Você está na página 1de 5

Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No.

2, Agustus 2015

Gambar 12. File signalr.inp Tahun 1992 dari stasiun hujan PH 016 Fajar Esuk
(1024hari)

5. Model Periodik Stokastik Curah Hujan Harian

Model Periodik dan Stokastik merupakan hasil dari penjumlahan model periodik
da model stokastik.

102 Ikromi Fahmi, Analisis pencarian data curah hujan...


Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 2, Agustus 2015

Gambar 13. Perbandingan Curah Hujan Harian Terukur dengan Curah Hujan Hasil
Peramalan Program (Periodik dan Stokastik) Tahun 1992 dari PH 016 Fa-
jar Esuk (512 hari).

6. Koefisien Korelasi
Besarnya selisih antara Model Periodik Stokastik dengan data terukur dapat dike-
tahui dengan melihat koefisien korelasinya.

Tabel 5. Koefisien Korelasi Curah Hujan Harian Terukur Dengan Curah Hujan Hasil
Peramalan Program (Periodik + Stokastik ) dari Stasiun Hujan PH 016 Fajar Esuk.

Tahun Korelasi
1992 0,0774
1993 0,0782
1994 0,0693
1995 0,0130
1996 0,0367
1997 0,0356
1998 0,1068
1999 -0,0149
Max Korelasi 0,1068
Min Korelasi -0,0149
Rata – Rata Korelasi 0,0503

Ikromi Fahmi, Analisis pencarian data curah hujan... 103


Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 2, Agustus 2015

Gambar 14. Koefisien Korelasi Curah Hujan Harian Terukur Dengan Curah Hujan
Hasil Peramalan Program (Periodik+Stokastik) dari Stasiun Hujan PH 016
Fajar Esuk.

C. Pembahasan Hasil Perhitungan


Dari hasil perhitungan Curah hujan series waktu harian di atas, maka dapat dike-
tahui bahwa hasil perhitungan curah hujan series waktu harian dengan model sintetik
lebih baik dari metode reciprocal dan peramalan dengan pemodelan periodik stokastik.
Sedangkan untuk perhitungan series waktu harian metode reciprocal lebih baik dari pera-
malan dengan pemodelan periodik stokastik dimana 0,6446 lebih besar dari 0,0503.

Hasil perhitungan curah hujan rata – rata bulanan metode reciprocal menghasilkan
korelasi rata – rata 0,8343, Model sintetik menghasilkan korelasi maksimun akan tetapi
peramalan menggunakan pemodelan periodik stokastik menghasilkan korelasi 0,6599.
Hal ini menunjukan peramalan curah hujan bulanan dengan metode reciprocal meng-
hasilkan korelasi lebih baik daripada peramalan yang menggunakan pemodelan periodik
stokastik dimana 0,6599 lebih kecil 0,8343.

Untuk hasil perhitungan curah hujan kumulatif bulanan metode reciprocal meng-
hasilkan korelasi rata – rata 0,8337, Model sintetik menghasilkan korelasi maksimun
akan tetapi peramalan menggunakan pemodelan periodik stokastik menghasilkan korelasi
0,6536. Hal ini menunjukan peramalan curah hujan bulanan dengan metode reciprocal
menghasilkan korelasi lebih baik daripada peramalan yang menggunakan pemodelan pe-
riodik stokastik dimana 0,6536 lebih kecil 0,8337.

104 Ikromi Fahmi, Analisis pencarian data curah hujan...


Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 2, Agustus 2015

5. KESIMPULAN
1. Hasil perhitungan series waktu harian metode terbaik adalah metode sintetik
dengan nilai korelasi sebesar 0,9999 yang lebih besar dari nilai korelasi 0,6446 metode
reciprocal dan nilai korelasi 0,0503 metode peramalan.
2. Hasil perhitungan curah hujan rata – rata bulanan dengan metode sintetik yang
bernilai korelasi 0,9999 lebih baik dibandingkan dengan metode reciprocal dengan nilai
0,8343 dan metode reciprocal ini lebih besar dibandingkan dengan metode peramalan
yang bernilai korelasi 0,6559.
3. Hasil perhitungan curah hujan kumulatif bulanan dengan metode sintetik yang
bernilai korelasi 0,9991 lebih baik dibandingkan dengan metode reciprocal dengan nilai
0,8337 dan metode reciprocal ini lebih besar dibandingkan dengan metode peramalan
yang bernilai korelasi 0,6536.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanto, Heru, 2014, Pemodelan Periodik dan Stokastik Curah Hujan Harian Dibeber-
apa Stasiun Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi (S1) Jurusan Teknik Sipil Uni-
versitas Lampung. Bandar Lampung.
Bhakar, S.R, Singh, Raj Vir, Chhajed, Neeraj, and Bansal, Anil Kumar. 2006. Stochastic
Modeling of Monthly Rainfall at Kota Region, ARPN Journal Of Engineering
and Applied Sciences, Vol.1 (3): 36-44
Cooley, James W. Tukey, John W. 1965. An Algorithm for the machine calculation of
complex Fourier Series Mathematics of Computation. Pp. 199-215.
Harsani,1988, Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Time. Kabupaten Pariaman.
Kottegoda, N.T. 1980, Stochastic Water Resources Technology. The Macmilan Press Ltd.,
London. P. 384.
Rasimin, 2013, Pemodelan Periodik dan Stokastik Curah Hujan Kota Bandar Lampung.
Skripsi (S1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rizalihadi, M.2002, The Generation of Synthetic sequences of monthly Rainfall Using
Autoregressive Model, Jurnal Teknik Sipil Universitas Syah Kuala, Vol 1 (2) : 64
- 68
Harto, Tn, 1993, Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Zakaria, A. 1998, Preliminary study of tidal prediction using Least Squares Method, The-
sis (Master), Bandung Institute of Technology, Bandung, Indonesia.
Zakaria, A. 2005a, Manual Aplikasi Program FTRANS. Bandar Lampung: Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
Zakaria, A. 2005b, Manual Aplikasi Program ANFOR. Bandar Lampung: Fakultas Teknik
Universitas Lampung.
Zakaria, A. 2008, The generation of synthetic sequences of monthly cumulative rainfall
using FFT and least squares method, Prosiding Seminar Hasil Penelitian &
Pengabdian kepada masyarakat. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Zakaria, A. 2010, Studi Pemodelan Stokastik Curah Hujan Harian Dari Data Curah Hu-
jan Stasiun Purajaya.Fakultas Teknik Sipil Universitas Lampung. Bandar Lam-
pung.

Ikromi Fahmi, Analisis pencarian data curah hujan... 105


Jurnal Rekayasa, Vol. 19, No. 2, Agustus 2015

106 Ikromi Fahmi, Analisis pencarian data curah hujan...

Você também pode gostar