Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Herdy Sulistyono H
to inflate the endotracheal tube cuff using
minimal occlusive volume technique was
ABSTRACT showed rela!vely safe in daily anesthesia
prac!ce, especially if there is no such more
Background: Along with globaliza!on era expensive En-
there are much worries about the pa! ent dotest® special device available around.
complaints caused by com-
plica!ons of medical procedures. Tracheal Keywords: Complica!ons, Sore Throat,
intuba!on pro- Endotracheal Tube Cuff, Infla!on Methods
cedure rou!nely conducted for general
anesthesia has been associated with throat
complaints (i.e sore throat, cough, and ABSTRAK
hoarseness) caused by the endotracheal tube
cuff trau- Latar Belakang: Sejalan dengan era
ma!c pressure at the tracheal lateral wall. keterbukaan,
Methods: Fi# y ASA class 1 and 2 pa!ents, kekua!ran !mbulnya keluhan atas komplikasi !ndakan
aged 20 to 60 years undergoing elec!ve medis sangatlah beralasan. Tindakan intubasi
surgeries under general an- endotrakeal
esthesia with endotracheal intuba!on in GBPT dr yang sering dilakukan untuk kepen!ngan anestesi
Soetomo Hospital Surabaya were randomized umum
into two groups: treat-
ment and control groups. The first was using
Endotest® spe-
cial device while the later assessed by clinical
es!ma!on. Throat complaints were recorded 20-
24 hours a#er surgery. The cuff infla!ons and
post opera!ve assessments all con-
ducted by double blinded technique.
Result: Air volume injected into endotracheal
tube cuff
in the first group was averaging 5,24 + 1,66
ml, the later
group cuff pressure was maintained between 25
and 30 cm-
H2O as recommended by previous studies. The
incidence of
throat complaints was considerably lower (20%)
compared
to other reports in the literature, this study
found no sig-
nificant differences of throat complaints
incidence between
those groups (OR = 0,603, 95% CI = 0,147 to
2,468).
Conclusion: A simple and cheap method
pada kelompok perlakuan diatur tekanan kaf antara 25-
30 cmH2O. Pada peneli!an ini diperoleh kejadian gejala
saat dilakukan pembedahan memiliki risiko komplikasi be- tenggorok yang cukup rendah (20%) dibandingkan peneli-
rupa trauma terhadap mukosa saluran nafas, antara lain !an-peneli!an terdahulu, dimana !dak terdapat perbeda-
adalah gejala tenggorok (nyeri tenggorok, batuk, dan sua- an yang signifikan diantara kedua kelompok tersebut (OR =
ra serak) pasca intubasi. Komplikasi tersebut terutama di- 0,603 dengan C1 95% = 0,147-2,468).
sebabkan oleh tekanan kaf pipa endotrakea pada dinding Simpulan: Pengisian kaf pipa endotrakea secara se-
lateral trakea. derhana dengan hanya bermodalkan spuit, menggunakan
Metode: Subyek adalah pasien yang menjalani operasi minimal occlusive volume technique, masih cukup
pembedahan elek!f menggunakan anestesi umum dengan aman untuk dapat dilakukan sehari-hari apabila !dak
intubasi endotrakea di GBPT RSU dr. Soetomo Surabaya. terdapat fasilitas alat khusus pengukur tekanan kaf
Setelah mendapatkan persetujuan dari Komite E!k secara Endotest® yang rela!f jauh lebih mahal.
random dipilih 50 orang usia 20-60 tahun dengan status PS
ASA 1-2, yang dibagi menjadi dua kelompok, perlakuan dan Kata kunci: komplikasi, nyeri tenggorok, kaf pipa en-
kontrol. Kelompok kontrol pengisian kafnya menggunakan dotrakea, metode inflasi
es!masi klinis, sedang kelompok perlakuan memakai alat
Endotest®. Gejala tenggorok yang muncul pasca intubasi
diketahui berdasarkan pemeriksaan 20-24 jam pasca pem-
bedahan. Prosedur pengisian kaf dan pemeriksaan pasca Herdy Sulistyono H
pembedahan tersebut dilakukan secara double blinded. Departemen Anestesiologi dan Reanimasi
Hasil: Pada kelompok kontrol diisikan ke dalam kaf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
volume udara rata-rata sebanyak 5,24 + 1,66 ml, adapun RSUD Dr. Soetomo - Surabaya
apabila P < 0,05. tahun. Sedangkan menurut jenis kelamin, maka terlihat
bahwa sebagian besar subyek adalah perempuan, yaitu 16
HASIL orang (64%) pada kelompok perlakuan dan 13 orang (52%)
pada kelompok kontrol. Adapun menurut penilaian kondisi
Menurut perhitungan menggunakan rumus sam- subyek berdasarkan skoring status PS ASA, pada kelompok
pel peneli!an eksperimental randomized controlled perlakuan lebih didominasi oleh status PS ASA 2 yang ber-
trial di jumlah 17 orang (98%), berbeda dengan kelompok kontrol
awal peneli!an, diharapkan minimal 42 orang dapat dija- yang jumlah status PS ASA 1 sedikit lebih banyak (13 orang
dikan subyek peneli!an ini, yaitu masing-masing 21 orang atau 52%) dibanding PS ASA 2.
