Você está na página 1de 10

E.

Lembaga – lembaga

Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan bahwa: (1) Lembaga adalah


unsur pembentu pimpinan yang diserahi tugas dalam bidang tertentu, (2) Lembaga dibentuk
hanya oleh pimpinan pusat, (3) Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah, apabila dipandang
perlu, dapat membentuk lembaga tertentu dengan persetujuan pimpinan persyarikatan
setingkat diatas-nya.

Adapun lembaga – lembaga yang dibentuk oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah hasil
Muhammadiyah hasil Mukhtamar satu abad 2010 yaitu :

1. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting

Memasuki abad kedua, Muhammadiyah dihadapkan pada tugas dan tantangan baru
yang makin berat, bukan hanya karena makin kompleksnya perkembangan masyarakat yang
menuntut berbagai penyesuaian, namun juga kemunculan banyak organisasi islam baru yang
mengharuskan muhammadiyah memperbarui strategi dakwah dan perjuangannya. Salah satu
tantangan tersebut adalah penataan dakwah dan perjuangan di tingkat akar rumput melalui
pengembangan cabang dan ranting. Secara hirarkhi keorganisasian, cabang dan ranting
adalah level organisasi paling bawah, sehingga sering juga dilihat dari logika garis wewenang
dimana pimpinan cabang dan ranting justru memainkan peran ujung tombak dalam kinerja
Persyarikatan Muhammadiyah.

Pertama, Cabang dan ranting merupakan ujung tombak dalam rekrutmen anggota dan
kaderisasi.

Kedua, ujung tombak dalam menjalankan dakwah ke-agamaan.

Ketiga, ujung tombak dalam ukhuwah dengan organisasi islam yang lain, maupun
dalam perjumpaan dengan organisasi sosial yang lain.

Keempat, duta persyarikatan di masyarakat.

Kelima, ujung tombak dalam membela kepentingan umat.

Kondisi Aktual Cabang Dan Ranting secara kuantitas, jumlah cabang dan terutama
ranting muhammadiyah masih terhitung minim. Dari 5.263 jumlah kecamatan di indonesia,
baru 3.221 yang memiliki cabang muhammadiyah atau sekitar 61%. Sementara ditingkat
ranting kondisinya lebih parah, karena baru ada 8.107ranting muhammadiyah dari 62.806
jumlah desa yang ada, atau hanya 12%. Dari angka-angka diatas tampak bahwa pengaruh dan
popularitas muhammadiyah belum tercermin dalam kuantitas organisatorisnya, secara
kualitas, meskipun jika dibanding dengan beberapa ormas islam yang lain muhammadiyah
jauh lebih unggul, namun masih jauh dari harapan warga muhammadiyah sendiri.

Pertama, secara organisatoris masih rapuh. Masih banyak cabang dan ranting yang
belum memiliki kepengurusan yang lengkap, dan ranting yang belum memiliki kepengurusan
yang lengkap dan belum mampu menjalankan tertib organisasi, dalam hal administrasi,
keungan, maupun kegiatan.

Kedua, belum adanya tertib organisasi menyebabkan kepengurusan cabang dan


ranting rentan konflik internal, terutama terutama terkait dengan pengelolaan amal usaha.

Ketiga, lemah inisiatif, cenderung pasif dan menunggu intruksi dari atas.

Keempat, kondisi diatas diperparah oleh fakta bahwa SDM pimpinan Cabang dan
Ranting masih banyak didominasi oleh kalangan usia lanjut.

Kelima, akibatnya Cabang dan Ranting Muhammadiyah cenderung menonon dalam


mengadakan kegiatan, serta kurang mampu merespon perkembangan dan tuntutan lokalitas.

Keenam, kondisi diatas akhirya membuat organisasi di tingkat Cabang dan Ranting
memiliki daya saing yang rendah dibanding organisasi islam baru yang banyak bermunculan,
yang telah banyak “mengambil alih” jamaah maupun amal usaha Muhammadiyah.

