Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRACT
The purpose of the study are (1) describing timelines level of financial
reporting of the firm listed on Indonesia Stock Exchange (2) Examining the effect of
solvability, firm size, profitability, and outsider ownership concentration on the
timeliness of financial reporting of the firm.The sampel to be examined in this study
were 144 companies from 3 years period 2012-2014. The sample were then classified
into timeliness and lag categories. Data to be used is study was secondary data. Data
on date of the timelines of financial reporting of the firm were obtained from Otoritas
Jasa Keuangan and the other data were taken from Indonesia Stock Exchange.
Technique of analysis for examining the hipotesis was logistic regression.The results
showed that the level of timeliness of the company listed on the Indonesia Stock
Exchange is very high (94.44%).
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat dan
tentunya di masa mendatang bisnis investasi ini akan menjadi sedemikian kompleks.
Bisnis tersebut memiliki tingkat persaingan yang sangat ketat terutama dalam upaya
penyediaan dan perolehan informasi dalam setiap pembuatan keputusan. Salah satu
sumber informasi penting dalam bisnis investasi di pasar modal ialah laporan
keuangan yang disediakan oleh setiap perusahaan yang sudah Go Public.
1
Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan
berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang
dimiliki serta kinerjanya kepada berbagai pihak berkepentingan atas informasi
tersebut. Salah satu informasi yang penting dalam laporan keuangan adalah
kemampuan perusahaan dalam mencapai laba sebesar-besarnya, serta bagaimana
perusahaan tersebut mampu mengatasi permasalahan keuangan. Para pihak
berkepentingan tersebut sering menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu
indikator dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan tersebut harus disajikan
secara relevan, angkanya tidak bias, harus dapat dipercaya, bebas salah saji dan
terutama tepat waktu.
Dalam hal ini penyampaian laporan keuangan di Indonesia telah diatur oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
yaitu Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Laporan Tahunan Emiten Atau
Perusahaan Publik, pasal 7 berisikan:
2
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan pada saat yang bersamaan dengan
tersedianya laporan tahunan bagi pemegang saham.
3. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik memperoleh pernyataan efektif
untuk pertama kali dalam periode setelah tahun buku berakhir sampai dengan
batas waktu penyampaian Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan tahunan
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada tanggal pemanggilan RUPS
tahunan (jika ada).
4. Laporan tahunan yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat tidak mengikuti ketentuan bentuk
dan isi Laporan Tahunan.
3
memerlukan waktu untuk mengaudit laporan keuangan setelah disiapkan oleh
perusahaan, tetapi publik juga harus mendapatkan informasi tersebut sebelum
informasi di dalamnya menjadi usang (McGee & Yuan, 2008). Itulah mengapa
Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia memberikan batas waktu 3 bulan
untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik melalui
Bursa Efek Indonesia.
Adapun faktor-faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah
Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas. Yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini memasukkan variabel
konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership
concentration). Pemilik perusahaan yang berasal dari pihak luar atau para pemegang
saham sebagai pemilik perusahaan secara individu tidak punya kekuasaan yang
berarti kecuali dapat menggugat Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham lainya jika
keputusan mereka merugikannya (lihat Pasal 61 ayat 1 dan Pasal 97 ayat 6 Undang-
Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas/UUPT). Pemegang saham
baru punya kekuatan atas Komisaris dan Direksi bila ia merupakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). RUPS merupakan forum dan organ tertinggi dalam suatu
Perseroan Terbatas (lihat Pasal 1 butir 4 dan Pasal 75 ayat 1 UUPT)
4
Konkretnya, RUPS merupakan sebuah forum, di mana para pemegang saham
punya kewenangan untuk mendapat keterangan-keterangan mengenai Perseroan baik
dari Komisaris maupun dari Direktur. Dari keterangan atau informasi tersebut lalu
RUPS menentukan langkah atau kebijakan yang akan diambil perseroan kedepannya
guna keberlangsungan Perseroan.
