Você está na página 1de 4

MELEK MEDIA AOTUFILTER PENANGGAL MEDIA HOAX

Berita itu Hoax ! teriakan dan klaim seperti ini terjadi di berbagai elemen masyarakat, pemerintah
mengklaim pemberitaan hoax semakin menjamur seiring panasnya blantika politik tanah air.
Dianggang mengganggu stabilitas negara Kepolisian Republik Indonesia gencar kembali
mensosialisasikan jika penyebar dan pembuat berita akan diancam denda hingga 1 milyar.

Disebutkan Dalam pasal 28 ayat 1 Undang-undang Informasi dan transaksi elektronik (ITE)
disebutkan, “setiap orang yang dengan sengaja dan atau tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan, ancamannya bisa terkena pidana maksimal enam tahun dan denda maksimal Rp 1 M.”

Meski terkesan menakutkan dan membuat mengigil namun tetap saja berita hoax wara wiri melalui
berbagai media. Media internet menjadi ladang yang paling mudah dalam penyebaran berita hoax, hal
ini dibuktikan dengan rilis kemenkominfo yang menyatakan 800 ribu situs terindikasi penyebar berita
hoax.

“Situs itu hampir 800 ribu ya, data terakhir 700 ribu hampir 800 ribu,” ujar menteri Kominfo
Rudiantara, kamis (29/12/06) dikutip dari CCN Indonesia.

Penyebaran berita hoax sebenarnya sudah berlangsung cukup lama seiring semakin mudahnya
penyebaran informasi melalui media internet khususnya melalui media sosial. Bila dianalogikan,
internet merupakan sebilah pedang dengan dua sisi yang salah satunya dapat sangat berbahaya.
Semakin mudahnya akses internet juga cukup memberi andil ketidakterkendalian sisi negatif dari
penggunaan internet.

Hal ini tergambar dari hasil survei dari Masyarakat telematika indonesia (Mastel) diketahui aplikasi
chatting menyumbang penyebaran berita hoax terbanyak sebesar 62,80 % diikuti oleh situs atau
website yang memberi andil 34,90% dan menariknya televisi juga dianggap penyebar berita hoax
dengan persentase 8,70%. Melihat hasil ini bisa dikatakan media internet mendominasi penyebaran
berita hoax.

Cukup mengejutkan memang, banyak pelaku media yang tidak lagi mengedepankan kaidah-kaidah
jurnalistik. Media massa banyak disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Tak hanya
itu, konsep bad news is a good news seolah menjadi paradigma baru di kalangan media massa di
Indonesia. Padahal salah satu dari fungsi media massa dalam UU penyiaran adalah perekat dan
kontrol sosial, dengan berita hoax yang tersebar jelas ini bisa dikatakan tidak taat akan fungsi dari
media.

Berbahayakah ? mari kita lihat data berikut, menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna Internet di
Indonesia mencapai 71,19 juta orang hingga akhir 2013. Jumlah tersebut berarti tumbuh 13%
dibandingkan catatan akhir 2012. Dengan jumlah tersebut, dan bila dibandingkan dengan total
populasi jumlah penduduk Indonesia, penetrasi Internet di Indonesia berada sekitar 28%.

Dengan penduduk direntang umur 15-64 tahun sebanyak 66,5 persen menurut data indonsia
investments jelas hal ini sangat berbahaya, hampir setengan penduduk masa produktif di Indonesia
rawan terkontaminasi dengan berita hoax.

Pemerintah tidak pula dapat sepenuhnya disalahkan dalam banyaknya dampak negatif yang terjadi.
Pengguna internet yang bisa kita sebut sebagai penulis dan pembaca yang sebenarnya harus menjaga
nilai positif dari penggunaan internet. Penulis wajib menjaga kelayakan konten baik dari segi
kebenaran ini maupun niat dari pembuatannya. Sedang pembaca juga harus mulai belajara memahami
dan menjadi autofilter untuk dirinya sendiri dari bahaya pemberitaan hoax.

Melek Media

Bagaimana agar pembaca atau penikmat media internet memiliki outofilter dari bahaya berita hoax?
Yaitu dengan melek media atau Literasi Media. Berbicara melek media kita harus tau dulu Apa itu
literasi media

“Media Literacy is a set of perspectives that we actively use to expose ourselves to the media
to interpret the meaning of the messages we encounter. We build our perspectives from knowledge
structures. To build our knowledge structures, we need tools and raw material. These tools are our
skills. The raw material is information from the media and from the real world. Active use means that
we are aware of the messages and are consciously interacting with them. “ Potter,W.J.(2005). Media
Literacy.

