Você está na página 1de 11

FINANCIAL PERFORMANCE ANALYSIS OF BROILER FARMS CLOSED HOUSE IN

PARTNERSHIP SYSTEM AT TUBAN REGENCY


(Case Study Semesta Mitra Sejahtera Ltd.)
Ghufron Maliton1), Hari Dwi Utami2) and Budi Hartono2)
Email: ghufrongara46@gmail.com
1)
Student in Social Economic Department of Animal Husbandy Faculty, University of Brawijaya Malang
2)
Lecturer in Social Economic Department of Animal Husbandy Faculty, University of Brawijaya Malang

ABSTRACT
Research was conducted at the broiler farms used closed house system which had a partnership with “Semesta Mitra
Sejahtera (SMS)” Ltd. The study was aimed to investigate the capital, costs of production, revenues, profits, R/C ratio, BEP,
and liquidity, solvency and rentability of broiler farms had used closed house system in partnership SMS Ltd. Three broiler
farmers small-scale (controlled 9,429 birds), medium-scale (held 18,000 birds) and large-scale (owned 30,000 birds) were
obtained as broiler farms partnership with SMS Ltd. The method used in this researched was case study. The data were
collected from 21st August to 21st September 2014 by survey method. Primary data were collected by in-depth interviews with
plasma farmers and staff of company using the structured questionnaire. Secondary data were gathered from related institutions
the partnership company. Data were analyzed by descriptive analysis applying economic equations such as profit, R/C ratio,
BEP, liquidity, solvency and rentability. Results found that medium-scale farm was more profitable compared to large and
small-scale based on the economic indicators. It was IDR 63,261/bird vs IDR 52,694/bird and IDR 71,764/bird of capital; IDR
15,708/kg vs IDR 15,450/kg and IDR 15,540/kg of production cost; IDR 17,601/kg vs IDR 17,254/kg and IDR 17,226/kg of
revenue; IDR 1,894/kg vs IDR 1,804/kg and IDR 1,687/kg of profit; 1.121 vs 1.117 and 1.109 of R/C ratio; IDR 15,708/kg vs
IDR 15,450/kg and IDR 15,539/kg of BEP. However based on the financial ratios, small-scale was higher capability (CR 1.51)
towards current liabilities than medium-scale (CR 1.38) and large-scale (CR 1.37). Solvency of medium-scale was better (DAR
19.08%) compared to small-scale (DAR 21.88%) and large-scale (DAR 27.18%). It was higher rentability of large-scale (ROI
22.12%) than small-scale (ROI 18.42%) and medium-scale (ROI 16.75%). Small-scale plasma broiler farmer was
recommended to increase his broiler production capacity, medium-scale farmer in order to sustain the already good
performance and large-scale farmer to repair further the still poor broiler farm management.
Keywords: R/C ratio, BEP, liquidity, solvency, rentability

