Você está na página 1de 14

Askep Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler

(Chonic Stable Angina)

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Armawati (C051171320)

Arisma Eka Saputri Jannati (C051171010)

Sisilia Linda Parinding (C051171035)

Nurul Pratiwi (C051171520)

Wildana (C051171337)

Fachril Ismail (C051171501)

Arfan Irwan (C051171341)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

1
BAB II
PEMBAHASAN

a. Definisi Angina
Angina pektoris adalah nyeri dada yang terjadi akibat iskemia
miokardium (suplai darah yang tidak adekuat ke miokardium). Ini
merupakan manifestasi PJK yang umum dan dialami sekitar 6.400.000
orang Amerika-2.400.000 pria dan 4.000.000 wanita. Menurut penelitian
Framingham Heart Study, sekitar 400.000 kasus baru angina terjadi tiap
tahunnya. Angina juga dapat terjadi pada klien dengan arteri coroner
normal, tetapi lebih jarang terjadi. Klien dengan stenosis aorta, hipertensi,
dan kardiomiopati hipertrofi juga dapat mengalami angina pectoris.

b. Etiologi

Angina pektoris berkaitan dengan lesi aterosklerosis dan merupakan


manifestasi dari PJK. Angina dapat disebabkan karena penyumbatan
kronis atau akut pada arteri koroner atau karena spasme arteri koroner.
Penyumbatan kronis berhubungan dengan lesi aterosklerosis kalsifikasi
tetap (tipe Vb) atau fibrotic (tipe Vc) yang menutup lebih dari 75% lumen
pembuluh darah.

Ketika terjadi penyumbatan tetap pada arteri koroner, kondisi-kondisi


yang memerlukan peningkatan suplai oksigen (misal, aktivitas fisik berat,
emosi, paparan dingin) dapat memicu episode angina. Oleh karena arteri
yang telah mengalami stenosis parah tidak dapat berdilatasi unutk
mengantarkan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ini, maka
akan terjadi isekmia. Sebaliknya, penyumbatan akut dari arteri koroner
terjadi akibat ruptur atau distrupsi plak aterosklerosis yang rentan dan
mengakibatkan agregasi platelet, serta pembentukan trombus.
Penyumbatan akut berhubungan dengan angina tidak stabil dan infark
miokard akut.

2
Pencegahan utama adalah dengan komitmen seumur hidup
menurunkan faktor risiko PJK. Pencegahan berikutnya adalah dengan
identifikasi dan penanganan dini serangan angina. Pencegahan lebih lanjut
adalah dengan penyembuhan angina sebelum terjadi kerusakan
miokardium.

c. Patofisiologi

Terdapat tiga arteri koroner yang normalnya menyuplai miokardium


dengan darah untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya selama melakukan
berbagai jenis perkerjaan. Arteri koroner kanan menyuplai darah arteri ke sisi
kanan jantung, sedangkan arteri koroner kiri terbagi atas arteri sirkumfleksi kiri
yang menyuplai otot jantung belakang, dan arteri desenden anterior yang
menyuplai miokardium anterior, terutama ventrikel kiri. Pembuluh darah koroner
sangat efisien dan menyuplai miokardium selama periode diastol. Ketika jantung
membutuhkan lebih banyak suplai darah, pembuluh darah terlapisi serta akhirnya
tertutup oleh plak aterosklerosis dan trombus, maka pembuluh darah tersebut tidak
akan mampu lagi berdilatasi dengan baik.

Jika pembuluh darah koroner mengalami oklusi secara perlahan, maka


akan terbentuk pembuluh darah kolateral untuk memberikan darah arteri yang
dibutuhkan miokardium. Pembuluh darah kolateral lebih umum ditemui pada
klien dengan penyakit arteri koroner yang sudah berlangsung lama.

Iskemia miokardium terjadi jika suplai darah melalui pembuluh darah


koroner atau kandungan oksigen dari darah koroner atau kandungan oksigen dari
darah tidak mencukupi kebutuhan metabolik jantung. Gangguan pada pembuluh
darah koroner, sirkulasi, atau darah itu sendiri dapat menyebabkan kurangnya
suplai.

Gangguan pada pembuluh darah koroner termasuk antara lain


aterosklerosis, spasme arteri, dan arteritis koroner. Aterosklerosis meningkatkan
tahanan aliran. Spasme arteri juga meningkatkan tahanan. Arteritis koroner

3
merupakan inflamasi pada arteri koroner yang disebabkan oleh infeksi atau
penyakit autoimun.

