat prakapitalistik dengan
harga barang, kemudahan berbelanja, dan besar dan pada umumnya ada unsur modal
ketepatan ukuran. asing didalamnya. Supermarket atau
hipermarket memiliki keungggulan jika
Berdasarkan Peraturan Presiden
dibandingkan dengan pasar tradisional
Republik Indonesia Nomor 112 tahun
diantaranya kemasan rapi, jenis barang
2007 tentang penataan dan pembinaan
lengkap, situasi bersih dan nyaman.
pasar tradisional, pasar didefinisikan
Supermarket dan hipermarket tidak saja
sebagai tempat bertemunya pihak penjual
memenuhi kebutuhan konsumen tetapi
dan pihak pembeli untuk melakukan
juga menciptakan keinginan karena
transaksi dimana proses jual beli terbentuk,
banyak barang yang tidak dikenal dan
yang menurut kelas mutu pelayanan, dapat
bukan menjadi kebutuhan di display di
digolongkan menjadi pasar tradisional dan
supermarket dan atau hipermarket, yang
pasar modern.
pada akhirnya menimbulkan selera
a. Pasar Tradisional konsumen.
Pasar tradisional merupakan pasar Masuknya nilai-nilai baru, seperti
yang bentuk bangunannya relatif kolektivitas rasional atau otonomi individu
sederhana, dengan suasana yang relatif yang menjadi karakteristik masyarakat
kurang menyenangkan (ruang usaha kapitalistik ternyata tidak diimbangi oleh
sempit, sarana parkir kurang memadai, pelembagaan nilai-nilai ini dalam dimensi
kurang menjaga kebersihan pasar dan kehidupan masyarakat. Kebiasaan sosial di
penerangan yang kurang baik). Barang kalangan masyarakat perkotaan yang
yang diperdagangkan adalah kebutuhan seyogianya menampakkan ciri-ciri
sehari-hari, harga barang relatif murah masyarakat kapitalistik, pada
dengan mutu yang kurang diperhatikan kenyataannya masih menunjukkan
dan cara pembeliannya dengan tawar kebiasaan masyarakat prakapitalistik.
menawar (Sukaesih, 1994). Contoh pasar Kondisi inilah yang kemudian
tradisional yang berada di Kabupaten memunculkan fenomena dualisme, seperti
Bekasi adalah Pasar Induk Cibitung dan berkembangnya para pedagang kaki lima
Tambun, Pasar Baru Cikarang, Pasar di sekitar mall. Dualisme sosial ini
Cibarusah, Pasar Setu. selanjutnya mengarah pada pola relasi
b. Pasar Modern yang timpang di mana salahsatu pihak
mendominasi pihak lain dan pihak lain
Pasar modern merupakan pasar yang berada dalam posisi termarginalkan, baik
dibangun oleh pemerintah, swasta, atau dalam kerangka struktural maupun kultural.
koperasi dalam bentuk mall, supermarket, Friedman dalam Sastradipoe, menjelaskan
minimarket, department store, dan bahwa kesenjangan dalam pola relasi
shopping center dimana pengelolaannya tersebut disebabkan oleh ketimpangan
dilaksanakan secara modern dan dalam basis kekuasaan sosial. Kemiskinan
mengutamakan pelayanan kenyamanan yang berkaitan dengan ketidakseimbangan
berbelanja dengan manajemen berada di dalam kekuatan tawar menawar di pasar
satu tangan, bermodal relatif kuat, dan terutama disebabkan oleh ketidaksamaan
dilengkapi dengan label harga yang pasti kesempatan untuk mengakumulasikan
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan basis kekuasaan sosial tersebut. Beberapa
Menteri Perindustrian dan Perdagangan penyebabnya adalah ketidaksamaan untuk
Nomor 420/MPP/Kep/10/1997. memperoleh modal atau aktiva produktif,
Supermarket kemudian berkembang ketidaksamaan dalam memperoleh
menjadi hipermarket yang merupakan sumber-sumber finansial, ketidaksamaan
sebuah toko serba ada dengan skala lebih dalam memasuki jaringan sosial untuk
Jasa-jasa
pasal, menurut pengakuan Yeni (39),
seorang pembeli yang temui di Pasar Setu,
Pengangkutan Dan
Komunikasi tak lain karena segala kebutuhannya dapat
Pertambangan Dan Penggalian terpenuhi dengan harga yang relatif murah.
