Você está na página 1de 8

Pro

1. Perkenalan ( kalau ada)

Dewan juri yang kami hormati, kolega berpikir yang kami banggakan serta civitas
akademika yang hadir pada kesempatan ini.

Perkenalkan kami dari tim kontra.

1. …… pembicara 1
2. …….pembicara 2
3. …….pembicara 3

Babak 1. Argumentasi pembuka

Dewan juri yang kami hormati, kolega berpikir yang kami banggakan serta civitas
akademika yang hadir pada kesempatan ini.

Izinkan kami membawakan perdebatan kita kali ini pada ranah akademik
konseptual guna mengawal dialektika untuk mencapai perdebtan yang objektif
nankomprehensif,

Namun jauh sebelum langkah pada konstruksi argumentasi kami, izinkan kami
mendudukan latarbelakang lahirnya mosi perdebatan kita kali ini

Dewan juri yang kami hormati, kolega berpikir yang kami banggakan serta civitas
akademika yang hadir pada kesempatan ini.

Perluh dipahami secara bersama bahwa peristiwa yang terjadi dalam dua tahun
terakhir atau pada tahun 2017 yaitu mengenai pengakuan penghayatan
kepercayaan setara dengan agama sebagaimana yang yang diputuskan oleh
MK,Fenomena tersebut lahir karena ada latarbelakang yang mendasar/fundamental
yaitu

1.berdasarkan defenisi menurut KBBI, agama adalah system yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dan serta
lingkunganya. Kata agama berasal dari bahasa sansekerta, yang berarti
tradisi.sedangkan kepercayaan yang kata dasarnya adalah percaya mengandung arti
mengakui atau yakin bahwa sesuatu benar atau nyata.
2. sesuai dengan ketentuan konstitusi UUD 1945 bab XI pasal 29 tentang agama,
yaitu pada ayat 1menyatakan Negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa, dan
pada ayat 2 menyatakan, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk dan
memeluk agamanya masing-masing untuk beribadah menurut agama dan
kepercayaanya itu. dengan hadirnya peristiwa tersebut telah menimbulkan upaya
progresif dari mahkama konstitusi untuk melakukan uji materi terhadap undang-
undang administrasi dan mendapatkan perlakuan yang sama sebagai warga negara
didepan hukum dan kehidupan social bermasyarakat. Oleh karena itu kami secara
tegas menyatakan dukungan atas mosi debat kita yaitu pengakuan penghayatan
kepercayaan setara dengan agama.Sekian dan terimakasih

Lawan debat adalah kolega terbaik dalam berpikir.

Babak 2. Bidasan

berdasarkan defenisi menurut KBBI, agama adalah system yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dan serta
lingkunganya. Kata agama berasal dari bahasa sansekerta, yang berarti
tradisi.kemudia defenisi lainya dari agama adalah sebuah koleksi terorganosir dari
kepercayaan, system budaya, dan dan pandangan dunia yang menghubungkan
manusia dari tatanan/perintah dari kehidupan. sedangkan kepercayaan yang kata
dasarnya adalah percaya mengandung arti mengakui atau yakin bahwa sesuatu
benar atau nyata/ anggapan, keyakinan bahwa sesuatu yang dipercaya itu benar.

Dalam pandangan pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Pembinaan Penghayat
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menyebut kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa merupakan bagian dari kebudayaan nasional, bukan agama
dan juga bukan agama baru, yang pada dasarnya merupakan warisan dan kekayaan
rohaniyah rakyat Indonesia serta menyebut penghayat kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sebagai penghayat dan pengamal kebudayaan bangsa karena
dalam kebudayaan Indonesia tumbuh yang dapat disebut monoteisme kultural,
yaitu bahwa kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan bagian dari
kebudayaan bangsa.
sesuai dengan ketentuan konstitusi UUD 1945 bab XI pasal 29 tentang
agama, yaitu pada ayat 1menyatakan Negara berdasar atas ketuhanan yang maha
esa, dan pada ayat 2 menyatakan, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk dan memeluk agamanya masing-masing untuk beribadah menurut
agama dan kepercayaanya itu.