ANALISIS KINERJA FINANSIAL USAHA PETERNAKAN BROILER SISTEM CLOSED HOUSE


POLA KEMITRAAN DI KABUPATEN TUBAN
(Studi Kasus PT. Semesta Mitra Sejahtera)
Ghufron Maliton1), Hari Dwi Utami2) dan Budi Hartono2)
1)
Mahasiswa Bagian Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
2)
Dosen Bagian Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Penelitian dilakukan di peternakan broiler sistem closed house yang bermitra dengan "PT. Semesta Mitra Sejahtera (SMS)".
Penelitian bertujuan untuk mengetahui modal, biaya produksi, penerimaan, keuntungan, R/C ratio, BEP, dan likuiditas,
solvabilitas dan rentabilitas usaha peternakan broiler sistem closed house pada kemitraan PT. SMS. Tiga peternak broiler skala
kecil (mengontrol 9.429 ekor), menengah (menangani 18.000 ekor) dan skala besar (memiliki 30.000 ekor) diperoleh sebagai
peternakan broiler plasma PT. SMS. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah studi kasus. Data dikumpulkan dari 21
Agustus sampai 21 September 2014 dengan metode survei. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan
peternak plasma dan staf perusahaan menggunakan kuesioner terstruktur. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait
perusahaan kemitraan. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan persamaan-persamaan ekonomi seperti keuntungan, R/C
ratio, BEP, likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Hasil penelitian menemukan bahwa peternakan skala menengah lebih
menguntungkan dibandingkan dengan skala besar dan skala kecil berdasarkan indikator ekonomi. Indikator tersebut adalah
modal Rp 63.261/ekor vs Rp 52.694 ekor dan Rp 71.764/ekor; biaya produksi Rp 15.708/kg vs Rp 15.450/kg dan Rp
15.540/kg; penerimaan Rp 17.601/kg vs Rp 17.254/kg dan Rp 17.226/kg; keuntungan Rp 1.894/kg vs Rp 1.804/kg dan Rp
1.687/kg; R/C ratio 1,121 vs 1,117 dan 1,109; BEP Rp 15.708/kg vs Rp 15.450/kg dan Rp 15.539/kg. Namun berdasarkan rasio
finansial, skala kecil memiliki kemampuan yang lebih tinggi (CR 1,51) dalam memenuhi kewajiban lancarnya dibandingkan
skala menengah (CR 1,38) dan skala besar (CR 1,37). Solvabilitas skala menengah lebih baik (DAR 19.08%) dibandingkan
dengan skala kecil (DAR 21,88%) dan skala besar (DAR 27,18%). Rentabilitas skala besar lebih tinggi (ROI 22,12%) daripada
skala kecil (ROI 18.42%) dan skala menengah (ROI 16,75%). Peternakan plasma broiler skala kecil direkomendasikan untuk
meningkatkan kapasitas produksi broiler, peternak skala menengah disarankan untuk mempertahankan kinerja yang sudah baik
dan peternak skala besar disarankan untuk memperbaiki lebih lanjut manajemen peternakan broiler yang masih kurang baik.
Kata kunci: R/C ratio, BEP, likuiditas, solvabilitas, rentabilitas
1
PENDAHULUAN Kandang closed house mulai diperkenalkan
Jumlah penduduk Indonesia yang terus dan digunakan pada industri peternakan broiler di
bertambah hingga mencapai 248,82 juta jiwa USA kurang lebih 20–23 tahun yang lalu, sejak itu
dengan tingkat pertumbuhan penduduk mencapai penggunaanya meluas ke seluruh dunia. Saat ini di
1,35% pada tahun 2013 brdasarkan catatan Badan negara Thailand sudah lebih dari 98% kandang
Pusat Statistik (BPS) Indonesia, merupakan salah broiler menggunakan sistem closed house (baik
satu faktor yang memicu pesatnya perkembangan tunnel maupun evaporative closed house),
usaha sektor peternakan. Usaha peternakan dapat sedangkan di Indonesia hanya kurang dari 5% saja
dikatakan sebagai penyerap tenaga kerja yang cukup (POULTRY Indonesia, 2013). Kandang sistem
besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Broiler closed house adalah kandang tertutup yang
merupakan salah satu komoditas ternak unggas menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan
penghasil daging yang potensial dan dapat organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang
diandalkan karena memiliki laju pertumbuhan yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada
cepat dan memiliki kemampuan dalam ternak. Kandang sistem tertutup atau closed house
mengkonversi pakan dengan sangat baik. merupakan sistem kandang yang harus sanggup
Konsumsi daging segar nasional yang berasal mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air
dari daging broiler masih mendominasi yakni dan gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO2 dan
mencapai 3,65 kg/kapita/tahun. Kontribusi daging NH3 yang ada dalam kandang, tetapi disisi lain
unggas dalam pemenuhan kebutuhan daging mampu menjamin ketersediaan berbagai kebutuhan
nasional adalah sebesar 67%, terdiri dari sumbangan udara sehat seperti oksigen bagi ayam. Kandang
daging broiler yang mencapai angka 49% dan dengan sistem closed house diyakini mampu
sisanya dari itik dan ayam kampong (Badan Pusat meminimalkan pengaruh-pengaruh buruk
Statistik Indonesia, 2013). Usaha peternakan broiler lingkungan dengan mengedepankan produktivitas
telah banyak dijumpai di masyarakat dan merupakan ayam (Achmanu dan Muharlien, 2011).
salah satu usaha yang banyak diminati para Menteri Pertanian (1997) dalam Surat
peternak. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Keputusan Menteri Pertanian
dalam dunia perunggasan terus berkembang dari No.940/Kpts/OT.210/10/1997 tentang Pedoman
waktu ke waktu, khususnya broiler telah mengalami Kemitraan Usaha Pertanian menerangkan bahwa
perkembangan yang sangat pesat dengan kini kemitraan usaha pertanian berdasarkan azas
adanya teknologi kandang sistem closed house. persamaan kedudukan, keselarasan dan peningkatan
Peternakan broiler yang menggunakan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra
kandang sistem closed house tentu membutuhkan melalui perwujudan sinergi kemitraan yaitu
modal yang relatif lebih besar dalam hubungan yang saling memerlukan, memperkuat
pelaksanaannya, akan tetapi keuntungan yang dan menguntungkan. Model kemitraan inti plasma
dirasakan oleh peternak sebanding dengan besarnya adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil
investasi yang dilakukan. Penggunaan kandang dengan usaha menengah atau usaha besar. Usaha
closed house sangat cocok bagi daerah dengan cuaca menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti
yang labil seperti di Kabupaten Tuban. Salah satu dan usaha kecil selaku plasma. Pada model
aspek yang mendukung tercapainya tujuan usaha kemitraan inti plasma dapat berupa kemitraan
peternakan broiler dengan sistem closed house langsung antara kelompok tani sebagai plasma yang
adalah mengetahui aspek finansial usahanya. Salah memproduksi bahan baku dengan perusahaan
satu analisis ekonomi yang terkait dengan analisis agroindustri yang melakukan pengolahan.
aspek finansial suatu usaha adalah analisis kinerja Perusahaan inti berkewajiban untuk melakukan
finansial usaha. pembinaan mengenai teknis produksi agar dapat
memperoleh hasil yang sesuai dengan yang
TINJAUAN PUSTAKA diharapkan. Selain itu pembinaan dilakukan untuk
Industri peternakan broiler merupakan meningkatkan kualitas manajemen kelompok tani
komoditas industri yang selama ini berada pada atau plasma (Shinta, 2011).
struktur pasar persaingan sempurna (perfect Atmaja (2008) menerangkan bahwa
competition). Berlakunya perdagangan bebas pengertian kinerja keuangan adalah penentuan
membuat tingkat persaingan industri antar negara ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur
menjadi semakin ketat. Perputaran modal yang cepat keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam
merupakan motivasi yang kuat dalam usaha menghasilkan laba. Mulyadi (2001) menambahkan
peternakan broiler dan sumber daya yang bahwa kinerja keuangan adalah kemampuan
dibutuhkan tidak harus dibayar langsung. Oleh perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan
sebab itu banyak peternak yang berbisnis dibidang sumber daya yang dimilikinya dalam artian
peternakan broiler, sehingga peternakan broiler di mengolah masukan (input) menjadi keluaran
lapangan berkembang dengan pesat (Sutawi, 2007). (output) dengan manajemen yang ada (process) dan
2
dinyatakan atau diukur dalam satuan uang. Husnan yang dimiliki perusahaan (total debt to total assets
(2007) menjelaskan bahwa kinerja keuangan adalah ratio) juga dapat diketahui dengan menghitung rasio
alat untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan total hutang jangka panjang dengan modal sendiri
suatu perusahaan. Kinerja keuangan atau kinerja (long term debt to equity ratio). Munawir (2002)
finansial adalah usaha formal yang telah dilakukan menambahkan bahwa ada banyak cara untuk
oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan,
perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga salah satunya adalah dengan menghitung rasio
dapat melihat prospek, pertumbuhan dan potensi antara hutang dengan aktiva.
perkembangan perusahaan dengan mengandalkan Riyanto (2001) menyebutkan bahwa
sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat rentabilitas atau profitabilitas adalah perbandingan
dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar antara laba dengan aktiva atau modal yang
dan tujuan yang telah ditetapkan. menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain
Revenue-Cost Ratio (R/C ratio) yaitu rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan
perbandingan antara penerimaan (revenue) dengan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
biaya (cost). Suatu usaha atau proyek dikatakan Salah satu bentuk dari rasio rentabilitas adalah
menguntungkan jika perbandingan antara revenue return on investment (ROI). Analisis return on
dan cost bernilai lebih besar dari angka satu (Shinta, investment sendiri dimaksudkan untuk dapat
2011). Ibrahim (2009) menjelaskan bahwa Break mengukur kemampuan perusahaan dengan
Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan dimana keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva
sebuah perusahaan tidak mengalami kerugian dan yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam
tidak pula memperoleh keuntungan. Nilai BEP menghasilkan keuntungan. Rasio ini
menjadi nilai patokan jumlah minimum hasil menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari
produksi suatu usaha dikatakan ekonomis. Nilai titik operasi perusahaan (net operating income) dengan
impas berfungsi sebagai penentu jumlah produk jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
minimum yang harus dihasilkan dan harga jual menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net
terendah produk. operating assets) (Munawir, 2002).
Analisis rasio finansial digunakan untuk
mengetahui rasio finansial suatu usaha dilihat dari METODOLOGI
kriteria tertentu. Riyanto (2001) menjelaskan bahwa Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada
dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan tanggal 21 Agustus 2014 sampai dengan 21
finansial suatu perusahaan, seorang penganalisis September 2014. Tujuan penelitian adalah untuk
memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang mengetahui modal usaha, biaya produksi,
sering digunakan dalam analisis finansial adalah penerimaan dan pendapatan usaha, mengetahui nilai
“rasio”. Pengertian rasio itu sendiri sebenarnya Revenue-Cost Ratio (R/C Ratio) dan Break Even
hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmetical Point (BEP), serta mengetahui likuiditas,
terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan solvabilitas dan rentabilitas usaha peternakan
hubungan antara dua macam data finansial. broiler sistem closed house di Kabupaten Tuban
Macamnya rasio banyak sekali, karena rasio dapat pada kemitraan PT. Semesta Mitra Sejahtera (PT.
dibuat menurut kebutuhan penganalisis. SMS).
Likuiditas adalah analisis rasio yang Penelitian dilaksanakan di peternakan broiler
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu sistem closed house yang merupakan peternakan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya plasma dan menjalin kemitraan usaha dengan
yang segera harus dipenuhi. Likuiditas badan usaha perusahaan kemitraan broiler PT. SMS Tuban.
dapat diketahui pada suatu neraca pada suatu saat Penentuan lokasi sampel adalah dengan metode
antara lain dengan membandingkan jumlah aktiva purposive sampling. Total sampel yang digunakan
lancar (current assets) di satu pihak dengan hutang adalah tiga peternakan dengan skala usaha yang
lancar (current liabilities) dilain pihak, hasil berbeda yang terdiri dari satu peternakan broiler
perbandingan tersebut disebut dengan rasio lancar skala kecil (9.429 ekor/periode), satu peternakan
(current ratio) atau working capital ratio (Riyanto, broiler skala menengah (18.000 ekor/periode) dan
2001). satu peternakan broiler skala besar (30.000
Riyanto (2001) menyatakan bahwa ekor/periode). Skala usaha ditentukan berdasarkan
solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan ketetapan yang sudah berlaku di perusahaan PT.
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala SMS Tuban.
kewajiban finansialnya apabila sekiranya Metode penelitian yang digunakan pada
perusahaan yang bersangkutan dilikuidasikan. pelaksanaan penelitian adalah studi kasus.
Ibrahim (2009) menyebutkan bahwa tingkat Pengambilan data dilakukan dengan metode survey
solvabilitas sebuah usaha dapat diketahui dengan yaitu dengan cara mendatangi langsung lokasi,
menghitung rasio total hutang dengan total aktiva melakukan pengamatan, wawancara dan
3
menganalisis kondisi tempat penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul Modal Usaha
data pokok. Data primer diperoleh melalui Modal usaha pada penelitian dibedakan
wawancara langsung secara mendalam dengan menjadi dua berdasarkan penggunaannya, yaitu
peternak yang dijadikan sebagai responden serta modal tetap dan modal tidak tetap (modal kerja).
dengan staff PT. SMS Tuban, mendatangi dan Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam
melakukan pengamatan langsung, serta satu periode produksi, sehingga dalam struktur
menganalisis kondisi lokasi peternakan broiler biaya modal ini dihitung dalam bentuk penyusutan-
sistem closed house milik responden sebagai tempat penyusutan aktiva tetap berdasarkan umur
penelitian. Data sekunder adalah data yang ekonomisnya. Usry dan Adolph (2003) menyatakan
dikumpulkan secara tidak langsung yang diperoleh bahwa modal tetap dapat dipakai berkali-kali dalam
dari file recording data perusahaan, data yang produksi, sedangkan modal tidak tetap terpakai
dikumpulkan melalui hasil penelitian terdahulu, habis dalam satu kali proses produksi.
buku, laporan ilmiah, jurnal, dan literatur atau
referensi yang relevan dengan penelitian.
Tabel 1. Modal usaha peternakan broiler sistem closed house pada peternak plasma PT. Semesta Mitra
Sejahtera Tuban berdasarkan penggunaannya dan sumbernya

