Você está na página 1de 8

Veterinaria Medika Vol. 9, No.

2, Juli 2016

Efek Suplementasi Insulin Transferin Selenium pada Media Vitrifikasi Embrio Mencit (Mus
musculus)Tahap Morula terhadap Viabilitas Sel Blastomer dengan Teknik Fluorescence Pasca
Warming

The Effects of Insulin Transferin Selenium Supplementation on Mice (Mus musculus) Embryos
Vitrification Media at Morula Stage towards The Viability of Blastomere Cells Using
Fluorescence Techniques After Warming

Didi Yudha Prawira1, Widjiati2, Arimbi2

1
PPDH Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
2
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Kampus C Unair, Jalan Mulyorejo, Surabaya-60115


Telp. 031-5992185, Fax 031-5999015
Email: didiyudha9@gmail.com

Abstract

This research aimed to evaluate the influence of Insulin Transferin Selenium (ITS)
supplementation on mice (Mus musculus) embryos vitrification media at morula stage towards the
viability of blastomere cells using fluorescence techniques after warming. The experimental animals
used were female mice strain Balb C which were superovulated using Pregnant Mare Serum
Gonadotropin (PMSG) and Human Chorionic Gonadotropin(hCG), subsequently monomatting was
carried out. Seventeen hours after vaginal plug examination, the mice were sacrificed by cervicalis
dislocation, next the tuba fallopii was removed and fertilization pockets were torn. In Vitro
Fertilization was done, then cultured for 72 hours to become morula stages. The morula embryos were
classified into four groups: without ITS, ITS with 5 μg/100 ml, 10 μg/100 ml, and 15 μg/100 ml of
concentration. Each treatment group was put into 0,25 ml ministraw and stored into liquid nitrogen for
a week then warmed immediately. The post-warmed embryos were colored using fluorescent mark
(Hoechst and Propidium Iodide) and cultured for 30 minutes. Observation of the viability of
blastomere cells for morula ombryos was done using fluorescent microscope. Based on the statistical
analysis, it demonstrated that there were no significant differences between the treatment group
p>0,05, but significant differences between P3 (15 μg/100 ml) and without ITS group p<0,05.
Nevertheless, if it was investigated based on the viability calculation of the blastomere cells morula
embryo development, it proved that 15 μg/100 ml of ITS could increase the viability of blastomere
cells morula embryo by 63% compared to 16% without ITS. In conclusion, the distribution of Insulin
Transferin Selenium (ITS) supplementation concentration on vitrification media had been functioning
optimally in increasing the viability of blastomere cells morula embryos after being warmed.

Keywords : Vitrification, Insulin Transferin Selenium, Morula, Fluorescence.

