Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
JAMBI
NIM : 1448201102
BAB I
PENDAHULUAN
kerjanya adalah untuk mencegah replikasi virus yang secara bertahap mengurangi
jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi, memulihkan dan memilihara
telah mengurangi angka kematian karena penyebab terkait AIDS, dari puncak 1,9
juta jiwa pada tahun 2005 dan menjadi 1 juta jiwa pada tahun 2016 (UNAIDS,
2017).
*) Sari proposal ini akan diseminarkan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatn Harapan Ibu Jambi pada:
Hari / tanggal :
Pukul : WIB
Tempat : Ruang seminar Prodi Farmasi
Pembimbing : 1. Yuni Andriani, M.Si., Apt
2. Jelly Permatsari, M.Farm, Apt
terapi, salah satunya adalah melihat respon terapi antireroviral dalam menekan
1
jumlah virus sampai pada tingkat yang tidak terdeteksi dan dalam meningkatkan
jumlah CD4 dan peningkatan berat badan pasien (Yasin, Maranty, & Ningsih,
2011)
dengan pasien HIV/AIDS dalam 1 tahun berat badan meningkat dan CD4
melihat terapi antiretroviral terhadap dua clinical outcome saja, namun belum ada
yang meneliti impact terapi antiretroviral terhadap empat clinical outcome yaitu
CD4, berat badan, infeksi oportunistik dan viral load pada pasien HIV/AIDS.
bahwa pasien HIV/AIDS yang telah menjalani terapi antiretoviral termasuk dalam
kategori kepatuhan tinggi yaitu 42 pasien 93.3%. Dengan kepatuhan yang tinggi
2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana impact terapi antiretroviral terhadap clinical outcome pada
yaitu: CD4, berat badan, infeksi oportunistik, dan viral load pada pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 HIV/AIDS
2.1.1 Definisi
3
asam ribonukleat rantai tunggal (Single Stranded Ribonucleic Acid = ss-RNA)
yang identik dan enzim reverse transcriptase. HIV dapat merusak sitem kekebalan
tubuh sehingga daya tahan tubuh penderita menurun atau hilang, akibatnya
individu yang bersangkutan mudah tekena infeksi (Irianto, 2013). Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina,
dan air susu ibu. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
(Irianto, 2013).
2.1.2 Etiologi
dari family Retroviridae, asam nukleat dari family retrovirus adalah RNA yang
RNA virus sebagai ‘cetakan’ untuk membentuk DNA. DNA ini bergabung dengan
kromosom induk (sel limfosit T4 dan sel magrofag) yang berfungsi sebagai
pengganda virus HIV. Waktu paruh virus berlangsung cepat. Replika virus
berjalan sangat cepat dan terus menerus. Dalam sehari sekitar 10 miliar virus
4
tubuh. Tingginya jumlah virus dalam darah ditunjukkan dengan angka viral load,
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan
tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air
mata dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan dalam dalam air mata dan
1. Ibu hamil
a) Secara intrauterin, intrapartum, dan pospartum (ASI)
b) Angka transmisi mencapai 20-30%
c) Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
d) Laporan lain menyatakan risiko penularan melalui ASI adalah 11-
29%
2. Jarum suntik
a) Prevalensi 5-10%
b) Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum
5
2.1.4 Gejala
Awal gejala mungkin tidak menunjukkan gejala, bila ada, mungkin hanya
gejala seperti flu dengan demam atau ruam kulit. Banyak orang yang terinfeksi
tidak menunjukkan gejala sampai sistem imun mereka menjadi sangat lemah dan
muncul penyakit yang parah. Sebagian orang mungkin mengalami infeksi ringan
berulang, seperti infeksi herpes simplex, flu infeksi pada daerah dada, kehilangan
berat badan, kulit kering dan gatal, sebelum penyakit menjadi serius (Irianto,
2013).