Sumber: Data primer diolah (2014)


Tabel 1 menunjukkan bahwa total modal pada maka total modal per ekor dalam angka absolut
skala kecil adalah yang paling besar bila semakin kecil. Persentase (angka relatif) modal tetap
dibandingkan dengan skala menengah dan skala semakin menurun dengan semakin besarnya skala
besar. Total modal per ekor yang dibutuhkan oleh usaha, namun persentase modal tidak tetap semakin
usaha peternakan broiler sistem closed house skala meningkat dengan semakin meningkatnya skala
kecil yaitu sebesar Rp 71.764,17 yang terdiri dari usaha. Semakin besarnya skala produksi membuat
modal tetap Rp 39.678,86 (55,29%) dan modal tidak usaha peternakan broiler sistem closed house pada
tetap Rp 32.085,31 (44,71%). Total modal per ekor peternakan plasma PT. SMS Tuban menjadi lebih
untuk skala menengah sebesar Rp 63.261,29 yang efisien dalam hal penggunaan modal usaha.
terdiri dari modal tetap Rp 33.689,44 (53,25%) dan Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pada usaha
modal tidak tetap Rp 29.571,85 (46,75%). Total peternakan broiler sistem closed house milik
modal per ekor untuk skala besar adalah Rp peternak plasma PT. SMS Tuban terdiri dari dua
52.693,60 yang terdiri dari modal tetap Rp sumber modal, yaitu modal sendiri dan modal asing.
23.677,33 (44,93%) dan modal tidak tetap Rp Skala kecil menggunakan modal sendiri sebesar
29.016,27 (55,07%). Berdasarkan Tabel 1 juga 57,44% dan modal asing sebesar 42,56% dari total
diketahui bahwa semakin besarnya skala usaha, modal sebesar Rp 676.664.404,29. Skala menengah
4
menggunakan modal sendiri sebesar 55,70% dan persentase lebih besar daripada modal asing,
modal asing sebesar 44,30% dari total modal sedangkan pada skala besar sebaliknya
sebesar Rp 1.138.703.242,57. Skala besar menggunakan modal asing dengan persentase yang
menggunakan modal sendiri sebesar 47,47% dan lebih besar daripada modal sendiri. Semakin
modal asing sebesar 52,53% dari total modal besarnya skala produksi membuat pembiayaan
sebesar Rp 1.580.808.099,43. Skala kecil dan skala usaha dari sumber modal sendiri semakin kecil dan
menengah menggunakan modal sendiri dengan dari sumber modal asing semakin besar.
Analisis Rugi Laba
Tabel 2. Laporan rugi laba usaha peternakan broiler sistem closed house pada peternak plasma PT. Semesta
Mitra Sejahtera Tuban berdasarkan skala usaha