pada kelompok perlakuan dan kontrol. Namun dengan per- Selain itu juga terlihat pada tabel 1 di atas bahwa
!mbangan tentang kemungkinan terjadinya drop out mau- sebaran data pada semua variabel memenuhi kriteria dis-
pun eliminasi pada perhitungan sta!s!k, maka diputuskan !busi normal karena nilai p -nya > 0,05. Namun demikian
untuk mengambil jumlah sampel besar sebesar 25 orang hasil uji ini !dak memiliki ar! lain kecuali bahwa memang
pada !ap kelompok. Dengan demikian jumlah total subyek subyek yang diikutkan dalam peneli!an berasal dari po-
peneli!an adalah 50 orang. Dari seluruh jumlah tersebut !- pulasi yang terbesar acak. Dengan kata lain bahwa hasil
dak terdapat subyek yang droup out ataupun dikeluarkan uji normalitas ini !dak serta merta menjanjikan dapat di-
pergunakannya uji sta!s!k parametrik sebagai alat bantu
dari perhitungan dan analisa sta!s!k, karena meskipun di- pengambilan keputusan analisis, karena sebagaimana dike-
pilih secara acak dari populasi pasien, namun ternyata se- tahui ternyata sebagian besar variabel data yang kami miliki
muanya telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. bersifat kualita!f yaitu data nominal (kategori) dan ordinal.
Sebelum dilakukan analisis mempergunakan me- Untuk mengetahui jenis !ndakan operasi yang di-
tode anali!k, perlu diketahui terlebih dahulu pola sebaran jalani pasien-pasien yang menjadi subyek peneli!an, jenis
data yang diperoleh sebagai hasil peneli!an ini, sehingga !- pembiusan umum yang dipilih, serta lamanya waktu yang
dak akan terjadi kesalahan ataupun kerancuan dalam mem- dibutuhkan untuk !ndakan operasi tersebut, dilakukan
pergunakan uji-uji sta!s!k. pengelompokan terhadap variabel-variabel data yang ada
Analisis karakteris!k dan sebaran data dari bebe- pada tabel 2.
rapa variabel, yang melipu! antara lain variable umur, jenis
kelamin, indeks massa tubuh, status PS ASA, dan jenis ope- Tabel 2. Jenis !ndakan operasi, jenis anestesi umum, dan
rasi yang dijalaninya adalah seper! yang dilihat pada tabel lamanya operasi
1 dan 2.
Selanjutnya untuk memas!kan bahwa sebaran Kelompok
variabel memenuhi persyaratan distribusi normal, yang Perlakuan (n = 25) Kontrol (n =
dilakukan perhitungan uji Kolmogorov - Smirnov dan uji 25)
Runs. Uji Kolmogorov - Smirnov merupakan salah satu uji
Non Parametrik yang dapat dipakai untuk menguji keselar- Variabel Fre- Fre-
asan data berskala minimal ordinal, mengindikasikan nor- kuensi (%) (%)
malitas sebuah distribusi apabila p > 0,05. Sementara uji kuensi
Jenis operasi
Runs sendiri untuk data yang bersifat nominal, dengan in- Orthopedi 8 32 8 32
terprestasi yang sama dengan uji Kolmogorov - Smirnov.10
Ginekologi 3 12 1 4
Tabel 1. Distribusi karakteris!k demografi, morfometri dan Digestif 8 32 8 32
biomedis subyek Urologi 3 12 - 0
Onkologi
Kelompok 3 12 8 32
Variabel data p
(Breast)
Perlakuan kontrol Jenis anestesi
Jumlah pasien 25 25 umum
Umur (tahun) 42,40 + 42,36 + Inhalasi 13 52 13 52
0,822
12,69 10,72 TIVA 12 48 12 48
Jenis Kelamin Lamanya
(L/W) 9/16 12/13 0,676 operasi
Berat Badan 61.08 + 60,60 + < 1 jam 2 8 2 8
(kg) 12.67 11,41 0,659 1 - 2 jam 15 60 11 44
Tinggi Badan 162,96 + 165,08 + 2 - 3 jam 7 28 10 40
(m) 8,73 0,605 3 - 4 jam 1 4 2 8
Status PS ASA 6,86
(1/2) 8/17 13/12 0,676 Setelah dilakukan pengelompokan terhadap data
yang ada, maka terlihat pada tabel 2 di atas bahwa subyek
Tabel 1 menyajikan fakta bahwa subyek penderita sebagian besar diambil dari penderita yang menjalani jenis
yang tergabung dalam kelompok perlakuan dan kelompok operasi orthopedi dan diges!f. Terhadap sejumlah 8 Orang
kontrol memiliki karakteris!k-karakteris!k yang hampir mi- (32%) subyek yang dilakukan operasi orthopedi atau diges-
rip. Sebagai contoh, umur subyek berkisar antara 22 sam- !f tersebut pada masing-masing kelompok perlakuan dan
pai 60 tahun dengan nilai rata-ratanya adalah 42,20 ± 16,63 kontrol.
