Você está na página 1de 7

Analisis Pencegahan Kejahatan Situasional Pada Standar Operasional Prosedur

Pengamanan PT. Bina Mandiri Ksatria Sakti

Raihan Arul Amirullah


Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Universitas Indonesia. Depok, Jawa Barat – 16424. Indonesia

raihanarul@gmail.com

Abstrak
Kejahatan merupakan fenomena sosial. Pada tindakan kejahatan tentunya akan ada pihak yang
dirugikan. Sayangnya kejahatan tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi dan siapa pelaku
kejahatan. Olehkarena itu dibutuhkan strategi pencegahan kejahatan yang efektif dalam
mencegah kejahatan. Pendekatan situasional merupaka salah satu pendekatan dalam pencegahan
kejahatan yang fokus pada mengkonstruksi lingkungan agar kejahhatan tidak terjadi. Analisis ini
mencoba mengkaji bagaimana standar operasional prosedur yang dimiliki PT. Mandiri Ksatria
Sakti dalam melakukan pengamanan.

Abstract
Crime is a social phenomenon. In the crime there will be parties who are harmed. Unfortunately
crime cannot be predicted when it will happen and who is the perpetrator of the crime. Therefore,
a crime prevention strategy is needed that is effective in preventing crime. A situational approach
is one approach to crime prevention that focuses on constructing the environment so that crime
does not occur. This analysis tries to examine how the standard operating procedures of PT.
Mandiri Ksatria Sakti in carrying out security.
Keywords: crime prevention, situational prevention, CPTED

0
Pendahuluan
Kejahatan berkaitan dengan berbagai masalah pada bidang sosial, ekonomi, politik, dan
budaya.. Kejahatan menurut Mustofa (2007, h.16) adalah pola tingkah laku yang dilakukan oleh
seorang individu atau sekelompok individu, maupun suatu organisasi yang merugikan
masyarakat. Dengan kata lain definisi kejahatan tidak terbatas oleh ruang dan waktu tertentu,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kejahatan ada pada setiap aspek kehidupan. Selain itu
Kejahatan serius terhadap orang dan properti menimbulkan ketakutan yang cukup besar di dalam
komunitas. (NCPC, 2003, h.1). Rasa takut akan kejahatan di dalam masyarakat dianggap cukup
meresahkan sehingga dibutuhkan upaya untuk menghindari kejahatan.
Sebelum berupaya menentukan upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan, kita perlu
memahami sebab terjadinya kejahatan. Hal ini dikarenakan dengan memahami penyebab
kejahatan maka strategi pencegahan kejahatan yang dibuat akan lebih efisien. Dalam National
Crime Prevention Institute (NCPI) terdapat tiga elemen yang dapat menyebabkan kejahatan
(NCPI, 2001: 3) yaitu:
1. Keinginan atau motivasi dari pihak penjahat
2. Keterampilan dan alat yang dibutuhkan untuk melakukan kejahatan; dan
3. Kesempatan
Sedangkan Cohen dan Felson juga mengajukan elemen yang dianggap berpengaruh dalam
kejahatan dalam Crawford (1998) yaitu:
1. Kehadiran pelaku potensial
2. Sasaran yang menguntungkan
3. Ketiadaan penjagaan atau pengawasaan yang lemah
Selain kedua konsep elemen yang telah dikemukakan, Runturambi dan Sudiadi juga
mengajukan elemen-elemen yang dianggap lebih tepat. Konsep ini merupakan penggabungan
dari NCPI dengan Cohen dan Felson. Sehingga konsep elemen penyebab kejahatan yang diajukan
Runturambi dan Sudiadi (2011) yaitu:
1. Adanya Calon Pelaku Kejahatan yang potensial
2. Kemampuan dan Peralatan yang dimiliki
3. Target yang menggiurkan
4. Kesempatan untuk melakukan kejahatan

