Você está na página 1de 5

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

 Pengertian
Break Even Point (BEP) adalah suatu titik atau keadaan di mana Total
Penjualan (Total Sales) sama besarnya dengan Total Biaya (Total Cost), sehingga
perusahaan di dalam kegiatan operasinya tidak untung dan juga tidak rugi
(Impas).
Analisis breakeven digunakan untuk menentukan jumlah penjualan (dalam rupiah
atau unit) yang menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak
(EBIT/Earning Before Interest and Tax) sama dengan 0 (Nol).

Ada 3 kemungkinan :
Total Sales > Total Cost Profit (Laba)
Total Sales < Total Cost  Loss (Rugi)
Total Sales = Total Cost  Break Even Point (Impas)

Beberapa penerapan analisis break even :


a. Analisis penganggaran modal.
Analisis break even digunakan dalam analisis pengganggaran modal (capital
budgeting) sebagai metode pelengkap metode-metode lain yang menggunakan
pendekatan “discounted cashflows” seperti NPV (Net Present Value) dan IRR
(Internal Rate of Return).
b. Kebijakan harga atau tarif
Harga jual dari suatu produk dapat ditentukan guna mencapai tingkat EBIT
yang diinginkan. Analisis break even memberikan gambaran sejauh mana
harga jual dapat diturunkan tanpa menyebabkan kerugian (EBIT yang negatif).
c. Kebijakan upah karyawan
Efek dari kenaikan biaya variabel akibat kenaikan upah karyawan terhadap
jumlah break even point (BEP) dapat dianalisis.
d. Struktur biaya
Alternatif mengurangi biaya variabel dengan konsekuensi kenaikan biaya
tetap dapat dievaluasi. Misalnya suatu perusahaan yang ingin memilih padat
karya (biaya variabel tinggi, biaya tetap rendah) atau padat modal (biaya
variabel rendah, biaya tetap tinggi) dapat menggunakan analisis break even
untuk melihat efek dari kedua alternatif tersebut terhadap EBIT dan BEP.
e. Keputusan pendanaan
Analisis terhadap struktur biaya perusahaan memberikan informasi tentang
proporsi biaya operasi tetap yang ditanggungkan pada penjualan. Jika proporsi
ini terlalu tinggi, perusahaan dapat memutuskan untuk tidak menambah biaya
tetap.
ASUMSI-ASUMSI ANALISIS BREAK EVEN POINT

Dalam mengadakan analisis break even, digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai


berikut :

a. Bahwa biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Biaya Tetap (Fixed
Cost) dan Biaya Variabel (Variable Cost) dan prinsip variabilitasnya dapat
ditetapkan dengan tepat.
b. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas
tertentu. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu akan terjadi, walaupun
perusahaan berhenti beroperasi. Perubahan volume produksi / penjualan tidak
berpengaruh terhadap jumlah biaya tetap. Contoh biaya tetap antara lain biaya
gaji, biaya penyusutan, biaya sewa, dan lain-lain.
c. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional (sebanding) dengan
perubahan volume penjualan / produksi dan adanya sinkronisasi antara
produksi dan penjualan.Contoh biaya variabel antara lain biaya bahan baku,
biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja langsung , biaya bahan bakar, dan
lain-lain.
d. Harga jual per unit barang tidak akan berubah berapapun jumlah satuan
barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum selama
periode yang dianalisis.
e. Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual, jika lebih
dari satu macam, maka kombinasi atau komposisi penjualan (sales mix) akan
tetap konstan.

Rumus-rumus BEP :

BEP dalam Unit (Quantity)

Fixed Cost
BEP =
(Q) Price per Unit – Variable Cost per Unit

BEP dalam Rupiah

Fixed Cost
BEP =
(Rp) Variable Cost
1 –
Sales
Sales Minimal (Penjualan Minimal)

- Target keuntungan (profit) dalam Rupiah

Fixed Cost + Profit


Sales Minimal =
Variable Cost
1 -
Sales

 Target keuntungan dinyatakan dalam persentase (Profit Margin)

Fixed Cost
Sales Minimal =
Variable Cost
1 - + Profit Margin
Sales

Margin of Safety
Margin of Safety adalah menunjukkan batas penurunan penjualan yang
dapat ditolerir agar perusahaan tidak menderita kerugian. Misalnya, Margin of
Safety sebesar 30%, artinya realisasi penjualan perlu dipertahankan agar jangan
sampai turun lebih besar dari 30%. Apabila realisasi penjualan turun lebih dari
30% dari yang dianggarkan atau direncanakan, maka perusahaan akan menderita
kerugian., sedangkan apabila penurunannya persis sebesar 30%, maka perusahaan
berada dalam kondisi break even point. Semakin kecil Margin of Safety
menggambarkan kondisi yang jelek, karena akan semakin cepat potensi
perusahaan menderita kerugian. Jadi yang baik adalah jika Margin of Safety
perusahaan itu besar.

Budgeted Sales – Break Even Point


Margin of Safety = X 100 %
Budgeted Sales

Budgeted Sales = Penjualan yang dianggarkan / direncanakan


Contribution Margin (CM)
Contribution Margin (CM) atau biasa disebut Contribution to Fixed Cost
atau
Marginal Income adalah Penghasilan Penjualan setelah dikurangi Biaya Variabel
yang merupakan bagian dari Penghasilan Penjualan yang tersedia untuk menutup
Biaya Tetap.

Jadi secara singkat, Contribution Margin (CM) adalah selisih antara Penjualan
(Sales) dengan Biaya Variabel (Variable Cost).

Contribution Margin (CM) = Sales – Variable Cost

Ada 3 kemungkinan yang terjadi di perusahaan :

1. CM > Fixed Cost  Profit (Laba)


2. CM < Fixed Cost  Loss (Rugi)
3. CM = Fixed Cost  BEP (Impas, tak untung – tak rugi)
 Kegunaan Analisis Contribution Margin
Kegunaan analisis Contribution Margin adalah dapat membantu
manajemen perusahaan dalam hal :
1) Merencanakan laba yang akan diperoleh pada tingkat penjualan tertentu dan
berapa penjualan terendah (sales minimal) harus direalisir supaya perusahaan
tidak menderita kerugian (break even point).
2) Bermanfaat untuk merencanakan perluasan daerah pemasaran.
3) Membantu dalam menentukan harga jual yang kompetitif, karena contribution
margin menunjukkan berapa kelebihan hasil penjualan (revenue/sales) di atas
biaya variabel.

Você também pode gostar