“Pengkhayat Kepercayaan” pada kolom agama di KTP. Keputusan itu yang


termaktub dalam Putusan MK nomor 97/PPU/-XIV/2016.

UUD 1945 BAB XA

HAK ASASI MANUSIA

Pasal 28E

1. Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,


memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
UUD 1945 BAB X

WARGA NEGARA DAN PENDUDUK

Pasal 27

1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.

Majelis Hakim mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya.


Kedua, menyatakan kata 'agama' dalam Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 64 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 bertentangan
dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara
bersyarat sepanjang tidak termasuk aliran kepercayaan,
Pasal 61
(1) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala
keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal
Iahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam
keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama orang tua.
Pasal 64

(1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama,
tempat tanggal lahir, laki- laki atau perempuan, agama, status perkawinan,
golongan darah,alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku,
tempat dan tanggal dikeluarkan KTP, tandatangan pemegang KTP, serta
memuat nama dan nomor induk pegawai pejabat yang menandatanganinya.

UU No. 24 Tahun 2013 pasal 8 ayat (4) menyatakan “...., persyaratan dan
tata cara pencatatan peristiwa penting bagi penduduk yang agamanya belum diakui

sebagai agama atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan”.5 Pasal 64 ayat (1) menyatakan “KTP-el

mencantumkan......,“agama”.......”. Ayat (5) menyatakan “data penduduk tentang

agama bagi penduduk yang agamanya belum diakui atau bagi penghayat

kepercayaan „tidak diisi‟ tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database

kependudukan”.

Departemen Agama melaporkan bahwa pada tahun 1953 ada lebih dari 360
kelompok kebatinan di seluruh Jawa. Kelompok-kelompok ini memainkan
peran dalam Pemilu sehingga pada Pemilu 1955 partai-partai Islam gagal
memperoleh suara mayoritas, dan hanya mendapat 42 persen suara.
Konstalasi politik inilah yang mendorong Departemen Agama pada tahun
1961 mengajukan definisi “agama”. Suatu “agama”, menurut definisi itu,
harus memuat unsur-unsur penting ini: Kepercayaan pada Tuhan Yang Maha
Esa, ada nabi, kitab suci, umat, dan suatu sistem hukum bagi penganutnya.
Definisi tersebut disetujui oleh Presiden Soekarno waktu itu yaitu “agama
adalah jalan hidup dengan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
berpedoman kitab suci dan dipimpin oleh seorang Nabi."
Atas pembedaan antara agama dan kepercayaan menimbulkan masalah-
masalah hak-hak sipil yang dialami oleh kepercayaan terhadap Tuhan YME.
Permasalahan sosial antara lain: masalah penyebaran dakwah, perkawinan,
kematian, dan tanah makam.9 Selain itu Kepercayaan terhadap Tuhan YME
kerap mengalami kendala dalam pelayanan sipil seperti kesulitan
mendapatkan KTP, akta kelahiran dan surat nikah.

Peraturan dan Perundang-Undangan tentang agama yang dikeluarkan oleh


negara. Seperti Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1/PNPS Tahun
1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, bagian
penjelasannya membedakan dua kelompok agama. Pertama, disebut ada enam
agama yang dipeluk oleh sebagian besar rakyat Indonesia yaitu Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu, yang dilindungi dan diberi bantuan.
Kedua, agama-agama dunia lain yang lebih sedikit atau tidak ada pengikutnya
juga dilindungi tapi hanya “dibiarkan adanya” tanpa disebut mendapat bantuan
oleh negara (contoh yang disebut adalah Taoisme, Zoroastrianisme dan
Yahudi).

Kontra

2. Perkenalan ( kalau ada)

Dewan juri yang kami hormati, kolega berpikir yang kami banggakan serta civitas
akademika yang hadir pada kesempatan ini.

Perkenalkan kami dari tim kontra.