Penelitian ini akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan
perusahaan publik yang wajib menyampaikan laporan keuangannya ke OJK terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI).Pemilihan perusahaan-perusahaan publik yang masuk
kategori perusahaan properti ini didasarkan pada investasi properti yang kian
meningkat di Indonesia. Faktanya adalah bahwa luas daratan di bumi tidak pernah
bertambah, bahkan cenderung berkurang, sementara jumlah penduduk selalu
bertambah. Hal ini berlaku di seluruh permukaan bumi, tentunya termasuk Indonesia.
Fakta lain adalah bahwa tidak pernah ada properti yang sama persis, khususnya
mengenai lokasi. Faktor kelangkaan dan keunikan properti inilah yang menjadi pola
pikir mendasar bagi sebagian besar pebisnis untuk berinvestasi di bidang properti.
5
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk menemukan bukti empiris atas:
1. Pengaruh positif Solvabilitas terhadap Ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan.
2. Pengaruh positif Ukuran Perusahaan terhadap Ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan.
3. Pengaruh positif Profitabilitas terhadap Ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan.
4. Pengaruh positif Kepemilikan Perusahaan Oleh Pihak Luar terhadap
Ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
6
2. Kajian Pustaka
2.1 Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK):
Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang
dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya : sebagai laporan arus kas, atau
laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral ari laporan keuangan. Di samping itu juga ternasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal : informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012).
Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Standar Akuntansi Keuangan (IAI,
2012) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dalam proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (dapat disajikan 16 dalam berbagai cara,
misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain
serta materi penjelas yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
7
2.2 Ketepatan Waktu
Tepat waktu dapat diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini
mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan
keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan
keputusan tersebut. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi
informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu. Informasi mengenai kondisi
dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai
laporan.Ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari
tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan. Ketepatan waktu ditentukan
dengan ketepatan waktu pelaporan reliatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan
(Imaniar fitrah:2016)
2.3 Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi
seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh asset yang dimiliki (Lalitha,
2012). Solvabilitas sering juga disebut dengan ratio Leverage. Solvabilitas diukur
dengan menggunakan Debt to Equity Ratio.
8
utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen rasio
leverage ini sebaiknya besar”.
2.5 Profitabilitas
Menurut Sofyan Syafri (2010, hal. 304) rasio profitabilitas merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan semua sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
9
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. profitabilitas di ukur
dengan menggunakan return on ordinary capital. Sedangkan dalam penelitian Ainun
Naim (1998) profitabilitas di ukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA) dan
Return on Equity (ROE).
Return on Asset (ROA) biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas total
aktiva. Rasio ini mencoba mengukur efektifitas pemakaian total sumber daya oleh
perusahaan. Kadang-kadang rasio ini disebut hasil pengembalian atas investasi (ROI)
(Weston dan Copeland: 1995: 240). ROA sebagai rasio laba terhadap aktiva juga
merupakan indikator kunci pada produktivitas. Perusahaan yang berhasil mempunyai
laba yang relatif besar dibandingkan dengan perusahaan yang kurang maju
(Hamilton: 1994: 26).
10
Dengan adanya pengawasan dari pihak luar perusahaan maka pihak
manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik, karena jika
kinerja pihak manajemen baik maka pemegang saham akan mendukung keberadaan
manajemen. Upaya pihak manajemen untuk menunjukkan kinerja yang baik adalah
dengan memberikan informasi perkembangan dan kondisi perusahaan. Manajemen
sebagai penyedia informasi dituntut untuk menyajikan informasi secara relevan dan
tepat waktu. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan publik maka pihak manajemen
akan lebih mendapat tekanan dari pihak luar perusahaan atau shareholder untuk lebih
tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan.