Orang yang terinfeksi virus HIV tidak langsung dinyatakan AIDS karena
Stadium pertama tidak ada penurunan berat badan pasien tanpa gejala, atau
otitis media tonsilitis dan faringitis, herpes zoster dalam 5 tahun terakhir, luka
disekitar bibir, ulkus mulut berulang, ruam kulit yang gatal, dermatitis seroboik
Stadium tiga penurunan berat badan >10% diare, demam yang tidak
diketahui penyebabnya >10 bulan, kandidiasis oral atau vaginal, oral hairy
6
nekrotikan akut, anemia (HB< 8 g %) netropenia (<5000/ml), trombositopeni
kronis (<50.000/ml).
Terakhir adalah stadium empat dimana pada masa ini setelah 3-5 tahun
yaitu penyakit yang telah ada dalam tubuh seseorang dan berkesempatan masuk
saat kekebalan tubuh sudah hilang. Di stadium inilah orang baru bisa dikatakan
2.1.5 Patogenesis
HIV menempel pada limfosit sel induk melalu gp120, sehigga akan terjadi
fusi membran HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk kedalam
sitoplasma sel induk. Didalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV dari
RNA HIV melalui enzim polimerase. Enzim integrasi kemudian akan membantu
DNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk. DNA virus dianggap oleh
tubuh sebagai DNA sel induk akan membentuk RNA dengan falsilitas sel induk,
sedangkan mRNA dalam sitoplasma akan diubah oleh enzim protease menjadi
partikel HIV. Partikel itu selanjutnya mengambil selubung dari bahan sel induk
untuk dilepas sebagai virus HIV lainnya. Mekanisme penekanan pada sistem imun
2.1.6 Diagnosis
7
Seperti pada sindroma lainnya defesiensi imun lainnya, orang-orang yang
perlu dicurigai mendapat infeksi HIV, yaitu mereka yang mempunyai risiko tinggi
cara yang cukup peka untuk mendeteksi antibodi anti-HIV. Cara ini telah
dilakukan secara rutin untuk diagnosis. Apabila diperoleh hasil positif perlu
beberapa protein HIV seperti –p24 atau p31, gp41 dan gp120/160 (Subowo,
2010).
8
b. Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada
panjang dan hingga saat ini belum ditemukan obat efektif, maka pencegahan dan
penularannya.
dari HIV.
Penanggulangan merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan,
penyebaran virus HIV melalui hubungan seks, jarum suntik yang tercemar,
9
transfusi darah, penularan dari ibu ke anak maupun donor darah atau donor organ
(Nana, 2016).
HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total.
Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat menyakinkan
bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV (obat antiretroviral,
akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih sehat, dapat bekerja
normal dan produktif. Manfaat ARV dicapai melalui pulihnya sistem kekebalan
tubuh akibat HIV dan pulihnya kerentanan pasien HIV/AIDS terhadap infeksi
opurtunistik.
yaitu:
antiretroviral (ARV)
2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker
dan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan menjaga
10
kematian dapat ditekan, harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi
jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi (Kementerian
disebuhkan menjadi lebih mudah ditangani, infeksi oportunistik lain yang berat,
mengharuskan pasien HIV/AIDS minum obat infeksi agar tidak kambuh. Namun
sekarang dengan minum ARV secara teratur, banyak pasien HIV/AIDS yang tidak
memerlukan minum obat profilaksis terhadap pneumonia. Obat ARV terdiri dari
ARV yang ada telah tersedia di Indonesia. Waktu memulai terapi harus
dipertimbangkan dengan seksama karena obat ARV akan diberikan dalam jangka
menunjukkan gejala yang sangat berat, tanpa melihat jumlah CD4 obat ini juga
11
beberapa obat. ARV tidak membunuh virus itu. Namun, ARV dapat melambatkan
HIV. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan yaitu: (Gunawan, 2009).
1. Nukleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Reverse transcriptase (RT) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral
bekerja pada tahap awal dari replikasi HIV, obat-obat golongan ini menghambat
terjadinya infeksi akut sel yang sudah rentan, namun hanya sedikit efek yang
dapat terjadi pada sel yang sudah terinfeksi HIV. NRTI mengandung nukleutide
yang digunakan oleh enzim reverse transcriptase untuk mengubah RNA menjadi
DNA, dengan menggunakan nucleutide dari NRTI, DNA yang dihasilkan oleh
Gambar 1. Lamivudine
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada HIV rantai dan HBV rantai DNA virus.