• Anestesia & Critical Care • Vol 28 No.2 Mei 2010 •20•
HERDY SULISTYONO H
berupaya dihindari melakukan semua !ndakan atau kondisi Umur pasien yang rata-rata adalah masing-ma-
yang dapat menimbulkan bias terhadap munculnya gejala sing 42,04 ± 12,69 tahun pada kelompok perlakuan dan
tenggorok yang !dak murni disebabkan oleh cara peng- 42,36±10,72 tahun pada kelompok kontrol, se!daknya
embangan kaf itu sendiri. menggambarkan proporsi subyek peneli!an yang memben-
Beberapa yang dicoba untuk dieliminasi anta- tuk distribusi normal. Kelompok umur dewasa muda (31-50
ra lain: adanya penyulit pada saluran nafas atas subyek tahun) ini jumlahnya hampir separuh subyek peneli!an.
semisal infeksi atau keradangan kronis yang diakibatkan Pipa endotrakea (ETT) yang dipakai untuk peneli-
riwayat merokok lama, pemasangan pipa nasogastrik yang !an ini adalah sesuai dengan yang sehari-hari digunakan di
diduga juga dapat menyebabkan tambahan iritasi, prosedur lingkungan RSU Dr. Soetomo, yaitu merek Rusch R produksi
!ndakan intubasi yang kasar dan dilakukan berulang kali, perusahaan negara Uruguay, yang bersifat high-volume
penyedotan lendir (suc!oning) yang berlebihan, gerakan- low-pressure. Bernhard dkk. telah melaporkan dalam pu-
gerakan kepala leher yang berlebihan atau berulang-ulang blikasi ilmiah mereka tentang karakteris!k dan ukuran-
saat !ndakan operasi dilakukan, serta semakin lamanya ukuran pipa endotrakea ini, beserta beberapa merek pipa
!ndakan intubasi dilakukan sehingga dibatasi dipilih hanya endotrakea lain yang banyak dipakai di seluruh dunia. 5 Dari
!ndakan-!ndakan operasi yang kurang dari 4 jam. dua jenis pipa endotrakea yang ada, yaitu kinked dan non
Selain semua hal eksternal pen!ng tersebut, faktor kinked, ternyata sebagian besar yang dipakai oleh subyek
pipa endotrakea sendiri juga mendapat perha!an cukup se- peneli!an ini adalah jenis kinked, yaitu masing-masing 18
rius supaya !dak menimbulkan bias yang besar. Sengaja un- buah (72%) pada kelompok perlakuan maupun kontrol. Hal
tuk peneli!an ini dipilihkan ukuran diameter interna yang ini sangat wajar terjadi karena hampir semua jenis operasi
diperkirakan paling sesuai (fit) untuk masing-masing suby- yang dipilih adalah yang !dak memerlukan pengaturan po-
ek. Dipergunakan pipa endotrakea yang masih steril dari ke- sisi-posisi khusus, semisal miring atau tengkurap, sehingga
masan pabrik, yang pemilihan ukurannya dilakukan melalui !dak terlalu besar kekhawa!ran terjadinya kinking pada
perbandingan dengan ukuran keliling ibu jari saat subyek pipa endotrakea yang dipergunakan.
