Você está na página 1de 7

Alergi Dan Saluran Cerna

”GANGGUAN SALURAN CERNA DAN ALERGI MAKANAN”

Dr Widodo Judarwanto SpA

PENDAHULUAN
Gangguan saluran cerna seperti muntah, diare, nyeri perut, sulit BAB merupakan gejala penyakit
yang sering dikeluhkan pada penderita anak yang melakukan rawat jalan. Penyakit alergi
tampaknya berperanan paling utama sebagai penyebab dalam kasus tersebut. Alergi tampaknya
dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita tanpa terkecuali, terutama saluran cerna.
Gangguan organ tubuh seperti saluran cerna sering kurang perhatian sebagai target organ reaksi
yang ditimbulkan dari alergi makanan. Selama ini yang dianggap sebagai target organ adalah
kulit, asma dan hidung.
Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistim tubuh
yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Fungsi organ tubuh yang sering terlibat dalam
proses terjadinya alergi makanan adalah saluran cerna. Gejala gangguan saluran cerna yang
berkaitan dengan alergi makanan adalah muntah, diare, konstipasi, kolik, nyeri perut, sariawan
dan sebagainya.
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka
kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa tahun terahkir. Tampaknya alergi merupakan
kasus yang cukup mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan
Anak. Menurut survey rumah tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit alergi adalah
adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter keluarga.
Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar
80% diantaranya menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. BBC
beberapa waktu yang lalu melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat
pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang
berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20%
mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih
dari 9 juta orang
Alergi pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Terakhir
terungkap bahwa alergi ternyata bisa mengganggu fungsi otak, sehingga sangat mengganggu
perkembangan anak Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup
berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk
gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul ganguan perkembangan dan
perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara,
gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala Autis.

IMATURITAS SALURAN CERNA


Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergi ke
dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan rusaknya
bahan penyebab alergi (denaturasi allergen). Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa
dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen (penyebab alergi) masuk ke dalam
tubuh. Pada usia anak saluran cerna masih imatur (belum matang). Sehingga sistim pertahanan
tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam
tubuh. Gangguan saluran cerna yang berkaitan dengan alergi makanan tersebut sering
diistilahkan sebagai gastroenteropati atopi.
Saluran cerna adalah target awal dan utama pada proses terjadinya alergi makanan. Karena
penyebab utama adalah imaturitas (keitidak matangan) saluran cerna maka gangguan pencernaan
yang disebabkan karena alergi paling sering ditemukan pada anak usia di bawah 2 tahun, yang
paling sensitif di bawah 3 bulan. Dengan pertambahan usia secara bertahap imaturitas saluran
cerna akan semakin membaik hingga pada usia 5 atau 7 tahun. Hal inilah yang menjelaskan
kenapa alergi makanan akan berkurang dengan pertambahan usia terutama di atas 5 atau 7 tahun.

MANIFESTASI KLINIS SALURAN CERNA


Pada bayi baru lahir hingga terutama hingga usia 3 bulan biasanya ditandai hiccups (cegukan),
sering “ngeden”, meteorismus (kembung), muntah, sering flatus (buang angin), diare, sulit BAB
(Buang Air Besar) atau kolik. Gejala ringan biasanya ditandai bayi sering hiccups atau cegukan
yang sering dan agak lama. Gejala ini disertai oleh gerakan seperti mengejan (”ngeden”) pada
perut. Biasanya anak tampak sering ”mulet” dengan gerakan tangan sering bergerak lurus ke atas
dengan disertai bunyi seperti mengejan di mulut dan perut mengeras. Kadang juga disertai
keluhan ”ngeden” bila sedang buang air kecil. Bila buang air besar tampak sulit (ngeden)
padahal bentuk feses lembek atau bahkan cair.
Bila keluhan dalam derajat yang tidak ringan sering timbul kolik. Gangguan kolik biasanya
ditandai bayi sering rewel seperti kesakitan atau menangis terus menerus tanpa sebab. .
Gangguan ini biasanya lebih sering terjadi pada malam. Gangguan inilah yang mengakibatkan
bayi sering tidak bisa tidur malam hari dan siang hari jam tidurnya sangat panjang. Kolik diduga
karena perut bayi mengalami nyeri dan sakit. Penelitian yang dilakukan penulis, bayi yang
mempunyai gejala kolik saat usia 2 hingga 7 tahun beresiko terjadi keluhan sakit perut yang
berulang. Hal lain didapatkan penderita kolik beresiko terjadi gangguan nyeri perut saat timbul
demam.

