Você está na página 1de 21

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun oleh :

RITA PANTIANA

(1102014229)

Pembimbing :

dr. Budi M. Lumunon, SpOG (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA Tk. I R.S. SUKANTO

PERIODE 28 JANUARI 2019 – 5 APRIL 2019

1
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 27 Tahun
Alamat : Jakarta
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Suku : Jawa
Golongan darah :O
Masuk Tanggal : 21 Maret 2019

B. Identitas Suami
Nama : Tn. M
Usia : 29 tahun
Alamat : Jakarta
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Suku : Jawa

I.2 DATA DASAR


A. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 21 Maret 2019 jam 14.00 WIB
 Keluhan Utama :
Mual dan muntah yang memberat ± 10 kali sejak 1 hari SMRS.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD kebidanan RS. POLRI dengan keluhan mual dan
muntah-muntah yang memberat ± 10 kali sejak 1 hari SMRS. Pasien
mengaku dirinya sudah tidak haid sejak bulan Desember 2018. Pasien juga
2
sudah melakukan pemeriksaan tes pack urin, serta sudah konfirmasi ke
dokter kandungan di rumah sakit sebelumnya, dan mendapatkan hasil positif
hamil. Pasien sekarang telah hamil anak ke empat dengan usia kehamilan 11
minggu.
Pasien mengatakan sebelumnya pasien sudah mengalami mual dan
muntah yang dimulai dari usia kehamilan 7 minggu, namun semakin
memberat sejak 1 hari SMRS. Muntah berisi makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh pasien, dengan volume ± ½ - 1 gelas besar, tidak ada lendir
ataupun darah. Setelah muntah pasien merasa lemas, dan kadang merasa
pusing serta pandangannya menjadi gelap dalam sementara waktu. Pasien
mengaku rasa mual dan muntah timbul sepanjang hari, namun lebih sering
pada pagi hari dan semakin bertambah bila pasien makan, minum minuman
berasa seperti teh, kopi, dll, atau mencium aroma yang menyengat. Rasa
mual berkurang saat pasien beristirahat. Pasien juga mengeluhkan nyeri
perut hilang timbul pada perut bagian atas bersamaan dengan mual dan
muntah. Nyeri perut tidak menjalar.
Pasien merasa keluhannya mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain
itu, terjadi penurunan berat badan, BB pasien sebelum hamil 39 kg dan pada
saat ini BB turun menjadi 36 kg. BAB dan BAK dirasakan agak jarang.
Demam disangkal, riwayat keluar cairan dan darah dari kemaluan disangkal
oleh pasien.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien pernah mengalami keluhan mual dan muntah pada kehamilan
sebelumnya, namun pasien masih bisa makan.
- Hipertensi : disangkal
- Diabetes Melitus : disangkal
- Asma : disangkal
- Alergi : disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga :
- Hipertensi : disangkal
- Diabetes Melitus : disangkal
- Asma : disangkal
- Alergi : disangkal

3
 Riwayat Kebiasaan:
- Merokok : disangkal
- Minum alkohol : disangkal
 Riwayat Menstruasi :
- Menarche : 15 tahun
- Siklus haid : 30 hari / teratur
- Lama haid : 5 hari
- Jumlah darah haid : 4-5 kali ganti pembalut
- HPHT : 5 Desember 2018
 Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah 1 kali pada usia 20 tahun dan pernikahan sudah berlangsung
selama 7 tahun
 Riwayat Obstetrik :
Usia Jenis Anak
No Tahun Tempat Penolong Penyulit
Kehamilan Persalinan JK BB PB
Abortus
1. 2012 Klinik 5 minggu - Bidan - - -
Komplit
2,7 48
2. 2013 RS 36 minggu Normal Dokter - ♂
gr cm
Abortus
3. 2018 RS 9 minggu Kuret Dokter - - -
Inkomplit

 Riwayat Antenatal Care :


Pasien rutin memeriksakan kehamilannya di Klinik Bunda Sehat Cijantung
 Riwayat Kontrasepsi :
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 21 Februari 2019 jam 14.30 WIB
BB : 36 kg
TB : 148 cm
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6

