Você está na página 1de 3

Apakah yang Dimaksud dengan Syirik?

Pertanyaan:

Apakah yang dimaksud dengan syirik? Dan apa tafsiran firman Allah berikut ini:

َ ‫ّللاَ َوا ْبتَغُواْ إِلَي ِه ْال َو ِسيلَةَ َو َجا ِهد ُواْ فِي‬
َ‫سبِي ِل ِه لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ اتَّقُواْ ه‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan.” (Qs. al-Maidah: 35).

Jawaban:

Syirik adalah menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya dalam hal ibadah,
seperti berdoa, beristighatsah, bernadzar, shalat, puasa, atau mempersembahkan hewan
sembelihan kepada berhala-berhala maupun selainnya. Misalnya, menyembelih hewan yang
dipersembahkan kepada Syaikh al-Badawi dan ‘Idrus, shalat yang dipersembahkan kepada si
fulan, dan meminta pertolongan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Abdul Qadir,
‘Idrus di Yaman, orang-orang yang sudah mati ataupun orang yang tidak berada di tempatnya.
Semua perbuatan ini disebut kesyirikan.

Demikian pula, apabila seseorang berdoa, ber-istighatsah, meminta pertolongan kepada bintang-
bintang dan jin, atau mengerjakan perbuatan-perbuatan kesyirikan lainnya. Oleh karena itu, jika
ia melakukan salah satu jenis ibadah tersebut, tetapi ditujukan kepada benda-benda mati, orang-
orang yang sudah mati ataupun orang yang tidak berada di tempatnya, maka semua perbuatan ini
termasuk menyekutukan Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ ِ‫َولَ ْو أ َ ْش َر ُكواْ لَ َحب‬


َ‫ط َع ْن ُهم َّما كَانُواْ يَ ْع َملُون‬

“Dan seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan.” (Qs. al-An’am: 88).

َ‫ط َّن َع َملُكَ َولَتَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِرين‬


َ َ‫لَئِ ْن أَ ْش َر ْكتَ لَيَحْ ب‬

“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. az-Zumar: 65).

Adapun mengenal wasilah (perantara) yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala,

َ‫ّللاَ َوا ْبتَغُواْ إِلَي ِه ْال َو ِسيلَة‬


‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ اتَّقُواْ ه‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya….” (Qs.
al-Maidah: 35),

Maksudnya adalah ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan cara mengerjakan
segala ketaatan kepada-Nya. Pernyataan ini adalah tafsiran yang dikemukakan oleh kebanyakan
ahlul ‘ilmi.

Jadi, shalat adalah salah satu bentuk taqorrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga ia
disebut suatu wasilah. Begitu pula dengan menyembelih hewan karena Allah, (tindakan tersebut)
juga disebut sebagai suatu wasilah (perantaraan). Puasa juga suatu wasilah. Sedekah-sedekah
juga suatu wasilah. Berzikir kepada Allah dan membaca al-Quran juga suatu wasilah. Inilah
makna dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

َ ‫َو َجا ِهد ُواْ فِي‬


‫سبِي ِل ِه‬

“…Dan bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya...” (Qs. al-Maidah: 35).

Maksudnya adalah carilah wasilah (jalan, perantaraan) yang dapat mendekatkan diri kepada
Allah dengan cara mengerjakan ketaatan kepada-Nya. Seperti inilah yang dikatakan oleh Ibnu
Katsir, Ibnu Jarir, al-Baghawi, dan ulama-ulama pakar tafsir lainnya.

Jadi, arti ayat tersebut adalah: carilah wasilah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan
cara mengerjakan ketaatan kepada-Nya, dan di mana pun kalian berada mintalah pertolongan
melalui segala wasilah yang disyariatkan oleh Allah, seperti shalat, puasa, sedekah-sedekah, dan
lain sebagainya. Seperti ini pula maksud dari firman Allah dalam ayat lain berikut ini,

ُ ‫أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَ ْبتَغُونَ ِإلَى َر ِبه ِه ُم ْال َو ِسيلَةَ أَيُّ ُه ْم أ َ ْق َربُ َويَ ْرجُونَ َرحْ َمتَهُ َويَخَافُونَ َعذَابَه‬

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa
di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan azab-Nya….” (Qs. al-Isra`: 57).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikut setianya juga bertaqarrub kepada
Allah dengan wasilah-wasilah yang telah Allah syariatkan tersebut, seperti dengan jihad, puasa,
shalat, zikir, membaca al-Quran, dan hal-hal lain yang juga termasuk dalam kategori wasilah.
Sedangkan keyakinan masyarakat umum, bahwa yang dimaksud dengan wasilah adalah
menggantungkan diri kepada orang-orang yang sudah mati dan beristighatsah kepada para wali,
maka keyakinan seperti ini adalah keyakinan yang batil.

Seperti itulah keyakinan orang-orang musyrik dahulu, yang telah Allah firmankan di dalam ayat
berikut ini,

ِ‫ّللا‬ ُ ‫ّللاِ َما الَ يَض ُُّر ُه ْم َوالَ يَنفَعُ ُه ْم َويَقُولُونَ هَـؤُالء‬
‫شفَعَاؤُ نَا ِعندَ ه‬ ‫ُون ه‬
ِ ‫َويَ ْعبُد ُونَ ِمن د‬
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemadhorotan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berakta, ‘Mereka itu
adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah’.” (Qs. Yunus: 18).

Kemudian Allah membantah mereka dengan firman-Nya,

َ‫س ْب َحانَهُ َوتَعَالَى َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬ ِ ‫ت َوالَ فِي األ َ ْر‬


ُ ‫ض‬ ‫قُ ْل أَتُنَبهِئُونَ ه‬
َّ ‫ّللاَ ِب َما الَ َي ْعلَ ُم فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬

“Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di
langit dan tidak (pula) di bumi?’ Mahasuci Allah dan Dia Mahatinggi dari segala sesuatu yang
mereka mempersekutukan (itu).” (Qs. Yunus: 18).

Sumber: Fatwa-Fatwa Seputar Kubur, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz, Al-Qowam.
(Dengan pengubahan tata bahasa oleh redaksi www.konsultasisyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/3133-apa-maksud-syirik.html

Você também pode gostar