Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Disusun oleh:
Dhovi Rizal Fachrudin(10020217006)
Ismail Farhan Fajar (10020217007)
Nadhief Muhammad Fauzan (10020217010)
Muhammad Faisal (10020217011)
Ridfiadzi Aldreka (10020217012)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. Pengertian Mutazilah......................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................10
A. Simpulan........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemunculan aliran-aliran dalam Islam diawali pada saat terbunuhnya Khalifah
Utsman bin Affan Radhiallahu 'anhu. Aliran-aliran tersebut muncul sebagai aliran politik yang
kemudian berevolusi menjadi aliran teologi. Setelah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi
wasallam wafat terjadi kegaduhan antara kaum Muhajjirin dan Anshar terkait
kepemimpinan agama dan politik pasca Nabi. Masing-masing pihak Muhajjirin dan Anshar
mengajukan tokoh sebagai pengganti Nabi.
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa kaum Anshar mengajukan Saad bin
Ubadah sebagai calon khalifah, sedangkan dari pihak Muhajjirin mengajukan Abu Bakar
Ash-Shiddiq Radhiallahu 'anhuma. Berbagai argument pun diajukan untuk menonjolkan calon
masing-masing. Setelah melalui proses dinamika politik yang hangat, akhirnya Abu Bakar
Ash-Shiddiq terpilih sebagai khalifah pengganti Nabi. Terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah
tidak terlepas dari keutamaan-keutamaan yang dimilikinya dan turut didukung oleh
keberadaan dirinya sebagai seorang Quraiys.
Pasca wafatnya Abu Bakar, kepemimpinan kaum muslimin digantikan oleh Umar bin
Khattab. Pada saat kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, persatuan kaum muslimin masih bisa
dikendalikan oleh khalifah. Masalah muncul pasca wafatnya Umar, di mana saat itu kendali
pemerintahan dipegang oleh Utsman bin Affan Radhiallahu 'anhu. Terpilihnya Utsman
sebagai khalifah adalah berdasarkan kesepakatan para sahabat senior yang ditunjuk oleh
Umar.
Pada masa pemerintahan Usman, kondisi politik telah mulai bergejolak yang dipicu
oleh propaganda musuh-musuh Islam yang dipelopori oleh Abdullah bin Saba. Berbagai
fitnah pun dilancarkan oleh para pengikut Abdullah bin Saba sehingga keadaan semakin
memanas. Di tengah kondisi politik yang tidak stabil tersebut, akhirnya Khalifah Utsman bin
Affan Radhiallahu 'anhu terbunuh oleh para pengikut Abdullah bin Saba seorang mantan
pendeta Yahudi dari Yaman. Abdullah bin Saba dan pengikutnya memprokalamirkan diri
sebagai kelompok pro-Ali yang di kemudian hari dikenal dengan Syiah.
Selanjutnya kepemimpinan kaum muslimin berada di bawah kendali Ali bin Abi
Thalib Radhiallahu 'anhu. Pada saat pemerintahan Ali, kondisi politik semakin runyam
dengan munculnya gerakan perlawanan dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'anhuma
1
yang menuntut Ali untuk menangkap pembunuh Usman. Ada dua kejadian besar yang terjadi
di masa kepemipinan Ali, yaitu perang Jamal dan perang Shiffin. Perang Jamal adalah perang
yang terjadi antara pemerintahan Ali dengan pasukan Ummul Mukiminin, Aisyah Radhiallahu
'anha. Adapun perang Shiffin adalah perang yang terjadi antara pemerintahan Ali dengan
pasukan Muawiyah Radhiallahu 'anhuma.
Pada tahapan selanjutnya muncul pula aliran-aliran teologi seperti Murjiah, Qadariah,
Jabariyah, Mutazilah, Asyariyah dan Maturidiyah. Dalam makalah ini pembahasan akan
difokuskan pada sejarah dan konsep teologi dari Mutazilah.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini ditentukan beberapa rumusan masalah sebagai batasan
pembahasan, yaitu:
1. Apa pengertian dari Mutazilah?
2. Siapa saja tokoh-tokoh dari aliran Mutazilah?
3. Bagaimana paham serta doktrin dari aliran Mutazilah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa pengertian dari Mutazilah
2. Mengetahui siapa saja tokoh dari aliran Mutazilah
3. Memahami bagaimana paham dan doktrin dari aliran Mutazilah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mu tazilah
Secara bahasa mutazilah berasal dari kata itizal yang berarti memisahkan diri.