Gangguan sirkulasi antara lain hipotensi dan stenosis serta insufiensi aorta.
Hipotensi dapat terjadi akibat anesthesia spinal, obat antihipertensi yang kuat,
kehilangan darah, atau faktor lain yang mengakibatkan penurunan aliran balik
darah ke jantung. Stenosis atau insufiensi dari katup aorta mengakibatkan
penurunan tekanan pengisian dari arteri koroner.

Gangguan darah termasuk anemia, hipokesmia, dan polisitemia.. Anemia


dan hipoksemia menyebabkan penurunan aliran oksigen ke miokardium.
Polisitemia meningkatkan kekentalan darah, yang akan melambatkan aliran darah
melalui arteri koroner.

Kebalikan dari suplai adalah permintaan dan peningkatan permintaan


dapat terjadi pada jantung. Kondisi yang meningkatkan permintaan dari
miokardium adalah kondisi-kondisi yang menyebabkan peningkatan curah jantung
atau peningkatan kebutuhan oksigen dari miokardium.

Iskemia miokardium terjadi ketika suplai atau permintaan jantung


terganggu. Pada beberapa orang arteri koroner dapat menyuplai cukup darah saat
seseorang beristirahat. Namun, ketika orang tersebut mencoba beraktivitas atau
kondisi peningkatan kebutuhan lain, maka akan timbul angina. Sel miokardium
menjadi iskemik dalam 10 detik setelah oklusi arteri koroner. Setelah beberapa
menit dalam iskemia, fungsi pompa jantung berkurang. Penurunan fungsi pompa
mengganggu kebutuhan pemenuhan sel yang iskemik tersebut terhadap oksigen
dan glukosa. Sel tersebut akan menggunakan metabolisme anaerob, yang
meninggalkan asam laktat sebagai produk sisa. Saat asam laktat trakumulasi,
maka muncul nyeri. Angina pektoris bersifat transien, berlangsung hanya sekitar
3-5 menit. Jika aliran darah diperbaiki, maka tidak terjadi kerusakan miokardium
permanen.

4
PATHWAY ANGINA

Pajanan
Merokok Obesitas Stres Anemia Latihan
terhadap
Fisik
dingin
Nikotin Hati Merangsang
Kurang sel Pengguna
membentuk saraf
darah an O2 Vasokontriksi
VLDL lebih simpatis
Masuk ke pembawa berlebih pembuluh
banyak
embuluh O2 di darah
darah jaringan
Respon
LDL kelenjar
Merusak adrenal
lapisan LDL Suplai O2
endotel mendistribusikan dalam darah
kolestrol ke Pelepasan menurun
arteri
pembuluh darah hormon
koroner
(kolestrol jahat) adrenalin dan
Hipoxia 5
norepinephrin
Anemia
Lesi pada
arteri

HDL rendah Lelah


- Frekuensi Hipoxia
pernapasan
Trombosit Plak pada Intoleran
membantu endotel aktivitas
-Denyut jantung
dalam
pembekuan
darah
Penyempitan lumen
Sesak napas arteri koroner

Melekat
pada lesi Aliran darah
Aterosklerosis meningkat

Terbentuk
trombus
Hipertensi
Oklusi pada arteri
Penumpukan koroner
trombus

5
Resiko penurunan
perfusi jaringan
jantung
Suplai darah ke
jantung
(membawa O2)
Arteri koronaria menurun
dextra Arteri koronaria
sinsitra sirkumflexus
dan desendens
SA node (aksi potensial
listrik) terganggu
v Iskemia miokardium

Kerusakan listrik dan


otot jantung Sel melakukan Kontraksi
metabolisme miokardium
anaerob menurun
Jantung tidak dapat
berkontraksi
Produksi asam laktat Fungsi ventrikel
terganggu

Gagal jantung Stimulasi nyeri (zat


kimia)
Penurunan curah
jantung
Respon pelepasan mediator
nyeri (histamin danpelepasan
Respon bradikinin)
mediator
6
nyeri (histamin dan bradikinin)

Reseptor nyeri (nosiceptor)


terganggu

Respon nyeri diteruskan ke


kornus dorsalis

Kurang
Talamus (saraf pusat)
pengethauan

Ansietas

6
Persepsi nyeri Kurang
pengetahuan
Persepsi terhadap terkait penyakit
nyeri dada Nyeri Akut jantung
Nyeri Akut

d. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama pasien : nyeri pada dada ( apakah nyeri mendadak
atau bertahap, kapan nyeri mulai terasa, dan kapan nyeri bisa
berkurang )
c. Riwayat kesehatan masa lalu : apakah pasien ada riwayat penyakit
jantung, apakah ada keluarga yang berhubungan dengan penyakit
pasien saat ini, apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol, asupan makanan tinggi garam, dan penggunaan
obat jantung.
d. Monitor TTV : Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu,
saturasi, nyeri ( pada daerah sternum, bawah sternum, dada sebelah
kiri, lengan kiri, punggung, rahang, leher, lengan kanan, atau ulu
hati.
e. Pemeriksaan fisik :
Inspeksi : bentuk thorax, kaji letak iktus kordis, dan kaji adanya
sianosis
Palpasi : raba midsternum, kaji adakah getaran
Perkusi : letak jantung
Auskultasi : bunyi jantung apakah normal atau tidak

f. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan EKG untuk mendapatkan


gambaran iskemik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan

7
ekokardiografi untuk menganalisa fungsi miokardium, dan
pemeriksaan angiografi koroner.

Data subyektif pada penderita Angina pektoris :

1. Pasien mengeluh nyeri pada dada seperti tertekan dan terbakar yang dapat
menyebar ke bahu dan punggung.
2. Pasien mengaku sulit untuk bernafas (sesak nafas)
3. Pasien merasa mual atau ingin muntah
4. Pasien mengatakan bahwa badannya lemah
5. Pasien mengatakan sulit untuk tidur
6. Pasien merasa gelisah

Data obyektif pada penderita Angina Pektoris :

1. Hasil pemeriksaan fisik


2. Wajah pasien terlihat berkerut
3. Wajah pasien terlihat meringis

b. Diagnosa

Diagnosa 1

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dari pasien dengan


penyakit angina stabil adalah “ nyeri akut berhubungan dengan iskemik mio
kardium’’ ( Nanda, Domain 12 kenyamanan, kelas 1 kenyamanan fisik, hlm
469).

a. Outcome

Tujuan : kontrol nyeri (Noc, hlm 645)

Kriteria hasil (NOC, Hlm 247) :

8
 Mengenali kapan nyeri terjadi
 Menggunakan tindakan pencegahan
 Menggunakan tindakan pengurangan ( nyeri) tanpa analgestik
 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan
 Mengenali apa yang terkait pada gejala nyeri
 Melaporkan nyeri yang terkontrol
b. Intervensi
 Manajemen nyeri (Nic, hlm 559)
Aktivitas-aktivitas:
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/ durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan factor pencetus.
Rasional: Mengetahui tingkat nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor pencetus.
 Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat.
Rasional: Membantu mengurag kesalahan-kesalahan yang terjadi
dalam perawatan analgesik.
 Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
Rasional: Menambah pengetahuan pasien mengenai nyeri.
 Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam
interval yang spesifik.
Rasional: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam melakukan
tindakan selajutnya

Diagnosa 2

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dari pasien dengan


penyakit angina adalah “ansietas berhubungan dengan perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom” (NANDA,
Domain 9 Koping/Toleransi Stres, Kela 2 Respons Koping, hlm 343)

9
a. Outcome

Tujuan : Kontrol kecemasan diri (NOC, hlm, 598


Kriteria hasil :
 Memantau intensitas kecemasan
 Mengurangi penyebab kecemasan
 Merencanakan strategi koping untuk situasi yang menimbulkan
stres
 Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
 Memantau lamanya waktu antara tiap episode cemas
 Memantau manifestasi fisik dari kecemasan
 Mengendalikan respon kecemasan

b. Intervensi

1. Pengurangan kecemasan
Aktivitas-aktivitas :
 Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan
yang mungkin akan dialami klien selama prosedur (dilakukan)
Rasional : agar tidak terjadi peningkatan kecemasan saat
prosedur tindakan yang dilakukan
 Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan dan
prognosis
Rasional : meningkatkan kepercayaan pasien dan mengurangi
rasa cemas
 Lakukan usapan pada punggung/leher dengan cara yang tepat
Rasional : untuk meningkatkan kenyamanan pasien
 Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan
Rasional : verbalisasi ancaman aktual yang dirasakan dapat
membantu mengurangi kecemasan dan membuka pintu untuk
berkomunikasi yang berkelanjutan

10
 Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
Rasional : karena penyebab kecemasan tidak selalu bisa
dikenali, pasien mungkin merasa perasaan yang dialami itu
palsu. Pengakuan atas perasaan pasien memvalidasi perasaan
 Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Rasional : untuk mengetahui pemicurasa cemas dan dapat
ditentukan tindakan apa yang akan dilakukan
 Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
Rasional : perubahan perilaku atau perubahan lingkungan
yang bertujuan untuk menghasilkan stres yang dihadapi
klien

Diagnosa 3

Intoleran aktivitas berhubungan dengan tirah baring (NANDA


Domain 4 aktivitas/istirahat, Kelas 4 respons kardiovaskuler/pulmonal
hal.241)

a. Outcome

Tujuan : Perilaku patuh: Aktifitas yang disarankan (Noc, hlm 619)