3. Metode Penelitian.
11
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ketepatan waktu pelaporan
keuangan. Variabel dependen ini diukur berdasarkan tanggal penyampaian laporan
keuangan tahunan auditan Otoritas Jasa Keuangan. Perusahaan dikategorikan tepat
waktu jika laporan keuangan disampaikan selambat-lambatnya pada tanggal
31maret, sedangkan perusahaan yang terlambat adalah perusahaan yang
menyampaikan laporan keuangan setelah tanggal 1 april. Variabel ini diukur dengan
menggunakan variabel dummy dengan kategorinya adalah dimana kategori 1 untuk
perusahaan yang tepat waktu (sebelum tanggal 1 april) dan kategori 0 untuk
perusahaan yang tidak tepat waktu (setelah tanggal 31 maret).
2. Variabel Independen.
Variabel Independen dalam penelitian ini meliputi: solvabilitas, ukuran
perusahaan, profitabilitas, konsentrasi kepemilikan pihak luar dan kepemilikan pihak
dalam. Variabel-variabel ini diduga berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan.
12
Sampel penelitian sebanyak 144 perusahaan yang tergabung dalam 3 tahun
periode. Perusahaan dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu: kelompok
perusahaan yang tepat waktu dan perusahaan yang tidak tepat waktu dalam pelaporan
keuangan ke OJK. Dari 144 perusahaan yang dapat dianalisis terdapat 136
perusahaan telah menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dan 8 perusahaan
belum menyampaikan laporan keuangan
Notasi:
13
𝑻𝑳
𝑳𝒏 = 𝟏−𝑻𝑳 = Dummy variabel ketepatan (kategori 0 untuk
MV = Market Value
14
Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model regresi (overall
model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log
Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai
antara -2LL awal dengan nilai –2LL pada langkah berikutnya menunjukkan
bahwa model yang dihipotesakan fit dengan data (Ghozali, 2001).
c. Menguji koefisien Regresi
Dalam pengujian koefisien regresi perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
a. Tingkat signifikasi (α) yang digunakan sebesar 5 persen. Mason (1999)
dalam Respati (2001) menyatakan bahwa tidak terdapat satu level signifikansi
yang dapat diaplikasikan untuk semua pengujian.
b. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi
p-value (probabilitas value). Jika p-value > α, maka hipotesis alternatif
ditolak, sebaliknya jika p-value > α maka hipotesis alternatif diterima.
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
15
8 Bukit Darmo Property BKDP
9 Sentul City BKSL
10 Bumi Serpong Damai BSDE
11 Cowell Development COWL
12 Ciputra Development CTRA
13 Ciputra Property CTRP
14 Ciputra Surya CTRS
15 Duta Anggada Realty DART
16 Nusa Kontruksi Enjiniring DGIK
17 Intiland Development DILD
18 Duta Pertiwi DUTI
19 Bakrieland Development ELTY
20 Megapolitan Developments EMDE
21 Fortune Mate Indonesia FMII
22 Gowa Makassar Tourism Development GMTD
23 Perdana Gapura Prima GPRA
24 Greenwood Sejahtera GWSA
25 Jaya Kontruksi Manggala Pratama JKON
26 Jaya Real Property JRPT
27 Kawasan Industri Jababeka KIJA
28 MNC Land KPIG
29 Lamicitra Nusantara LAMI
30 PT Euroka Prima Jakarta LCGP
31 Lippo Cikarang LPCK
32 Modernland Realty Ltd MDLN
33 Metropolitan Kentjana MKPI
34 Metro Realty MTSM
35 Indoenesia Prima Property MORE
36 Plaza Indonesia Realty PLIN
37 Pembangunan Perumahan PTPP
38 Pudjiadi Prestige PUDP
39 Pakuwon Jati PWON
40 Ristia Bintang Mahkotasejati RBMS
41 Roda Vivatex RDTX
42 Pikko Land Development RODA
43 Danayasa Arthatama SCBD
44 Suryamas Dutamakmur SMDM
45 Summarecon Agung SMRA
46 Surya Semesta Internusa SSIA
47 Total Bangun Persada TOTL
48 Wijaya Karya WIKA
Sumber: data diolah
16
4.2 Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh data sebanyak 144
observasi yang berasal dari jumlah seluruh periode penelitian (3 tahun; dari tahun
2012 sampai 2014 dengan jumlah perusahaan sampel 48 perusahaan).
