Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuhan yang
konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam proses penyembuhan dari
stres fisik akibat persalinan dan meningkatkan kepercayaan diri dalam merawat bayinya1.
Bayi yang sehat, lahir dengan membawa cukup cairan dalam tubuhnya. Kondisi ini akan
tetap terjaga bahkan dalam cuaca panas sekalipun, bila bayi diberi ASI secara eksklusif siang
dan malam. Rendahnya pemeberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan ancaman bagi tumbuh
kembang anak. Seperti diketahui, bayi yang tidak diberi ASI, setidaknya hingga usia 6
bulan, lebih rentan mengalami kekurangan nutrisi2. Beberapa penelitian epidemiologis
menyatakan bahwa ASI melindungi dari penyakit infeksi, misalnya: infeksi saluran
pernafasan, akut bagian bawah, ostitis media, dan diare. Anak yang tetap diberikan ASI
mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh
dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan ASI3. 1 Target pencapaian Millennium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia. Adapun target MDGs untuk AKI yaitu 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH),
sedangkan target AKB yaitu 23 per 1000 KH4. Kematian bayi di Indonesia masih
terbilang tinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Angkanya 37 kematian per 1.000
kelahiran hidup. Meski angkanya terus menurun, tapi posisi Indonesia di Asia Tenggara tidak
berubah. Indonesia menempati posisi keempat terbanyak5. United Nations International
Childern’s Emergency Fund (UNICEF) menyatakan Investasi pada kebijakan nasional yang
kuat dalam menyusui dan gizi dapat mencegah kematian sekitar 20.000 anak balita di
Indonesia setiap tahun, meskipun sudah ada bukti kuat bahwa ASI eksklusif mencegah
penyakit seperti diare dan pneumonia, yang menyebabkan 40% dari kematian balita di
Indonesia, tingkat pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama seorang bayi menurun di
Indonesia dari 40% di tahun 2002 dan 32% pada tahun 20076. Ketua Asosiasi Ibu
Menyusui Indonesia (AIMI) sekaligus konselor ASI Indonesia mengatakan, Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukkan peningkatan terhadap angka
pemberian ASI eksklusif, dibandingkan SDKI 2007. Pada SDKI 2007 angka pemberian ASI
eksklusif itu hanya sekitar 32%, yang di SDKI 2013 sudah meningkat menjadi 42% jadi ada
peningkatan sebanyak 10%7. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan
tahun 2012, diketahui AKI sebanyak 76 per 1000 kelahiran, sedangkan AKB tahun 2011
sebanyak 34 per 1000 kelahiran hidup dan menurun menjadi 5 per 1000 kelahiran bayi
pada tahun 20128. Data dari pencatatan Rumah Sikit Umum Daerah Bhayangkara Makassar
pada bulan September sampai dengan Desember tahun 2013 dan Januari sampai dengan
April 2014 tercatat 1078 ibu melahirkan dan sekitar 25 yang mengalami bendungan ASI.
Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) terkadang ada beberapa masalah yang menyebabkan
akhirnya ASI yang harusnya didapatkan bayi dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan
adakalanya bayi tidak mendapatkan sama sekali ASI dari ibunya. Hal ini mungkin bukan
suatu kesengajaan, akan tetapi karena ketidak tahuan ibu akibat dari jika ASI tidak
dikeluarkan atau tidak ada hisapan dari sang bayi9.
B. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen Asuhan Kebidanan Post
Natal Pada Ny.”R” Dengan Masalah Bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara
Makassar tahun 2014. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Dapat melaksanakan
Manajemen Asuhan Kebidanan Post Natal pada Ny. “R” dengan Bendungan Asi di RSUD
Bhayangkara Makassar tanggal 03 s.d 05 Mei tahun 2014 dengan menggunakan pendekatan
Manajemen Kebidanan sesuai dengan wewenangan Bidan. 2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dengan analisa data pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI
di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
b. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di
Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
c. Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di
Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI
di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
e. Dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di
Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di
Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan ASI di Rumah
Sakit Umum Bhayangkara Makassar tanggal tahun 2014.
h. Dapat mendokumentasiakan semua asuhan kebidanan pada Ny. “R” dengan Bendungan
ASI di Rumah Sakit Umum Bhayangkara Makassar tahun 2014.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan dan penerapan
ilmu yang telah didapatkan pada program Diploma III Kebidanan Universitas Muslim
Indonesia Makassar.