Amanat Mukhtamar 46 Tentang Revitalisasi Cabang dan Ranting Kondisi aktual


Cabang dan Ranting telah menimbulkan keprihatian di lingkungan pimpinan dan warga
persyarikatan. Muktamar ke 45 tahun 2005 di Malang Jawa Timur menetapkan revitalisasi
Cabang dan Ranting sebagai salah satu prioritas Program Konsolidasi Organisasi. Komitmen
ini dilanjutkan lagi pada mukhtamar ke 46 tahun 2010 di Yogyakarta, untuk melakukan
pengembangan Cabang dan Ranting secara kuantitatif terbentuknya PCM di 70% jumlah
kecamatan, dan terbentuknya PRM di 40% jumlah desa; dan juga secara kualitatif dengan
menghidupkan kepengurusan Cabang dan Ranting yang mati, serta mengaktifkan Cabang dan
Ranting yang belum aktif. Untuk tijuan diatas, Muktamar ke 46 mengamanatkan
pembentukan Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR). Sebenarnya tugas
pembinaan Cabang dan Ranting adalah tugas yang melekat pada fungsi Pimpinan Wilayah
dan Pimpinan Daerah. Namun karena sedemikian urgenya pembinaan Cabang dan Ranting
maka dibentuklah sebuah lembaga khusus untuk itu. SK PP No. 170/2010 tentang
Nomenklatur Unsur Pembantu Pimpinan bahakan mewajibkan dibentuknya LPCR di tingkat
Wilayah dan Daerah.

Visi

“Terciptanya kondisi dan perkembangan Cabang dan Ranting yang lebih kuat, dinamis, dan
berkemajuan sesuai dengan prinsip dan cita-cita gerakan Muhammadiyah menuju
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”

MISI LPCR PP Muhammadiyah

1. Pendapatan jumlah dan kondisi Cabang dan Ranting diseluruh Indonesia, untuk
kemudian diterjemahkan kedalam Peta Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Ada
tiga aspek yang dipetakan: (i) Kategori Cabang dan Ranting Aktif, Hidup, Vakum; (ii)
Lokasi Cabang dan Ranting Perkotaan, Pedesaan, Pedalaman; dan (iii) Problem
lingkungan yang dihadapi Cabang dan Ranting ekonomi, sosial, budaya, politik,
konflik antar/intra agama.
2. Pemekaran dan Pembentukan Cabang dan Ranting baru, dengan target terbentuknya
PCM sebanyak 70% dari jumlah kecamatan di Indonesia, dan terbentuknya PRM
sebanyak 40% jumlah Desa yang ada di Indonesia.

Tugas dan Fungsi

Lembaga ini dibentuk untuk melakukan penguatan kembali Ranting sebagai basis
gerakan melalui proses penataan, pemantapan, peningkatan, dan pengembangan ranting baru
kearah kemajuan dalam berbagai aspek gerakan Muhammadiyah.

Tugas pokok LPCR antara lain :