105
Didi Yudha Prawira dkk. Efek Suplementasi Insulin Transferin Selenium pada Media …

Pendahuluan Perubahan temperatur yang cepat pada proses


Salah satu upaya dalam peningkatan vitrifikasi juga dapat mengakibatkan sel
jumlah populasi ternak diantaranya melalui mengalami kerusakanyangdisebabkan karena
bioteknologi reproduksi (Widjiati dkk., mekanisme pertahanan intraseluler yang hilang
2012).Ruang lingkup bioteknologi reproduksi sehingga tidak ada lagi dinding pertahanan
antara lain meliputi in vitro fertilization (IVF), pertama yang dapat melindungi sel terhadap
manipulasi embrio, pembekuan gamet dan Reactive Oxygen Species (ROS) (Choi et al.,
embrio, serta transfer embrio. Pada in vitro 2009). Menurut Widjiati dkk. (2011) produksi
fertilization (IVF) terdapat dua kegiatan utama Reactive Oxygen Species (ROS) dalam proses
yaitu koleksi telur in vitro dan pengembangan vitrifikasi sering kali dapat menyebabkan
embrio in vitro (Widjiati dkk., 2011). penurunan viabilitas embrio pasca warming
Aplikasi teknologi fertilisasi in vitro akan sehingga dibutuhkan suatu senyawa
lebih fleksibel dan bermanfaat apabila dapat antioksidan pada proses vitrifikasi yang mampu
memanfaatkan oosit beku (frozen oocyte) menangkal efek negatif dari terbentuknya ROS
(Wahjuningsih et al., 2010). Teknik penyimpanan dalam sel akibat aktivitas metabolik. Oleh
embrio dalam bentuk beku untuk spesimen karena itu diperlukan studi untuk
biologi dikenal dengan istilah kriopreservasi. mengoptimalkan medium vitrifikasi, sehingga
Pada saat ini telah dikembangkan teknik mampu mengoptimalkan peran krioprotektan
kriopreservasi yang mudah dilakukan dan melindungi embrio akibat stressor suhu metode
sederhana dalam pelaksanaannya yaitu metode vitrifikasi.
vitrifikasi (Abdullah, 2012). Suplementasi Insulin Transferin Selenium
Vitrifikasi adalah proses pemadatan cairan (ITS) diketahui dapat digunakan sebagai
menggunakan krioprotektan dengan konsentrasi antioksidan karena mampu mengurangi tingkat
tinggi pada suhu –196 oC tanpa pembentukan ROS dalam sel (Das et al., 2013). Insulin
kristal es sehingga terlihat seperti kaca (Vatja, Transferin Selenium (ITS) sebagai suplemen
2000). Keunggulan prosedur vitrifikasi adalah media yang kompleks terdiri dari senyawa insulin,
mampu mengeliminasi secara total pembentukan transferin, dan selenium yang telah dijual secara
kristal es baik secara intraselular maupun komersial (Liu et al., 2014). Insulin Transferin
ekstraselular, protokol lebih sederhana dan waktu Selenium merupakan protein komplek yang
pengerjaan yang lebih singkat (Liebermann and dapat memacu perkembangan sel, mencegah
Tucker, 2002). kerusakan sel karena peran antioksidan
Kelemahan atau kekurangan dari teknik didalamnya, sehingga dapat mempertahankan
vitrifikasi adalah embrio yang disimpan dengan viabilitas embrio pasca warming.
cara dibekukan sering kali dapat menurunkan Berdasarkan uraian di atas menunjukan
viabilitas embrio setelah warming, maka perlu bahwa dengan penambahan suplemen Insulin
alternatif lain untuk mengurangi kerusakan yang Transferin Selenium (ITS) dapat mengurangi
terjadi setelah warming yaitu dengan jumlah Reactive Oxygen Species (ROS) pada
menggunakan konsentrasi krioprotektan yang embrio saat proses pembekuan dan warming.
tepat. Penelitian ini menggunakan tahap embrio
yaitu embrio morula yang dikoleksi dengan