80.36
Indonesia seperti Jakarta dan Bandung. Tahun 2008 menjadi salah satu solusi
Setelah terbitnya Perpres No.112 Tahun terhadap konflik antara pasar tradisional
2007 serta peraturan turunannya lewat dengan pasar modern. Tetapi saat ini
Permendagri No.58 Tahun 2008 tentang masih terdapat ketidakjelasan tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar implementasi Perpres untuk tujuan
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko perlindungan dan pemberdayaan pasar
Modern, tidak lantas memberikan suatu tradisional. Banyak daerah yang
payung hukum yang jelas kepada nasib seharusnya menjadi ujung tombak
pasar tradisional dan para pedagang di pelaksanaan tidak melakukan apa apa
dalamnya. Untuk kasus kota Jakarta, karena ketidakpahaman tentang
terdapat enam pasar yang dikategorikan implementasi dari Perpres dan
“mati” antara lain Pasar Sinar Utara, Pasar Permendagri tersebut. Seperti apa
Karet Pedurenan, Pasar Blora, Pasar sesungguhya implementasi tentang zonasi
Cipinang Baru, Pasar Muncang, dan Pasar dari pasar modern terhadap pasar
Prumpung Tengah. Kematian beberapa tradisional dan pemberdayaan pasar
pasar tersebut terjadi karena dalam lima tradisional serta UMKM dapat
tahun terakhir, pendirian ritel modern dilaksanakan secara optimal. Kejelasan
dalam hal ini Hypermarket terjadi semakin konsep yang dibangun oleh Perpres 112
massif. Dari data yang dikeluarkan oleh Tahun 2007 dan Permendagri Tahun 53
APPSI, penurunan omzet pasar tradisional Tahun 2008 menjadi sandaran utama
di DKI Jakarta merosot tajam sampai banyak kalangan sehingga mereka
dengan 60 %, setelah hadirnya mengharapkan penjelasan yang lebih rinci
Hypermarket. terkait hal tersebut.
Lain halnya yang terjadi di kota Terkait dengan disahkannya dan
Bandung. Daerah yang menjadi ikon implemetnasi Perda Nomor 8 Tahun
wisata Jawa Barat ini, semakin hari 2001 Tentang Perlindungan,
semakin bertumbuh pesat terutama dalam Pemberdayaan Pasar Tradisonal dan
bidang perdagangannya. Hal ini Penataan Pasar Modern di Kabupaten
memberikan efek terhadap gaya hidup Bekasi bagi Pasar sendiri merupakan
masyarakatnya dalam hal berbelanja. Gaya angin segar bagi keberlangsungan pasar
hidup berbelanja tersebut disokong dengan tradisional di Kabupaten Bekasi. Lebih
maraknya pembangunan beberapa pusat jauh lagi, di pasar tradisional merupakan
perbelanjaan dan toko modern yang berada tempat berbagai macam pekerjaan dan
disana. Sehingga membuat beberapa pasar aktifitas yang menyokong ribuan orang
tradisional mengalami penurunan omzet yang hidup disana. Jika dibandingkan
yang sangat tajam. Hal tersebut dengan pasar modern dan toko modern
mendorong pemerintah Kota Bandung dalam hal penyerapan tenaga kerja, pasar
untuk menerbitkan Perda No. 2 Tahun tradisional lebih banyak menyerap tenaga
2009 tentang Penataan Pasar Tradisional, kerja dibandingkan pasar modern.
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Melihat kondisi dalam pengelolaan
Dalam perjalannanya, Perda tersebut tidak
pasar tradisional di Kabupaten Bekasi
lantas membuat aktivitas persaingan antara
yang masih carut marut, menyebabkan
pasar tradisional dan ritel modern tersebut
kerugian kepada pihak swasta sendiri
semakin membaik. Dari 50 pasar
dalam hal ini developer sebagai
tradisional yang ada di kota Bandung tidak
pembangun gedung pasar, Dimana setiap
berimbang dengan populasi ritel modern
lods dan kios yang dibangun tidak terisi.
yang mencapai 147 unit. Ini menandakan
Bukan itu saja, dampak yang sama pun
perkembangan ritel modern cukup
akan menghinggapi pemerintah kota.
signifikan di Kota Bandung.
