Você está na página 1de 25

MAKALAH FARMAKOLOGI

PROFILAKSIS BESI PADA KEHAMILAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 2 :
 SRIANI
 NOVITA SARI DEWI
DOSEN : JUNERIS

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Profilaksis
Besi Pada Kehamilan”.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Medan, 10 Juli 2018

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................


DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
Latar Belakang ...............................................................................................................
Rumusan Masalah ............................................................................................................
Tujuan...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Kloning.........................................................................................................
B. Jenis-jenis Kloning......................................................................................................
C. Proses Kloning ............................................................................................................
D. Pro dan Kontra Kloning ..............................................................................................
E. Kloning dalam pandangan Etika...................................................................................
F. Contoh manusia yang berhasil di Kloning.....................................................................
G. Aspek Hukum pada Kloning.........................................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................


Kesimpulan .......................................................................................................................
Saran …………………………………………………………………….........................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Selama kehamilan, wanita mengalami peningkatan permintaan besi untuk memperluas massa
eritrosit dan memenuhi kebutuhan zat besi dari pertumbuhan janin Mayoritas wanita Denmark
tidak menggunakan zat besi tambahan selama kehamilan cadangan besi tubuh habis - banyak
mengembangkan besi kekurangan dan beberapa mengembangkan defisiensi besi anemia (3,4).
Secara umum diakui bahwa dalam Untuk menjalani kehamilan tanpa mengembangkan defisiensi
zat besi, para wanita seharusnya toko besi tubuh dimobilisasi minimal 500 mg sebelum
kehamilan (5-9). Hanya 14-20% subur Wanita Denmark memiliki kadar feritin yang sesuai ke
toko besi tubuh dengan ukuran ini (10). Sejak tahun 1992, sebagai konsekuensi dari temuan ini,
Denmark Board of Nutrition telah merekomendasikan rutinitas suplemen zat besi untuk ibu
hamil dari 18 hingga 20 minggu kehamilan (11). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan dosis terendah zat besi yang diperlukan untuk mencegah besi defisiensi dan anemia
defisiensi besi di hamil wanita. Kami menilai efek dari empat dosis besi besi: 20, 40, 60, dan 80
mg / hari diambil dari 18 minggu kehamilan.
PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) DALAM KEHAMILAN