1
Resiko menjadi korban kejahatan akan selalu ada. Menurut Fennelly (2004)“ Resiko dari
kejahatan adalah sesuatu yang tidak dapat dihilangkan, namun ternyata dapat dikelola, sehingga
dapat dikurangi, dan meminimalisir kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari tindakan
kejahatan tersebut”. Dengan demikian sebanyak apapun usaha yang kita keluarkan untuk
mencegah kejahatan, peluang terjadinya kejahatan tidak akan pernah menjadi nol.
Salah satu upaya dalam mengurangi resiko kejahatan adalah dengan menerapkan strategi
pencegahan kejahatan. Pencegahan kejahatan merupakan serangkaian upaya yang bertujuan
untuk mencegah agar kejahatan tidak terjadi. Menurut Bjørgo (2016, h. 4) Pencegahan
kejahatan adalah tentang bagaimana mengurangi terjadinya tindakan kriminal di masa depan.
Ekblom dalam Schneider (2014) juga mendefinisikan pencegahan kejahatan sebagai intervensi
dalam mekanisme yang menyebabkan kejadian kejahatan, dengan cara yang bertujuan ntuk
mengurangi kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut. Dengan begitu dalam pencegahan
kejahatan dapat kita pahami bahwa dalam mencegah kejahatan dibutuhkan tindakan proaktif agar
kejahatan tidak terjadi. Meskipun upaya pencegahan telah dilaksanakan, peluang terjadinya
kejahatan tidak akan pernah berubah menjadi nol.
Dalam strategi pencegahan, terdapat tiga pendekatan yang utama dalam menyusun straregi
pencegahan kejahatan. Menurut Dermawan (1994, h. 17) Hal ini dikarenakan pecegahan
kejahatan haruslah bersifat lebih bersifat teoritis praktis, maka beberapa ahli memutuskan untuk
membagi kejahatan ke dalam tiga pendekatan, yaitu pendekatan sosial, pendekatan situasoional,
dan pendekatan kemasyarakatan.
Pendekatan Situasional fokus kepada kesempatan subjek pelaku kejahatan. Pendekatan
menerapkan langkah jangka pendek yang hasilnya lebih cepat dirasakan dan fokus pada
pencegahan yang lebih khusus. Tujuan utama dari dari pendekatan ini adalah membuat tindakan
kriminal menjadi kurang menarik dan memperkecil kemungkinan pelaku potensial untuk
melakukan kejahatan.
Pendekatan komunitas berusaha menyelasikan akar kejahatan pada pengembangan
komunitas. Pendekatan ini menyasar partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan
yang aman. Pendekatan ini sangat membutuhkan partisipasi aktif masyarakat sehingga tercipta
rasa kepemilikan bersama dalam komitas sehingga pencegahan kejahatan berjalan berdasarkan
kontrol sosial formal.

2
Tinjauan Teoritis
Situational Crime Prevention (SCP) merupakan pendekatan yang bertuan untuk
mengurangi kesempatan bagi pelaku potensial untuk melakukan kejahatan. Menurut Runturambi
dan Sudiadi (2015) SCP didasarkan pada pemahaman teori terkait kejahatan yaitu: rational
choice theory, routine activity theory, life-style exposure theory. Ketiga teori tersebut dianggap
merupakan dasar dari perkembangan SCP. Menurut Schneider (2015) SCP beroprasi berdasarkan
fakta bahwa sebagian besar kejahatan terjadi pada waktu dan tempat tertentu dan, karena itu,
berfokus pada penghapusan atau pengurangan kesempatan terjadinya tindak pidana dalam waktu
dan tempat tertentu.
Dalam menyusun strategi dalam SCP, beberapa tokoh mengembangkan teknik-teknik
yang dianggap mampu mereduksi potensi kejahatan. Menurut Schneider (2015, h.58) Terdapat
25 teknik dalam SCP, yaitu:
Increas The effort : (1) Harden Target, (2) Access Control, (3) Deflect Offender,
(4) Control Crime Facilitators
Increas The Risk : (5) Natural Surveillance, (6) Surveillance by Employes,
(7) Intentional Surveillance, (8) Entry/Exit Screening,
(9) Guardianship, (10) Place Manager (11) Reduce
Anonimity
Reduce The Rewards : (12) Property Marking, (13) Remove/conceal Target,
(14) Deny Benefit, (15) Disrupt Market for Stolen Goods
Reduce Provocation : (16) Reduce Frustation or Stress, (17) Avoid Disputes,
(18) Reduce Arousal and Temptation,
(19) Neutralize peer presure, (20) Discourage Imitation
Remove Excuse : (21) Set Rules, (22) Stimulate Conscience,
(23) Facilitate Compliance, (24) Control Disinhibitor,
(25) Post Instruction.
SCP tidak memberikan cara-cara yang spesifik untuk mencegah kejahatan. SCP hanya
mengasumsikan bahwa semua pelaku kejahatan berkomitmen untuk melihat tindakan kejahatan.
Siapa yang menjadi pelaku bukanlah fokus dari SCP. Yang menjadi perhatian adalah bagaimana
dan apa yang mempengaruhi penjahat untuk mencapi target kejahatan.