Selain itu Mutazilah adalah salah satu aliran pemikiran dalam Islam yang banyak
terpengauruh dengan filsafat barat sehingga berkecenderungan menggunakan rasio sebagai
dasar argumentasi.Sedangkan menurut istilah mutazilah adalah Sebuah firqoh / kelompok
dari para mutakallimin yang dibentuk atas dasar ketidakpuasan terhadap paham aliran
khawarij dan murjiah dan berselisih pendapat dari Ahlus Sunnah di sebagian Aqidah ,
didirikan dan diketuai oleh Wasil bin Atho.
Pembangun mazhab ini adalah Abu Huzdaifah Washil bin Atha Al-Ghazali. Timbulnya
dizaman Abdul Malik bin Marwan dan anaknya Hisyam ibnu Abdul Malik. Dinamakan
golongan Mutazilah, karena Washil memisahkan dirinya karena berlainan pendapat
dengan gurunya yaitu Al Hasan Al-Bashri. Mereka berbeda pendapat tentang masalah
orang islam yang mengerjaka maksiat dan dosa besar yang belum taubat sebelum
matinya. Golongan ini sendiri tidak suka dan tidak mau dinamakan Mutazilah. Mereka
mengakui diri dolongan pembela keadilan dan ketauhidan.
Keadilan - karena merekalah, golongan yang mensucikan Allah daripada pendapat
lawannya yang mengatakan bahwa Allah telah mentaqdirkan seseorang itu berbuat maksiat,
lalu mereka di azab Allah. Sedangkan mutazilah berpendapat bahwa manusia adalah merdeka
dalam segala perbuatan dan bebas bertindak. Sebab itu mereka diazab atas perbuatan dan
tindakannya. Inilah yang mereka maksud keadilan itu.
Ketahuidan - Karena mereka menafikan dan mentiadakan sifat-sifat Allah. Artinya
Tuhan itu ada bersifat. Karena apabila seandainya bersifat yang macam-macam, niscaya Allah
Taala berbilang (lebih dari satu). Inilah yang dimaksud Ahli Tauhid, menafikan sifat-sifat
Allah.
1. Washil ibn Atha (80-131 H). Ia dilahirkan di Madinah dan kemudian menetap di Bashrah.
Ia merupakan tokoh pertama yang melahirkan aliran Mu‟tazilah. Karenanya, ia diberi gelar
kehormatan dengan sebutan Syaikh al-Mu‟tazilah wa Qadimuha, yang berarti pimpinan
sekaligus orang tertua dalam Muktazilah.
2. Abu Huzail Muhammad ibn Huzail ibn Ubaidillah ibn Makhul al- Allaf. Ia lahir di Bashrah
tahun 135 dan wafat tahun 235 H. Ia lebih populer dengan panggilan al-Allaf karena
rumahnya dekat dengan tempat penjualan makanan ternak. Gurunya bernama Usman al-Tawil
salah seorang murid Washil ibn Atha.
3. Ibrahim ibn Sayyar ibn Hani al-Nazham. Tahun kelahirannya tidak diketahui, dan wafat
tahun 231 H . Ia lebih populer dengan sebutan Al- Nazhzham.
4. Abu Ali Muhammad ibn Ali al-Jubbai. Dilahirkan di Jubba sebuah kota kecil di propinsi
Chuzestan Iran tahun 135 H dan wafat tahun 267 H. Panggilan akrabnya ialah Al-Jubba‟i
dinisbahkan kepada daerah kelahirannya di Jubba. Ia adalah ayah tiri dan juga guru dari
pemuka Ahlussunnah Waljamaah Imam Abu Hasan al-Asy‟ari.