Sumber: Data primer diolah (2014)


a. Biaya Produksi produksi per periode pada skala menengah dengan
Tabel 2 menunjukkan bahwa biaya produksi kapasitas produksi 126.000 ekor/tahun (18.000
pada peternakan broiler sistem closed house milik ekor/periode) yang mampu menghasilkan 34.290 kg
peternak plasma PT. SMS Tuban terdiri dari biaya broiler hidup per periode adalah Rp 538.610.385,43
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (FC) dan biaya atau rata-rata Rp 15.707,51/kg/periode. Total biaya
variabel (VC) per kg per periode pada skala kecil produksi per periode pada skala besar dengan
adalah FC Rp 438,85 (2,82%) dan VC Rp 15.100,78 kapasitas produksi 210.000 ekor/tahun (30.000
(97,18%), pada skala menengah adalah FC Rp ekor/periode) yang mampu menghasilkan 56.985 kg
425,06 (2,71%) dan VC Rp 15.282,45 (97,29%), broiler hidup per periode adalah Rp 880.413.385,14
sedangkan pada skala besar adalah FC Rp 411,08 atau rata-rata Rp 15.449,91/kg/periode.
(2,66%) dan VC Rp 15.038,84 (97,34%). Total Besarnya biaya tetap dalam angka absolut
biaya produksi per periode pada usaha peternakan maupun angka relatif (persentase) semakin
broiler sistem closed house skala kecil dengan kecil/menurun seiring dengan semakin besarnya
kapasitas produksi 66.000 ekor/tahun (9.429 volume/skala produksi, yakni dengan kontribusi
ekor/periode) yang mampu menghasilkan 19.784 kg biaya tetap berturut-turut pada skala kecil 2,82%,
broiler hidup per periode adalah Rp 307.436.104,29 skala menengah 2,71% dan skala besar 2,66% dari
atau rata-rata Rp 15.539,63/kg/periode. Total biaya keseluruhan total biaya produksi. Semakin

5
meningkatnya skala produksi, biaya variabel Rp 603.540.943,21 pada skala menengah dan Rp
menjadi semakin besar dalam angka relatif, yakni 983.224.589,64 pada skala besar. Semakin besarnya
dengan kontribusi 97,18% pada skala kecil, 97,29% skala produksi tersebut akan menentukan besarnya
pada skala menengah dan 97,34% pada skala besar volume produksi (banyaknya hasil produksi),
dari total biaya produksi. Semakin besarnya skala sehingga total penerimaan akan semakin meningkat
produksi membuat usaha peternakan broiler sistem pula, demikian dikarenakan besarnya total
closed house pada peternakan plasma PT. SMS penerimaaan juga dipengaruhi oleh faktor
Tuban menjadi lebih efisien dalam hal penggunaan banyaknya volume produksi selain faktor harga.
biaya produksi. Besarnya biaya variabel semakin Sesuai dengan pendapat Soekardono (2009) yang
meningkat dengan semakin besarnya skala produksi, menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil
yakni Rp 307.436.104,29 pada skala kecil, Rp perkalian antara harga dengan total produksi.
538.610.385,43 pada skala menengah dan Rp Penerimaan dari penjualan broiler hidup
880.413.385,14 pada skala besar. Semakin besarnya dalam usaha peternakan broiler sistem closed house
biaya variabel tersebut disebabkan karena volume adalah komponen penerimaan yang paling besar
produksi yang semakin besar, sehingga biaya yang kontribusinya terhadap besarnya total penerimaan,
dikeluarkan untuk pembelian barang-barang modal yakni 97,89% pada skala kecil, 97,62% pada skala
kerja sebagai biaya variabel juga semakin besar. menengah dan 97,50% pada skala besar.
Sesuai dengan pernyataan Sutawi (2007) yang Penerimaan terbesar kedua diikuti oleh penerimaan
menyatakan bahwa biaya variabel adalah biaya yang dari bonus dan insentif dengan kontribusi pada total
jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan penerimaan sebesar 1,49% pada skala kecil, 1,64%
perubahan volume produksi. pada skala menengah dan 1,67% pada skala besar.
Biaya produksi untuk pakan broiler dalam Besarnya penerimaan dari hasil penjualan broiler
usaha peternakan broiler sistem closed house adalah hidup tersebut dikarenakan broiler hidup merupakan
struktur biaya yang paling besar, yakni 73,62% pada produk utama yang menjadi sumber penerimaan
skala kecil, 71,40% pada skala menengah dan pokok dari suatu usaha peternakan broiler sistem
72,43% pada skala besar. Biaya broduksi terbesar closed house. Ketiga peternak tidak memperoleh
kedua adalah biaya untuk DOC, yakni 18,67% pada penerimaan dari kompensasi kerugian, demikian
skala kecil, 21,09% pada skala menengah dan karena peternak tidak mengalami kerugian selama
20,79% pada skala besar. Sesuai dengan pernyataan satu tahun produksi. Apabila suatu waktu peternak
Sutawi (2007) yang menjelaskan bahwa biaya yang bersangkutan mengalami kerugian dalam suatu
produksi pakan merupakan biaya tertinggi pada periode pemeliharaan, maka pihak perusahaan inti
usaha peternakan. Didukung oleh Aryanti (2010) akan memberikan kompensasi atas kerugian tersebut
yang menyatakan bahwa biaya pakan merupakan berdasarkan pertimbangan perusahaan sebesar Rp
biaya yang terbesar pada suatu usaha peternakan, 250,00–Rp 500,00 per ekor populasi chick in.
yang mana berkisar antara 60%–80%.
c. Pendapatan Usaha (Keuntungan)
b. Penerimaan Usaha Tabel 2 menunjukkan bahwa pendapatan
Tabel 2 menunjukkan bahwa penerimaan usaha atau keuntungan (π) merupakan selisih nilai
pada peternakan broiler sistem closed house milik rupiah antara total penerimaan dengan total biaya
peternak plasma PT. SMS Tuban terdiri dari produksi. Keuntungan adalah kelebihan total
beberapa sumber penerimaan, total penerimaan (TR) penerimaan usaha yang didapat dari output atas total
merupakan hasil penjumlahan nilai rupiah dari biaya produksi yang dikeluarkan untuk input. Total
semua jenis penerimaan. Total penerimaan per pendapatan per periode pada usaha peternakan
periode pada usaha peternakan broiler sistem closed broiler sistem closed house skala kecil adalah Rp
house skala kecil adalah Rp 340.806.876,79 atau 33.370.772,50 atau rata-rata Rp
rata-rata Rp 17.226,39/kg/periode. Total penerimaan 1.686,76/kg/periode. Total pendapatan per periode
per periode pada skala menengah adalah Rp pada skala menengah adalah Rp 64.930.557,79 atau
603.540.943,21 atau rata-rata Rp rata-rata Rp 1.893,57/kg/periode. Total pendapatan
17.601,08/kg/periode. Total penerimaan per periode per periode pada skala besar adalah Rp
pada skala besar adalah Rp 983.224.589,64 atau 102.811.204,50 atau rata-rata Rp
rata-rata Rp 17.254,09/kg/periode. 1.804,18/kg/periode. Besarnya keuntungan yang
Besarnya penerimaan usaha per kg pada skala diperoleh usaha peternakan broiler sistem closed
menengah adalah yang paling tinggi, yakni house adalah positif, baik pada skala kecil, skala
17.601,08/kg/periode dan pada skala kecil adalah menengah maupun skala besar. Usaha peternakan
yang paling rendah, yakni Rp 17.226,39/kg/periode. broiler sistem closed house yang dijalankan oleh
Total penerimaan per periode dalam angka absolut peternak plasma PT. SMS Tuban menguntungkan.
semakin meningkat dengan semakin besarnya skala Keuntungan bernilai positif menunjukkan bahwa
produksi, yakni Rp 340.806.876,79 pada skala kecil, total penerimaan lebih besar daripada total biaya
6
produksi maka operasi usaha tersebut 33.370.772,50 pada skala kecil, Rp 64.930.557,79
menguntungkan/untung, sebaliknya apabila pada skala menengah dan Rp 102.811.204,50 pada
keuntungan bernilai negatif menunjukkan bahwa skala besar. Semakin besarnya skala produksi akan
total penerimaan lebih kecil daripada total biaya menentukan besarnya volume produksi yang
produksi maka usaha tersebut merugikan/rugi. berdampak pada total penerimaan yang semakin
Sesuai dengan pernyataan Parasdya dkk. (2013) meningkat pula. Besarnya total keuntungan di satu
yang menyatakan bahwa profit merupakan selisih sisi juga dipengaruhi oleh faktor penerimaan selain
antara penerimaan dengan semua biaya yang faktor biaya produksi di sisi lainnya. Sesuai dengan
dikeluarkan selama proses produksi. pendapat Pudjosumarto (2004) yang menyatakan
Keuntungan usaha per kg pada skala bahwa pendapatan usahatani dipengaruhi oleh
menengah adalah yang paling besar, yakni Rp penerimaan usahatani dan biaya produksi. Parasdya
1.893,57/kg/periode dan keuntungan usaha pada dkk. (2013) menambahkan bahwa semakin besar
skala kecil adalah yang paling kecil, yakni Rp keuntungan yang diperoleh suatu usaha maka akan
1.686,76/kg/periode. Total keuntungan per periode semakin efisien usaha tersebut dan semakin layak
dalam angka absolut semakin meningkat dengan untuk dijalankan.
semakin besarnya skala produksi, yakni Rp
Revenue-Cost Ratio (R/C Ratio) dan Break Even Point (BEP)
Tabel 3. R/C ratio dan BEP usaha peternakan broiler sistem closed house pada peternak plasma PT. Semesta
Mitra Sejahtera Tuban selama satu tahun berdasarkan skala usaha