ABTRAKSI
Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia
gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi
di seluruh dunia.
2
World
Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa
terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang
.
Di
Indonesia (Susenas dan Survei Depkes
-
Unicef)
dilaporkan bahwa dari sekitar
4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya
mengalami kekurangan energi kronis
.
Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kal
i lipat akibat peningkatan
volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu
(mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin
.
Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada
ibu hamil adal
ah karena defisiensi besi (43,1%
.
Demikian pula dengan studi di
Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu hamil berhubungan dengan
defisiensi zat besi (
p
= 0,03), vitamin A (
p
=0,004) dan status gizi (LILA) (
p
=
0,003).
7
Terdapat korelasi yang erat antara a
nemia pada saat kehamilan
dengan kematian janin, abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah,
cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan
anemia gizi
.
Kata Kunci: Kehamilan, Anemia, Zat Besi
2
I.
PENDAHULUAN
Ibu hamil
merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi,
karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
janin yang dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa
dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia,
pertambahan
berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin.
1
Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia
gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di
seluruh dunia.
2
World
Heal
th Organization (WHO)
melaporkan bahwa
terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di
Indonesia (Susenas dan Survei Depkes
-
Unicef) dilaporkan bahwa dari sekitar
4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya
men
galami kekurangan energi kronis.
3
Laporan USAID’s, A2Z, Micronutrient and Child Blindness Project,
ACCESS Program, and Food and Nutrition Technical Assistance (2006)
menunjukkan bahwa sekitar 50% dari seluruh jenis anemia diperkirakan akibat
dari defisie
nsi besi. Selain itu, defisiensi mikronutrient (vitamin A, B6, B12,
riboflavin dan asam folat) dan faktor kelainan keturunan seperti
thalasemia
dan
sickle cell disease
juga telah diketahui menjadi penyebab anemia.
2
Anemia sering terjadi akibat defisiensi z
at besi karena pada ibu hamil terjadi
peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume
darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu
(mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin.
4
Ironisny
a, diestimasi dibawah 50% ibu tidak mempunyai cadangan zat besi
yang cukup selama kehamilannya, sehingga risiko defisiensi zat besi atau
anemia meningkat bersama dengan kehamilan.
Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia
pada ibu h
amil adalah karena defisiensi besi (43,1%).
5
Disamping itu, studi di
Malawi ditemukan dari 150 ibu hamil terdapat 32% mengalami defisiensi zat
besi dan satu atau lebih mikronutrient.
6
Demikian pula dengan studi di
Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu h
amil berhubungan dengan
3
defisiensi zat besi (
p
= 0,03), vitamin A (
p
=0,004) dan status gizi (LILA) (
p
=
0,003).
7
Terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan
dengan kematian janin, abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah,
cadangan
zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan
anemia gizi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian perinatal masih tinggi,
demikian pula dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu. Selain itu, dapat
mengakibatkan perdarahan pada saat persal
inan yang merupakan penyebab
utama (28%) kematian ibu hamil/bersalin di Indonesia.
8,9
II.
Definisi Zat Besi
Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini
terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis
hemoglobin (
Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan
eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi),
protoporfirin, dan globin
(1/3 berat Hb terdiri dari Fe).
9
Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro (Fe
2+
) dan
ferri (Fe
3+
).
Konversi kedua bentuk tersebut relatif mudah. Pada konsentrasi oksigen tinggi,
umumnya besi dalam bentuk ferri karena terikat hemoglobin sedangkan pada
proses transport transmembran, deposisi dalam bentuk feritin dan sintesis
heme, besi dala
m bentuk ferro.
eeeee
Dalam tubuh, besi diperlukan untuk
pembentukkan kompleks besi sulfur dan heme. Kompleks besi sulfur
diperlukan dalam kompleks enzim yang berperan dalam metabolisme energi.
Heme tersusun atas cincin porfirin dengan atom besi di sentral cinc
in yang
berperan mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin
dalam otot.
5,6
2. 2. Fungsi Zat Besi
Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh : sebagai alat
angkut oksigen dari paru
-
paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angk
ut elektron
di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam
jaringan tubuh
.
11
4
Rata
-
rata kadar besi dalam tubuh sebesar 3
-
4 gram. Sebagian besar (± 2
gram) terdapat dalam bentuk hemoglobin dan sebagian kecil (± 130 mg) dalam
bentuk m
ioglobin. Simpanan besi dalam tubuh terutama terdapat dalam hati
dalam bentuk feritin dan hemosiderin.
6,7
Dalam plasma, transferin mengangkut
3 mg besi untuk dibawa ke sumsum tulang untuk eritropoesis dan mencapai 24
mg per hari. Sistem retikuloendoplasma
akan mendegradasi besi dari eritrosit
untuk dibawa kembali ke sumsum tulang untuk eritropoesis.
7
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen
untuk membentuk m
ioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot),
kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan
penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan
tubuh.
3
2.3. Sumber Zat Besi
Sumber zat besi adalah makan
hewani, seperti daging, ayam dan ikan.
Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang
-
kacangan, sayuran
hijau dan beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan
kualitas besi di dalam makanan, dinamakan juga ketersediaan biologik
(bioavability). Pada umumnya besi di dalam daging, ayam, dan ikan
mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di dalam serealia dan kacang
-
kacangan mempunyai mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi
dalam sebagian besar sayuran, terutama yang me
ngandung asam oksalat tinggi,
seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya
diperhatikan kombinasi makanan sehari
-
hari, yang terdiri atas campuran
sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh
-
tumbuhan serta sumber gizi lain
yang dapat memban
tu sumber absorbsi. Menu makanan di Indonesia sebaiknya
terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan, kacang
-
kacangan, serta sayuran dan buah
-
buahan yang kaya akan vitamin C
.
10
Berikut bahan makanan sumber besi
:
8
5
Bahan Makanan
Kandungan Besi (mg)
Daging
23.8
Sereal
18.0
Kedelai
8.8
Kacang
8.3
Beras
8.0
Bayam
6.4
Hamburger
5.9
Hati sapi
5.2
Susu formula
1.2
Bahan makanan sumber besi didapatkan dari produk hewani dan
nabati. Besi yang bersumber dari bahan makanan terdiri atas besi heme dan
besi
non heme. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa walaupun
kandungan besi dalam sereal dan kacang
-
kacangan relatif tinggi, namum oleh
karena bahan makanan tersebut mengandung bahan yang dapat menghambat
absorpsi dalam usus, maka sebagian besar besi ti
dak akan diabsorpsi dan
dibuang bersama feses.
2.4.
Kebutuhan Fe/Zat Besi
dan
Suplementasi Zat Besi
Pada Masa Kehamilan
Kebutuhan zat besi
selama
hamil yaitu rata
-
rata 800 mg