Dalam buang air besarpun sering terjadi gangguan, biasanya sulit BAB atau malahan diare.
Dikatakan sulit BAB, selain ”ngeden” biasanya bayi tidak bisa BAB setiap hari. Sebaliknya bisa
juga terjadi BAB yang sering, pada bayi usia kurang 1 bulan frekuensinya lebih 4 kali perhari
atau usia di atas 1 bulan lebih dari 2 kali perhari. Bentuk feses biasanya cair atau bahkan keras,
berwarna hijau atau gelap dan berbau tajam. Pada anak yang lebih besar tampilan kotoran feses
yang terjadi adalah bulat-bulat seperti kotoran kambing.
Keluhan lain gangguan saluran cerna yang sering terjadi adalah muntah. Keluhan ini paling berat
terjadi saat usia di bawah 3 bulan. Pada bayi tampak sering ”gumoh” atau susu yang diminum
meleleh ke luar mulut. Dalam keadaan yang lebih berat timbul keluhan muntah seperti gerakan
menyemprot air dari dalam mulut kadang keluar lewat hidung. Secara bertahap seiring dengan
kematangan saluran cerna maka gangguan ini juga secara bertahap akan berkurang. Pada anak
yang lebih besar gangguan muntah hanya timbul saat melakukan aktifitas seperti berlari,
menangis, naik kendaraan atau makan yang terlalu banyak gejala muntah tersebut akan timbul.
Penderita inilah yang sering dianggap sebagai orang yang gampang ”mabuk kendaraan”. Gejala
lain yang lebih ringan biasanya gejala mual, biasanya timbul saat minum susu atau makan.
Pada lidah sering ditemukan berwarna putih kotor, perubahan itu terjadi karena lidah merupakan
bagian dari dari saluran cerna. Bila lidah berubah warna harus diwaspadai sebagai tanda
gangguan pada pencernaan. Gangguan buang air besar dapat berupa sulit buang air besar (tidak
setiap hari) atau malahan sering buang air besar sebanyak 3 kali atau lebih pada usia di atas 2
minggu .
Pada anak yang lebih besar dapat berupa nyeri perut berulang, sering muntah, buang air besar
(>2 kali perhari), gangguan buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di
celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, sulit berak, sering flatus
(buang angin), sariawan, mulut berbau dan lidah sering kotor berbentuk pulau atau sariawan
(geographic tongue).

GEJALA YANG MENYERTAI


Gangguan pada saluran cerna biasanya sering disertai oleh gangguan kulit (dermatitis atopi) dan
gangguan pada hidung. Tanda dan gejala alergi pada kulit biasanya sudah dapat di deteksi sejak
lahir. Bayi yang baru lahir apabila sejak dalam kandungan sudah terpapar oleh pencetus alergi
tampak terdapat bintil dan bercak kemerahan dan kusam pada kulit dahi dan wajah, kadang
disertai timbulnya beberapa bintil kecil warna putih di hidung. Pada bayi sering timbul dermatitis
atopi di pipi, daerah popok (dermatitis diapers) dan telinga, kadang dijumpai dermatitis
seboroikum atau timbul kerak di kulit kepala. Sering juga timbul bintik kemerahan di sekitar
mulut. Kadang timbul furunkel (bisul) di kepala dan badan. Mata dan telinga sering gatal dan
digosok-gosok. Karena sering timbul gangguan kulit di sekitar leher dan kepala, seringkali
disertai pembesaran kelenjar kepala bagian belakang dekat telinga.
Pada anak yang lebih besar sering urticaria (gatal), miliaria (biang keringat), bengkak di bibir,
vaskulitis atau pembuluh darah yang pecah) dengan gambaran lebam biru kehitaman seperti
bekas terbentur, bercak ke hitam seperti bekas digigit nyamuk.
Perbedaan lokasi alergi kulit sesuai dengan usia tertentu. Pada bayi sering lokasi alergi sekitar
wajah dan daerah popok, pada usia anak lokasi tersebut biasanya berpindah pada darerah lengan
dan tungkai. Sedangkan pada anak yang lebih besar atau usia dewasa lokasi alergi kulit biasanya
pada pelipatan dalam antara lengan atas dan bawah atau pelipatan dalam antara tungkai atas dan
bawa