Sumber: Data primer diolah (2014)


a. Revenue-Cost Ratio (R/C Ratio) dengan pernyataan Shinta (2011) yang menyatakan
Revenue-Cost Ratio (R/C ratio) yaitu bahwa suatu usaha atau proyek dikatakan
perbandingan antara penerimaan (revenue) dengan menguntungkan jika perbandingan antara revenue
biaya produksi (cost). Gumus (2008) juga dan cost bernilai lebih besar dari angka 1 (satu).
Syamsudin (2000) menyatakan bahwa perhitungan Nilai Revenue-Cost Ratio (R/C ratio) per
R/C ratio bertujuan untuk mengukur efisiensi input tahun pada usaha peternakan broiler sistem closed
untuk menghasilkan output dengan menghitung house plasma PT. SMS Tuban skala kecil adalah
perbandingan antara total penerimaan dengan total yang paling rendah, yakni 1,109 per tahun,
biaya produksi. sedangkan R/C ratio pada skala menengah adalah
Tabel 3 menunjukkan bahwa R/C ratio per yang paling tinggi, yakni 1,121 per tahun. Besarnya
tahun pada usaha peternakan broiler sistem closed nilai R/C ratio di satu sisi dipengaruhi oleh faktor
house skala kecil adalah 1,109 per tahun, skala penerimaan selain faktor biaya produksi di sisi
menengah 1,121 per tahun dan skala besar 1,117 per lainnya. Semakin tinggi penerimaan dan semakin
tahun. R/C ratio 1,109 pada skala kecil artinya rendah biaya produksi akan berdampak pada
adalah untuk setiap Rp 1.000.000,00 biaya produksi meningkatnya nilai R/C ratio. Syamsudin (2000)
yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan menyatakan bahwa keberhasilan suatu usaha dapat
usaha sebesar Rp 1.109.000,00, sedangkan R/C diukur dengan R/C ratio. Nilai tersebut merupakan
ratio 1,121 pada skala menengah artinya adalah imbangan antara total penerimaan dengan total
untuk setiap Rp 1.000.000,00 biaya produksi yang biaya produksi yang digunakan dalam usaha. Suatu
dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan usaha usaha dikatakan efisien dan layak apabila nilai R/C
sebesar Rp 1.121.000,00. R/C ratio 1,117 pada skala ratio-nya lebih besar dari satu. Semakin besar R/C
besar artinya adalah untuk setiap Rp 1.000.000,00 ratio maka semakin tinggi tingkat efesiensinya.
biaya produksi yang dikeluarkan akan menghasilkan Nilai R/C ratio dapat menentukan kelayakan dari
penerimaan usaha sebesar Rp 1.117.000,00. Nilai suatu usaha. Suatu usaha dikatakan layak apabila
R/C ratio usaha peternakan broiler sistem closed memiliki nilai R/C ratio ≥1, namun apabila suatu
house adalah lebih dari 1 (satu), baik pada skala usaha memiliki nilai R/C ratio <1 maka usaha
kecil, skala menengah maupun skala besar. Hasil tersebut akan rugi atau tidak layak untuk
penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan dikembangkan.
broiler sistem closed house yang dijalankan oleh
peternak plasma PT. SMS Tuban
menguntungkan/untung dan sudah efisien. Sesuai
7
b. Break Even Point (BEP) skala kecil adalah 127.629,40 kg/tahun (rata-rata
Break Even Point (BEP) atau titik impas 18.232,77 kg/periode), pada skala menengah
adalah titik pulang pokok dimana total penerimaan 219.433,30 kg/tahun (rata-rata 31.347,61
sama dengan total biaya produksi (Riyanto, 2001). kg/periode), sedangkan pada skala besar adalah
Ibrahim (2009) menjelaskan bahwa Break Even 366.359,74 kg/tahun (rata-rata 52.337,11
Point (BEP) merupakan suatu keadaan dimana kg/periode). BEPekor selama satu tahun pada skala
sebuah perusahaan tidak mengalami kerugian dan kecil adalah 59.700 ekor/tahun (rata-rata 8.529
tidak pula memperoleh keuntungan. Nilai BEP ekor/periode), pada skala menengah 113.973
menjadi nilai patokan jumlah minimum hasil ekor/tahun (rata-rata 16.282 ekor/periode),
produksi suatu usaha dikatakan ekonomis. Nilai titik sedangkan pada skala besar 187.692 ekor/tahun
impas berfungsi sebagai penentu jumlah produk (rata-rata 26.813 ekor/periode).
minimum yang harus dihasilkan dan harga jual Nilai BEP (BEPharga, BEPproduk dan BEPekor)
terendah produk. Penentuan nilai BEP pada usaha peternakan broiler sistem closed house lebih
penelitian dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu BEP rendah dari realisasi pencapaian hasil usaha pada
harga (BEPharga), BEP produk (BEPproduk) dan BEP kenyataannya, baik pada skala kecil, skala
ekor (BEPekor). Nilai BEPharga ditentukan untuk menengah maupun skala besar. Berdasarkan analisis
mengetahui berapa harga jual minimum per unit BEP usaha peternakan broiler sistem closed house
(Rp/kg) penjualan broiler hidup di tingkat peternak plasma PT. SMS Tuban menguntungkan/untung dan
plasma. Nilai BEPproduk ditentukan untuk sudah efisien. Sesuai dengan pernyataan Riyanto
mengetahui berapa volume produksi minimum (2001) yang menyatakan bahwa analisis BEP
dalam kilogram yang harus dihasilkan oleh peternak merupakan suatu cara atau suatu teknik yang
plasma dan nilai BEPekor ditentukan untuk digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk
mengetahui berapa ekor jumlah broiler hidup mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan
minimum yang harus dihasilkan oleh peternak volume produksi berapakah perusahaan tersebut
plasma. tidak memperoleh keuntungan dan tidak pula
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai BEP pada menderita kerugian. Suatu usaha peternakan
usaha peternakan broiler sistem closed house dikatakan menguntungkan jika hasil usaha yang
plasma PT. SMS Tuban dilihat dengan 3 (tiga) diperoleh lebih tinggi daripada BEP. Semakin
kriteria yaitu BEPharga, BEPproduk dan BEPekor. rendah BEP maka semakin baik dan semakin besar
BEPharga per kg broiler hidup selama satu tahun pada selisih antara realisasi hasil penjualan dengan BEP
skala kecil adalah Rp 15.539,30/kg broiler hidup, dalam angka absolut (pendapatan marjinal/Margin
pada skala menengah Rp 15.707,64/kg broiler of Safety/MOS) maupun dalam angka relatif
hidup, sedangkan pada skala besar Rp 15.449,80/kg (Margin of Safety Ratio/MOS ratio) maka semakin
broiler hidup. BEPproduk selama satu tahun pada efisien.

Analisis Rasio Finansial


Tabel 4. Analisis rasio finansial usaha peternakan broiler sistem closed house plasma PT. Semesta Mitra
Sejahtera selama 1 tahun berdasarkan CR, DAR dan ROI

Sumber: Data primer doilah (2014)


a. Likuiditas – current ratio (CR) dipenuhi oleh peternak skala kecil akan dijamin
Tabel 4 menunjukkan bahwa likuiditas dengan aktiva lancar sebesar Rp 1.510.000,00 yang
ditentukan dengan menggunakan rasio lancar atau dimiliki oleh usaha peternakan broiler yang
current ratio. Current ratio (CR) pada usaha dijalankannya. CR 1,38 pada skala menengah
peternakan broiler sistem closed house plasma PT. artinya adalah bahwa untuk setiap Rp 1.000.000,00
SMS Tuban adalah perbandingan total aktiva lancar hutang lancar akan dijamin dengan aktiva lancar
(current assets) di satu pihak dengan total hutang sebesar Rp 1.380.000,00, sedangkan CR 1,37 pada
lancar (current liabilities) di lain pihak. CR dalam skala besar artinya adalah bahwa untuk setiap Rp
satu tahun pada usaha peternakan broiler sistem 1.000.000,00 hutang lancar akan dijamin dengan
closed house skala kecil adalah 1,51, skala aktiva lancar sebesar Rp 1.370.000,00.
menengah 1,38 dan skala besar 1,37. CR 1,51 pada Nilai CR 1,51 pada skala kecil berada pada
skala kecil artinya adalah bahwa untuk setiap Rp kategori aman (CR >1,5) dan sangat likuid,
1.000.000,00 hutang lancar yang segera harus sedangkan pada skala menengah dengan CR 1,38

