Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KELOMPOK 4:
PENDAHULUAN
Pajak Penghasilan Pasal 25 atau biasa disebut dengan PPh Pasal 25 adalah Pajak
yang dibayar sendiri oleh WP selama tahun berjalan, yang merupakan angsuran dari pajak
yang akan terutang untuk satu tahun pajak bagian tahun pajak.
PEMBAHASAN
Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 25 UU No.7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri
dimaksud untuk meringankan brban wajib pajak dalam membayar pajak terutang.
Angsuran PPh pasla 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh).
Secara garis besar, penentuan tarif PPh Pasal 25 dibagi menjadi tiga kriteria.
Wajib Pajak OPPT adalah siapa saja yang menjalankan usaha penjualan barang
(grosir ataupun eceran) dan usaha jasa dengan satu tempat usaha atau lebih. Bagi OPPT,
akan dikenakan PPh Pasal 25 sebesar 0,75% x omzet bulanan pada tiap-tiap tempat usaha.
Wajib Pajak OPSPT adalah karyawan atau pekerja bebas yang tidak memiliki usaha
sendiri. Bagi yang masuk dalam kategori OPSPT, akan dikenakan Penghasilan Kena Pajak
(PKP) x Tarif PPh pada UU PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a.
>Rp50 juta = 5%
Rp50 juta – Rp250 juta = 15%
Rp250 juta – Rp500 juta = 25%
>Rp500 juta = 30%
3. Wajib Pajak Badan
Untuk WP Badan, tarif yang dikenakan adalah PKP x 25% Tarif Pasal 17 ayat (1) UU
PPh seperti yang dijelaskan di atas dan Pasal 31 E UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
Selain dari ketentuan tersebut di atas, Wajib Pajak Badan dalam negeri yang
berbentuk perseroan terbuka yang memiliki saham >40% yang diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan memenuhi persyaratan lainnya berhak mendapatkan potongan 5% dari
tarif yang telah ditetapkan. Hal ini selanjutnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kemudian Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto hingga Rp50 miliar
mendapatkan fasilitas potongan sebesar 50% dari tarif 25% yang dikenakan atas PKP yang
menjadi bagian dari peredaran bruto.
Tarif pajak badan yang dijelaskan pada pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh dan UU
Pasal 31 E yang dijelaskan di atas tidak termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Badan yang
telah dikenakan Pasal 4 ayat 2 UU PPh. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2013. Khusus untuk PP No. 46 Tahun 2013 ini, diatur tarif pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan atas peredaran usaha bruto bulan Januari–Desember 2015 dengan PPh
sebesar 1%.
PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan data SPT Tahunan yang diperoleh dari tahun
sebelumnya. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa penghasilan tahun ini sama dengan tahun
lalu. Tentu saja akan ada selisih dan perbedaan dengan kondisi sebenarnya pada tahun pajak
terakhir. Jika nanti ditemukan selisih kekurangan, selisih tersebut dibayarkan sebagai
kekurangan pajak akhir tahun, yang dinamakan dengan PPh Pasal 29. Namun sebaliknya,
jika ada kelebihan bayar, kondisi ini dinamakan sebagai restitusi. Sehingga Wajib Pajak dapat
meminta kelebihan pembayaran atas pajak yang telah dibayarkan tersebut. Besarnya
angsuran PPh 25 dalam tahun berjalan dihitung berdasarkan PPh Terutang sesuai dengan
SPT
Tahunan tahun sebelumnya dan dikurangi dengan kredit pajak. Adapun yang dimaksud
dengan kredit pajak adalah:
1. PPh Pasal 21 (bagi yang memiliki NPWP, pembayaran kredit pajak sesuai dengan tarif
(Pasal 17 Ayat 1) dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP).
2. PPh Pasal 22 (pungutan sebesar 100% bagi yang tidak memiliki NPWP).
3. Selain itu, PPh Pasal 23 (potongan sebesar 15% berdasarkan dividen, bunga, royalti,
dan hadiah, dan potongan 2% berdasarkan sewa, imbalan jasa, serta penghasilan
lain).
4. Dan PPh Pasal 24 (PPh yang dibayarkan di luar negeri dan boleh dikreditkan sesuai
ketentuan dalam Pasal 24).
Perhitungannya :
Pengh. netto bln April 2009 menurut norma perhitungan : 22,5% x
160.000.000 =
36.000.000
Pengh. Netto setahun : 12 x 36.000.000 = 432.000.000
PTKP (K/2) =
19.800.000
Penghasilan Kena Pajak =
412.200.000
PPh terutang :
5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 162.200.000 = 40.550.000
Jumlah = 73.050.000
Maka angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan April tersebut adalah 73.050.000
: 12 = 6.087.500.
Untuk bulan-bulan berikutnya dihitung kembali menurut tata cara diatas,
sesuai dengan besarnya penghasilan bruto bulan ybs.
6. Penentuan angsuran PPh Pasal 25 bagi WP Bank
Bagi Bank didasarkan pada laporan triwulanan yang disetahunkan (dikalikan 4), kemudian
dikalikan dengan tarif pasal 17 UU PPh, hasilnya dibagi 12, dan angka tersebut digunakan
untuk penyetoran triwulanan.
a. Bank baru
Contoh : PT Bank “Royal Kredit” berdiri 1 April 2009, dalam Laporan
keuangan April, Mei dan Juni 2009 menunjukkan penghasilan netto Rp.
966.600.000. (penghasilan bruto setahun misalnya 55 milyar)
Penghasilan Netto setahun 4 x 966.600.000 = 3.866.400.000
PPh terutang 28% x 3.866.400.000 = 1.082.592.000
Maka angsuran PPh Pasal 25 bln April, Mei dan Juni 1.082.592.000 : 12 =
90.216.000 sebulan.
Untuk triwulan berikutnya (Juli, Agustus dan September) dihitung dengan tata
cara tsb diatas.
b. Bank Lama
Contoh : PT Bank “Dana Talangan” dalam laporan keuangan Triwulan Juli,
Agustus dan September 2009, melaporkan penghasilan netto Rp.
1.920.600.000 (penghasilan brutosetahun misalnya 60 milyar).
Pengh. Netto setahun 4 x 1.920.0000.000 = 7.682.400.000
PPh terutang 28% x 7.862.400.000 = 2.151.072.000
PPh Pasal 25 setiap bulan untuk bulan Oktober, Nopember dan Desember
adalah : 2.151.072.000 : 12 = 179.256.000/bulan. Untuk penyetoran bulan
Januari, Pebruari dan Maret (Triwulan berikutnya) dipakai laporan keuangan
triwulan Oktober, Nopember dan Desember. Begitu seterusnya.
Catatan :
1. Bagi Bank baru digunakan laporan keuangan triwulan yang bersangkutan, untuk
penyetoran PPh Pasal 25 bulan-bulan triwulan yang bersangkutan.
2. Bagi bank yang lama digunakan laporan keuangan triwulan yang lalu, yang angka-
angkanya digunakan untuk penyetoran PPh Pasal 25 bulan-bulan triwulan yang didepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/13062698/Makalah_Kewarganegaraan_PPH_Pasal_25
https://www.academia.edu/35191295/PAJAK_PENGHASILAN_PASAL_25_DAN_26_Kelompok_7_Aku
ntansi_3E
https://klikpajak.id/para-pengusaha-wajib-mengetahui-kebijakan-mengenai-tarif-pph-25/
https://www.cermati.com/artikel/pph-pasal-25-hal-hal-yang-mesti-anda-ketahui