Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cholelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena frekuensi
kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban sosial bagi
masyarakat. Sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat.
Angka kejadian lebih dari 20% populasi dan insiden meningkat dengan bertambahnya
usia. Cholelitiasis sangat banyak ditemukan pada populasi umum dan laporan
menunjukkan bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi ditemukan 13,1% adalah pria
dan 33,7% adalah wanita yang menderita batu empedu.Di negara barat penderita
cholelitiasis banyak ditemukan pada usia 30 tahun, tetapi rata-rata usia tersering
adalah 40–50 tahun dan meningkat saat usia 60 tahun seiring bertambahnya usia, dari
20 juta orang di negara barat 20% perempuan dan 8% laki-laki menderita cholelitiasis
dengan usia lebih dari 40 tahun (Cahyono, 2014).
Cholelitiasis merupakan kondisi yang paling banyak ditemukan. Kondisi ini
menyebabkan 90% penyakit empedu, dan merupakan penyebab nomor lima
perawatan di rumah sakit pada usia muda. Choleltiaisis biasanya timbul pada orang
dewasa, antara usia 20-50 tahun dan sekitar 20% dialami oleh pasien yang berumur
diatas 40 tahun. Wanita berusia muda memilikiresiko 2-6 kali lebih besar mengalami
cholelitiasis. Cholelitiasis mengalami peningkatan seiring meningkatnya usia
seseorang.
Sedangkan kejadian cholelitiasis di negara Asia 3%-15% lebih rendah
dibandingan negara barat. Di Indonesia, cholelitiasis kurang mendapat perhatian
karena sering sekali asimtomatik sehingga sulit di deteksi atau sering terjadi
kesalahan diagnosis. Penelitian di Indonesia pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan
sepanjang tahun 2011 didapatkan 82 kasus cholelitiasis (Ginting, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ndraha (2014) didapatkan hasil
sebanyak 87 pasien didiagnosis cholelitiasis dengan rentang usia 45,6. Prevalensi
pada pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki. (54,47) dengan usia rata-rata
40 tahun (80,46%). Sejumlah 68,97 merupakan pasien di ruang rawat inap.
Saat ini penderita cholelitiasis di Indonesia cenderung meningkat karena
perubahan gaya hidup seperti orang-orang barat yang suka mengkonsumsi makanan
cepat saji yang dapat menyebabkan kegemukan karena timbunan lemak dan
menjadikan pemicu terjadinya cholelitiasis. Tetapi jumlah secara pasti berapa
banyaknya penderita batu empedu belum diketahui karena belum ada studi mengenai
hal tersebut (Djumhana, 2010).
Banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya cholelitiasis adalah faktor
keluarga, tingginya kadar estrogen, insulin, dankolesterol, penggunaan pil KB,
infeksi, obesitas, gangguan pencernaan, penyakit arteri koroner, kehamilan, tingginya
kandung lemak dan rendah serat, merokok, peminum alkohol, penurunan berat badan
dalam waktu yang singkat,dan kurang olahraga (Djumhana, 2010).
Menurut data pelaporan dari bidang rekam medis di RSI Surakarta penyakit
cholelitiasis masuk dalam daftar 10 besar diagnosa pasien yang rawat inap di RSI
Surakarta, berdasarkan catatan bagian rekam medis RSI Surakarta pada bulan Mei
2014 sampai dengan bulan Desember 2014 merawat 129 pasien, kemudian pada bulan
Januari 2015 sampai dengan bulan Mei 2015 merawat 113 pasiendan disemua ruang
rawat inap hampir setiap bulan merawat pasien dengan cholelitiasis dan beberapa
diantaranya menjalani pembedahan pengangkatan batu empedu (Kepala Rekam Medis
Rumah Sakit Islam Surakarta).
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka kelompok tertarik untuk
membuat Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada pasien dengan choletiasis di
Ruang Melati 3 RSUD dr. Moewardi kota Surakarta sebagai kasus yang akan kami
bahas pada presentasi kasus stase KMB (Keperawatan Medikal Bedah)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada pasien dengan Choletiasis
di RSUD dr. Moewardi.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai penugasan kelompok yang akan di persentasikan sebagai kasus
kelolaan kelompok pada stase Keperawatan Medikal Bedah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu empedu
adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu.
Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan
batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis (Nucleus Precise
Newsletter, edisi 72, 2011).
Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam
kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari kolesterol,
pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik. Lebih dari 70% batu saluran
empedu adalah tipe batu pigmen, 15-20% tipe batu kolesterol dan sisanya dengan
komposisi yang tidak diketahui. Di negara-negara Barat, komponen utama dari
batu empedu adalah kolesterol, sehingga sebagian batu empedu mengandung
kolesterol lebih dari 80% (Majalah Kedokteran Indonesia, volum 57, 2007).
B. Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3%
bilirubin. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun
yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.
Sementara itu, komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol yang
biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena
kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di
luar empedu.
C. Patofisiologi
Sekitar 75% pasien, batu empedu terdiri atas kolesterol, dan sisanya
merupakan batu pigmentasi yang terutama mengandung bilirubin tidak
terkonjugasi. Secara normal, kolesterol tidak mengendap dalam empedu, karena
mengandung garam empedu terkonjugasi dan phosphatidylcholine secukupnya
dalam bentuk micellar solution. Jika rasio konsentrasi kolesterol : garam empedu
dan phosphatidylcholine meningkat, kelebihan kolesterol dalam batas minimal,
kejenuhannya akan meningkat (supersaturasi) dalam larutan lumpur. Adanya
supersaturasi oleh peningkatan rasio kolesterol, akan menyebabkan hepar
mensekresi kolesterol konsentrasi tinggi sebagai inti vesikel unilamelar dalam
kandung empedu dimana phosphatidylcholine menjadi kulit luar pembungkus
vesikel dengan diameter 50-100 nm. Jika jumlah kandungan kolesterol relatif
meningkat, vesikel multilamelar akan terbentuk (diameter melebihi 1000 nm).
Vesikel-vesikel ini tidak stabil dan mengendap lingkungan cairan dalam bentuk
kristal kolesterol. Kristal kolesterol ini merupakan prekursor batu empedu.
Penyebab penting peningkatan rasio kolesterol : garam empedu dan
phosphatidylcholine adalah:
1. Peningkatan sekresi kolesterol, baik oleh karena peningkatan sintesis
kolesterol (peningkatan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl [HMG]-
CoA-kolesterol reduktase) ataupun penghambatan esterifikasi kolesterol
seperti progesterone selama kehamilan
2. Penurunan sekresi garam empedu oleh karena penurunan simpanan garam
empedu pada penyakit Crohn’s atau setelah reseksi ataupun selama puasa dan
nutrisi parenteral
3. Penurunan sekresi phosphatidylcholine sebagai penyebab batu kolesterol
ditemukan pada wanita Chili yang hidup hanya memakan sayuran.
Batu pigmen terdiri atas sebagian besar kalsium bilirubinat (50%) yang
memberikan warna hitam atau coklat pada empedu. Batu hitam juga
mengandung kalsium karbonat dan fosfat, dimana batu coklat juga
mengandung stearat, palmitat dan kolesterol. Peningkatan jumlah bilirubin tak
terkonjugasi pada empedu, yang dipecahkan hanya dalam micelles, ini
merupakan penyebab utama pembentukan batu empedu, dimana normalnya
mengandung hanya 1-2% dalam empedu.
Adapun sebagai penyebab meningkatnya konsentrasi bilirubin tidak terkonjugasi
adalah:
1. Meningkatnya pemecahan hemoglobin seperti pada anemia hemolitik, yang
mana terdapat banyak bilirubin yang akan mengalami proses konjugasi dengan
perantara enzim glukorunidase dalam hepar, ditemukan kelainan sebagai
berikut:
Penurunan kapasitas konjugasi dalam hepar seperti pada sirosis hepar
Dekonjugasi non-enzimatik bilirubin dalam empedu khususnya
monoglukoronat
Dekonjugasi enzimatik (β-glucosidase) oleh bakteri.