Dikarenakan beberapa pedagang
Dalam perjalanannya, banyak mengancam tidak mau lagi membayar
kalangan mengharapkan agar Perpres 112 retribusi yang ditetapkan. Jika hal tersebut
Tahun 2007 dan permendagri No. 53
162 JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN “OPTIMAL”
•VOL.10, NO. 2•SEPTEMBER 2016
Rusham
Hal. 153-166
terjadi maka pendapatan yang masuk lewat setelah terbitnya Perda 8 Tahun 2001
retribusi ke PAD akan berkurang. Tentang Perlindungan, Pemberdayaan
Pasar Tradisonal dan Penataan Pasar
Analisis Implementasi Regulasi
Modern lantas tidak memberikan dampak
pemberian izin Pasar Modern di signifikan terhadap pengendalian pasar
Kabupaten Bekasi modern. Konsep perlindungan hanya
Regulasi yang patut menjadi bahan menjadi aturan formal belaka tanpa bisa di
perhatian serius ialah mengenai izin tegakkan. Aturan mengenai pendirian
pendirian dari pasar modern. Dalam pasar modern harus menyertakan dampak
pemberian izin pembangunan pasar dan sosial-ekonomi dari pasar tradisional dan
toko modern, terdapat beberapa SKPD usaha kecil yang telah terlebih dahulu
yang berwenang didalamnya. SKPD berada disekitarnya dijalankan dengan
tersebut antara lain Dinas Perindustrian, tidak serius. Indikasi kearah permainan
Perdagangan dan Penanaman Modal antara kelompok pengusaha pasar modern
(Disperindagdal), Dinas Tata Ruang dan bersama pemerintah semakin menguak
Bangunan (Distarub), dan BPPT. Ketiga kepermukaan. Segala faktor tersebut
SKPD masing masing mempunyai tugas menyisahkan kesedihan tersendiri pada
dalam proses perizinan suatu pasar modern keberadaan pasar tradisional dan pedagang
untuk berdiri. Dari observasi dan di dalamnya.
penelitian dilapangan, peneliti menyusun Kehadiran pasar modern dengan
alur pemberian izin kepada pasar modern market power yang sangat besar,
untuk berdiri. Alur pemberian ijin berbasiskan kapital, mampu menggerus
dijelaskan pada gambar 2 setelah setiap lawan termasuk pasar tradisional.
penjelasan ini. Kita bisa melihat dari posisi Carefour saat
Berdasarkan skema pemberian ijin ini. Berbagai strategi bisnis yang
yang dilakukan oleh Pemerintah abupaten dikembangkannya untuk menopang brand
Bekasi seperti di atas mengakibatkan image sebagai ritel penyedia barang
tingkat petumbuhan pasar moderen dengan harga termurah di Indonesa, selalu
semakin tinggi Perpres Nomor 112 tahun menjadi trend dalam pengelolaannya di
2007 dan Permendagri No.58 tahun 2008 Indonesia. Dalam berbagai hal harus
tidak mampu meredam penetrasi yang diakui bahwa Carrefour telah berkembang
dilakukan secara massif dari pasar modern. menjadi trend setter bisnis ritel Indonesia
Untuk Kabupaten Bekasi dan bahkan
Gambar 2
Alur Perizinan Pembangunan Pasar Modern (Observasi)
Dinas Tata Ruang
& Bangunan Disperindag
(IMB) tinjauan
lapangan dengan
menelaah
kesesuaian usaha
Pemohon
/ Kantor perizinan dengan kondisi
pengusah ekonomi sosial,
a pasar & 1. akte pendirian dampak
toko perusahaan pendirian pasar
modern Disperindag
modern terhadap
2. NPWP pasar tradisional
(Surat Izin Tempat
Usaha) dan UMKM di
3. neraca perusahaan
daerah sekitar
Berita Acara
menghitung
Dinas
Setelah disperindag retribusi dengan
Perhubungan acc, kemudian rumusan tertentu
diterbitkan izin
(surat izin pendirian oleh BPPT
gangguan lalu
lintas)-jika
diperlukan
yang menginginkan ekspansi yang luas juga Pemerintah Kabupaten Bekasi juga
terhadap gerai-gerainya pasar moderen. perlu melakukan program Revitalisasi dan
Peremajaan Pasar-pasar Tradisional, baik
dari aspek manajemen pengelolaannya
Saran
maupun dalam aspek perwajahan serta
Hasil Penelitian ini dapat tampilannya harus lebih moderen dan
ditindaklanjuti dengan melakukan terlihat rapi, bersih dan terurus.