Kriteria hasil (NOC, Hlm 474) :

 Membahas aktivitas rekomendasi dengan professional kesehatan


 Mengidentifikasi manfaat yang diharapkan dari aktivitas fisik
 Bersama professional kesehatan menetapkan tujuan aktivitas jangka
pendek yang bias dicapai
 Menggunakan strategi untuk meningkatkan keamanan
 Menggunakan strategi untuk mengalokasikan waktu untuk aktivitas fisik
 Menggunakan strategi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik sehari-hari yang ditentukan
 Memantau denyut nadi
 Memantau tingkat pernapasan

11
b. Intervensi
 Terapi Aktivitas (Nic, hlm 431)
Aktivitas-aktivitas:
 Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui
aktivitas spesifik
 Berkolaborasi dengan [ahli] terapis fisik, okupasi dan terapis
rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program
aktivitas, jika memang diperlukan
 Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas-
aktivitas yang biasa dilakukan (misalnya, bekerja) dan aktivitas-
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-waktu spesifik terkait
dengan aktivitas harian
 Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan
dalam level aktivitas tertentu
 Fasilitasi aktivitas pengganti pada saat klien memiliki
keterbatasan waktu, energy, maupun pergerakan dengan cara
berkonsultasi pada terapis fisik, okupasi dan terapis rekreasi
 Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya, ambulasi,
transfer/berpindah, berputar dan kebersihan diri), sesuai dengan
kebutuhan

Diagnosa 4

Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya sumber Pengetahuan


(NANDA, Domain 5 Persepsi/Kognisi, Kelas 4 Kognisi, hlm. 274)

OUTCOME :
Pengetahuan : Manajemen Penyakit Jantung (NOC, hlm. 394)
Kriteria Hasil :
 Perjalanan penyakit biasanya

12
 Tanda dan gejala awal penyakit
 Tanda dan gejala memburuknya penyakit
 Manfaat manajemen penyakit
 Strategi untuk mengurangi faktor risiko
 Pilihan-pilihan rawatan untuk bantuan darurat medis
 Pentingnya pembelajaran keluarga akan resusitasi jantung paru
 Sumber informasi terpercaya terkait penyakit jantung

INTERVENSI :

Manajemen Risiko Jantung (NIC, hlm. 205)

Aktifitas-aktifitas :

 Identifikasi kesiapan pasien untuk mempelajari gaya hidup yang


dimodifikasi (diet, merokok, minuman beralkohol, olahraga, dan kadar
kolestrol).
 Instruksikan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala penyakit
jantung dini dan perburukan penyakit jantung, sebagaimana mestinya.
 Prioritaskan hal-hal yang mengurangi risiko (jantung) dengan
kolaborasi bersama pasien dan keluarga.
 Instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor tekanan darah dan
denyut jantung secara rutin dan dengan berolahraga
 Berikan dukungan akan olahraga yang diindikasikan untuk pasien yang
memiliki faktor risiko jantung
 Identifikasi metode pasien dalam mengahdapi stress
 Dukung teknik yang efektif untuk mengurangi stress
 Lakukan terapi relaksasi jika tepat
 Monitor kemajuan pasien dengan interval yang teratur

13
Diagnosa 5

Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan Kontraktilitas


(NANDA, Domain 4 Aktivitas/Istirahat, Kelas 4 Respon
Kardiovaskular/Pulmonal)

OUTCOME :
Manajemen Diri : Penyakit Jantung (NOC, hlm. 302)
Kriteria Hasil :
 Memantau gejala awal
 Memantau beratnya gejala
 Menggunakan ukuran pencegahan untuk mengurangi risiko komplikasi
 Mendapatkan perawatan kesehatan ketika tanda peringatan muncul
 Menyeimbangkan aktivitas dengan istirahat
 Menggunakan teknik konservasi energy

INTERVENSI :

Manajemen Risiko Jantung (NIC, hlm. 205)

Aktifitas-aktifitas :

 Identifikasi kesiapan pasien untuk mempelajari gaya hidup yang


dimodifikasi (diet, merokok, minuman beralkohol, olahraga, dan kadar
kolestrol).
 Instruksikan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala penyakit
jantung dini dan perburukan penyakit jantung, sebagaimana mestinya.
 Prioritaskan hal-hal yang mengurangi risiko (jantung) dengan
kolaborasi bersama pasien dan keluarga.
 Instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor tekanan darah dan
denyut jantung secara rutin dan dengan berolahraga

14

Você também pode gostar