Você está na página 1de 13

Ada 4 unsur pendatang tentang sehat:

1. Biologis : bebas dari penyakit.

2. Psikologis : sejahtera dan aktualisasi diri.

3. Sosial : mampu mangadaptasi tanggung jawab sosial, dan fungsi peran.

4. Adaptasi : mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan dan tindakan kesehatan.

a. Faktor internal

1. Tahap perkembangan Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Untuk itulah seorang
tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien
pada saat melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk
mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau
mengembangkan perilaku pencegahanpenyakit.

2. Pendidikan atau tingkat pengetahuan Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh
variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir
seseorang termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan.

3. Persepsi tentang fungsi Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan
terhadap kesehatan dan cara melak¬sanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang kronik
merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah mempunyai masalah
kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan
pada masing-masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh
dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara
mereka melaksanakannya. Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif
yiatu tentang cara klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri), juga data
objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan).

4. Fator emosi Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara
melaksanakannya

5. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan
keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan
dan arti dalam hidup.

Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang
akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback
(1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang
telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh
beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan
perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.

Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, sehingga
perawat hams memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.

b. Faktor eksternal

1. Praktik dikeluarganya Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya


mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.

2. Faktor sosio ekonominya Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel
psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. Sesorang biasanya akan
mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan
kesehatan dan cara pelaksanaannya.

3. Latar belakang budaya Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan
individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

B. PERSEPSI SAKIT
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik,
yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap
sistem tubuh manusia.

Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu kejadian, kelainan
yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri
maupun fungsi keseluruhan.

Gejala sakit pada anak ditandai dengan tingkah laku yang gelisah, rewel, sering menangis, tidak nafsu
makan, dan pucat. Pada orang dewasa gejala sakit misalnya lesu, demam, atau tidak bisa melakukan
pekerjaan sehari-hari seperti biasanya. Dalam konsep sehat sakit masyarakat, penyakit bisa disebabkan
oleh alam (angin, hujan, panas matahari) juga kekuatan supranatural (gangguan roh gaib atau berasal
dari Tuhan).

sakit merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani,
rohani dan sosial. Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.Oleh karena itu
sakit tidak sama dengan penyakit.

Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu
berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan
diri untuk menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi
fisik.

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya;
mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan
penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme.

Sakit juga ketidak seimbangan dari kondisi normal tubuh manusia diantaranya sistem biologik dan
kondisi penyesuaian. Sakit menurut Bauman, 1985. mengemukakan tiga kriteria dari keadaan sakit:

· Adanya gejala

· Persepsi tentang keadaan yang dirasakan.

· Kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

1. Faktor Internal
a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami

Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-
hari.

Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.

Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut
mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

b. Asal atau Jenis penyakit

Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada
seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program
terapi yang diberikan.

Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu
fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang
diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi
untuk memenuhi rencana terapi yang ada.

2. Faktor Eksternal

a. Gejala yang Dapat Dilihat

Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit.

Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari
pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap
gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.

b. Kelompok Sosial

Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi
terjadinya suatu penyakit.

Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua
kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan
SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin
akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan
teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke
dokter.

c. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit,
dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.

d. Ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit
yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
kesehatannya.

e. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan

Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi
kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.

Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih
suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.

f. Dukungan Sosial

Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan
kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan,
pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll).

Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak Bola,
dll.

DAMPAK SAKIT

1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien


Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi orang lain
terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.

Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan
sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami
demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya
dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.

Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan emosi
dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarikd diri.

Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena stressor
sendiri tidak bisa dihilangkan.

2. Terhadap Peran Keluarga

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil keputusan, seorang
profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat
mengalami perubahan.

Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan
berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan perubahan yang berlangsung
singkat dan tidak terlihat.

Perubahan jangka pendek à klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi
pada perubahan jangka penjang à klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap
Berduka’.

Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.

3. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya. Beberapa penyakit
dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan
cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.

Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:

* Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu)

* Kapasitas adaptasi
* Kecepatan perubahan

* Dukungan yang tersedia.

3. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka
melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi juga
bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.

Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa terobservasi dibandingkan
perubahan peran.

Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya yang lain. Klien
yang mengalami perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan
keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan
merubah interaksi mereka dengan klien.

Misal: Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak akan merasa
mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya à
klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.

Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan mengembangkan
rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang dialami
klien.

5. Terhadap Dinamika Keluarga

Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil keputusan,
memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan
tantangan hidup sehari-hari.

Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan tertunda sampai
mereka sembuh.

Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru sehingga bisa
menimbulkan stress emosional.

Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya tidak mampu
memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali
ia harus menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.
· Rentang sakit

Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis dan kematian.

Tahapan proses sakit yaitu :

1. Tahap gejala

Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak
nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala.

2. Tahap asumsi terhadap sakit

Pada tahap inin seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di alaminya dan akan
merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada tubuhnya.

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari
profesi kesehatan.

4. Tahap penyembuhan

Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi,di
mana srsrorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali
berperan seperti sebelum sakit.

5. Konsep lingkungan

Paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang bahwa lingkungan fisik,
psikologis, sosial, budaya dan spiritual dapat mempengaruhi kebutuhan dasar manusia selama
pemberian asuhan keperawatan dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang ditimbulkannya
sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai.

Perbedaan persepsi sakit di Negara maju dan tradisional :

Pada Negara maju disebut sakit, bila masyarakat sedikit saja mengalami gangguan pada kesehatan dan
akan segera memeriksakan diri ke dokter. Pada saat diperiksa terkadang tidak ditemukan gangguan fisik
yang nyata ( hypochondriacal)

Masyarakat Tradisional : disebut sakit jika orang tersebut kehilangan nafsu makannya/gairah kerja
menurun bahkan sudah tidak bisa bangun dari tempat tidurnya.

Menurut Bauman (1965), seseoang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit

1. Adanya gejala naiknya temperatur, nyeri.

2. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan baik, buruk, sakit.


3. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari bekerja sekolah.

Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:

Naturalistik dan Personalistik.A.Penyebab bersifat Naturalistik

yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan),kebiasaan hidup,
ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dinginseperti masuk angin dan
penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional(Battra) sama dengan yang dianut
masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungandengan keadaan badan atau kondisi tubuh
kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehatbagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal,
wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitassehari-hari dengan gairah.Sedangkan sakit dianggap
sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkandirasakan sebagai siksaan sehingga
menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitassehari-hari seperti halnya orang yang sehat

Sedangkan konsep personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi
suatu agen aktif yangdapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau
makhluk manusia(tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan
kusta dancara perawatannya. Kusta telah dik enal oleh etnik Makasar sejak lama.Adanya istilah kaddala
sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer),merupakan ungkapan yang
mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalamwaktu yang lama di tengah-tengah
masyarakat tersebut.

C. PERSEPSI SEHAT SAKIT DI NEGARA NON BARAT

Kesehatan adalah sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit atau ketika gangguan kesehatan
mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Sehat berarti kekuatan dan ketahanan, mempunyai daya
tahan terhadap penyakit, mengalahkan stres dan kelesuan. menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, “kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomi.

Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang dipersepsikan secara berbeda. Persepsi merupakan
sesuatu hal yang bersifat subjektif. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses
belajar dan pengetahuannya. Persepsi sehat dan sakit adalah relatif antara satu individu dengan individu
lain, antara kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan budaya yang lain. Karenanya konsep
sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis kelamin, level sakit, tingkat mobilitas dan interaksi sosial.

Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi sehat dan sakit, penyakit (disease) adalah
gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan.
Hal ini berarti bahwa penyakit adalah fenomena objektif yang ditandai oleh perubahan fungsi-fungsi
tubuh sebagai organisme, yang dapat diukur melalui tes laboratorium dan pengamatan secara langsung.
Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.
Sakit menunjukkan dimensi fisiologis yang subjektif atau perasaan yang terbatas yang lebih menyangkut
orang yang merasakannya, yang ditandai dengan perasaan tidak enak (unfeeling well) lemah (weakness),
pusing(dizziness), merasa kaku dan mati rasa (numbness). Mungkin saja dengan pemeriksaan medis
seseorang terserang suatu penyakit dan salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak
merasa sakit dan tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya. Senada dengan penjelasan tersebut,
Sarwono mendefenisikan bahwa sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu
aktifitas jasmani dan rohani sehingga seseorang tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya
sebagaimana mestinya dalam masyarakat.

Sickness menunjuk kepada suatu dimensi sosial yakni kemampuan untuk menunaikan kewajiban
terhadap kehidupan kelompok. Selama seseorang masih bisa menjalankan kewajiban-kewajiban
sosialnya, bekerja sebagaimana mestinya maka masyarakat tidak menganggapnya sakit.

Selain faktor sosial budaya, persepsi sehat dan sakit juga dipengaruhi oleh pengalaman masa masa lalu
seseorang persepsi tentang sehat-sakit juga dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping
unsur sosial budaya. Pengalaman masa lalu menjadi acuan (referensi) persepsi individu tentang kondisi
sehat dan sakit. Seorang individu menggunakan pengalaman sebagai patokan untuk berperilaku dan
merupakan sumber dari tujuan dan nilai-nilai pribadinya.

Oleh karena persepsi sehat dan sakit lebih bersifat konsep budaya (cultural concept) , maka petugas
kesehatan dalam hal ini harus bisa melakukan pendekatan dan menyelidiki persepsi sehat dan sakit
masyarakat yang dilayaninya, mencoba mengerti mengapa persepsi tersebut sampai berkembang dan
setelah itu mengusahakan mengubah konsep tersebut agar mendekati konsep yang lebih ojektif. Dengan
cara ini pelayanan dan sarana kesehatan dapat lebih ditingkatkan jangkauannya sehingga dicapailah
derajat kesehatan yang optimal.

Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin budaya yang memberi
perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-
cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan
dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan
sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.

MASALAH SEHAT DAN SAKIT

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah
lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi
penduduk, g enetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio
somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor(3)yaitu:

1. Environment atau lingkungan.

2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance.

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.Tingkah laku sakit,
peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social,perbedaan
suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

BAB III

PENUTUP

B. KESIMPULAN
1. Sehat adalah suatu keadaan dimana sehat itu tidak hanya terbebas dari penyakit dan
kelemahan fisik, tetapi juga terbebas dari gangguan psikologis, social dan spiritual yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif.

2. sakit merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas
jasmani, rohani dan sosial. Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses
penyakit.

C. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan yaitu:

1. Lakukan pencegahan sebelum penyakit menyerang tubuh kita.Lakukan senam dan aktif
menggerakkan otot agar kelemahan fisik tidak terjadi.

2. Selalu berinteraksi dengan orang lain dan orang-orang terdekat dengan kita agar kehidupan
social kita tetap terjaga.

3. Tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan YME agar pikiran dan jiwa kita tidak terganggu.

4. Nabi Muhammad SAW lewat sunnahnya memberi perhatian yang serius terhadap kesehatan
manusia. Sunnah Nabi menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah yang terbesar yang
harus diterima dengan rasa syukur.

5. Firman Allah dalam Al Quran Surah Ibrahim [14]:7 Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

DAFTAR ISI
Potter, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktek/Patricia A.
Potter, Anne Griffin Perry; Alih Bahasa, Yasmin Asih et al. Editor edisi Bahasa indonesia, Devi Yulianti,
Monica Ester. Ed.4. Jakarta : EGC

Alam Fajar, Nur. 2010. Modul Dasar-Dasar Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Indralaya :FKM Unsri.

Notoatmodjo, soekidjo.1989. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Yunindyawati.2004. Modul Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan. Inderalaya: FISIP Unsri

Você também pode gostar