4
 Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHG
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5ºC
 Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor, reflex
cahaya +/+, cekung +/+
Hidung : Deviasi septum nasalis (-), pernafasan cuping hidung (-)
Telinga : Gangguan pendengaran (-)
Mulut : Sianosis (-) Pucat (+) Kering (+)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax : Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : Inspeksi : Perut sedikit membuncit simetris
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (+), nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Superior : Akral hangat, edema -/-


Inferior : Akral hangat, edema -/-, varises -/-
Turgor kulit : Menurun
 Status Obstetrik :
- Inspeksi : Perut sedikit membuncit simetris, striae gravidarum(-), linea
nigra (+)
 Pemeriksaan Dalam
VT : darah (-), fluor albus (-), massa (-)
Portio : tebal lunak
OUE : tertutup
Adneksa parametrium : tidak ada kelainan
Inspekulo : tidak dilakukan

5
 Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Pengambilan sampel darah di ruang Cempaka 2 (21-03-2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,0 12-14 g/dl
Lekosit 9.100 5.000 - 10.000 u/l
Hematokrit 37 37 - 43 %
Trombosit 254.000 150.000 – 400.000 /ul

- USG
(Tanggal 21 Maret 2019)

Crown-Rump Length (CRL): 41,9 mm


Taksiran usia gestasi 11 minggu
Air ketuban (+)

1.3 DIAGNOSIS
 Ibu : G4P1A2 Hamil 11 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum
 Janin : Janin tunggal

6
1.4 DAFTAR MASALAH
 Pasien hamil keempat usia kehamilan 11 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum

1.5 URAIAN MASALAH


Pasien G4P1A2 usia kehamilan 11 minggu dengan keluhan mual dan muntah-
muntah ± 10 kali sejak 1 hari SMRS. Pasien mulai mengalami mual dan muntah sejak
usia kehamilan 7 minggu, dan semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Muntah berisi
makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh pasien, dengan volume ± ½ - 1 gelas
besar, tidak ada lendir ataupun darah. Pasien juga merasa lemas, dan kadang merasa
pusing serta pandangannya menjadi gelap dalam sementara waktu. Mual dan muntah
timbul sepanjang hari terutama pada pagi hari, bertambah bila pasien makan, minum
minuman berasa seperti teh, kopi, dll, atau mencium aroma yang menyengat. Rasa
mual berkurang saat pasien beristirahat. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut hilang
timbul pada perut bagian atas bersamaan dengan mual dan muntah. Nyeri perut tidak
menjalar. Terjadi penurunan BB 3 kg. BAB dan BAK dirasakan agak jarang.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 100/70 mmHg, nadi
80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu tidak 36,5 ºC, wajah pucat, mulut kering, nyeri
tekan epigastrium (+) . Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan abdomen sedikit
membuncit, striae gravidarum (-), linea nigra (+). Pada pemeriksaan VT tidak di
temukan darah, fluor albus, OUE tertutup. Pada pemeriksan lab darah lengkap
didapatkan Hb 12,0 g/dl, Ht 37%. Pada hasil USG Crown-Rump Length (CRL): 41,9
mm, taksiran usia gestasi 11 minggu, air ketuban (+).

1.6 PENATALAKSANAAN
 Rencana Diagnosis
- Pemeriksaan lab urinalisis dan elektrolit
 Rencana Monitoring
- Observasi keluhan pasien
- Observasi tanda vital pasien
 Rencana Terapi
- IVFD D5% + Neurobion 20 tpm
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Metoklopramid 3x1 amp

7
- Inj. Ondansentron 3x4 mg
- Syr. Antasid 3x2 Cth

 Rencana Edukasi
o Istirahat yang cukup
o Mengatur pola makan (jumlah, jenis, dan frekuensi) dengan makan sesering
mungkin, dalam porsi kecil-kecil. Siang hari untuk makan porsi besar, malam
hari cukup porsi kecil. Makan camilan sebelum tidur, karena akan mengurangi
rasa mual esok paginya.
o Isolasi penderita dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan ventilasi udara yang
baik.
o Hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah seperti bau yang tidak
mengenakkan.
o Dapat mencoba camilan seperti roti dan biscuit serta buah-buahan sedikit-
sedikit sehabis bangun tidur dan sering dilakukan.
o Terapi psikologi bila di perlukan untuk menenangkan dan meyakinkan pasien
bahwa penyakit ini dapat disembuhkan.
o Kurangi aktivitas dan mencegah stress.