106
Veterinaria Medika Vol. 9, No. 2, Juli 2016

metode secara in vitro dan pemberian berumur 10 minggu dengan berat badan sekitar
suplementasi Insulin Transferin Selenium (ITS) 30-35 gram dengan populasi sekitar 60 ekor.
pada proses vitrifikasi yang diharapkan mampu Mencit jantan vasektomi berumur 12 minggu
meningkatkan daya hidup dari sel blastomer sebanyak 6 ekor dan mencit jantan fertil
embrio morula. Embrio morula atau blastula berumur 12 minggu sebanyak 6 ekor yang
sering digunakan dalam teknik transfer embrio diperoleh dari Pusat Veterinaria Farma
karena memiliki daya tahan terhadap pembekuan Surabaya.
yang lebih baik serta embrio tahap ini layak Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
untuk ditransfer ke resipien (Setiadi dan Karja, adalah embrio tahap morula yang diperoleh dari
2013). proses fertilisasi in vitro dengan jumlah minimal 5
Penelitian yang dilakukan oleh embrio pada masing-masing kelompok perlauan.
Kristianti, (2014) pada embrio mencit Bahan dan Alat Penelitian Bahan-bahan
menggunakan suplementasi Insulin Transferin penelitian yang digunakan meliputi: alkohol 70%,
Selenium pada medium vitrifikasi dengan Phosphate Buffer Saline, Bovine Serum Albumin
konsentrasi 10 μg/100ml dapat meningkatkan 3%, aquadest steril, krioprotektan
persentase kemampuan perkembangan embrio menggunakanpropanediol 30% (p.a. Merck) dan
morula menjadi blastula sebesar 54% sukrosa 1 M, nitrogen cair (N2). Media kultur in
dibandingkan dengan kontrol tanpa vitro yang digunakan adalah MEM yang dibuat
suplementasi Insulin Transferin Selenium yang drop di dalam petridishdispossible dan difiksasi
hanya 37%. Pada penelitian ini belum diperiksa dengan mineral oil. Bahan yang digunakan dalam
viabilitas tiap sel blastomer pada embrio superovulasi mencit betina adalah Pregnant
morula yang dapat berkembang menjadi Mare Serum Gonodotropin (PMSG),human
blastula. Chorionic Gonadotropin (hCG). Larutan
Berdasarkan uraian latar belakang Hoechst dan Larutan Propidium Iodide sebagai
diatas, perlu adanya penelitian lebih lanjut pewarna fluorescence. Insulin Transferin Selenium
mengenai suplementasi Insulin Transferin (ITS)digunakan sebagai antioksidan.
Selenium pada medium vitrifikasi embrio Peralatan yang digunakan pada penelitian
mencit tahap morula terhadap viabilitas sel ini adalah kandang hewan coba , inkubator CO2
blastomer dengan pemeriksaan fluorescence. 5%, lemari es, kontener N2 cair, laminar air
flow, gunting, selang infus, pinset, mikroskop
Materi dan Metode Penelitian fluorescent, mikroskop inverted, scapel, bekker
Tempat dan Waktu Penelitian glass, syringe disposable (1 cc, 3 cc, 10 cc), pipet
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium pasteur, ministraw0.25 ml, petridishdispossible
Fertilisasi In Vitrodan Laboratorium Patologi (nuclon), spuit millipore, pembakar bunsen,
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas tissue, danaluminium foil.
Airlangga Surabaya pada bulan Maret sampai Superovulasi
Agustus 2015. Mencit betina dengan berat badan 30-35
Hewan Percobaan dan Sampel Penelitian gram disuperovulasi dengan injeksi PMSG 5 IU
Hewan percobaan yang digunakan adalah secara intraperitoneal. Kerja hormon PMSG
mencit (Mus musculus) betina strain Balb/C analog denganFSH berperan dalam merangsang