Tabel 4.2
Perhitungan Dari Hasil Ukur Sampel
17
CTRP 2013 1 0,4196 7.683.881.472.162 0,6738 0,0575
CTRP 2014 1 0,4196 8.861.322.202.870 0,8130 0,0954
18
LPCK 2012 1 0,5780 2.832.000.551.101 1,3053 0,1437
LPCK 2013 1 0,5780 3.854.166.345.345 1,1187 0,1532
LPCK 2014 1 0,5780 4.309.824.234.265 0,0006 0,1959
19
ADHI 2014 1 0,4900 10.458.881.684.274 4,9712 0,0312
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
20
dalam membiayai aktiva perusahaan. Dengan rata-rata sebesar 49,1274564 lebih
besar dari standar deviasinya sebesar 239,58162415.
21
4.2.5 Ketepatan Waktu (TIMELINESS)
Hasil uji statistik deskriptif berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa
minimum TIMELINESS sebesar 0 dimana yang melakukan pelaporan keuangan
secara terlambat berjumalh 8 perusahaan dari 144 perusahaan selama 3 periode 2012
samapi 2014 dan maksimum TIMELINESS sebesar 1 dimana yang melakukan
pelaporan secara tepat waktu sebanyak 136 perusahaan dari 144 perusahaan selama
periode 2012 sampai 2014. Dengan rata-rata sebesar 0.94 dan standar deviasinya
sebesar 0.245. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas data atas variabel tersebut
cukup baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar dari standar deviasinya
mengidentifikasi standar error dari variabel tersebut kecil (Ghozali, 2011).
Tabel 4.4
Koefisien Determinasi
Model Summary
22
a. Estimation terminated at iteration number 14 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Tabel 4.5
Menguji Kelayakan Model Regresi
1 3,880 8 ,868
Sumber : output spss
Tabel 4.6
Matriks Klasifikasi
Classification Tablea,b
Predicted
Ketepatan LK Percentage
Observed Tidak Tepat Tepat Correct
23
Pada tabel 4.6 menunjukkan matriks klasifikasi untuk menunjukkan kekuatan
prediksi dari suatu model regresi dalam memprediksi dilakukannya pelaporan
keuangan oleh perusahaan properti. Kekuatan prediksi tersebut dalam melakukan
pelaporan keuangan sebesar 100%. Dimana hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
model regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 136 perusahaan (jumlah dari 3
periode) yang diprediksi akan melakukan pelaporan keuangan tepat waktu dari total
144 perusahaan (jumlah dari 3 periode) yang melakukan pelaporan keuangan. Dapat
disimpulkan bahwa kekuatan prediksi dari model regresi sebesar 94.4%.
Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi
diantara variabel bebasnya. Pengujian ini menggunakan diagnostik kolinearitas antar
variabel bebas untuk melihat besarnya VIF (Variance Inflation Factor). Jika VIF >
10 maka terdapat multikolinearitas, sedangkan jika VIF < 10 maka tidak ada
multikolinearitas. Hasil dari tabel 4.7 menunjukkan nilai VIF Masih diantara 1-10
yang menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada variabel bebasnya
(Sujarweni, 2015).
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
24
4.4 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Hasil dari pengujian model regresi logistik digambarkan pada tabel 4.8,
adapun rincian penjelasan terkait informasi tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
25
b. Variabel DER mempunyai koefisien regresi 0,10. Koefisien regresi bertanda
positif. Hal ini dapat diartikan setiap peningkatan DER sebesar 1 satuan akan
mengakibatkan peningkatan TIMELINESS sebesar 0.10 dengan asumsi
apabila variabel independen lain dianggap konstan.
c. Variabel MV mempunyai koefisien regresi 0.000. yang dapat diartikan setara.