1.7 PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam

1.8 CATATAN KEMAJUAN

Tanggal/ Jam Catatan Kemajuan


21-03-2019 S : Keluhan mual dan muntah-muntah yang memberat ± 10
(14.00 WIB) kali sejak 1 hari SMRS. Muntah dengan volume ± ½ - 1 gelas
besar, tidak ada lendir ataupun darah. Lemas (+) pusing (+)
serta pandangannya menjadi gelap dalam sementara waktu,
nyeri perut (+) pada perut bagian atas. BAK (+) BAB (+) cair
(-) lendir (-) darah (-).

O : Compos mentis, TD 100/80 mmHG, Nadi 80 x/menit, RR


20 x/menit, Suhu 36,8C.

A : G4P1A2 hamil 12 minggu dengan hiperemesis gravidarum


8
P : IVFD D5% + Neurobion 20 tpm
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Metoklopramid 3x1 amp
Inj. Ondansentron 3x4 mg
Syr. Antasid 3x2 Cth
Rencana USG
Observasi keluhan dan tanda-tanda vital pasien.
22-03-2019 S : Pasien mengeluhkan mual sudah berkurang dan muntah 2-
(07.00 WIB) 3 kali. Pasien sudah bisa makan dan minum sedikit-sedikit.
Lemas (+) BAK (+) BAB (-)

O : Compos mentis, TD 110/70 mmHG, Nadi 80 x/menit, RR


20 x/menit, Suhu 36,5C.
Turgor kulit baik, mulut kering (+)

A : G4P1A2 hamil 11 minggu dengan hiperemesis gravidarum

P : IVFD D5% + Neurobion 20 tpm


Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Metoklopramid 3x1 amp
Inj. Ondansentron 3x4 mg
Syr. Antasid 3x2 Cth
Observasi keluhan dan tanda-tanda vital pasien.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
2. 1 DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil lebih dari 5
kali sehari sehingga menyebabkan ketidakseimbangan elektrollit, penurunan berat
badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis
akibat keluarnya asam hidroklorida, ketosis dan hipokalemia, yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu.

2.2 ETIOLOGI
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya
dengan endokrin, biokimia dan psikologis. Faktor-faktor yang menjadi predisposisi
diantaranya:
a) Faktor predisposisi : primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, riwayat HEG sebelumnya.
b) Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik.
c) Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan,
rasatakut terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung
jawabdan sebagainya.
d) Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dan lain-lain

2.3 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hiperemes gravidarum masih belum jelas, namun peningkatan
kadar human Chorionic Gonadotropin (hCG), hormon estrogen, dan progesteron
dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormon progesteron
dapat menyebabkan otot polos pada system gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esophagus,
penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga

10
berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya
penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan
sosiokultural.
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan
dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
tingginya kadar hCG yang dihasilkan oleh plasenta, khususnya pada periode mual dan
muntah gestasional yang paling umum adalah 12-16 minggu pertama, pada saat itu
yang disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. hCG melewati kontrol ovarium di
hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan
progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta.
Inilah yang menjadi dasar bagi sebagian besar uji kehamilan.
Perasaan mual dan muntah adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen,
oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon
estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat
berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidak
seimbangan elektrolit disertai dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa
gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan
dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Selain merupakan
refleksi gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual dan muntah dapat disebabkan
oleh gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah di CTZ (chemoreseptor
Trigger Zone).
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan korida darah turun, demikian pula
klorida di air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan

11
oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunnnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium akibat muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,
menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati. Di
samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan
pada selaput mukosa esophagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss), dengan
akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan
dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.

2.4 KLASIFIKASI
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung
dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100 – 140x/ menit,tekanan darah
sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang
atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianpasienis, nistagmus, gangguan
jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.