8
dan skala besar dengan CR 1,37 berada pada bagian dari total aktiva digunakan untuk menjamin
kategori hati-hati (CR 1,1–1,5) dan likuid. Usaha hutang.
peternakan broiler sistem closed house yang Nilai DAR 21,88% pada skala kecil, 19,08%
dijalankan oleh peternak plasma PT. SMS Tuban pada skala menengah dan 27,18% pada skala besar,
sudah efisien karena tidak berada pada kondisi tidak ketiganya berada pada kategori aman (DAR <30%)
aman (CR <1,1) berdasarkan kriteria current ratio. dan sangat solvabel. Usaha peternakan broiler
Sesuai dengan pernyataan Warsito dkk. (2010) yang sistem closed house yang dijalankan oleh peternak
menyebutkan bahwa sebuah perusahaan dikatakan plasma PT. SMS Tuban sudah efisien karena berada
aman apabila CR berada pada angka >1,5, dikatakan pada kondisi aman (DAR <30%) berdasarkan
hati-hati apabila CR berada pada angka 1,1–1,5 dan kriteria total debt to total assets ratio. Sesuai
dikatakan tidak aman apabila CR berada pada angka dengan pernyataan Warsito dkk. (2010) yang
<1,1. Riyanto (2001) menyatakan bahwa CR menyebutkan bahwa sebuah perusahaan dikatakan
berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan aman apabila DAR berada pada angka <30%,
untuk membayar kewajiban-kewajiban finansialnya dikatakan hati-hati apabila DAR berada pada angka
yang segera harus dipenuhi, dan jumlah aktiva 30–75% dan dikatakan tidak aman apabila DAR
lancar yang dimiliki pada waktu tertentu berada pada angka >75%. Riyanto (2001)
menggambarkan kekuatan membayarnya, sehingga menyatakan bahwa solvabilitas suatu perusahaan
semakin besar CR berarti semakin besar pula menunjukkan kemampuan perusahaan tersebut
kekuatan membayarnya, dan semakin besar untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya
kekuatan membayarnya berarti memungkinkan apabila sekiranya pada saat itu perusahaan
perusahaan untuk memiliki kemampuan membayar dilikuidasikan, DAR menunjukkan persentase
yang semakin besar pula, demikian berarti besarnya keseluruhan hutang dalam total aktiva
perusahaan tersebut semakin likuid. Syamsudin yang dimiliki, sehingga semakin rendah DAR
(2000) menyatakan bahwa tidak ada suatu ketentuan berarti semakin sedikit pula hutang yang dimiliki
mutlak tentang berapa tingkat CR yang dianggap oleh perusahaan dan semakin mampu perusahaan
baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu tersebut dalam hal membayar segala kewajiban
perusahaan karena biasanya tingkat CR ini juga finansialnya (hutang jangka panjang dan hutang
sangat tergantung pada jenis usaha dari masing- lancarnya), artinya perusahaan tersebut semakin
masing perusahaan. solvabel.
b. Solvabilitas – total debt to total assets ratio c. Rentabilitas – return on investment (ROI)
(DAR) Tabel 5 menunjukkan bahwa rentabilitas
Tabel 5 menunjukkan bahwa solvabilitas ditentukan dengan perhitungan analisis tingkat
ditentukan dengan menggunakan perhitungan rasio pengembalian atas investasi atau return on
total hutang terhadap total aktiva atau total debt to investment (ROI). ROI pada usaha peternakan
total assets ratio (DAR). DAR pada usaha broiler sistem closed house plasma PT. SMS Tuban
peternakan broiler sistem closed house plasma PT. adalah perbandingan total keuntungan dari kegiatan
SMS Tuban adalah perbandingan total hutang (total usaha (net operating income) pada laporan rugi laba
debt) baik hutang lancar maupun hutang jangka di satu pihak dengan total aktiva yang digunakan
panjangnya di satu pihak dengan total aktiva (total untuk mendatangkan keuntungan tersebut (net
assets) baik aktiva lancar maupun aktiva tetapnya di operating assets) pada neraca di lain pihak. ROI
lain pihak. DAR dalam satu tahun pada skala kecil dalam satu tahun pada skala kecil adalah 18,42%,
adalah 21,88%, skala menengah 19,08% dan skala skala menengah 16,75% dan skala besar 22,12%.
besar 27,18%. DAR 21,88% pada skala kecil artinya ROI 18,42% pada skala kecil artinya adalah bahwa
adalah bahwa 21,88% bagian dari keseluruhan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
kekayaan/aktiva yang dimiliki peternak dibelanjai keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
dengan hutang (modal asing) atau sebanyak 21,88% bagi peternak sebesar 18,42% dari keseluruhan
bagian dari total aktiva digunakan untuk menjamin aktiva tersebut, atau dari setiap Rp 1.000.000,00
hutang. DAR 19,08% pada skala menengah artinya modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
adalah 19,08% bagian dari keseluruhan aktiva mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp
kekayaan/aktiva yang dimiliki peternak dibelanjai 184.200,00 bagi peternak. ROI 16,75% pada skala
dengan hutang (modal asing) atau sebanyak 19,08% menengah artinya adalah bahwa kemampuan dari
bagian dari total aktiva digunakan untuk menjamin modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
hutang. DAR 27,18% pada skala besar artinya aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi
adalah 27,18% bagian dari keseluruhan peternak sebesar 16,75% dari keseluruhan aktiva
kekayaan/aktiva yang dimiliki peternak dibelanjai tersebut, atau dari setiap Rp 1.000.000,00 modal
dengan hutang (modal asing) atau sebanyak 27,18% yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp
9
167.500,00 bagi peternak. ROI 22,12% pada skala dibandingkan skala besar (Rp
besar artinya adalah bahwa kemampuan dari modal 17.254,09/kg/periode) dan skala kecil (Rp
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk 17.226,39/kg/periode) dan
menghasilkan keuntungan bagi peternak sebesar 1.4 Keuntugan pada skala menengah (Rp
22,12% dari keseluruhan aktiva tersebut, atau dari 1.893,57/kg/periode) lebih tinggi
setiap Rp 1.000.000,00 modal yang diinvestasikan dibandingkan skala besar (Rp
dalam keseluruhan aktiva mampu menghasilkan 1.804,18/kg/periode) dan skala kecil (Rp
keuntungan sebesar Rp 221.200,00 bagi peternak. 1.686,76/kg/periode).
Nilai ROI 18,42% pada skala kecil, 16,75% 2. Peternakan plasma broiler sistem closed house
pada skala menengah dan 22,12% pada skala besar, skala menengah adalah yang paling efisien
ketiganya berada pada kategori aman (ROI>5%) dan dibandingkan skala besar dan skala kecil
sangat menguntungkan. Usaha peternakan broiler berdasarkan indikator R/C ratio dan BEP sebagai
sistem closed house yang dijalankan oleh peternak berikut:
plasma PT. SMS Tuban sudah efisien karena berada 2.1 R/C ratio pada skala menengah (1,121)
pada kondisi aman dan menguntungkan (ROI >5%) lebih efisien dibandingkan skala besar
berdasarkan kriteria return on investment. Sesuai (1,117) dan skala kecil (1,109) dan
dengan pernyataan Warsito dkk. (2010) yang 2.2 BEP pada skala menengah adalah yang
menyebutkan bahwa sebuah perusahaan dikatakan paling efisien (BEPharga Rp 15.707,64/kg;
aman dan menguntungkan apabila ROI berada pada BEPproduk 219.433,30 kg/tahun; BEPekor
angka >5%, dikatakan hati-hati apabila ROI berada 113.973 ekor/tahun) dibandingkan skala
pada angka 0–5% dan dikatakan tidak aman dan besar (BEPharga Rp 15.449,80/kg; BEPproduk
tidak menguntungkan apabila ROI berada pada 366.359,74 kg/tahun; BEPekor 187.692
angka <0%. Riyanto (2001) menyatakan bahwa ekor/tahun) dan skala kecil (BEPharga Rp
rentabilitas atau profitabilitas adalah perbandingan 15.539,30/kg; BEPproduk 127.629,40
antara laba dengan aktiva atau modal yang kg/tahun; BEPekor 59.700 ekor/tahun).
menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain 3. Ditinjau dari rasio finansial usaha sebagai
rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan berikut:
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, 3.1 Likuiditas pada skala kecil (1,51) lebih baik
ROI menunjukkan persentase banyaknya dibandingkan skala menengah (1,38) dan
keuntungan/laba usaha yang dihasilkan dari modal skala besar (1,37),
sendiri dan modal asing (keseluruhan modal) yang 3.2 Solvabilitas pada skala menengah (19,08%)
dipergunakan untuk menghasilkan keuntungan/laba lebih baik dibandingkan skala kecil
tersebut, sehingga semakin tinggi ROI berarti (21,88%) dan skala besar (27,18%) dan
semakin banyak pula keuntungan/laba usaha yang 3.3 Rentabilitas pada skala besar (22,12%) lebih
dihasilkan dari modal yang diinvestasikan dalam baik dibandingkan skala kecil (18,42%) dan
aktiva yang digunakan dan demikian berarti usaha skala menengah (16,75%).
tersebut semakin menguntungkan.
Saran
1. Kepada peternak plasma skala kecil disarankan
KESIMPULAN DAN SARAN
agar mengupayakan pengembangan usaha
Kesimpulan dengan meningkatkan skala produksi usahanya.
1. Peternakan plasma broiler sistem closed house 2. Kepada peternak plasma skala menengah
skala menengah (18.000 ekor/periode) adalah disarankan agar menjaga dan mempertahankan
yang paling menguntungkan dibandingkan skala kinerja usahanya yang sudah baik.
besar (30.000 ekor/periode) dan skala kecil 3. Kepada peternak plasma skala besar disarankan
(9.429 ekor/periode) berdasarkan indikator untuk memperbaiki beberapa kesalahan-
ekonomi sebagai berikut: kesalahan manajemen dalam mengelola
1.1 Modal usaha pada skala besar (Rp usahanya agar lebih baik lagi dan mampu
52.693,60/ekor) lebih efisien dibandingkan mencapai keuntungan yang optimal.
skala menengah (Rp 63.261,29/ekor) dan
skala kecil (Rp 71.764,17/ekor),
1.2 Biaya produksi pada skala besar (Rp DAFTAR PUSTAKA
15.449,91/kg/periode) lebih efisien
dibandingkan skala menengah (Rp Achmanu dan Muharlien. 2011. Ilmu Ternak
15.707,51/kg/periode) dan skala kecil (Rp Unggas. UB Press. Malang.
15.539,63/kg/periode),
1.3 Penerimaan pada skala menengah (Rp Aryanti, F. 2010. Kompetensi Kinerja Karyawan
17.601,08/kg/periode) lebih tinggi Kandang Ayam Broiler Milik Peternak di

