Você está na página 1de 6

ASKEP HIV PADA ANAK

A. Definisi
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas
seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan
dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih
selama perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)
Jadi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel
darah putih Infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan
tubuh secara progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker
tertentu (terutama pada orang dewasa).
B. Etiologi

Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh
manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi
patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.
1. faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :
a. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,
b. bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti,
c. bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena,
d. bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang,
e. anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan
salah seksual), dan
f. anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
2. Cara Penularan
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui:
a. Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi
yang dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara
vertikal. Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum,
yaitu pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu.
b. Selama persalinan (intrapartum)
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan
lahir.
c. Bayibarulahirterpajanolehcairantubuhibu yang terinfeksi
Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%,
cairan aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada
jalan lahir sangat dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan
vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina, perlukaan dinding
vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur,
penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep,
episiotomi dan rendahnya kadar CD4 pada ibu.
Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan
resiko transmisi antepartum sampai dua kali lipat dibandingkan jika
ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum persalinan.
d. Bayi tertular melalui pemberian ASI
Transmisi pasca persalinan terjadu melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu).
ASI diketahui mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi
median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang menderita HIV adalah 1/10
= 4 sel, partikrl virus ini dapat ditemukan pada componenseldam non sel
ASI. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi resiko tranmisi HIV
melalui ASI antara lain mastitis atau luka di punting, lesi di mucosa mulut
bayi, prematuritas dan respon imun bayi.
C. Patofisiologi

Pada neonatal HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui penularan


transplasental atau perinatal. Setelah virus HIV masuk ke dalam target ( terutama sel
limfosit T ) yang mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. Ia melepas
bungkusnya kemudian mengeluarkan enzim R-tase yang dibawanya untuk mengubah
bentuk RNA-nya menjadi DNA agar dapat bergabung menyatukan diri dengan DNA
sel target (sel limfosit T helper CD4 dan sel-sel imunologik lain ) . Dari DNA sel
target ini berlangsung seumur hidup. Sel limfosit T ini dalam tubuh mempunyai
mempunyai fungsi yang penting sebagai daya tahan tubuh. Akibat infeksi ini fungsi
sistem imun (daya tahan tubuh) berkurang atau rusak, maka fungsi imonologik lain
juga mulai terganggu.

HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk
melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi linfosit B juga terpengaruh,
dengan peningkatan produksi imunoglobulin total sehubungan dengan penurunan
produksi antibodi spesifik. Dengan memburuknya sistem imun secara progresif,
tubuh menjadi semakin rentan terhadap infeksi oportunis dan juga berkurang
kemampuannya dalam memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan
sebagai penyakit multi-sistem yang dapat bersifat dorman selama bertahun-tahun
sambil menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan
manifestasi klinis dari penyakit ini bervariasi dari orang ke orang. Virus ini ditularkan
hanya melalui kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh,
melalui obat-obatan intravena, kontak seksual, transmisi perinatal dari ibu ke bayi,
dan menyusui. Tidak ada bukti yang menunjukkan infeksi HIV didapat melalui
kontak biasa.

Empat populasi utama pada kelopok usia pediatrik yang terkena HIV :

1) Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut
juga trasmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada
anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun.
2) Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofili)
3) Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku resiko tinggi.
4) Bayi yang mendapat ASI ( terutama di negara-negara berkembang ).
D. Klasifikasi
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO
Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
I 1. Asimptomatik. Asimptomstik, aktivitas
2. Limfadenopati . normal.
II 1. Berat badan menurun <10%. Simptomatik, aktivitas
2. Kelainan kulit dan mukosa yang normal.
ringan seperti : dermatitis
seboroik, purigo, onikomikosis,
ulkus oralyang rekuren, kheilitis
angularis.
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
terakhir.
4. Infeksi saluran nafas bagian atas
seperti sinusitis bakteralis.
III 1. Berat badan menurun <10%. Pada umumnya lemah,
2. Diare kronis yang berlangsung aktivitas di tempat tidur
lebih dari 1 bulan. kurang dari 50%.
3. Demam berkepanjangan lebih dari
1 bulan.
4. Kandidiasis orofaringeal.
5. Oral hairy leukolakia.
6. TB paru dalam tahun terakhir.
7. Infeksi bacterial yang berat
seperti pneumonia, pomiositis.
IV 1. HIV wasting syndrome. Pada umumnya sangat
2. Pneumonia pncumocystis carinii. lemah, aktivitas di temat
3. Toksoplasmosis otak. tidur lebih dari 50%.
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari
1 bulan.
5. Kriptokokosis ekstrapulmonar.
6. Retintis virus sitomegalo.
7. Herpes simpleks mukokutan >1
bulan.
8. Leukoensefalopati multifcal
progresif.
9. Mikosis diseminata seperti
histoplasmosis.
10. Tuberkulosis di luar paru.
E. WOC
Sumber :
 Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V. Editor : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FAKUI.
 Nasronudin. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang.
Cetakan kedua. EGC : Jakarta.
 Betz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC Blog Riyawan |
Kumpulan Artikel Farmasi & Keperawatan Doenges.

Você também pode gostar