2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis pasien hiperemesis gravidarum diantaranya:
a) Riwayat: biasanya terjadi pada trimester pertama, dapat berlanjut selama
kehamilan.
b) Tanda dan gejala:
1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu
2. Mual dan muntah yang lebih dari 5 kali
3. Perasaan tenggorokan kering dan haus
4. Turgor kuit menurun, mulut kering, mata cekung (tanda dehidrasi)
5. Berat badan turun > 5%
6. Disgeusia (pengecapan buruk dalam mulut)

12
7. Hipersalivasi (saliva berlebihan)
8. Pada keadaan yang lebih berat dapat timbul ikterus, dan gangguan saraf
9. Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran.
10. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada
vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya
lunak, pada pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.
11. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa.
c) Uji laboratorium
Pemeriksaan labor pada hiperemesis gravidarum meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Urinalisis untuk menganalisis ketonuria, BJ urin meningkat.
2. Serum elektrolit: menilai kadar elektrolit untuk mengevaluasi adanya
hiponatremia dan hipokalemia, mengetahui adanya hipokloremia, asidosis
dan alkalosis metabolik, serta menilai fungsi ginjal dan kadar volume.
3. Fungsi hati dan bilirubin: mengevaluasi kadar transaminase yang dapat
terjadi pada 50% kasus hiperemesis gravidarum. Transaminase ringan ini
sering menyebabkan mual. Pada HEG terjadi peningkatan Aspartate
Aminotranseferase dan Alanine Amino Transferase, bilirubin.
4. Enzim Amylase/lipase: kadar enzim amilase meningkat sekitar 10% pada
pasien hiperemesis gravidarum. Kombinasi kadar enzim amylase dan lipase
yang meningkat, jika dicurigai pancreatitis.
5. Pemeriksaan kadar T3, T4, TSH. Hiperemesis gravidarum sering dikaitkan
terhadap keadaan transien hipertiroid dan menekan kadar TSH pada 50-60%
kasus.
6. Kultur urin: mengindikasikan adanya infeksi selama kehamilan jika dicurigai
pielonefritis dan dapat dihubungkan dengan mual dan muntah.
7. Kadar kalsium: pada beberapa kasus yang jarang terjadi dilaporkan bahwa
hiperkalsemi berhubungan dengan hiperemesis gravidarum.
8. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan
proteinuria.

13
2.6 DIAGNOSIS BANDING
Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala
muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut antara lain:
a) Appendicitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut sangat
menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut keluhan tersebut
sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare juga bisa dijadikan
petunjuk membedakan hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis
akut.
b) Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidpasienis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi
disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan kussmaul. Perlu dilakukan
pemeriksaan keton, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah.
c) Gastritis dan ulkus peptikum.
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai
riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan NSAID. Keluhan
nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan dengan wanita hamil yang
tanpa gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis
gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pasien dengan
gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti
dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang
disertai diare.
d) Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya
sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum
Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien
hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang
sebelumnya tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya
memang sudah menderita hepatitis.
e) Pankreatitis akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol
berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang

14
agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-
kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah.
Pemeriksaan serum amylase dapat membantu menegakkan diagnpasienis.
f) Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat
juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap
hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT
scan kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.

2.7 KOMPLIKASI
a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia,
palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan
terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk
beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah
Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu
paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak
teratur (ataksia), dan bingung.
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).

2.8 PENATALAKSANAAN
 Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah
sakit dan membatasi pengunjung.
 Stop makanan per oral 24 - 48 jam.
 Infus glukosa 10% atau 5%: RL = 2:1, 40 tetes per menit.
 Obat
- Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50 - 100 mg/hari/infus.
- Vitamin B12 200 µg/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus.
- Fenobarbital 30 mg I.M. 2 - 3 kali per hari atau klorpromazin 25 - 50 mg/hari
I.M. atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2 - 3 kali per hari I.M.
- Antiemetik: prometazin (avopreg) 2 - 3 kali 25 mg per hari per oral atau
proklorperazin (stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1
per hari per oral.