10
Wilayah Desa Cisalopa, Cinagara, Bogor. Niaga Petelur di Kecamatan Kademangan
http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbpkh_cinaga Kabupaten Blitar (Financial Business Of
ra/index.php? Analysis Of Farm Comercial Laying Chichen
option=com_content&view=article&id=69:ki Sub-District Of Kademangan, District Of
nerja-karyawan-anakkandang&catid= Blitar). Jurnal Ilmiah Peternakan Vol
28:peternakan&Itemid =44. Diakses tanggal 1(1):88-98.
28 Oktober 2014.
POULTRY Indonesia. 2013. Tuntutan Kandang
Atmaja, L.S. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Closed House. Publikasi Online Edisi
Keuangan. ANDI OFFSET. Yogyakarta. Agustus 2013.
http://www.poultryindonesia.com/news/uta
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Data Statistik ma-2/tuntutan-kandang-closed-house/.
Indonesia 2012 - Peternakan. Diakses tanggal 20 Juli 2014.
http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&
kat=3&id_subyek=24. Diakses tanggal 7 Juni Pudjosumarto, M. 2004. Pengantar Evaluasi
2014. Proyek. UB Press. Malang.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Indikator Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan
Kesejahteraan Rakyat 2013. Nomor Perusahaan (Edisi Ke-4). BPFE-
Publikasi: 07330.1312. ISSN: 0215-4641. Yogyakarta. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.
Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press.
Gumus, G. 2008. Economic Analysis Of Oriental Malang.
Tobacco In Turkey. Boulgarian Journal Of
Agricultural Science, 14 (5):470-475. Soekardono. 2009. Ekonomi Agribisnis
Peternakan Teori dan Aplikasinya.
Husnan, S. 2007. Manajemen Keuangan Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Asuransi, Teori dan Terapan (Jilid
Pertama). Rineka Cipta. Jakarta. Sutawi. 2007. Kapita Selekta Agribisnis
Peternakan. UMM Press. Malang.
Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi
Revisi). Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Syamsudin, B. 2000. Manajemen Keuangan
Perusahaan (Edisi Ke-3). Liberty.
Menteri Pertanian. 1997. Pedoman Kemitraan Yogyakarta.
Usaha Pertanian. Keputusan Menteri
Pertanian No.940/Kpts/OT.210/10/1997. Usry, M. dan M. Adolph. 2003. Akuntasi Biaya
Departemen Pertanian. Jakarta. Perencanaan dan Pengendalian (Edisi
Ke-6). Erlangga. Jakarta.
Mulyadi. 2001. Akutansi Manajemen - Konsep
Manfaat dan Rekayasa (Edisi Ke-3). Warsito, S.H., Z. Fanani dan B. Hartono. 2010.
Salemba Empat. Jakarta. Analisis Finansial, Resiko dan Sensitivitas
Usaha Peternakan Ayam Petelur (Survei
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan pada Kelompok Peternak Gunungrejo
(Edisi Ke-4). Liberty. Yogyakarta. Makmur Kabupaten Lamongan). Tesis.
Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.
Parasdya, W., S. Mastuti, dan O.E. Djatmiko. 2013. Malang.
Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam

11

Você também pode gostar