Resistensi: disebabkan mutasi pada rantai kodon184. Spektum aktivitas: HIV (tipe
1 dan 2) dan HVB. Indikasi: infeksi HIV dan HVB. Dosis: peroral 300 mg per
hari (150:1,2x/hari). Waktu paruh obat 12 jam. Efek samping yang ditimbulkan
12
Gambar 2. Zidovudin
Mekanisme kerja: Zidovudin menghambat enzim reverse transciptase setelah
monofosfat akan bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat
HIV (tipe 1 dan 2). Indikasi obat HIV dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya.
Dosis: 600mg/hari (300 1,2x/hari). Tersedia dalam bentuk kapsul, tablet 300mg
dan sirup 5mg/ml. waktu paruh 3-4 jam. Efek samping yang ditimbulkan anemia,
c. Ddi (didanosin)
Gambar 3. Didanosin
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
13
transciptase. Spektum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2). Indikasi: obat infeksi HIV
tingkat lanjut. Dosis: peroral 400 mg perhari dalam dosis tunggal atau terbagi.
Waktu paruh obat 8-24 jam. Efek samping yang ditimbulkan diare, pangkreatitis
Gambar 4. Tenofovir
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara
pada RT kodon 65. Spektum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2) dan HBV. Indikasi:
infeksi HIV dengan efavirenz, tidak boleh dikombinasikan dengan lamivudin dan
abakavir. Dosis: peroral sekali sehari 300 mg tablet. Waktu paruh obat 12,0-14,4
jam . Efek samping yang ditimbulkan mual, muntah, diare, dan flatulens.
e. Abakabir (ABC)
Gambar 5. Abakavir
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
184, 65 Spektum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2). Indikasi: infeksi HIV dalam
kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti zidovudin dan lamivudin Dosis:
14
peroral 600 mg per hari 2 tablet 300 mg. Efek samping yang ditimbulkan mual,
Gambar 6. Stavudin
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus. Resistensi: disebabkan mutasi pada RT kodon 75,
50 Spektum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2). Indikasi: infeksi HIV, terutama HIV
perhari (satu kapsul 40 mg setiap 12 jam) Efek samping yang ditimbulkan mual,
dengan cara berikatan ditempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan
menginduksi perubahan konformasi pada situs aktif ini. Obat-obat golongan ini
Gambar 7. Efavirenz
15
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-subtrat
HIV-1RT HIV RT. Resistensi: disebabkan mutasi pada RT kodon 100,179 dan
181. Spektum aktivitas: HIV tipe 1. Indikasi: HIV-1 dalam kombinasi dengan
HIV lainnya. Dosis: peroral 600mg perhari. Waktu paruh obat 40-50 menit. Efek
berkonsentrasi, ruam.
b. Nevirapin (NVP)
Gambar 8. Nevirapin
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-subtrat
HIV tipe 1. Indikasi: HIV-1 dalam kombinasi dengan HIV lainnya terutama NRTI.
Dosis: peroral 200mg perhari selama 14 hari pertama, kemudian 400 mg perhari
(dua kali 200mg/hari). Waktuparuh obat 25-35 menit. Efek samping yang
ditimbulkan sakit kepala, pusing, mual, fatigu, peningkatan enzim hati dan ruam.
3. Protease Inhibitor (PI)
Golongan obat ini menghalangi kegiatan protease, sebuah enzim yang
memotong rantai protein HIV menjadi protein tertentu yang diperlukan untuk
16
a. Ritonavir (RTV)
Gambar 9. Ritonavir
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV Protease
82. Spektum aktivitas: HIV tipe 1 dan 2. Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi
dengan anti-HIV lainnya. Dosis: peroral 120 mg perhari (enam kali 100mg dua
kali sehari). Waktu paruh obat 3-5 jam. Efek samping yang ditimbulkan mual,
aktivitas: HIV tipe 1. Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti-HIV
lainnya (NRTI dan bebrapa lainnya). Dosis: peroral 600 mg (6 kapsul 200 mg soft
kapsul 3 kali sehari). Waktu paruh obat 7-12 jam. Efek samping yang ditimbulkan
17
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 87 tahun
CD4.
