Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN TEORI
Tabel 1.1
TFU berdasarkan perubahan per tiga jari
Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uterus (TFU)
12 3 Jari diatas simfisis
16 Pertengahan pusat simfisis
20 3 Jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 Jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat – px
36 3 Jari dibawah px
40 Pertengahan pusat px
b. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus terdiri dari pars vaginalis ( berbatasan atau
menembus dinding dalam vagina), dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama : otot polos, jalinan jaringan ikat dan
elastin. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lender getah serviks
yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat musin dan larutan
berbagai garam, peptide dan air . (Dewie, 2011 : 53)
c. Ovarium
Uterus tumbuh membesar primer atau sekunder akibat
pertumbuhan isi kontrasepsi intrauterine. Taksiran kasar
pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus uterus sebagai
berikut :
a. Tidak hamil/normal : Sebesar telur ayam (± 30 g)
b. Kehamilan 8 minggu : Telur babek
c. Kehamilan 12 minggu : Telur angsa
d. Kehamilan 16 minggu : Pertengahan simfisis –pusat
e. Kehamilan 30 minggu : Pinggir bawah pusat
f. Kehamilan 24 minggu : Pinggir atas pusat
g. Kehamilan 28 minggu : Sepertiga pusat
h. Kehamilan 32 minggu : Pertengahan pusat-xyphoid
i. 36-42 minggu : 3 Jari sampai 1 jari dibawah
Xyphoid.
Gambar 1.1
b. Leopold II
Mengetahui bagian-bagian kecil yang berada pada samping kanan
dan kiri uterus.
Gambar 1.2
c. Leopold III
1. Mengetahui bagian tubuh janin yang berada padabagian bawah
uterus sudah atau belum masuk ke Pintu Atas Panggul.
2. Menentukan bagian tubuh kecil janin yang berada pada bagian
bawah uterus.
Gambar 1.3
d. Leopold IV
1. Memastikan apakah bagian terbawah janin sudah benar-benar
masuk ke Pintu Atas Panggul atau belum.
2. Menentukan seberapa banyak bagian terbawah janin sudah
masuk Pintu Atas Panggul.
Gambar 1.4
2.2.7 Partograf
a. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik. Patograph
adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
(blogspot.co.id/2016)
Adalah alat bantu untuk mebantu untuk mengobservasi
kemajuan kala I persalinan dan memberikan informasi untuk
membuat keputusan klinik .(Jenny, 2013 : 121).
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, patograf akan
membantu penolong persalinan untuk :
1. Mencatat kemajuan persalinan
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3. Mencatat asuhan yang diberikanselama persalinan dan
kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penyulit persalinan
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
b. Tujuan
1. Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
3. Mencatat kondisi ibu dan janin
4. Untuk membuat keputusan klinik
c. Catatan Kondisi Ibu
1. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk
pemantauan DJJ setiap 30 menit).
2. Nadi setiap 30 menit.
3. Dilatasi serviks setiap 4 jam.
4. Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam.
5. Tekanan darah dan temperatur suhu tubuh setiap 4 jam
6. Produksi urine, atau adanya aseton/ protein urin setiap 2 – 4
jam.
d. Data Dalam Partograf
1. Informasi tentang ibu dan riwayat tentang kehamilan/
persalinan
2. Kondisi janin
3. Kemajuan persalinan
4. Kam dan waktu
5. Kontraksi uterus
6. Obat – obatan dan cairan yang di berikan.
7. Kondisi ibu.
8. Asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik.
e. Catatan Tentang Air Ketuban
1. U: ketuban utuh
2. J: selaput ketuban sudah pecah, cairannya sudah jernih.
3. M: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
meconium.
4. D: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
darah.
5. K: selaput ketuban sudah pecah, cairannya tidak ada (kering)
f. Molase
Adalah penyusupan antara tulang kronium, dalam patograph
ditandai dengan:
1. 0 : tulang kepala janin terpisah
2. 1 : hanya bersentuhan.
3. 2 : saling tumpang tindih, dapat dipisah
4. 3 : saling tumpang tindih, tidak dapat dipisah
g. Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4
jam),atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit,nilai dan catat
turunnya bagian terbawah atau turunnya bagian terbawah
persentasi janin.pada persalinan normal ,kemajuan pembukaan
servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin .namun kadang kala, turunnya bagian terbawah
atau presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan servik sebesar
7 cm.penurunan kepala janin di ukur secara pasti palpasi bimanual.