a. Mengaktifkan kembali Ranting-Ranting yang mati atau setengah-mati/stagnan


b. Mengefektifkan dan mengintensifkan fungsi Ranting sebagai pimpinan yang membina
anggota dan jama’ah
c. Membentuk Ranting-Ranting baru terutama di pedesaan dan pusat-pusat kawasan
kota besar
d. Menjadikan Ranting-Ranting tertentu yang memiliki infrastruktur dan
prasyarat/kondisi yang kondusif untuk pilot proyek/program Keluarga Sakinah serta
Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ)
e. Menghidupkan dan menyemarakkan pengajian-pengajian pimpinan dan anggota
dengan berbagai model alternatif
f. Mengembangkan fungsi pelayanan crisis center untuk advokasi di tingkat Ranting.
g. Menjadikan Ranting sebagai basis kegiatan pemberdayaan masyarakat dan
pembentukan Islamic Civil Society
h. Meningkatkan konsolidasi, termasuk komunikasi dan jaringan intensif, dengan
seluruh organisasi otonom dan unit-unit kelembagaan di tingkat Ranting.
i. Khusus dengan Aisyiyah perlu lebih mengembangkan sinergi yang solid dan
memberikan peran yang lebih signifikan karena organisasi otonom khusus ini
memiliki basis kegiatan yang kuat dan cukup intensif yang berhubungan langsung
dengan masyarakat di bawah.
j. Menyiapkan dan mengusahakan kader Muhammadiyah untuk menempati posisi-
posisi dan peran-peran penting serta strategis dalam kiprah kemasyarakatan di
wilayah/kawasan Ranting setempat seperti menjadi Ketua RT, kelompok-kelompok
sosial, organisasi kepemudaan, kelompok tani, dan sebagainya.
k. Membangun/menyediakan/melengkapi perkantoran/gedung Ranting yang bersifat
serbaguna dan menjadi pusat gerakan Muhammadiyah, sekaligus pusat pelayanan
masyarakat, termasuk pemasangan papan nama.
l. Selain mengelola amal usaha Ranting, perlu meningkatkan sinergi dan kerjasama
dengan amal usaha yang berada di lingkungan Ranting Muhammadiyah setempat.
m. Menyelenggarakan pengajian umum dan khusus sesuai dengan model yang
dikembangkan dalam Muhammadiyah secara terpadu/tersistem, intensif, dan bersifat
alternatif.
n. Melaksanakan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah minmal yang bersifat terbatas,
tidak harus ideal, yang mengikat Muhammadiyah dengan masyarakat setempat.
o. Menyebarluaskan tuntunan-tuntunan hidup beragama melalui media buletin. brosur,
dsb, dalam bahasa Indoneia atau daerah yang dikemas dengan baik dan komunikatif.
p. Memanfaatkan radio komunitas (radio Mentari) sebagai media informasi dan
silaturahmi/interaksi
q. Membentuk jama’ah-jama’ah bina kesehatan, bina kesejahteraan, bina pemberdayaan
pendidikan, bina kerukunan sosial, dsb.
r. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti di bidang
pertanian, perikanan, perkebunan, dan kegiatan-kegiatan ekonomi mikro dan kecil
yang terjangkau dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan
pendekatan GJDJ.

2. Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan


Tugas pokok LPPK antara lain:
a. Menyusun dan memasyarakatkan sistem pengelolaan keuangan Persyarikatan,
Pembantu Pimpinan dan Amal Usahanya.
b. Membina dan mengawasi pengelolaan keuangan Persyarikatan, Pembantu Pimpinan
dan Amal Usahanya.
c. Melakukan kajian tentang sistem keuangan umum sebagai pertimbangan bagi
Pimpinan Persyarikatan dalam kebijakan keuangan.

3. Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Lembaga ini merupakan pemakaran dari Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan
Pengembangan. Setelah disendirikan sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, maka
tugas pokoknya menjadi :

1) Penelitian dan pengembangan, mencakup program penelitian dan pengembangan di


PTM, dan penelitian pengembangan gerakan Muhammadiyah.
2) Bidang Penelitian dan Pengembangan :
a) Pengembangan datasabe dan pusat informasi Per-syarikatan
b) Pengembangan kerja sama lembaga penelitian di lingkungan Persyarikatan.
c) Penelitian kualitas penelitian di PTM

4. Lembaga Penanggulan Bencana

Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) atau Muhammadiyah Disaster


Management Centre (MDMC) adalah lembaga penanggulangan bencana Muhammadiyah
yang berdiri pertama melalui SK PP Muhammadiyah No.58/KEP/LO/D/2007. Institusi ini
merupakan penajaman darii salah satu rekomondasi internal mukhtamar Muhammadiyah ke-
46 yang secara tegas mengamanatkan organisasi untuk menghidupkan kembali kerja – kerja
kemanusiaan, khususnya dalam bidang bencana, baik dalam masa darurat maupun
membangun ketahanan masyarakat.
Sesuai mandatnya, maka MDMC bertugas melayani kemanusiaan berdasarkan; (i)
nilai dasar agama islam “rahmatan lil alamin”, (ii) sejarah perjuangan Muhammadiyah
sebelumnya, (iii) organisasi MDMC yang lintas sektoral, (iv). Tuntutan perkembangan kerja
kemanusiaan glogal. Ini juga memperjelas posisi MCDM yang secara organisasi memiliki
kapalitas sekaligus ancaman dan peluang.

Secara umum, posisi strategis yang dimiliki saat ini adalah :

1. Bahwa MDMC adalah praktis Muhammadiyah back to basic, kembali basis jati diri,
khittah dan bidang geraknya dibidang da’wah, taribiyah dan kesejahteraan.
2. Melakukan pemerdayaan organisasi dan proyek MDMC sendiri sebagai bagian
integral dari pencerahan kembali gerakan muhammadiyah berdasar VISI 2025.
3. Dengan konsolidasi MDCM kedalam, dilakasanakan seiring dengan tantangan dan
keikutsertaan Muhammadiyah dalam kegiatan kemanusiaan global.
4. Harapan untuk dapat menjadi pemain global setelah masa inkubasi 3-5 tahun kedepan.