beberapa hal, yaitu melakukan kajian
ulang atas Regulasi dari Perda yang sangat REFERENSI
lemah terutama yang berhubungan dengan
AC.Nielsen, 2010 . “Laporan Pertumbuhan
sistem zonasi, maka perlu di lakukan
Ritel Modern dan Dampaknya Terhadap
moratorium kembali Perda Nomor 8 Ritel Tradisional”. Jakarta
Tahun 2001 Tentang Perlindungan, Boeke, J. H. 1953. Economics and Economic
Pemberdayaan Pasar Tradisonal dan Policy of Dual Societies: As Exemplified
Penataan Pasar Modern di Kabupaten by Indonesia. N. V. Haarlem. HD Tjeenk
Willink & Zoon.
Bekasi. Moratorium tersebut bisa lewat Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis
Perda perubahan ataupun Peraturan Bupati Kebijakan Publik. Yokyakarta. Hanindita
yang didalamnya terdapat regulasi yang Graha Widya
ketat dan jelas atas jarak yang seharusnya Dwidjowijoto, R. N. 2007. Analisis
Kebijakan. Jakarta. Elek Media
diberikan kepada pasar dan toko modern
Komputindo.
untuk berdiri. Ketentuan zonasi wajib Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics.
mempertimbangkan aspek ekonomi dan Fourth Edition. McGraw-Hill, New York.
sosial pasar tradisional dan sektor informal Hartati, Widi. 2006. Pergeseran Subsektor
yang berada di sekitarnya, agar tercipta Perdagangan Eceran dari Tradisionalke
Modern di Indonesia. Fakultas Ekonomi
iklim usaha yang adil dan sehat. dan Manajemen, IPB, Bekasi.
Pemerintah Kabupaten Bekasi dalam Hodgson, Goeffrey. 2006. Economics in The
setiap aktifitasnya terutama yang Shadows of Darwin and Marx Essay on
berhubungan dengan implementasi Institutional and Evolutionary Themes.
University of Hertfordshire, UK.
kebijakan publik, perlu melihat aturan
Irawan, Tony. 2010. Pelatihan Panel Data.
yang mendasarinya. Seperti pada Departemen Ilmu Ekonomi, FEM, IPB,
pemberian izin kepada pasar modern untuk Bekasi.
berdiri. Pemerintah dalam memberikan Kuncoro, Mudrajat. 2010. “Strategi
izin bukan bekerja pada SOP yang berlaku Pengembangan Pasar Modern dan
Tradisional Kadin Indonesia”. Kadin,
di setiap dinasnya saja tetapi harus melihat Indonesia. Nachrowi, Djalal dan Usman,
Perda No. 8 Tahun 2001 sebagai payung Hardius. 2007. Pendekatan Populer dan
hukum yang lebih tinggi. Dengan semakin Praktis Ekonometrika Untuk Analisis
menjamurnya hypermarket dan Ekonomi dan Keuangan. LP FE UI,
Depok.
minimarket di Kabupaten Bekasi membuat
Natawidjaja, Ronnie. 2005. Modern Market
dampak negatif yang sangat besar terhadap Growth and The Changing Map of The
keberadaan pasar tradisional dan sektor Retail Food Sector in Indonesia. The
informal lainnya. Sehingga sangat perlu Pacifik Food System Outlook 2005.
dilakukan moratorium kembali izin dari Nurmalasari, Devi. 2007. Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Daya Saing
pendiriannya. Dimana dari hasil penelitian, dan Preferensi Masyarakat dalam
banyak terdapat hypermarket dan Berbelanja di Pasar Tradisional.
minimarket yang menyalahi aturan Roe, Terry; Shane, Mathew dan Somwaru,
mengenai analisis dampak sosial ekonomi Agapi. 2005. The Rapid Expansion of The
Modern Retail Food Marketing in
dari masyarakat dan pelaku-pelaku usaha
Emerging Market Economies: Implication
kecil yang berada disekitarnya. Dalam hal to Foreign Trade and Structural Change
ini, pemerintah seharusnya mempunyai in Agriculture.
hak mengawasi pendirian pasar dan toko
modern yang melanggar aturan Perda
dengan memberikan sanksi yang tegas
berupa pencabutan izin usaha. Disisi lain
JURNAL ILMIAH EKONOMI MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN “OPTIMAL” 165
•VOL.10, NO. 2• SEPTEMBER 2016
Rusham
Hal. 153-166