Sedangkan di Indonesia pengobatan pasien HIV/AIDS dewasa dengan
Obat ARV umumnya dipakai dalam gabungan dengan tiga atau lebih ARV
dari satu golongan. Hal ini disebut sebagai terapi kombinasi, atau HAART.
HAART bekerja jauh lebih baik dari pada hanya satu ARV sendiri. Cara
18
penggunaan obat ini mencegah munculnya resistensi. Produsen ARV terus
menerus berupaya untuk membuat obat lebih mudah dipakai, dan sudah
menggabung dua atau lebih jenis obat dalam satu pil (Kementerian Kesehatan
Clinical Outcome merupakan keluaran atau hasil klinis dari sebuah terapi,
maksimal replikasi virus HIV, viral load kurang dari batas bawah kuantisasi yaitu
virus tidak terdeteksi (dibawah <50 copies/mL). Penurunan RNA HIV yang sangat
menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan berat badan serta peningkatan kadar
2011).
digunakan untuk menilai status gizi. Pasien HIV/AIDS yang memulai terapi ARV
dengan berat badan yang lebih tinggi akan memiliki kondisi kesehatan yang lebih
mempertahankan terapi ARV karena telah merasakan manfaat dari terapi ARV.
19
Kehilangan berat badan > 10% merupakan gejala umum yang dialami saat
2.2.2 CD4
Sel CD4 (cluser of differentiantion 4) adalah jenis sel darah putih atau
limfosit. Jumlah CD4 sangat penting dalam sistem kekebalan tubuh, dimana CD4
normal berkisar 500-1.600 mm3. Semakin rendah jumlah CD4 nya maka semakin
besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika memiliki jumlah CD4 dibawah 200
digunakan bersamaan dengan penilaian klinis, CD4 dapat menjadi petunjuk dini
kondisi klinis. Pemantauan CD4 dapat digunakan untuk memulai pemberian ARV
atau penggantian obat. Jumlah CD4 dapat berfluktuasi menurut individu dan
penyakit yang dideritanya. Bila mungkin harus ada 2 kali hasil pemeriksaan CD4
Indonesia, 2014).
yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem imun yang
rendah.
20
Penyakit yang digolongkan dalam IO yang ditetapkan oleh CDC (Center
Tes viral load HIV adalah tes yang digunakan untuk mengukur jumlah
virus HIV dalam darah, sedangkan jumlah virus HIV dalam darah disebut viral
load, yang dinyatakan dalam satuan copies/mL darah. Dengan mengukur HIV
RNA didalam darah dapat secara langsung mengukur besarnya replikasi virus.
Untuk melakukan replikasi virus membutuhkan “cetakan” atau “blu print” agar
dapat menghasilkan virus baru. Tiap virus HIV membawa dua kopi RNA. Ini
artinya jika pada hasil tes didapat jumlah virus sebesar 20.000 copies/mL maka
berarti tiap mililiter dalam darah terdapat 10.000 partikel virus. Pemerikasaan ini
mulai rutin dilakukan oleh para klinis sebagai prediktor yang lebih baik dari pada
21
pemeriksaan sel limfosit T CD4 untuk memprediksi progresi perjalanan infeksi
HIV pemeriksaan viral load juga digunakan untuk menetukan efektifitas relatif
dari obat antiretroviral pada beberapa uji klinis. Kegagalan terapi disebut jika
viral load ≥5000 copies/mL terdeteksi tinggi dan >50 – 5000 copies/mL terdeteksi
rendah, keberhasilan terapi ditandai dengan viral load dibawah <50 copies/mL
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Mattaher Jambi dan dilaksanakan pada bulan Juli - Desember tahun 2018.
22
Sampel yang digunakan adalah pasien HIV/AIDS rawat jalan yang
a. kriteria inklusi
terapi antiretroviral.