1040 mg
.
Kebutuhan
ini diperlukan untuk :

±
300 mg diperlukan untuk
pertumbuhan
janin
.

± 50
-
75 mg untuk pembentukan plasenta.

± 500 mg
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal
/
sel darah merah
.

±
200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.

± 200 mg lenyap ketika melahirkan


Perhitungan makan 3
x sehari
atau
1000
-
2500 kalori akan menghasilkan
seki
tar 10

15 mg zat besi perhari, namun hanya 1
-
2 mg yang di absorpsi.
9
jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6
-
8 mg zat besi
6
dapat diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat besi
yang
diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian
ibu.
Besarnya angka kejadia
n
anemia ibu hamil pada trimester I
kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III
sebesar
70%.
4
Hal ini disebabkan karena pada trimester p
ertama kehamilan, zat besi
yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan
pertumbuhan
janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume
darah
dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen
dengan 450
mg zat besi
untuk memproduksi sel
-
sel darah merah. Sel darah merah harus
mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat
melahirkan,
perlu tambahan besi 300

350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat
melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg
per hari atau dua kali
lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
1
Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi
yang hilang melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini
kira
-
kira
14 ug per Kg berat badan per hari atau hampir sa
rna dengan 0,9 mg zat besi
pada laki
-
laki dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa
.
5,9
Kebutuhan zat besi
pada ibu hamil berbeda pada setiap umur kehamilannya, pada
trimester I naik
dari 0,8 mg/hari, menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III. Kebutuhan
akan zat
besi sangat menyolok kenaikannya. Dengan demikian kebutuhan zat
besi pada
trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari makanan saja, walaupun
makanan
yang dimakan cukup baik kualitasnya dan bioavailabilitas zat besi
tinggi,
namun zat besi juga harus dis
uplai dari
sumber lain agar supaya cukup.
7,9
Penambahan zat besi selama kehamilan kira
-
kira 1000 mg, karena mutlak
dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah ibu.
Sebagian
dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan pe
ningkatan
adaptif persentase zat besi yang diserap. Tetapi bila simpanan zat
besi rendah
atau tidak ada sama sekali dan zat besi yang diserap dari makanan
sangat
sedikit maka, dip
erlukan suplemen preparat besi.
7,9
Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaik
an dengan usia kehamilan
atau k
ebutuhan zat besi tiap semester
, yaitu
sebagai berikut
:
7
1.
Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari)
ditambah 30
-
40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
2.
Trimester II : kebutuhan zat
besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus
115
mg.
3.
Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah kebutuhan sel
darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.
Angka Kecukupan Besi
Umur
(tahun)
AKG Besi (mg)
10
-
12
20
13
-
49
26
50
-
65
12
Hamil (+ an)
Trimester 1
+0
Trimester 2
+9
Trimester 3
+ 13
Besi dalam bentuk fero lebih mudah diabsorbsi maka preparat besi
untuk pemberian oral tersedia dalam berbagai bentuk berbagai garam
fero
seperti fero sulfat, fero glukonat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini
umumnya efektif dan tidak mahal
.
Di Indonesia, pil besi yang umum
digunakan dalam suplementasi zat besi adalah ferrosus sulfat,
senyawa ini
tergolong murah dan dapat diabsorbsi
sampai 20%.
11
Memberikan preparat besi yaitu
fero sulfat, fero glukonat
atau
Na
-
fero bisirat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan.
Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi
60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia
.
2
Dosis zat besi yang paling tepat untuk mencegah anemia ibu masih
belum jelas, tetapi untuk menentukan dosis terendah dari zat besi
untuk
pencegahan defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada
kehamilan telah
8
dilakukan p
enelitian Pada wanita Denmark, suplemen 40 mg zat besi ferrous /
hari dari 18 minggu kehamilan tampaknya cukup untuk mencegah
defisiensi
zat besi pada 90% perempuan dan anemia kekurangan zat besi pada
setidaknya 95% dari perempuan selama kehamilan dan post
partum.
Prevalensi anemia defisiensi besi pada 39 minggu kehamilan secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok 20 mg (10%) dibanding
kelompok 40
mg (4,5%), kelompok 60 mg (0%), dan kelompok 80 mg (1,5%) (p =
0,02).
Pada 32 minggu kehamilan, berarti Hb pad
a kelompok 20 mg lebih rendah
dibanding kelompok 80 mg (p = 0,06). Tidak ada perbedaan yang
signifikan
dalam status besi (feritin, sTfR, dan Hb) antara kelompok 40, 60, dan
80 mg.
Postpartum, kelompok 20 mg memiliki feritin serum rata
-
rata secara
signifika
n lebih rendah dibanding kelompok 40, 60 dan 80 mg (p <0,01).
2.
5
. Efek Samping Pemberian Suplementasi Zat Besi
Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek samping
pada
saluran gastrointestinal pada sebagian orang, seperti rasa tidak enak