masih bagun. Selanjutnya diberikan lubrikasi menggunakan Adapun ukuran diameter interna yang dipilih seba-
spray XylocaineR 2% dimulai dari ujung distal sampai dengan gian besar adalah 7,5 mm, yaitu 13 kali penggunaan (52%)
ukuran lebih 15 cm dari ujung pipa endotrakea, dan nan! pada kelompok perlakuan dan 11 kali penggunaan (44 %)
nya juga akan dengan dilakukan penyemprotan cairan yang pada kelompok kontrol. Untuk pemilihan ukuran diameter
sama kedalam faring saat dilakukan !ndakan laringoskopi. interna ini, seper! telah dijelaskan sebelumnya, biasanya
Untuk mencegah terjadinya insidens batuk di sekitar saat- disesuaikan secara es!masi klinis dengan memperha!-
saat subyek di-ekstubasi dan dibangunkan, menurut renca- kan berat badan subyek atau membandingkan ukuran jari
na semula akan diberikan Lidocain 2% 1,5 mg/kgBB kurang kelingking subyek dengan nomer pipa endotrakea yang
lebih 3 menit sebelum melakukan ekstubasi. Namun pada hendak digunakan.
kenyataannya hal ini !dak dilakukan secara ru!n, selama Tabel 4 menunjukan gambaran tentang besarnya
subyek !dak terlihat mengalami iritasi hebat. Pencegahan tekanan atau jumlah volume udara yang diisikan kedalam
yang dilakukan adalah dengan membatasi suc!oning kaf pipa endotrakea dalam peneli!an ini. Dari aspek pengis-
hanya ian kaf dengan menggunakan alat khusus pengukur tekanan
cukup untuk membersikan lendir yang ada saja. Disadari kaf yang dipergunakan dalam peneli!an ini (Endotest®), te-
bahwa hal ini berisiko untuk terjadinya aspirasi, oleh karena lah direkomendasikan tekanan udara sesuai range tertentu,
itu benar-benar harus diyakinkan faring dan rongga mulut yaitu 25-30 cmH2O. Sehingga besaran tekanan udara yang
sudah bersih dari lendir. Selain itu juga disyaratkan subyek telah diberikan kedalam kaf !daklah terlalu bervariasi, yai-
peneli!an tersebut sudah sadar sesaat sebelum dilakukan tu selama masih berada di dalam ‘rentang aman’ tersebut.
ekstubasi. Dan setelah dilakukan analisis sta!s!k nampak bahwa rata-
Untuk mencegah bisa juga !dak digunakan gas ni- rata tekanan udara yang diisikan kedalam kaf adalah 29,20
trit oksida (N2O) pada peneli! an ini. Dalam prak!k !ndakan ± 1,15 cmH2O, dimana pemberian tekanan terendah adalah
anestesi sehari-hari gas N2O ini sering digunakan bersama- 26 cmH2O dan ter!nggi 30 cmH2O.
sama agen inhalasi lain untuk mendapatkan efek analgesia Pada pengisian kaf menggunakan teknik minimal
dan mengurangi kebutuhan gas inhalasi tesebut. Semua occlusive volume untuk kelompok kontrol, rata-rata
literatur hasil peneli!an yang mencari hubungan antara volume
pengembangan kaf dan pemakaian gas N 2O kedalam kaf udara yang diisikan adalah sebanyak 5,24±1,66 ml. Hasil ini
yang berrongga.12,13,14,15 terjadi proses dan mencapai pun- sesuai dengan yang telah diperkirakan sebelumnya, karena
caknya pada fase 1 jam pertama penggunaan gas N2O, yang pada prak!k sehari-hari pengisian udara untuk kaf di ling-
selanjutnya turut mengisi dan meningkatkan tekanan oleh kungan RSU Dr. Soetomo juga berkisar kurang lebih 5 ml.
kaf ke dinding mukosa trakea di sekelilingnya.16,17 Sebagai perbandingan, sebuah publikasi ilmiah oleh Seng-
Seper! halnya peneli!an-peneli!an lain sebelum- upta dkk, menemukan bahwa volume udara yang diisikan
nya tentang kejadian gejala tenggorok pasca !ndakan intu- ke dalam kaf, mempergunakan metode palpasi dan men-
basi endotrakea, !dak ditemukan kaitan bermakna antara dengarkan kebocoran udara tekanan posi!f di beberapa
karakteris!k demografi dan morfometri dengan kejadian rumah sakit di Louisville USA, rata-rata adalah sebanyak
gejala tenggorok. Sengupta dkk, Parwani dkk, Braz dkk, 4,4±1,8 ml.18
adalah contoh para peneli! yang dalam laporannya menya- Variabel tekanan akhir kaf, yang diukur pasca
takan tentang hal serupa tersebut.18,19,20 !ndakan operasi selesai atau sesaat sebelum dilakukannya