107
Didi Yudha Prawira dkk. Efek Suplementasi Insulin Transferin Selenium pada Media …

pembentukan folikel dan sedikit berperan dalam berisi PBS + PrOH 30% + Sukrosa 1 M
pembentukan korpus luteum. Empat puluh tanpaInsulin Transferin Selenium(ITS) pada
delapan jam kemudian menyuntikanhCG 5 IU kontrol dan pada masing-masing perlakuan
yang analog denganLH secara intraperitoneal, berisi PBS + PrOH 30% + Sukrosa 1 M + ITS
hormon ini berperan dalam meningkatkanlaju dengan konsentrasi5μg/100ml, 10μg/100ml dan
ovulasi (Widjiati dkk., 2012). 15 μg/100ml medium krioprotektan.
Mencit betina kemudian dikawinkan Vitrifikasi Dan Pemaparan Krioprotektan
dengan mencit jantan vasektomi dengan Embrio yang telah dikelompokkan
perbandingan 1 : 1 (monomatting) setelah kemudian dipapar pada medium krioprotektan
penyuntikan hCG. Delapan belas jam setelah selama 15 menit sebelum divitrifikasi.Embrio
monomatting dilakukan pemeriksaan vaginal kemudian dikemaske dalam ministraw 0,25 ml
plug, mencit betina yang positif terdapat dan pada kedua ujung ministraw diberi sukrosa
vaginal plug dianggap telah terjadi kopulasi 1 M. Vitrifikasi dilakukan dengan
(Widjiati dkk., 2012). caraministraw diuapkan pada nitrogen cair
Fertilisasi In Vitro selama 10 detik dan langsungdimasukkan ke
Mencit betina yang positif sumbat vagina dalam goblet pada kontainer N2cair dengan
didekapitasi, di bedah dan dikeluarkan tuba suhu -196°C selama satu minggu
falofii. Selanjutnya tuba fallopii dicuci dengan (Wahjuningsih,2008).
larutan Phosphate Buffer Saline, kemudian Pencairan Kembali (Warming)
dilakukan flushing di bawah mikroskop inverted Setelah dibekukan dan disimpan selama
dengan merobek kantong fertilisasi. Sel telur yang 7 hari, dilakukan warmingdengan cara
sudah dikoleksi selanjutnya dicuci berturut-turut memasukkan ministraw ke penangas air
sebanyak tiga kali pada medium MEM. Sel telur bersuhu 30°C sampai kristal es dalam diluen
yang sudah dicuci kemudian dipindahkan pada hilang. Segera setelah hangat seluruh isi
medium fertilisasi (MEM) dan diinkubasi di ministraw dikeluarkan ke dalam cawan petri
dalam incubator untuk menunggu persiapan (Widjiati, 2011).
spermatozoa yang akan digunakan untuk fertilisasi Pembilasan Krioprotektan
in vitro. Spermatozoa diambil dari cauda Pembilasan krioprotektan dilakukan
epididimis dari mencit jantan fertil, kemudian pada larutan sukrosa dengan konsentrasi
dibenamkan pada medium fertilisasi yang meningkat. Embrio morula dikultur satu menit
sudah ada sel telurnya. Sel telur yang sudah dalam larutan sukrosa 0,25M, embrio morula
bercampur spermatozoa kemudian diinkubasi pada tersebut dipindahkan ke medium yang
inkubator CO2 5% dengan suhu 37 C selama 7 mengandung sukrosa 0,5M, kemudian 1M
jam, kemudian dirontokan sel granulosa untuk masing-masing selama dua menit (Batan, 2009)
mengamati 2 pn. Pembuatan Media Pewarna Fluorescence
Persiapan Medium Krioprotektan Larutan Hoechst dan larutan Propidium
Embrio morula hasil kultur dibilas dengan Iodide dibuat dengan konsentrasi 1:10.000,
larutan Phosphate Buffer Salinedan diletakkan yaitu tambahkan 1µL larutan Hoechst
pada petridish untuk dikelompokkan menjadi (Komponen A) dan 1µL Larutan PI
empat perlakuan. Masing-masing petridish

108
Veterinaria Medika Vol. 9, No. 2, Juli 2016

(Komponen B) masing-masing dilarutkan Analisis Data


dalam 10mL PBS. Data yang diperoleh dihitung dalam
Penentuan Viabilitas Embrio dengan Metode bentuk persentase ditransformasi ke arc sin
Fluorescence √persen untuk dianalisis menggunakan One
Morula dikultur dalam campuran larutan Way Anova (Uji F). Apabila terdapat perbedaan
Hoechst dan Propidium Iodide didalam inkubator yang nyata dalam pengujian maka akan
CO2 selama 30 menit kemudian morula dilanjutkan ke Uji BNT untuk membandingkan
dipindahkan ke object glass dengan pipet perbedaan antar perlakuan (Kusriningrum,
modifikasi, selanjutnya diperiksa di bawah 2008).
mikroskop fluorescent dengan perbesaran 200x.
Diamati jumlah sel blastomer yang hidup dan Hasil dan Pembahasan
mati. Apabila sel blastomer hidup di bawah Pemeriksaan viabilitas embrio morula di
mikroskop flourescent akan tampak berwarna bawah mikroskop fluorescent dilakukan
hijau. Bila sel blastomer mati akan tampak berdasarkan kemampuan daya hidup dari sel
berwarna merah. Kemudian dihitung berapa blastomer embrio morula pasca warming,
persentase jumlah sel blastomer yang hidup dan sebagai berikut.
mati.