Skema patofisiologi pembentukan batu empedu kolesterol
Bakteri juga tidak mengkonjugasi secara enzimatik garam empedu sehingga terjadi
pembebasan palmitat dan stearat (dari phoshatidylcholine) dalam presipitat sebagai garam
kalsium. Batu hitam dibentuk oleh tiga mekanisme pertama diatas, mengandung komponen
tambahan, kalsium karbonat dan fosfat, inilah yang akan menurunkan kapasitas keasaman
dalam kandung empedu.
Kandung empedu, dimana komponen spesifik (kolesterol, garam empedu,
phoshatidylcholine) terkonsentrasi dalam waktu yang lama keterikatan dalam air, juga
merupakan bagian penting dalam pembentukan batu empedu. Gangguan pengosongan
kandung empedu bisa menjadi salah satu penyebab baik karena insufisiensi CCK (tidak ada
asam lemak bebas yang dilepaskan dalam lumen pada insufisiensi pancreas) sehingga
rangsangan kontraksi ke kandung empedu melemah, ataupun karena vagotomy nonselektif
tidak terdapat sinyal kontraksi dan asetilkolin. Kontraksi kandung empedu melemah juga
pada keadaan kehamilan. Saat itu menjadi waktu yang sangat cukup terjadi endapan kristal
untuk membentuk batu yang besar. Peningkatan sekresi mukus (dirangsang oleh
prostaglandin) bisa memicu peningkatan jumlah inti kristalisasi.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada kolelitiasis adalah kolik. Jika terjadi
penghambatan saluran empedu oleh sumbatan batu empedu, tekanan akan meningkat dalam
saluran empedu dan peningkatan kontraksi peristaltik di daerah sumbatan menyebabkan nyeri
viseral pada daerah epigastrik, mungkin dengan penyebaran nyeri ke punggung dan disertai
muntah.
1. Identitas
Kolelitiasis merupakan batu pada kandung empedu yang banyak terjadi pada
individu yang berusia di atas 40 tahun dan semakin meningkat pada usia 75 tahun.
Dan wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan
dengan pria.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi
yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa
nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal
tersebut. Klien sering mengalami nyeri di ulu hati yang menjalar ke
punggung , dan bertambah berat setelah makan disertai dengan mual dan
muntah.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi,
mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan
dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun
tinggi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini
menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gaya
hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis
mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
e. Riwayat psikososial
Pola pikir sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan
mempercayakan sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap
tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit asal cepat sembuh. Persepsi diri
baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul sehubungan telah dilakukan
tindakan cholesistektomi.
f. Riwayat lingkungan
Lingkungan tidak berpengaruh terhadap penyakit kolelitiasis. Karena
kolelitiasis dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak baik.
3. Pemeriksaan fisik
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :
a) Inspeksi : datar, eritem (-), sikatrik (-)
b) Auskultasi : peristaltik (+)
c) Perkusi : timpani
d) Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio kuadran kanan atas, hepar-lien tidak teraba,
massa (-)
e) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada
penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi
pembengkakan pada kandung empedu.
4. Pola aktivitas
1. Nutrisi
2. Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
1. Aktivitas
2. Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran
bedrest
1. Aspek Psikologis
2. Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
1. Aspek penunjang
2. Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin,amylase serum meningkat).
3. Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter
Diagnosa Keperawatan
1. Nyerin Akut b/d Agen injury
2. Resiko Perdarahan
3. Resiko Kerusakan Intergritas kulit
4. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
5. Disfungsional Motilitas Gastrointestinal
Shock prevention
Monitor status sirkulasi
(TD, HR, RR, suhu)
Monitor tanda-tanda
oksigenasi jaringan tidak
adekuat
Monitor hasil laboratorium
Monitor nyeri abdomen
Monitor respon
kompensasi awal
(peningkatan HR,
penurunan TD, penurunan
urine output, dan WPK
lambat)
Mengobservasi dan
monitor sumber
kehilangan cairan/ darah
(luka, drainage)
Mempertahankan
kepatenan jalan nafas
Memberikan terapi
intravena
Menyiapkan PRC untuk
persediaan tranfusi darah
Memberikan O2 untuk
oksigenasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.T DENGAN KOLELITIASIS
DI RUANG MELATI 3 RSUD dr. MOEWARDI
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama Klien : An.T
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sriwedari, Surakart
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 38 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jatipuro, Karanganyar
Hubungan dgn Klien : Ayah
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak, gatal-gatal di kulit
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke RSDM pada tanggal 23/11/18 dengan keluhan lemah,
nyeri perut, sesak, gatal-gatal pada kulit dan muncul bercak-bercak di
sekujur tubuhnya, keluhan sudah muncul sejak 3 hari sebelumnya.
Klien didiagnosa kolelitiasis, dan mengalami penurunan HB sehingga
pasien perlu dirawat di ruang inap Melati 3.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan 6 bulan yang lalu klien dirawat di rumah sakit
karena penyakit tifus selama 7 hari.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami.
Tidak ada riwayat penyakit keturunan
Genogram
Laki –Laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
9. Pola Seksual-Reproduksi
IV PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : lemah
a. Kesadaran : compos mentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
2) Nadi
Frekuensi : 80 x / menit
Irama : reguler
Kekuatan : kuat
3) Pernafasan
Frekuensi : 28x / menit
Irama : cepat
4) Suhu : 38,5 C
2. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
a) Inspeksi : bentuk kepala bulat, tidak hydrosepalus, persebaran rambut
merata, rambut bersih
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
b. Muka
a) Inspeksi : bentuk waja oval, warna kulit ikterik, mata tampak
ikterik dan anemis, tidak ada polip, bibir tampak kering dan
terdapat lesi, idah tampak kotor
b) Palpasi : tidak ada neri tekan
c. Leher
Inspeksi : tidak ada distensi vena julgularis, tidak ada pembesaran kelenjar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
d. Dada (Thorax)
Inspeksi : entuk dada normal, tidak ada
penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : vomitus taktil teraba disetiap titik
lapang paru, tidak ada nyeri tekan, ictus kordis tidak teraba, tidak
ada krepitasi
Perkusi : Perkusi dada sonor di seluruh lapang paru, batas
jantung tegas
Aukultasi : Suara nafas vesikuler di seluruh lapang paru, bunyi
jantung s1 dan s2
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium (21-11-2018)
3. TERAPI MEDIS
Sumber :
Ndraha, S dkk. 2014. Profil Koleliliasis pada hasil Ultrasonografi di Rumah Sakit
Umum Daerah Koja. (Journal Online) (J.Kedokteran Meditek Vol 20 No 53, di
akses pada tanggal 20 desember 2018)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul yakni dalam kasus coletiasis pada
An. T di ruang melati 3 RSUD dr. Moewardi yang kami angkat adalah Nyeri akut
b/d cidera biologis : obstruksi kandung empedu, Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan tubuh menyerap nutrisi,
Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang prognosis penyakit.
B. Saran
Makalah yang kami susun jauh dari kata sempurna, untuk itu kami selaku penulis
membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Gagola dkk (2015), Gambaran Ultrasonografi Batu Empedu Pria dan Wanita di
Bagian Radiologi FK Unsrat Blu RSUP Prof.DR. R. D.Kandau Manado. (diakses pada
tanggal 25 januari 2019)
Jaya (2010), Hubungan Kekerapan Tranfusi Darah dengan Kejadian Kolelitiasis dan
Billiary Sludge pada Pasien Talasemia Mayor Anak. (diakses pada tanggal 25 januari 2019)
Lesmana L. Penyakit Batu Empedu. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
ke IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia; 2006. hal: 479-481.
Ndraha, dkk(2014), Profil kolelitiasis pada hasil ultrasonografi di Rumah Sakit
Umum Daerah Koja. (diakses pada tanggal 25 januari 2019)
Silbernagl S, Florian Lang. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme Stuttgart;
2000.
Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005.hal: 570-579.