15
- Antasida: asidrin 3 x 1 tablet per hari per oral atau milanta 3 x 1 tablet per hari
per oral atau magnam 3 x 1 tablet per hari per oral.
 Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
- Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa
roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 - 2
jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C
sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
- Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi,
kecuali vitamin A dan D.
- Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Me-
nurut kesanggupan penderita minuman boieh diberikan bersama makanan. Ma-
kanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.
 Rehidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dekstrose tidak boleh
diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi
hiponatremia. Suplemen potasium boleh diberikan secara intravena sebagai
tambahan. Suplemen tiamin diberikan secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg
dilarutkan ke dalam 100cc NaCl. Urin output juga harus dimonitor dan perlu
dilakukan pemeriksaan dipstik untuk mengetahui terjadinya ketonuria.
 Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin antagonis
(metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin, proklolperazin),
antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin,
siklizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga digunakan
kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3)
(ondansetron, sisaprid).

2.9 PROGNOSIS
Apabila Hiperemesis Gravidarum tanpa penyulit serta mendapatkan
penanganan yang sesuai maka prognosisnya adalah baik. Hiperemesis gravidarum
sendiri biasanya akan membaik dengan sendirinya pada usia kehamilan >20 minggu.

16
Namun, jika pada tingkatan yang berat yang disertai penyulit maka penyakit ini dapat
membahayakan ibu dan janin.

17
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan G4P1A2 usia kehamilan 11 minggu dengan
hiperemesis gravidarum, karena berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya
gejala mual dan muntah >5x/hari, pasien tampak lemas, lemah, muntah terjadi hampir
setiap saat dan terutama pada pagi hari, segala yang dimakan dimuntahkan. Keluhan ini
memberat sejak 1 minggu yang lalu, dan disertai nyeri perut bagian atas, dan dirasa
mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien juga mengalami penurunan berat badan sebanyak
3 kg dibandingnkan BB sebelum hamil. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
pasien 100/70 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,5 ºC, wajah pucat,
mulut kering. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada kehamilan sebelumnya.

Penanganan hiperemis gravidarum menganjurkan pasien untuk dirawat dirumah


sakit dan membatasi pengunjung. Selain itu, berikan infus glukosa 5% atau 10% : RL =
2:1, untuk penatalaksanaan farmakologi dapat diberikan vitamin B1, B2, dan B6 serta
antiemetic dan antasida. Kemudian diperhatikan pula dari diet yang diberikan untuk
pasien yang disesuaikan dengan grade hyperemesis gravida yang dialami. Dan bila perlu
lakukan rehidrasi cairan dengan NaCl 0,9% untuk mengoreksi hyponatremia, dan
perhatikan urin output pasien.
TEORI KASUS
Anamnesis Hiperemesis Gravidarum Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual Pasien ini ditemukan adanya
dan muntah pada ibu hamil lebih dari gejala:
5 kali sehari sehingga menyebabkan Mual dan muntah >5x/hari, lemas,
ketidakseimbangan elektrollit, lemah, muntah terjadi hampir
penurunan berat badan (lebih dari 5% setiap saat dan terutama pada pagi
berat badan awal), dehidrasi, asidosis hari, intoleransi makanan dan
akibat kelaparan, alkalosis akibat minuman, nyeri perut bagian atas,
keluarnya asam hidroklorida, ketosis dan mengalami penurunan berat
dan hipokalemia, yang terjadi pada badan sebanyak 3 kg
awal kehamilan sampai umur dibandingnkan BB sebelum hamil.
kehamilan 20 minggu.
Pemeriksaan Terdapat tanda - tanda dehidrasi, Pada pasien terdapat tanda