Sesuai bidang – bidang garapan yang terdapat dalam penanggulangan bencana,


MDMC, dengan hasil analisis SWOTnya, saat ini baru saja dapat melakukan
kegiaatan yanga ada dalam bidang Tanggap Darurat dan Kesiapsiagaan.

Tujuan Strategis

Tujuan strategis yang dianggap sebagai prioritas utama yang harus diselesaikan oleh MDMC
dalam jangka waktu 3 (tiga) sampai 5 (lima) tahun ke depan adalah :

1) Peningkatan Kapasitas Kelembagan MDMC untuk kerja – kerja Kemanusiaan dalam


isu Bencana.
2) Penguatan Jaringan dan Mendorong Partisipasi masyarakat dalam Penanggulangan
Bencana

Nilai Nilai Organisasi

Nilai – nilai filosofis dan nilai – nilai operasional dibutuhkan MDMC agar menjadi
pembatas tentangf apa yang benar, apa yang salah dan mana yang dapat ditoleransi, mana
yang tidak mendapat toleransi sehubungan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan. Nilai –
nilai ini akan membedakan MDMC dengan organisasi lain. Nilai – nilai Filosofis yang
Dianut Dalam MDMC adalah:
1) Rahmat bagi alam semesta
2) Berkeadilan
3) Profesional
Sedangkan Nilai – nilai Operasional dalam MDMC adalah :
a) Reponsif; melayani dengan cepat dan tanggap.
b) Musyawarah; melakukan metode partisipatif.
c) Efisien dan efektif; mengoptimalkan sumberdaya, tepat sasaran, tepat target.
d) Berkelanjutan; menggunakan pendekatan pemberdayaan komunitas,
berinvestasi dimasyarakat.
e) Berjejaringan; bekerja bersama dengan siapun yang memiliki misi yang sama.
f) Akuntabel; bekerja secara transparan, menghargai keterbukaaan publik dalam
kegiatan dan laporan keuangan.
g) Kepatuhan Hukum; bekerja atas dasar kesadaran hukum.

5. Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah

Sebagai organisasi Dakwah Islam, Muhammadiyah mendirikan berbagai amal usaha


sosial, seperti panti asuhan bagi anak yatim piatu dan orang jompo, balai kesehatan dan
sekolah, yang dimaksudkan untuk memberdayakan kaum musthadafin dan memberikan
kemudahan pendidikan bagi anak-anak keluarga miskin. Muhammadiyah didirikan dan
dibesarkan dari dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) warga masyarakat dan para aghniya.
Penggalian dana ZIS selama ini masih bersifat parsial dan sporadis dan belum dilakukan
secara sistematis dan terlembagakan secara lebih intensif sehingga hasil yang dicapai rasa
kurang optimal.

Agama islam yang dianut oleh mayoritas penduduk indonesia mewajibkan setiap
muslim mengeluarkan zakat dari rezeki yang diperoleh dan juga menganjurkan bershadaqah
dan ber infaq, guna menolong kaum dhuafa dan fakir miskin.

Muhammadiyah memandang perlu adanya upaya untuk menanggulangi kemiskinan


dengan mengoptimalkan penggalian dana ZIS, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang berada dalam kemisikinan dan kesusahan. Cukup banyak umat islam yang belum
menunaikan zakat karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka. Sudah
selayaknya, warga masyarakat yang mendapat kelimpahan rezeki dimotivasi dan disadarkan
terhadap kewajiban keagamaan mereka, yaitu membayar ZIS.
VISI

Menjadi Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh dikota Surabaya yang amanah,
transparan dan profisional dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin dan mustadh’afin
sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.

MISI

a) Meningkatan kesadaran ummat untuk membayar zakat sebagai salah satu rukun islam.
b) Mengintensfikan pengumpulan ZIS pada seluruh lapisan masyarakat.
c) Mendayagunakan ZIS secara optimal untuk pemberdayaan kaum miskin melalui amal
– amal sosial dan kemanusiaan.
d) Mengelola zakat, infaq dan shadaqah secara profisional, transparan, dan akuntabel.

6. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik

Lembaga ini dibentuk untuk memberi wadah pemikiran dakwah islam amar ma’ruf
nahi munkar melewati lika – liku persoalan politik praktis maupun ketatanegaraan. Dengan
lembaga ini tidak berarti Muhammadiyah sebagai organisasi politik praktis, tetapi
Muhammadiyahmemberi wadah dan saluran bagi warga anggotanya yang ahli dan
memahami masalah politik secara teori dan praktek, sehingga Persyarikatan dapat
menyalurkan pemikiran poliitik kedapa pemerintah secara langsung atau lewat partai politik
yang ada berupa andil pendapat atau pemikiran.

Adapun tugas dan fungsi Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik adalah :

1) Mengadakan kajian politik yang berkaitan dengan perjuangan umat islam dan
khususnya Muhammadiyah;
2) Memberikan nasehat kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengenai masalah
politik yang menyakut jalannya Persyarikatan dan Kebijakansanaan Pimpinan Pusat;
dan
3) Menyelenggarakan pendidikan untuk mempertinggi kecerdasan politik kepada
pimpinan Persyarikatan dan petugas-petugasnya.

7. Lemabaga Seni Budaya dan Olahraga

Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah adalah bagian integral
dari gerakan dakwah Muhammadiyah dengan mewadahi potensi seni budaya dan olahraga
warga Persyarikatan agar aktifitas dan kreatifitasnya terarah sesuai dengan nilai – nilai ajaran
islam, dan menjadi salah satu daya dukung bagi pengembangan dakwah Muhammadiyah.

Kepedulian atas seni budaya ini telah dipelopori sendiri oleh KH Ahmad Dahlan,
yang pandai memainkan alat musik tradisional dan modern seperti kemahirannya memainkan
biola dan gending – gending Jawa. Konon, kepiawalan beliau sering didemostrasikan dimuka
umum untuk mengumpulkan anak - anak muda Kauman untuk diajak ngaji, atau untuk
pengumpulan dana sosial dan dan dakwah.

Program dan kegiatan LSBO Muhammadiyah meliputi bidang :

1) Pengembangan media dan sarana prasana


2) Pendidikan dan latihan
3) Pengkajian dan Pengembangan
4) Penguatan Kelembagaan

Sebagai bagian dari gerakan dakwah islam, LSB sedang berusaha merumuskan Fiqh
Kesenian dan Olahraga, yang akan menjadi landasan bagi para aktivis seni dan olahraga
di lingkungan Muhammadiyah.

8. Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional

Lembaga ini dibentuk untuk melaksanakan tugas khusus Persyarikatan dalam


membangun jaringan kerja internasional, dengan visi:

1) Muhammadiyah sebagai kekuaan moral bangsa


2) Muhammadiyah sebagai salah satu inspirator Peradaban Islam
3) Muhammadiyah sebagai kekuatan moral (bahkan inti kekuatan) bagi perdamaian
dunia.

Adapun misi yang diemban adalah terwujudnya ukhuwah islamiyah dan kerja sama
global secara menyeluruh, dengan peran yang prima dari Persyarikatan dan umat
Islam.

Adapun tujuan dari lembaga ini adalah :

1) Mengembangan SDM dalam bidang jarinagn dan kerja sama internasional


2) Meningkatkan peran dan keterlibatan Muhmammadiyah dalam pengembangan
wacana pemikiran keislaman dikalangan dunaia islam khususnya dan dunia
internasional pada umumnya
3) Meningkatkan sosialisasi pemikiran dan aktivitas Muhammadiyah ke dunia
Islam dan dunia Internasional pada umumnya
4) Mengembangkan partisipasi Muhammadiyah dalam kekuatan solidaritas umat
Islam (ukhuwah Islamiyah) untuk mewujudkan perdamaian dunia sebagai
kebutuhan bersama
5) Mengkoordinir kerja sama dan jaringan kader Muhammadiyah yang tersebar
di berbagai negara dengan membentuk cabang – cabang khusus (istimewa)
Muhammadiyah dimanca negara.

Você também pode gostar