2. Pasien dengan atau tanpa komplikasi
3. Rekam medik pasien jelas (tertera nomor rekam medik, CD4, berat
HIV/AIDS rawat jalan yang berobat hingga tahun 2017. Data yang
diperlukan meliputi:
a. Nomor rekam medik
b. Jenis kelamin
c. Umur pasien
d. CD4 awal terapi ARV, 6 bulan terapi ARV, 12 bulan terapi ARV dan
23
g. Viral load awal terapi ARV, 6 bulan terapi ARV, 12 bulan terapi ARV
3. 4 Analisa Data
Jambi.
DAFTAR PUSTAKA
24
Astari, L., Safitri, Y. E., & P, D. H. (2011). Viral Load pada Infeksi HIV ( Viral
Load in HIV Infection ). Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan
Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya, 31–39.
Bermúdez-Aza, E. H., Shetty, S., Ousley, J., Kyaw, N. T. T., Soe, T. T., Soe, K., …
Fernandez, M. (2018). Long-term clinical, immunological and virological
outcomes of patients on antiretroviral therapy in southern Myanmar. PLoS
ONE, 13(2), 1–15. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0191695
Dalal, R. P., MacPhail, C., Mqhayi, M., Wing, J., Feldman, C., Chersich, M. F., &
Venter, W. D. F. (2008). Characteristics and outcomes of adult patients lost to
follow-up at an antiretroviral treatment clinic in Johannesburg, South Africa.
Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes.
https://doi.org/10.1097/QAI.0b013e31815b833a
Marubenny, S., Aisah, S., & Mifbakhuddin, -. (2013). Perbedaan Respon Sosial
Penderita Hiv-Aids Yang Mendapat Dukungan Keluarga Dan Tidak
Mendapat Dukungan Keluarga Dibalai Kesehatan Paru Masyarakat (Bkpm)
Semarang. Jurnal Keperawatan Komunitas, 1(1), 43–51.
Mutasa-Apollo, T., Shiraishi, R. W., Takarinda, K. C., Dzangare, J., Mugurungi,
O., Murungu, J., … Woodfill, C. J. I. (2014). Patient retention, clinical
outcomes and attrition-associated factors of HIV-infected patients enrolled in
25
Zimbabwe’s National Antiretroviral Therapy Programme, 2007-2010. PLoS
ONE, 9(1), 2007–2010. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0086305
Pradhan, B., Majhi, C., & Murmu, B. (2018). Original Research Article Clinical
profiles and trends in CD4 + counts to first-line antiretroviral therapy among
HIV / AIDS patients in western part of Odisha state of India. International
Jornal of Research in Medical Sciences, 6(5), 1559–1563.
Subowo. (2010). Imunologi Klinik. (R. Bambang Hariyanto, Ed.) (Edisi ke-2).
Jakarta: CV Sagung Seto.
UNAIDS. (2017). Fact sheet - Latest global and regional statistics on the status
of the AIDS epidemic. UNAIDS. https://doi.org/2017
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis. (A. Rina, Ed.) (Edisi Kedu). Semarang:
Penerbit Erlangga.
World Health Organization. (2007). WHO case definitions of HIV for surveillance
and revised clinical staging and immunological classification of HIV-related
disease in adults and children. World Health, 52.
Yasin, N. M., Maranty, H., & Ningsih, R. (2011). Analisis respon terapi pasien
HIV / AIDS Response to antiretroviral HIV / AIDS patients antiretroviral
therapy pada by. Majalah Farmasi Indonesia, 22(3), 212–222.
26
No Kegiatan Bulan ke-
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. Konsultasi judul
2. Survei awal
3. Revisi proposal
4. Seminar proposal
skripsi
7. Persiapan dan pelaksanaan seminar
hasil
8. Penyempurnaan skripsi dan
persiapan ujian akhir.
9. Ujian akhir
Penelitian
(Juli-Desember)
27
Survey awal pengambilan
data jumlah pasien
HIV/AIDS di RSUD
Raden Mattaher Jambi
Lembar Kerja
Analisa Data
Pembahasan
28
29