18
fisik kulit pucat, ikterus, sianosis, berat dehidrasi berupa mata cekung,
badan menurun. mulut kering, wajah pucat, turgor
kulit berkurang, nyeri tekan
epigastrium (+), dan mengalami
penurunan berat badan sebanyak
>5% dibandingkan BB sebelum
hamil.
Pemeriksaaan Pemeriksaan lab: Pada pasien ini:
penunjang - USG : untuk mengetahui kondisi - USG : taksiran usia gestasi 11
kesehatan kehamilan dan minggu, ketuban +, besar janin
kemungkinan adanya kehamilan sesuai usia kehamilan
kembar ataupun kehamilan - Darah rutin : dalam batas normal
molahidatidosa.
- Darah rutin
- Urinalisis : untuk mengetahui
adannya ketonuria
Tatalaksana - Stop makanan per oral 24 - 48 jam. - IVFD D5% + Neurobion 20
- Infus glukosa 10% atau 5%: RL = tpm
2:1, 40 tetes per menit. - Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Vitamin B1, B2, dan B6 masing- - Inj. Metoklopramid 3x1 amp
masing 50 - 100 mg/hari/infus. - Inj. Ondansentron 3x4 mg
- Vitamin B12 200 µg/hari/infus, - Syr. Antasid 3x2 Cth
vitamin C 200 mg/hari/infus.
- Fenobarbital 30 mg I.M. 2 - 3 kali
per hari atau klorpromazin 25 - 50
mg/hari I.M. atau kalau diperlukan
diazepam 5 mg 2 - 3 kali per hari
I.M.
- Antiemetik
- Antasida
- Diet
- Rehidrasi
- Antiemesis

19
BAB IV
KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil lebih dari 5 kali
sehari sehingga menyebabkan ketidakseimbangan elektrollit, penurunan berat badan (lebih
dari 5% berat badan awal), dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya
asam hidroklorida, ketosis dan hipokalemia, yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu, serta memiliki efek yang cukup serius bagi maternal maupun fetal
apabila tidak ditangani. Dengan etiologi dari beberapa faktor yaitu, faktor organik, faktor
psikologik, dan faktor endokrin lainya. penyakit ini tidak dapat dihindari, namun dapat
diperkirakan dengan melihat faktor risiko yang terdapat pada ibu hamil. Tatalaksan yang baik
dapat memperbaiki keadaan umum ibu serta kesejahteran janin.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2007. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 814-818.
2. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis Obstetri.
Jakarta: EGC. Hal 141-142.
3. Afrianto A. 2013. Hiperemesis Gravidarum. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK
Universitas Muhammadiyah Semarang.
4. Asih DMR, Kampono N, Prihartono J. Hubungan Pajanan Infeksi Helicobater Pylori
Dengan Hiperemesis Gravidarum. Journal Indonesia. Jakarta: Dept.Obgyn FKUI.
2009 November. Vol.33.No.3;144-50.
5. Gunawan K, Paul Samuel KM, Dwiana O. Diagnosis Dan Tatalaksana Hiperemesis
Gravidarum. J Indon Med Assoc. 2011 November ; 61(11):1-7.
6. Mochtar, Rustam. Editor: Sofian A. Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri
patologi. Ed.3. Jakarta: EGC; 2011. Hal.35, 196.
7. Wirakusumah FF, Johanes CM, Budi Handono. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Reproduksi. Ed.2. FK.Unpad. Jakarta: EGC; 2010. hal.64-67.
8. Cunningham FG, Gant FG, Leveno KL, et al. Obstetry William. Edisi ke- 21. Jakarta:
EGC. hal.181-213 ,1424-25.
9. Ogunyemi DA, Chelmow C, et al. Hyperemesis Gravidarum. Medscape; 2010.
Diunduh dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/254751-
overview#showall.
10. Mesics S. Hyperemesis Gravidarum. Am J Obstet Gynecol. 2008; p.3-17.
11. Jacquelyn R. Hyperemesis Gravidarum. Severe Morning Sickness; Persistent
Vomiting of Pregnancy; HG. Department of pediatrics. Ebsco: 2011.p.1-5. Diunduh
dari URL: http://pediatrics.med.nyu.edu/conditions-we-treat/conditions/hyperemesis-
gravidarum.
12. Lord LM, Palletier K. Editor. Parrish CR. Management of Hyperemesis. Gravidarum
with Enteral Nutrition. Nutrition Issues In Gastroenterology. series 63. 2008; p.16-30.

21

Você também pode gostar