1. Bisyir ibn al-Mu’tamir (wafat 226 H/840 M). Ia merupakan pendiri Mu‟tazilah di Bagdad.
2. Abu al-Husain al-Khayyat (wafat 300 H/912 M). Ia pemuka yang mengarang buku Al-
Intishar yang berisi pembelaan terhadap serangan ibn Al-Rawandy.
4
3. Jarullah Abul Qasim Muhammad ibn Umar (467-538 H/1075-1144 M). Ia lebih dikenal
dengan panggilan al-Zamakhsyari. Ia lahir di Khawarazm (sebelah selatan lautan Qazwen),
Iran. Ia tokoh yang telah menelorkan karya tulis yang monumental yaitu Tafsir Al-Kasysyaf.
4. Abul Hasan Abdul Jabbar ibn Ahmad ibn Abdullah al-Hamazani al- Asadi. (325-425 H).
Ia lahir di Hamazan Khurasan dan wafat di Ray Teheran. Ia lebih dikenal dengan sebutan Al-
Qadi Abdul Jabbar. Ia hidup pada masa kemunduran Mu‟tazilah. Kendati demikian ia tetap
berusaha mengembangkan dan menghidupkan paham-paham Mu‟tazilah melalui karya
tulisnya yang sangat banyak. Di antaranya yang cukup populer dan berpengaruh adalah
Syarah Ushul al-Khamsah dan Al-Mughni fi Ahwali Wa al-Tauhid.
5
Hanya Ia sendiri Yang Qodim, tiada yang Qodim selain- Nya, tiada pembantu bagi-Nya dalam
menciptakan.
Dari pengertian di atas, nampak jelas bahwa pikiran-pikiran Mu'tazilah mengambil
istilah-istilah filsafat seperti syahs, jauhar, aradl, teladan (contah/idea) dan sebagainya.
Prinsip Tauhid ini dipertahankan dan diberi argumentasi sedemikian rupa, sehingga betul
betul murni. Pemahaman Tauhid di atas juga berimplkasi pada pernyataan kemakhlukan Al-
Quran sebagai konsekuensi peniadaan tajsim dan nafyus shifat karena dianggap mengotori
keesaan Allah.
Beberapa contoh pendapat Mu‟tazilah terkait konsep Tauhid pendapat Muktazilah
tentang ayat yang menunjukkan Tuhan punya tangan, tangan di sini diartikan kekuasaan dan
dalam ayat yang menunjukkan Tuhan bertempat dalam Arsy‟ diartikan bahwa Tuhan
menguasai dan sebagainya. Alasan Mu'tazilah menta‟wilkan ayat-ayat tersebut, karena
apabila diartikan secara harfiah tidak masuk akal dan bertentangan dengan ayat yang lain serta
akan mengurangi kesucian Tuhan sendiri. oleh sebab itu di dalam menjabarkan Tuhan Yang
Maha Esa ini mensifatinya dengan sifat-sifat salbiyah (negatif) seperti tidak berjisim, tidak
berarah, tidak berupa, tidak dan sebagainya yang pada prinsipnya tidak sama dengan sifat
makhluk.
Contoh lainnya dalam masalah melihat Tuhan. dikatakan bahwa Tuhan tidak berjisim,
maka juga tidak berarah. Jika Tuhan tidak berarah, maka manusia tidak dapat melihat-Nya
karena setiap sesuatu yang dapat dilihat itu pasti berada pada suatu tempat atau arah,
disamping dibutuhkan beberapa syarat seperti adanya cahaya, warna dan sebagainya, dan
yang demikian itu mustahil bagi
Allah.
6
Ada tiga hal pokok yang menjadi penekanan Muktazilah sehubungan dengan prinsip
keadilan yaitu: Pertama, Allah mengarahkan makhluknya kepada suatu tujuan dan bahwa
Allah menghendaki yang terbaik bagi hamba-Nya. Kedua, Allah tidak menghendaki
keburukan, maka dari itu tidak memerintahkan yang buruk. Ketiga, Allah tidak menciptakan
perbuatan hamba-Nya yang baik maupun yang buruk; manusia itu bebas dan ia menciptakan
perbuatannya dan itu menjadi dasar adanya pahala dan hukuman.