2. Manfaat Ilmiah Sebagai bahan masukan / informasi bagi tenaga bidan di dalam
menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan Bendungan ASI.
3. Manfaat Akademik (Institusi) Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam
penerapan proses Asuhan Kebidanan pada kasus Bendungan ASI.
4. Manfaat bagi penulis Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan
pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan Asuhan Kebidanan dengan Bendungan
ASI. E. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
meliputi:
a. Anamnesa Melakukan tanya jawab dengn ibu, suami maupun keluarganya yang dapat
membantu memberikan keterangan/informasi yang dibutuhkan.
4. Diskusi Yaitu penulis melakukan tanya jawab dengan dokter dan bidan yang menangani
langsung ibu tersebut serta mengadakan diskusi dengan dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah
ini
F. Sistematika Penulis
PENDAHULUAN Air Susu Ibu (ASI) adalah makan terbaik bagi bayi. Cakupan
ASI ekslusif di Indonesia tahun 2012 adalah 42%, angka ini masih jauh dari
target nasional sebesar 80%. Salah satu hambatan dalam proses menyusui
adalah pembengkakan payudara.1,2 Pembengkakan
payudara
merupakan
pembendungan
air
susu
karena
antiinflamasi,
dan reaksi
antioksidatif.
janin,
Pemberian
pengaturan metabolisme,
terapi
glutamine
signifikan
Daun Kubis
TNF α
IL-6
antiinflamasi
S-Adenosyl-methionine homocysteine
Daun kubis tidak dapat digunakan pada individu yang memiliki riwayat
sulpha, kulit yang mengalami kerusakan seperti iritasi, perdarahan, puting
blister dan lain- lain. Kubis mengandung sulfur, tetapi ini tidak sama dengan
sulfa, sebaiknya disarankan sebelum dikompres dengan daun kubis pada
payudaranya dilakukan tes alergi terlebih dahulu. Cara melakukan tes alergi
terhadap daun kubis yaitu dengan mengambil sedikit kubis segar dilumatkan,
meletakkannya di kulit halus lengan bawah, dan membungkus sesuatu di
sekitarnya untuk tetap di menempel pada kulit. Jika tidak ada reaksi dalam 1
sampai 2 jam, maka dapat diasumsikan bahwa ibu tidak ada reaksi alergi
terhadap kubis.8 Penanganan payudara dengan kompres daun kubis dingin
:12 1. Pilih daun kubis yang segar 2. Ambil lembaran daun kubis secara utuh,
usahakan tidak robek 3. Cuci bersih daun kubis 4. Daun kubis didinginkan
dalam freezer sekitar 20-30 menit 5. Tutupi semua payudara yang bengkak,
kemudian ditutupi bra. 6. Lakukan pengompresan daun kubis dingin selama
30 menit sampai daun kol layu 7. Lakukan dua kali sehari selama tiga hari.
Perawatan payudara pada masa nifas adalah perawatan payudara yang
dilakukan terhadap payudara setelah melahirkan. Perawatan payudara tidak
hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi juga dilakukan setelah
melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu,
sehingga memperlancar pengeluaran ASI. 19 Perawatan payudara diawali
dengan kompres hangat dengan tujuan untuk melancarkan pembuluh
darah.11 Kompres hangat dapat mengaktifkan hormone oksitosin jika
dilakukan ketika milk ejection reflex tidak lancar atau melambat. Kemudian
dilanjutkan pemijatan payudara yang berguna menggerakkan air susu agar
tidak statis.14 Kompres dingin yang dilakukan pada akhir perawatan berguna
untuk mengatasi nyeri dan mengurangi oedema. Kompres dingin digunakan
untuk membuat siklus vasokontriksi selama 9-16 menit, dimana aliran darah
menurun sehingga edema lokal dapat menurun dan pengaliran lymphatic
dapat lebih optimal.10 Pada payudara bengkak akibat bendungan ASI dapat
dilakukan perawatan dengan langkah- langkah : 9,14 1. Lakukan
pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama
5 menit
2. Olesi tangan dengan minyak kelapa atau baby oil, urut payudara secara
pelanpelan dari arah pangkal menuju puting sebanyak 30 kali pada kedua
payudara. 3. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak 4. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi setiap 2-3
jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan
tangan 5. Meletakkan kain dingin setelah selesai menyusui 6. Payudara
dikeringkan.
Masalah menyusui : -
Pembengkakan Payudara
z
1/2
x
1
z1
x 2
2
data,
peneliti
dibantu
oleh
enumerator
untuk