Penurunan kepala janin di ukur seberapa jauh dari tepi
simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori denganb simbol 5/5
sampai 0/5.simbol 5/5 menyatakan bahwa bagian kepala janin
belum memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan simbol 0/5
menyatakan bahwa kepala janin sudah tidak bisa lagi di palpasi
diatas simpisis pubis.kata-kata turunnya kepala dan garis terputus
dari 0-5,tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan servik
.beri tanda O pada garis waktu yang sesuai.sebagai contoh,jika
kepala bisa dipalpasi 4/5,tuliskan tanda O dinomber 4.hubungkan
tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis terputus.
h. Parameter Partograf
Parameter Frekwensi fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam
Suhu Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 Menit
DJJ Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 3 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam*
2.2.8 Langkah-Langkah Asuhan Persalinan Normal
II. Mengenali tanda gejala kala dua
1. Memeriksa tanda berikut :
a. Adanya keinginan untuk meneran.
b. Adanya tekanan yang semakin meningkat pada rektum/
vaginanya.
c. Perineum menonjol dan menipis.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
III. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan kelengkapan alat, bahan dan obat-obat esensial:
a. Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/
DTT siap dalam wadahnya.
b. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer bayi
dalam kondisi baik dan bersih.
c. Patahkan ampul oksitosin 10 IU dan tempatkan spuit steril
sekali pakai didalam partus set.
d. Untuk resusitasi: siapkan tempat datar, rata, bersih, kering
dan hangat, 3 handuk/ kain bersih dan kering, alat
penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
diatas tubuh bayi.
e. Persiapan bila terjadi kegawat daruratan pada ibu: cairan
kristaloid (RL/ NacL), infus set.
3. Memakai APD seperti apron/ celemek plastik yang bersih,
sepatu boots, penutup kepala, masker dan kacamata.
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan, lalu cuci kedua
tangan dengan sabun dan air mengalir (6 langkah cuci tangan)
kemudian keringkan dengan handuk bersih.
5. Pakai sarung tangan DTT di salah satu tangan (tangan kanan)
untuk melakukan pemeriksaan dalam (untuk memeriksa
kemajuan persalinan).
6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi spuit
dengan oksitosin 10 IU, tutup spuit dan letakkan kembali spuit
kedalam partus set.
III. Memastikan pembukaan lengkap
7. Lakukan vulva hygiene menggunakan air DTT.
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila
selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala sudah
masuk panggul dan tali pusat tidak teraba.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepas sarung tangan
secara terbalik (rendam selama 10 menit), kemudian cuci
tangan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) di sela-sela kontraksi, untuk
memastikan DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit).
IV. Menyiapkan ibu dan meminta keluarga untuk membantu
proses persalinan
11. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah
lengkap dan keadaan janin baik.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran
a. Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu
dalam keadaan nyaman
b. Beri ibu minum yang cukup
13. Pimpin persalinan, saat ada dorongan yang kuat untuk
meneran:
a. Apabila tidak ada kemajuan dalam proses persalinan,
perbaiki cara meneran dan posisi meneran
b. Nilai DJJ di antara kontraksi
14. Anjurkan ibu miring kiri, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
V. Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi
15. Setelah vulva membuka dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu.
17. buka tutp patus set, dan periksa kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
VI. Membantu lahirnya kepala
19. Setelah kepala bayi tampak 5-6cm di depan vulva, tangan
kanan melindungi perineum menggunakan kain yang talah
dilipat 1/3 bagian, sementara tangan kiri menahan kepala bayi
agar terjadi defleksi maksimal dan membantu lahirnya kepala
(anjurkan ibu bernafas cepat dan dangkal).
20. Periksa adanya lilitan tali pusat:
a. Jika lilitan tali pusat masih longgar, selipkan tali pusat
lewat kepala bayi.
b. Jika tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu
gunting di antaranya (tetap lindungi leher bayi).
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
VII. Membantu lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala
secara biparietal (anjurkan ibu untuk meneran saat ada
kontraksi). Gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan lahir, lalu gerakkan ke arah atas distal untuk
melahirkan bahu belakang.
VIII. Membantu lahirnya bahu dan tungkai
23. Setelah bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala bayi, lengan dan siku
bawah, lalu tangan yang berada di atas menelusuri dan
memegang lengan dan siku atas.
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lakukan penelusuran
tangan, punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi (pegang bayi
dengan memasukkan jari telunjuk diantara kaki , jari-jari yang
lainnya memegang mata kaki).