di ulu
hati, mual, muntah dan diare. Frekuensi efek samping ini berkaitan
langsung
dengan dosis zat besi. Tidak tergantung senyawa zat besi yang
digunakan, tak
satupun senyawa yang ditolelir lebih baik daripada senyawa yang lain.
Zat
besi yang dimakan bersama de
ngan makanan akan ditolelir lebih baik
meskipun jumlah zat besi yang diserap berkurang. Pemberian
suplementasi
Preparat Fe, pada sebagian wanita, menyebabkan sembelit. Penyulit
Ini dapat
diredakan dengan cara memperbanyak minum, menambah konsumsi
makanan y
ang kaya akan serat seperti roti, serealia, dan agar
-
agar
.
12
Mual pada masa kehamilan adalah proses fisiologi sebagai dampak
dari terjadinya adaptasi hormonal
.
Selain itu mual dapat terjadi pada ibu
hamil sebagai efek samping dari minum tablet besi
.
Ibu hamil yang
mengalami mual sebagai dampak kehamilannya dapat merasakan
mual yang
lebih parah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami
keluhan
mual sebelumnya.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
mual akibat minum tablet bes
i. Salah satu cara yang dianjurkan untuk
9
mengurangi mual sebagai efek samping dari mengkonsumsi tablet
besi adalah
dengan mengurangi dosis tablet besi dari 1 x 1 tablet sehari menjadi 2
x
½
tablet sehari. Akan tetapi hal ini tidak sesuai dengan penelitian
yang
dilakukan
oleh Milman, Bergholt, dan Erikson (2006)
yang menyatakan tidak
ada hubungan antara efek samping atau gejala gastrointestinal seperti
mual,
muntah, nyeri epigastrik, kolik, konstipasi, dan diare dengan empat
dosis
yang diuji cobakan yaitu :
20 mg, 40 mg, 60 mg, dan 80 mg.
Konsumsi tablet besi pada malam hari juga dilakukan para partisipan
dalam upaya mencegah mual setelah minum tablet besi
.
Dalam penelitian ini
tablet besi diminum pada malam hari agar tidak mengalami mual. Hal
itu
dilakukan atas anjuran petugas kesehatan.
2.
6
. Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi
Diperkirakan hanya 5
-
15 % besi makanan diabsorbsi oleh orang
dewasa ya
ng berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi
absorbsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor berpengaruh terhadap
absorbsi
besi:
10
Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap
penyerapannya.
Besi
-
hem, yang merupakan bagian dari hemoglobi
n dan mioglobin yang
terdapat didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada
besi
-
nonhem. Kurang lebih 40% dari besi didalam daging , ayam dan ikan
terdapat
besi
-
hem dan selebihnya sebagai non
-
hem. Besi
-
nonnhem juga terdapat di
dalam telur, se
realia, kacang
-
kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis
buah
-
buahan. Makan besi
-
hem dan non
-
hem secara bersama dapat
meningkatkan penyerapan besi
-
nonhem. Daging, ayam dan ikan mengandung
suatu faktor yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas
asam
amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi,
keju,
telur tidak mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu
penyerapan
besi. Asam organik, seperti vitamin C sangat membantu penyerapan
besi
-
nonhem dengan merubah bentuk feri men
jadi bentuk fero.
Seperti telah dijelaskan, bentuk fero lebih mudah diserap. Vitamin C
disamping itu membentuk gugus besi
-
askorbat yang tetap larut pada pH
13
keadaan kadar besi rendah maka hepsidin sedikit dibentuk demikian
juga
seba
liknya.
2.7.
Tablet besi berguna untuk kesehatan ibu dan bayi
Proses haemodilusi yang terjadi pada masa hamil dan meningkatnya
kebutuhan ibu dan janin, serta kurangnya asupan zat besi lewat
makanan
mengakibatkan kadar Hb ibu hamil menurun. Untuk mencegah
kejadian
tersebut maka kebutuhan ibu dan janin akan tablet besi
harus dipenuhi.
Anemia defisiensi besi sebagai dampak dari kurangnya asupan zat
besi pada
kehamilan tidak hanya berdampak buruk pada ibu, tetapi juga
berdampak
buruk pada kesejahteraan janin. Hal tersebut dipertegas dengan
penelitian
yang dilakukan yang m
enyatakan anemia defisiensi besi dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin dan kelahiran prematur. Lebih lanjut
dalam
penelitiannya tentang mekanisme biologi dampak pemberian zat besi
pada
pertumbuhan janin dan kejadian kelahiran premature melaporkan a
nemia dan
defisiensi besi dapat menyebabkan ibu dan janin menjadi stres
sebagai akibat
diproduksinya
corticotropin
-
releasing
hormone
(CRH).
Peningkatan
konsentrasi CRH merupakan faktor resiko terjadinya kelahiran
prematur,
pregnancy
-
induced hypertension. D
isamping itu juga berdampak pertumbuhan
janin.
T
emuan lain pada penelitian
yang dilakukan
adalah
pemberian tablet
besi sebelum hamil dapat meningkatkan berat badan lahir bayi.
Penelitian
tersebut juga didukung oleh penelitian Cristian (2003) dan Palma (2
007) yang
menyatakan suplemen zat besi berhubungan dengan resiko BBLR
pada ibu
yang mengalami anemia.
1
2
Gangguan pertumbuhan janin yang ditimbulkan tergantung pada
periode pertumbuhan apa ibu mengalami anemia. Penelitian yang
dilakukan
Georgieftt (2008) me
nyatakan
kejadian defisiensi besi pada awal kehidupan
janin berdampak pada gangguan neural, metabolisme monoamine
dan proses
myelinasi.
10
Kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan intra
uterin diperoleh janin dari nutrisi yang ada di tubuh ibunya.
Kebutuhan janin

Você também pode gostar