“Melek media adalah satu set perspektif yang aktif kita gunakan untuk membuka diri kepada
media untuk menafsirkan makna pesan yang kita hadapi. Kita membangun perspektif kita dari
struktur pengetahuan. Untuk membangun struktur pengetahuan kita, kita perlu alat dan bahan baku.
Alat-alat adalah keterampilan kita. bahan baku adalah informasi dari media dan dari dunia nyata. aktif
menggunakan berarti bahwa kita sadar akan pesan dan berinteraksi dengan mereka secara sadar.”

Istilah Media Literacy mungkin belum begitu akrab di telinga kita. Masyarakat mungkin
masih terheran dan kurang paham jika ditanya apa sebenarnya Media Literacy tersebut. Para ahli pun
memiliki konsep yang beragam tentang pengertian Media Literacy , Mc Cannon mengartikan Media
Literacy sebagai kemampuan secara efektif dan secara efesien memahami dan menggunakan
komunikasi massa (Strasburger & Wilson, 2002). Ahli lain James W Potter (2005) mendefinisikan
Media Literacy sebagai satu perangkat perspektif dimana kita secara aktif memberdayakan diri kita
sendiri dalam menafsirkan pesan-pesan yang kita terima dan bagaimana cara mengantisipasinya.

Apa itu perspektif? Mari kita menggambarkan hal ini dengan sebuah analogi. Katakanlah
Anda ingin belajar tentang bumi. Anda bisa membangun 100-kaki-menara tinggi, mendaki ke puncak,
dan menggunakannya sebagai perspektif Anda untuk mempelajari bumi. Yang akan memberikan
perspektif yang baik tidak akan terhalang oleh pohon sehingga Anda bisa melihat untuk mungkin
beberapa mil ke segala arah. Jika menara berada di hutan, Anda akan menyimpulkan bahwa bumi
ditutupi dengan pepohonan. Tetapi jika menara Anda berada di lingkungan pinggiran kota, Anda akan
menyimpulkan bahwa bumi itu ditutupi dengan rumah-rumah, jalan, dan pusat perbelanjaan. Jika
menara Anda berada di dalam The New Orleans Superdome Stadion, Anda akan menyimpulkan
sesuatu yang sangat berbeda. Masing-masing dari perspektif di bumi ini akan memberi Anda set
sangat berbeda persepsi. Tak satu pun dari perspektif ini adalah lebih baik daripada yang lain. Kunci
untuk memahami bumi adalah untuk membangun banyak menara ini sehingga Anda memiliki banyak
perspektif yang berbeda untuk memperbesar pemahaman Anda tentang apa yang bumi ini. Dan tidak
semua menara ini perlu 100 meter. Beberapa harus sangat pendek sehingga Anda dapat lebih baik
melihat apa yang terjadi di antara helai-helai rumput di pekarangan. Dan orang lain harus ratusan mil
jauhnya dari permukaan sehingga Anda dapat memberitahu bahwa bumi adalah sebuah bola dan
bahwa ada formasi cuaca yang lebih besar terus-menerus berputar di seluruh dunia.

Secara ringkas Media Literacy artinya adalah pintar, cakap, mampu dengan baik,
menggunakan, memahami, menganalisa, media baik media televisi, radio, surat kabar, adan film.
Kajian Media Literacy terkini menunjukkan adanya perkembangan media seperti video, komputer,
dan internet. Kehidupan modern dan perkembangan teknologi canggih membuat manusia dalam
kesehariannya selalu diterpa oleh media. Istilah populernya adalah tiada hari tanpa media.

Dengan kemampuan literasi media masyarakat akan cenderung sulit untuk menerima berita
hoax. Karena seseorang yang melek media tidak akan serta merta menelan sebuah pembertaaan dari
satu sisi, hasilnya masyarakat akan semakin sulit untuk dipecah belah.

Apakah pemerintah sudah melakukannya? Melalui KPI pemerintah gencar mensosialisasikan


literasi media, sejak tahun 2011 agenda ini telah dilaksakan oleh pemerintah. Hasilnya ? belum
signifikan cenderung menurun, padalah di masa sekarang yang semakin marak berita hoax semangat
melek media perlu kembali digalakkan.

Namun kita harus sadar diri apalah arti semangat pemerintah tanpa kepedulian kita sebagai
masyarakat yang merupakan taget utama penulis berita hoax. Kita harus membentengi diri dengan
literasi media agar tidak mudah terpengaruh, bukan hanya mengharapkan pemerintah memberantas
sebabmusabab berita hoax semata.

Bagaimana cara kita agar melek media ?

Você também pode gostar