Tabel 1. Rerata, Simpangan Baku, dan Presentase Pengaruh suplementasi Insulin Transferin
Selenium (ITS) pada kemampuan hidup sel blastomer pada Embrio Morula pasca
warming.
Embrio Rata-rata Viabilitas
Perlakuan (x ± SD)
Morula Hidup Mati
Kontrol 5 1(16%) 4(84%) 17,53a ± 20,74
P1 5 2(32%) 3(68%) 33,47ab ± 13,72
P2 5 4(46%) 1(54%) 42,04ab ± 19,24
P3 5 4(63%) 1(37%) 52,84b ± 32,94

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan


perbedaan yang nyata (p<0.05)
Kontrol = Tanpa penambahan Insulin Transferin Selenium (ITS)
P1 = 5µg/100ml Insulin Transferin Selenium (ITS)
P2 = 10µg/100ml Insulin Transferin Selenium (ITS)
P3 = 15µg/100ml Insulin Transferin Selenium (ITS)

Data yang diperoleh dianalisis dengan untuk menguji ada tidaknya perbedaan tiap
metode analisis One Way Anova (Uji F) dan perlakuan.
dilanjutkan dengan posthoc Duncan Alpha
(0.05) untuk membandingkan perbedaan antar
perlakuan. Analisis One Way Anovadilakukan

109
Didi Yudha Prawira dkk. Efek Suplementasi Insulin Transferin Selenium pada Media …

Di bawah ini adalah hasil pengamatan morfologi embrio morula di bawah mikroskop fluorescent
:

A B

Gambar 1. Hasil pemeriksaan viabilitas sel blastomer embrio morula dengan teknik fluorescence
pada mikroskop fluorescent pada mikroskop fluorescent. A : Filter fluorescence
perbesaran 200x; B : Natif perbesaran 200x.

Berdasarkan Tabel 1. hasil analisis (ROS) dengan cara mengikat akumulasi Fe


menggunakan metode One Way Anova (Uji yang berlebih di dalam sel. Penambahan
F)test menunjukkan bahwa terdapat hasil yang selenium pada medium vitrifikasi dapat
berbeda nyata diantara kelompok perlakuan meningkatkan aktivitas enzim glutation
(p<0.05), dilanjutkan dengan Uji Duncan Alpha peroksidase sehingga embrio morula dapat
didapatkan Kontrol berbeda nyata dengan P3 bertahan terhadap Reactive Oxygen Species
(p<0.05), tetapi tidak berbeda nyata dengan P1 (ROS). Glutation peroksidase dapat
dan P2. Hasil pengujian menunjukkan bahwa membentuk pertahanan terhadap radikal bebas
kelompok perlakuan penambahan Insulin di dalam sel dan mencegah kerusakan sel
Transferin Selenium (ITS) memiliki nilai dengan cara mengkatalisa hidrolisis hidrogen
signifikansi sebesar 0,135. peroksida (H2O2) menjadi air (H2O) dan
Insulin Transferin Selenium (ITS) oksigen (O2).
terdiri dari tiga senyawa aktif yang memiliki Hasil penelitian ini menunjukkan
fungsi saling mendukung diantaranya insulin, perbedaan yang nyata pada kelompok
transferin dan selenium. Insulin dapat perlakuan P3 dengan konsentrasi 15 μg/100ml
membentuk Adenosine Triphosphate (ATP) sebagai konsentrasi yang optimum untuk
dan glutathione peroxidase. Adanya Adenosine meningkatkan viabilitas sel blastomer embrio
Triphosphate (ATP) untuk membantu membran morula. Hal ini menunjukkan ketiga senyawa
sel mengeluarkan ion kalsium (Ca2+), H2O dan yang terkandung dalam Insulin Transferin
Na+ dari dalam sel sehingga faktor apoptosis Selenium berperan optimum dalam mencegah
tidak terbentuk. Transferin bekerja memutus rantai defisiensi ATP saat vitrifikasi dan
pembentukan radikal hidroksil (OH*) sebagai meminimalisir terbentuknya ROS (Reactive
salah satu produk Reactive Oxygen Species Oxygen Species) pada konsentrasi 15 μg/100ml.