IX. Penanganan bayi baru lahir
25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah 3 pertanyaan berikut
untuk menilai apakah ada asfiksia pada bayi:
a. Apakah kehamilan cukup bulan ?
b. Apaka bayi menangis atau bernapas/ tidak, megap-megap ?
c. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?
26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan asuhan bayi baru lahir
normal. keringkan bayi dan posisikan bayi diatas perut ibu.
27. Lakukan palpasi untuk memastikan bahwa janin tunggal.
X. Manajemen Aktif Kala III
28. Beritahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin untuk
membantu uterus berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
IU di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum melakukan penyuntikkan).
30. Klem tali pusat 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi, lalu dorong
isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua
dengan jarak 2cm distal dari lem pertama.
31. Potong tali pusat diantara kedua klem (sambil melindungi perut
bayi menggunakan tangan), lalu jepit tali pusat menggunakan
penjepit tali pusat. Lepas klem dan masukkan kedalam larutan
klorin 0,5%.
32. Letakan bayi diatas perut ibu, dengan posisi kepala di antara
payudara ibu dan posisinya lebih rendah dari puting payudara
ibu (usahakan skin to skin contact).
33. Jaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain
kering dan bersih, pakaikan topi pada bayi.
34. Pindahkan klem 5-10 cm didepan vulva.
35. Letakkan tangan kiri di atas tepi atas symphisis, kemudian
tangan kanan meregangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-
cranial secara hati-hati.
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-cranial, minta ibu
meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (dengan
tetap melakukan dorso-cranial). Jika tali pusat bertambah
panjang, pindahkan klem 5-10 cm di depan vulva dan lahirkan
placenta.
38. Saat placenta tampak di introitus vagina tangkap placenta
menggunakan kedua tangan, dan putar searah jarum jam
(hingga semua selaput ketuban lahir dengan lengkap).
39. Setelah placenta lahir, lakukan masasse uterus dengan
meletakkan tangan kiri di fundus (dengan gerakan melingkar)
hingga fundus teraba keras.
XI. Menilai perdarahan
40. Periksa kelengkapan placenta (baik pada sisi fetal maupun sisi
maternal) dan pastikan jumlah kotiledon dan selaputnyanya
lengkap dan utuh.
41. Periksa adanya laserasi pada jalan lahir dan perineum (jika
terdapat laserasi yang menyebabkan perdarahan aktif, lakukan
penjahitan).
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Mulai lakukan IMD dengan memberikan cukup waktu untu
melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada minimal 1 jam dan
tunda semua asuhan bayi baru lahir).
44. Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai, lakukan asuhan
bayi baru lahir normal (timbang, memberikan salep mata,
menyuntikkan vitamin K1).
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan antero lateralbayi.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervaginam.
47. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta
kapan harus memanggil bantuan medis.
48. Evaluasi jumlah kehilangan darah.
49. Periksa TD, nadi, dan kandung kemih ibu tiap 15 menit selama
1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua, kemudian memeriksa suhu ibu tiap 2 jam sekali
pascasalin.
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas normal (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,5ᴼC) dan tunda proses memandikan bayi baru lahir
(minimal 24 jam).
51. Rendam semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
53. Bersihkan badan ibu menggunakan sabun dan air DTT, dan
bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman (bantu ibu memberikan ASI, dan
menganjurkan keluarga untuk memberi minuman dan makanan
yang diinginkan ibu).
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan
rendam dalam keadaan terbalik selam 10 menit.
57. Cuci kedua tangan menggunakan sabun dan air mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk bersih.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.
1.1 Konsep Dasar Nifas
a. Involusi Uterus
b. Lochea
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
c. Endometrium
d. Serviks
a. Suhu
c. Tekanan darah
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya
memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga,
dan negara. Menurut (Tri Sunarsih, 2013)
1. Fase taking in
Merupakan periode ktergantungan yang berkelanjutan dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Fokus perhatian
pada dirinya sendiri, nafsu makan meningkat, cenderung pasif pada
lingkungannya.
2. Fase taking hold
Berlangsung antara hari ke 3 – 10 post partum. Ibu merasa
khawatir akan ketidak mampuannnya dalam merawat bayi serta
mudah tersinggung. Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem
pendukung terutama bagi ibu muda atau primipara karena pada
fase ini seiring dengan terjadinnya post partum blues. Pada fase ini
merupakan kesempatan yang baik untuk memberi penyuluhan.
3. Letting go
Berlangsung stelah 10 hari melahirkan. Fase ini merupakan fase
menerima tanggung jawab akan peran baru sebagai seorang ibu.