Menurut Muktazilah, Tuhan yang Maha Bijaksana tidak akan bertindak secara
semena-mena, akan tetapi dalam tindakan-Nya itu terkandung kebijaksanaan dan tujuan.
Orang bijak mungkin berbuat untuk kepentingan dirinya atau untuk kepentingan orang
lain, akan tetapi Tuhan mustahil berbuat untuk kepentingan diri-Nya sendiri karena mengejar
kepentingan diri sendiri adalah pertanda kekurangan. Oleh karena itu pastilah Tuhan berbuat
baik untuk kepentingan orang lain dalam hal ini makhluk-Nya.
Maka kebaikan dan kemaslahatan makhluk adalah tujuan yang terkandung
dalam perbuatan Tuhan. Demi keadilan-Nya Allah tidak akan pernah berbuat buruk atau
dzalim terhadap makluk-Nya. Bahkan menurut suatu pandangan Muktazilah, Tuhan wajib
melakukan yang terbaik bagi hamba-Nya.30
Konsekuensi lanjut dari keadilan menurut Muktazilah bahwa manusia menciptakan
perbuatannya. Penegasan ini untuk menjelaskan arti tanggung jawab manusia. Menurut
mereka, tidak adil jika manusia tidak menciptakan perbuatannya sehingga Tuhan
menghukumnya atas sesuatu yang ia tidak berdaya apa apa terhadapnya. Konsekuensi
selanjutnya Muktazilah memberikan penghargaam yang tinggi kepada kemampuan manusia
dan kompetensi akalnya untuk mengetahui yang baik dan yang buruk. Menurut Muktazilah
baik dan buruk itu bersifat dzati (objektif), padanya terdapat suatu kualitas yang dapat
dipatoki untuk menentukan baik dan buruk.
8
1. Ayat-ayat Quran dan hadis-hadis yang menganjurkan kita mengambil jalan tengah dalam
segala sesuatu.
2. Pikiran-pikiran Aristoteles yang mengatakan bahwa ke-utamaan (fadilah) ialah jalan tengah
antara dua jalan yang berlebih-lebihan.
3. Plato yang mengatakan bahwa ada suatu tempat diantara baik dan buruk.
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembangun mazhab Mu’tazilah adalah Abu Huzdaifah Washil bin ‘Atha Al-
Ghazali. Timbulnya dizaman Abdul Malik bin Marwan dan anaknya Hisyam ibnu
Abdul Malik. Dinamakan golongan Mu’tazilah, karena Washil memisahkan dirinya
karena berlainan pendapat dengan gurunya yaitu Al Hasan Al-Bashri. Mereka berbeda
pendapat tentang masalah orang islam yang mengerjaka maksiat dan dosa besar yang
belum taubat sebelum matinya. Golongan ini sendiri tidak suka dan tidak mau
dinamakan Mu’tazilah. Mereka mengakui diri dolongan pembela keadilan dan
ketauhidan.
Menurut pemuka Mu‟tazilah, Abu al-Husain al-Khayyat, seseorang belum
bisa diakui sebagai anggota Mu‟tazilah kecuali jika sudah mengakui dan menerima
lima dasar ajaran Mu‟tazilah (al-ushul al-khamsah). Sehingga Mu‟tazilah adalah
aliran yang mendasarkan faham keagamaan mereka pada lima ajaran ini. Lima ajaran
ini adalah : 1) “at-tauhid” keesaan Tuhan, 2) “al-adl” keadilan Tuhan, 3) “al-wa’du wal
wa’id” janji dan ancaman 4) “al-manzilah bainal manzilatain” posisi antara dua posisi
dan 5) “amar makruf nahi mungkar” (menyuruh berbuat kebaikan dan melarang segala
kemungkaran).
10
DAFTAR PUSTAKA
Mu'in, T. T. A., 1986. Ilmu Kalam. Jakarta: Widjaya.
Safi'i, A., 2016. Aliran Mu'tazilah, Sukamanah: Academia.
11