110
Veterinaria Medika Vol. 9, No. 2, Juli 2016

Kesimpulan Kusriningrum, 2008. Perancangan Percobaan.


Pemberian suplementasi Insulin Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas
Transferin Selenium (ITS) pada media Airlangga. Surabaya.
vitrifikasi dapat meningkatkan persentase Liebermann,J. And M.J. Tucker. 2002. Effect of
viabilitas sel blastomer embrio morula pasca Carrier System on The Yield of Human
warming secara signifikan pada konsentrasi 15 Oocytes and Embryos as Assesed by
μg/100ml. Survival and Development Potential After
Vitrification. J. Reproduction. 124: 483-
Daftar Pustaka 489.
Abdullah, T. N. 2012. Pengaruh Lama Pemaparan Liu, X., J. Liu, N. Kang, L. Yan, Q. Wang, X. Fu,
Krioprotektan Propanediol pada Proses Y. Zhang, R. Xiao, and Y. Cao. 2014.
Vitrifikasi terhadap Viabilitas Embrio Role of insulin transferrin selenium in
Mencit pada Kultur In Vitro [Skripsi]. auricular chondrocyteproliferation and
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas engineered cartilage formation in vitro.
Airlangga. International Journal of Molecular
Batan, I. W., I. W. Suatha, W. E. Sciences 15 : 1525-1537.
Prasetyoningtyas, N. Handayani, I. Vajta, G. 2000. Vitrification of the oocytes and
Djuwita, dan A. Boediono. 2009. embryos of domestic animals. Anim.
Vitrifikasi blastosis mencit dengan metode Reprod, Sci., 60-61 : 125-126.
kriolup. Jurnal Veteriner Desember 10 (4) Wahjuningsih, S. 2008. Sitoskeleton oosit sapi
: 219-226. pasca vitrifikasi menggunakan
Choi, K., J. Kim, W. Gyung, Kim dan C. Chulhee. krioprotektan etilen glikol. Jurnal
2009. Oxidative stress-induced necrotic Kedokteran Hewan 2 (2).
cell death via mitochondira-dependent Wahjuningsih, S., S. Hardjopranjoto, dan S.B.
burst of reactive oxygen species. Current Sumitro. 2010. Pengaruh konsentrasi etilen
Neurovascular Research 6 (4) : 213-222. glikol dan lama paparan terhadap tingkat
Das, Z. C., M. K. Gupta, S. J. Uhm and H. T. Lee. fertilitas in vitro oosit sapi. Jurnal
2013. Supplementation of insulin– Kedokteran Hewan 4(2):61-64.
transferrin–selenium to embryo culture Widjiati, A. W. Ratri, dan M. Z. Arifin. 2011.
medium improves the in vitro Pengaruh berbagai konsentrasi
development of pig embryos. Cambridge krioprotektan propanediol pada proses
Journals Online (Abstract) 18 :1-8. vitrifikasi terhadap viabilitas embrio
Kristianti, C. 2014. Efek Suplementasi Insulin mencit pasca thawing. Veterinaria 4 (2).
Transferin Selenium (ITS) pada Media
Pembekuan Embrio Tahap Morula
terhadap Persentase Perkembangan
Embrio Tahap Blastula [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas
Airlangga.

111
Didi Yudha Prawira dkk. Efek Suplementasi Insulin Transferin Selenium pada Media …

Widjiati, S. E. Pusporini, M. Z. Arifin. 2012.


Perbandingan angka fertilitas dan
hambatan perkembangan embrio mencit
yang dikultur dalam medium M16 dan
Human Tubal Fluid. Jurnal Veteriner 13
(3) : 227-234.

112

Você também pode gostar