Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1614201069
Jurnal 1
Vaksin pentavalen berfungsi mencegah beberapa jenis penyakit, yaitu difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, radang otak dan radang paru. Namun cakupan pemberian vaksin tersebut
masih rendah. Peran petugas imunisasi diperkirakan ikut menentukan pencapaian cakupan
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran petugas imunisasi dalam
pemberian vaksinasi pentavalen terhadap pencapaian cakupan imunisasi di Kota Banda Aceh.
Penelitian bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional ini dilakukan pada
petugas imunisasi di Kota Banda Aceh pada tanggal 16 September s/d 30 November 2015.
Responden dipilih secara total sampling dan dilakukan angket dengan menggunakan
kuesioner terstruktur. Hasil penelitian didapatkan peran petugas dalam kategori baik (55,9 %)
dan cakupan imunisasi tidak sesuai (65,7 %), terdapat hubungan yang signifikan antara peran
petugas terhadap pencapaian cakupan imunisasi di Kota Banda Aceh (p=0,013; OR = 0,160).
Secara khusus peran pengadaan logistik, distribusi dan penyimpanan vaksin dengan cakupan
imunisasi pentavalen (P=0,004; OR = 0,189), peran tenaga pengelola imunisasi dengan
cakupan imunisasi pentavalen (p= 0,045; OR = 4,451), peran pemantauan dan evaluasi
dengan cakupan imunisasi pentavalen (P=0,002; OR = 0,104). Sedangkan sub variable yang
tidak berhubungan terhadap cakupan imunisasi yaitu perencanaan imunisasi, pelaksanaan
pelayanan imunisasi, penanganan limbah imunisasi. Semakin baik peran petugas imunisasi
maka akan semakin tinggi nilai cakupan imunisasi di Kota Banda Aceh.
Jurnal 2
Jurnal 3
Cakupan imunisasi dasar di Kota Semarang belum memenuhi target masih ada kasus
PD3I yang ditemukan seperti 2 kasus difteri dengan 1 orang meninggal, 224 kasus campak
dan 8 kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP). Ada orang dalam masyarakat yang enggan
memberikan imunisasi karena alasan asumsi bahwa imunisasi ilegal masih terjadi, meskipun
ada pernyataan dari Fatwa MUI bahwa imunisasi diperbolehkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis citra penolakan masyarakat
tentang imunisasi dasar lengkap pada balita. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan metode studi etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam
dan studi literatur, yang subjeknya adalah ibu yang tidak memberikan lengkap imunisasi
dasar di Desa Sendangmulyo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasannya mengapa
subyek tidak memberikan imunisasi dasar lengkap untuk anak-anak mereka karena
kesalahpahaman informasi imunisasi yang mereka peroleh. Mereka mendapatkan informasi
dari sumber yang tidak dapat dipercaya yang menyatakan bahwa imunisasi adalah haram.
Subjek dibagi menjadi 3 kelompok agama, yaitu Ahli Sunah Salafi, Nahdlatul Ulama
(NU), dan Jamaah Tabligh. Kelompok agama ini tidak memiliki jurusan berpengaruh pada
praktik imunisasi dasar menurut subjek. Keyakinan subyek sepenuhnya pada dasar imunisasi
dipengaruhi oleh subyek dan pengalaman orang lain mengenai praktik dan mitos imunisasi.
Penelitian menunjukkan kurangnya dukungan dari orang tua, suami, teman, kader, dan ustadz
dalam imunisasi dasar praktik. Dengan demikian, informasi tentang informasi imunisasi yang
tepat dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat sangat dibutuhkan, serta kebutuhan akan
kesehatan pendidikan tentang upaya pencegahan penyakit menular oleh Kantor Kesehatan
Masyarakat.
Jurnal 4
Judul: FAKTOR ORANG TUA DAN STATUS IMUNISASI DPT ANAK 12–36 BULAN
DI KECAMATAN KETAPANG DAN KECAMATAN SOKOBANAH KABUPATEN
SAMPANG
Jurnal 5
Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional.
Populasi dalam hal ini Penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi berusia 18 - 36
bulan pada Maret 2016. Sampling probabilitas, juga dikenal sebagai proportional random
sampling digunakan pada 59 orang-orang. Data dianalisis menggunakan univariat dan
bivariat dengan uji Chi Square dengan a tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa wanita pelaksana siapa praktik imunisasi pentavalent booster adalah
73%. Analisis univariat menunjukkan umur responden itu? 35 tahun (74,6%), pendidikan
dasar (51%), lakukan tidak bekerja (59%), pengetahuan baik (61%), mendukung booster
praktik imunisasi pentavalent (81%), keterjangkauan fasilitas perawatan (88%), lakukan tidak
mendapatkan dukungan keluarga (59,3%), mendapatkan dukungan petugas kesehatan
(72,9%), mendapatkan perawatan keterjangkauan fasilitas (86,4%). Hasil uji Chi square
menunjukkan faktor-faktor tersebut Yang terkait dengan praktik penguat imunisasi
pentavalen adalah pengetahuan (p-value = 0,039), sikap (p-value = 0,006), dukungan
keluarga (p-value = 0,0001), dukungan profesional kesehatan (p-value = 0,023). Variabel
yang tidak terkait untuk pendorong praktik imunisasi pentavalen adalah usia (p-value =
1.000), pekerjaan (p-value = 0,996), tingkat pendidikan (p-value = 0,424), keterjangkauan
fasilitas perawatan (pvalue = 0,375) dan dukungan petugas kesehatan / angka publik (p-value
= 0,104).