4. …… pembicara 1
5. …….pembicara 2
6. …….pembicara 3

Babak 1. Argumentasi pembuka

Dewan juri yang kami hormati, kolega berpikir yang kami banggakan serta civitas
akademika yang hadir pada kesempatan ini.
Izinkan kami membawakan perdebatan kita kali ini pada ranah akademik
konseptual guna mengawal dialektika untuk mencapai perdebtan yang objektif
nankomprehensif,

Namun jauh sebelum langkah pada konstruksi argumentasi kami, izinkan kami
mendudukan latarbelakang lahirnya mosi perdebatan kita kali ini

Dewan juri yang kami hormati, kolega berpikir yang kami banggakan serta civitas
akademika yang hadir pada kesempatan ini.

UUD 1945 bab XI pasal 29 tentang agama, pada ayat 2 menyatakan, Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk dan memeluk agamanya masing-
masing untuk beribadah menurut agama dan kepercayaanya itu. Pasal ini,
mengatur tentang masalah agama, bukan aliran kepercayaan. Kemudia pada pasal
28E ayat 1 menyatakan Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.

Dewan juri yang kami hormati, kolega berpikir yang kami banggakan serta civitas
akademika yang hadir pada kesempatan ini.

Perkenalkan kami selaku tim kontra, menyatakan bahwa kami tidak setuju dengan
pengakuan peghayatan kepercayaan setara dengan agama. Hal ini kami landaskan
pada 3 argumentasi :

1. Tidak sesuai dengan ketentuan UUD 1945 bab XI pasal 29 ayat 2 tentang
agama,
2. Tidak sesuai dengan defenisi agama menurut Departemen Agama pada
tahun 1961
3. Kolom Agama Adalah Perwujudan Indonesia Sebagai Negara Berketuhanan
dimana sejak berdiri negara ini para founding father sudah disetujui bahwa
negara Indonesia berketuhanan.
Sekian dan terimakasih. Lawan debat adalah kawan terbaik kami dalam
berpikir

Babak 2 bidasan
berdasarkan defenisi menurut KBBI, agama adalah system yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dan serta
lingkunganya.

Kepercayaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa
cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena
keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar
atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran.

UUD 1945 bab XI pasal 29 tentang agama, pada ayat 2 menyatakan, Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk dan memeluk agamanya masing-
masing untuk beribadah menurut agama dan kepercayaanya itu

Departemen Agama pada tahun 1961 mengajukan definisi “agama”. Suatu


“agama”, menurut definisi itu, harus memuat unsur-unsur penting ini: Kepercayaan
pada Tuhan Yang Maha Esa, ada nabi, kitab suci, umat, dan suatu sistem hukum
bagi penganutnya. Definisi tersebut disetujui oleh Presiden Soekarno waktu itu
yaitu “agama adalah jalan hidup dengan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa serta berpedoman kitab suci dan dipimpin oleh seorang Nabi. menurut definisi
itu, harus memuat unsur-unsur penting ini: Kepercayaan pada Tuhan Yang Maha
Esa, ada nabi, kitab suci, umat, dan suatu sistem hukum bagi penganutnya.

Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1/PNPS Tahun 1965 Tentang


Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, bagian penjelasannya
membedakan dua kelompok agama. Pertama, disebut ada enam agama yang
dipeluk oleh sebagian besar rakyat Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha dan Konghucu, yang dilindungi dan diberi bantuan.

UU No. 24 Tahun 2013 pasal 8 ayat (4) menyatakan “...., persyaratan dan
tata cara pencatatan peristiwa penting bagi penduduk yang agamanya belum diakui

sebagai agama atau bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan”.5 Pasal 64 ayat (1) menyatakan “KTP-el

mencantumkan......,“agama”.......”. Ayat (5) menyatakan “data penduduk tentang

agama bagi penduduk yang agamanya belum diakui atau bagi penghayat
kepercayaan „tidak diisi‟ tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database

kependudukan”.

Você também pode gostar