3
Uraian Data
PT. Bina Mandiri Ksatria Sakti (PTBMKS) merupakan salah satu perusahaan penyedia
jasa keamanan. Dalam melaksanakan fungsi pengamanan PTBMKS memiliki SOP yang
berfungsi sebagai panduan bagi anggota pengamanannya dalam melaksanakan tugasnya. Kali ini
penulis mencoba menganalisis apakah SOP yang dimiliki PTBMKS untuk pengamanan pabrik

Pemeriksaan Kendaraan
Pemeriksaan kendaraan yang keluar dan masuk kedalam pabrik tentu akan sangat banyak
dan memiliki berbagai kepentingan. Pada kendaraan pembawa barang saat akan masuk kedalam
kawasan pabrik maka akan diminta surat jalan agar diketahui tujuan dan isi muatan. Selanjutnya
dilakukan penahan KTP dan diberikan ID Card yang wajib digunakan selama didalam kawasan
pabrik. Begitu pula saat kendaraan keluar pabrik, akan diperiksa lagi isi muatan dan surat jalan
dan akan dilakukan pengembalian KTP.
Begitu pula pada kendaraan tamu. Tamu yang datang akan diminta untuk mengisi buku
tamu yang berisi identitas pribadi, nomer kendaraan, dan tujuan. Serta akan dilakukan penukaran
KTP dengan ID Card. Tamu akan dipersilakan menuju receptionist lalu menunggu konfirmasi di
ruang tunggu.

Pemeriksaan Karyawan
Karyawan yang bekerja didalam pabrik juga tidak luput dari pengamanan. Setiap
karyawan yang masuk untuk harus melalui pemeriksaan ID Card, barang bawaan, dan melakukan
absensi fingerprint yang terletak disebelah pos keamanan dan dibawah pengawasan petugas.
Begitu pula saat karyawan pulang. Petugas akan melakukan pengawasan saat absensi kepulangan,
memeriksa barang bawaan saat keluar pabrik.

Analisis
Pengecekan surat jalan dan pengecekan barang bawaan atau bagasi Entry and Exit
Screening dimaksudkan untuk meminimalisir orang yang tidak berkepentingan masuk kedalam
kawasan semi privat. Pengecekan juga berfungsi sebagai pencegahan dari keluar masuknya
barang-barang yang tidak diharapkan, seperti pencurian logistik atau pemasangan bom.

4
Pengecekan KTP dan menulis identitas di buku tamu merupakan upaya Reduce
Anonimity. Hal ini akan meminimalisir kemungkinan penyusup untuk masuk kedalama kawasan
pabrik. Identitas menjadi penting mengingat bahwa tamu merupakan orang asing, sehingga asal-
usulnya menjadi penting. Begitu pula dengan absensi dengan fingerprint oleh karyawan.
Penggunaan teknologi ini akan meminimalisir orang yang tidak berkepentingan yang menyamar
sebagai karyawan.
Menunggu konfirmasi di receptionist merupakan bagian dari set rules. Prosedural dalam
seperti ini berfungsi menjaga keteran dan memastikan bahwa tamu merupakan orang yang
berkepantingan, sehingga sifat dari pabrik yang merupakan ruang semi privat dapat terjaga dari
publik.
Pengawasan pada saat karyawan melakukan absensi merupakan prinsip dari guardianship.
Fungsi ini mempertebal pengawasan yang telah dilakukan oleh fingerprint. Penjagaan yang
dilakukan petugas juga memberikan ekek gentar bagi potential offender. Sehingga niat dari
pelaku potensial akan berkurang ketika ia melihat adanya penjagaan.

5
Daftar Pustaka
Buku
AJS Runturambi, D Sudiadi. (2011). Pengantar Manajemen Sekuriti. FISIP UI Press, Depok
Bjørgo, T. (2016). Preventing crime: A holistic approach. Springer.
Dermawan, M. K. (1994). Strategi Pencegahan Kejahatan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Fennelly, L. (2012). Handbook of loss prevention and crime prevention. Elsevier.
National Crime Prevention Council of Singapure. (2003). Crime Prevention Through
Environmental Design. Singapore: Author.
Mustofa, M. (2007). Metode Penelitian Kriminologi. Penerbit FISIP Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Mass Butterworth-Heinemann.(2001). Understanding crime prevention National Crime
Prevention Institute. Boston

Schneider, S. (2015). Crime prevention: Theory and practice. CRC Press.

Website
PT. BINA MANDIRI KSATRIA SAKTI. (t.thn.). Proposal. Dipetik Maret 31, 2019, dari
binamandiriksatriasakti.com: https://www.binamandiriksatriasakti.com/p/proposal.html

Você também pode gostar