Hal ini tidak mengakibatkan peningkatan ataupun penurunan terhadap
TIMELINESS, dengan asumsi apabila variabel independen lain dianggap
konstan.
d. Variabel ROA mempunyai koefisien regresi 2,731. Koefisien regresi bertanda
positif. Hal ini dapat diartikan setiap peningkatan ROA sebesar 1 satuan akan
mengakibatkan peningkatan TIMELINESS sebesar 2.7.31 dengan asumsi
apabila variabel independen lain dianggap konstan.
e. Variabel OUTCON mempunyai koefisien regresi -4.985. Koefisien regresi
bertanda negatif. Hal ini dapat diartikan setiap peningkatan OUTCON sebesar
1 satuan akan mengakibatkan penurunan TIMELINESS sebesar -4.985 dengan
asumsi apabila variabel independen lain dianggap konstan.
26
α = 5%, maka hipotesis pertama tidak berhasil didukung. Penelitian variabel pertama
ini tidak berhasil membuktikan bahwa Solvabilitas berpengaruh terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh Pratama dan Haryanto (2014;1)
27
terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Yusralaini et al (2010).
5. Simpulan
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
negatif Solvabilitas terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan selama 3
tahun pengamatan (2012 – 2014).
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
negatif Ukuran Perusahaan terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
selama 3 tahun pengamatan (2012 – 2014).
28
3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
negatif Profitabilitas terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan selama 3
tahun pengamatan (2012 – 2014).
4. Berdasarkan hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif Konsentrasi Kepemilikan Pihak Luar terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan selama 3 tahun pengamatan (2012 – 2014).
5.3 Saran
Penelitian mengenai Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan dimasa yang akan
datang diharapkan lebih memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan
mempertimbangkan saran sebagai berikut :
29
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas jumlah sampel penelitian
dengan mempertimbangkan dan mengamati seluruh bidang lain di Bursa Efek
Indonesia yang jumlah perusahaannya lebih banyak.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang rentang periode penelitian,
misalnya 5 tahun periode pelaporan keuangan.
3. Pengukuran terhadap variabel Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan
Profitabilitas menggunakan proksi yang lain selain penggunaan DER, MV dan
ROA.
4. Perlu menambah variabel penelitian yang berasal dari data sekunder misalnya:
kualifikasi audit, profil perusahaan (domestik atau asing), serta data primer
seperti: persepsi ketepatan waktu pelaporan keuangan oleh pihak manajemen
perusahaan.
30
DAFTAR REFERENSI
FAT. 2014. OJK jatuhkan 316 Sanksi Administratif di Industri Pasar Modal:
Mayoritas sanksi administratif berupa denda. Diunduh tanggal 16 mei 2016,
http/:ww.hukumonline.com.
Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan-
perusahaan yang Terdaftar di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi XI Ikatan
Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Imaniar Fitrah. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan. Fakultas Ekonomi STIESIA. Surabaya.
James C. Dyer and Arthur J. McHugh. 1975. The Timeline of Australian Annual
Report. Journal of Accounting Reasearch. Vol 13. No 2. pp.204-219.
Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Luluk Miftahul Ifada. 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Di BEJ). Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Marthani, D. T. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Malang.
Robert W. McGee, Xiaoli Yuan. 2012. Corporate governance and the timeliness of
financial reporting: a comparative study of the People's Republic of China, the USA
and the European Union. Journal of Asia Business Studies. Vol 6. Issue: 1. pp.5-16.
Sofyan Syafri Harahap. 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Persada.
Yusralaini. et al. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan Keuangan Ke Publik Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di
BEI (2005-2007). Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya.
Pekanbaru.
31
32