. Pada anak di bawah 2 tahun, tanda yang paling sensitif untuk mengetahui bahwa gangguan
saluran cerna itu terjadi adalah adanya gangguan tidur malam. Artinya bila gangguan tidur
malam itu sering terjadi disertai gangguan saluran cerna maka harus diwaspadai adanya makanan
alergi yang masih terkonsumsi.
Mulut adalah termasuk salah satu bagian dari sistim saluran cerna. Bila saluran cerna terganggu
karena alergi makanan biasanya tampak juga gangguan pada organ tubuh di daerah mulut di
antaranya lidah, gigi dan bagian di rongga mulut lainnya.
Pada bayi lidah sering tampak kotor berwarna putih (like moniliasis symptoms) , gejala ini mirip
gangguan jamur pada lidah atau moniliasis sejenis jamur pada mulut. Bedanya pada alergi warna
putih hanya tipis dan tidak terlalu tebal, namun pada moniliasis tampak lebih tebal. Bila
gangguan tersebut karena jamur biasanya dengan obat tetes mulut jamur akan cepat membaik,
namun bila karena alergi biasanya diberi obat jamur tetap tidak akan membaik dan tetap sering
timbul. Bila karena alergi sebaiknya tidak perlu diberi obat jamur, namun cukup dibersihkan
dengan kasa basah.
Pada anak yang lebih besar gangguan alergi bisa menimbulkan sariawan atau luka (aphtous
ulcer) pada lidah dan mulut yang sering berulang. Biasanya juga disertai lidah kotor mirip
gambaran pulau-pulau atau geographic tounge).
Gangguan lain adalah timbulnya nyeri gigi atau gusi yang bukan di sebabkan karena infeksi atau
gigi berlubang. Gangguan ini biasanya sering dianggap sebagai impacted tooth (gigi yang
tumbuhnya miring).

KOMPLIKASI
Bila terjadi gangguan saluran cerna, komplikasi yang sering terjdi adalah mudah sakit (infeksi
berulang) kesulitan mkanan, dan gangguan otak dan perilaku anak.
Infeksi berulang pada anak adalah infeksi yang sering dialami oleh seorang anak khususnya
infeksi saluran napas akut. Kondisi ini diakibatkan karena rendahnya kerentanan seseorang
terhadap terhadap terkenanya infeksi. Biasanya infeksi berulang ini dialami berbeda dalam
kekerapan kekambuhan, berat ringan gejala, jenis penyakit yang timbul dan komplikasi yang
diakibatkan. Gangguan ini sering terjadi pada penderita alergi dan pada penderita defisiensi
imun, meskipun kasus yang terakhir tersebut relatif jarang terjadi.
Alergi pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Terakhir
terungkap bahwa alergi ternyata bisa mengganggu fungsi otak, sehingga sangat mengganggu
perkembangan anak Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup
berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk
gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul ganguan perkembangan dan
perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara,
gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala Autis.
Gangguan pencernaan inilah yang bisa mengakibatkan rangsangan atau gangguan ke otak
meningkat. Gangguan ke otak itu sendiri banyak menimbulkan keluhan perkembangan dan
perilaku pada anak. Sehingga sekecil apapun gangguan pencernaan tersebut timbul berulang
maka harus diwaspadai lebih dini. Hal itu akan diungkap selanjutnya lebih jelas.

DIAGNOSIS
Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui
riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat
pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan
provokasi.
Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara
buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard
atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut
sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa pusat
layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Center Rumah
Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup
efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan
Terbuka Sederhana”.
Terdapat beberapa pemeriksaan alergi

PENANGANAN
Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan dengan gangguan saluran cerna adalah adalah
dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obat anti alergi dan obat untuk
saluran cerna dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan
penyebab alergi.
Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka
gejala alergi dan gangguan perilaku yang menyertai dapat dihindari. Deteksi gejala alergi dan
gangguan tidur pada anak harus dilakukan sejak dini. Sehingga pengaruh alergi makanan
terhadap gangguan tidur atau gangguan perilaku lainnya dapat dicegah atau diminimalkan.

Você também pode gostar