2. Lochea Sanguinolenta
Lochea Sanguinolenta yang merupakan lanjutan dari Rubra
atau Cruenta. Lochea jenis ini mempunyai warna kuning yang
terdiri dari darah dan lendir. Biasanya, akan terjadi selama hari ke
tiga hangga hari ke tujuh pasca prose persalinan.
3. Lochea Serosa
Lochea serosa yang merupakan lanjutan dari sanguilenta
yang berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, biasanya akan
terjadi selama hari ke 7-14 postpartum.
4. Lochea Alba
Lochea Alba terdiri dari cairan putih yang biasanya akan
keluar 2 minggu setelah pasca persalinan. Dengan keluarnya
Lochea Alba, menandakan bahwa masa nifas seorang wanita yang
sudah melahirkan akan segera berakhir.
5. Lochea Parulenta
Lochea Parulenta ditandai dengan keluarnya cairan seperti
nanah dan berbau busuk. Biasanya, hal ini terjadi karena adanya
infeksi sehingga bila mengalami Lochea Parulenta harus segera
memeriksakan diri ke dokter
B. Kebutuhan
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari
tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk
berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum
terlentang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan.
Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya :
memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
4. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis).
Menurut penelitian-penelitian yang saksama, early ambulation
tidak mempunyai pengaruh buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan
luka episiotomi atau luka perut, serta memperbesar
kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
c. Eliminasi
1. Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam
postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka
dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih penuh, tidak menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
d. Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan
terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untik tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2. Menganjurkan ibu bagaimana membersihakan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastika ibu mengerti untuk
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar
anus. Nasehati ibu untuk membersihkan daerah vulva setiap
kali selesai buang air kecil atau besar.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapt
digunaka ulang jika telah dicuci dengan baik dan di
keringkan dibawah matahari dan disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas)
untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan,
kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu.
Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil.
2. Jalanlahir(servik,vulvadanvagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan
mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan
penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis
tidak atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah
kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau
busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah).
3. Darah nifas atau lochea
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur
sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu
pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning
kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir
masa nifas.
4. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting
susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera
menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar).
Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu
jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body,
dan protein.
5. Sistemperkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil,
selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran
kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan.
Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan
khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat
menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
6. Sistempencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang
menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa
ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir
atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena
kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan.
7. Peredarandarah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta
hemoglobin (keping darah) akan berkurang, ini akan normal
kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung
akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
8. Penurunanberatbadan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya
yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan
persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh
untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
9. Suhubadan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan
setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi
panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi
atau tanda bahaya lain.
E. Perawatan Payudara
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada
payudara yaitu:
1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada Ibu
2. Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
3. Areola tidak akan bias terlihat dengan jelas
4. Bayi terlihat tenang dan senang
5. Ibu tidak akan merasakan nyeri pada putting susu
G. Rawat Gabung Pada Masa Nifas
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi
yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam
sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam
penuh seharinya
1. Lingkar kepala 33 – 35 cm
2. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/mnt,
kemudian menurun sampai 120-110 x/mnt.
3. Pernafasan pada menit pertama kira-kira 100 x/mnt, kemudian
menurun setelah tenang 40 x/mnt.
4. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan
cukup terbentuk dan diliputi verniks caseosa.
5. Rambut kepala biasanya telah sempurna.
6. Kuku agak panjang atau melewati jari-jari
7. Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
anak perempuan) testis sudah turun (Pada anak laki-laki).
8. Reflek hisap dan menelan baik
9. Reflek suara sudah baik, bila bayi dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan memeluk.
10. Reflek menggenggam sudah baik
11. Eliminasi baki urine dan meconium akan keluar 24 jam
pertama. Meconium berwarna hitam kecoklatan.
Penilaian :
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2. Nilai tertinggi adalah 10. Berikut
penilaian masing - masing dari bagian APGAR Score yaitu :
a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik
b. Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi
c. Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
2. Isap Lendir
3. Nilai Apgar
5. Ditimbang
8. Penyuntikan
B. Non Hormonal
1. Kontrasepsi AKDR (Intra Uterin Devices)
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
a. Mekanisme kerja
Sampai sekarang belum ada orang yang bagaimana
mekanisme kerja AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang
menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan
leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.
Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin
berbeda. Tembaga dalam kontrasepsi kecil yang dikeluarkan
ke dalam rongga uterus selain menimbulkan sreaksi radang
seperti pada AKDR biasa juga menghambat khasiat anhidrase
karbon dan fosfate alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon
juga menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi
sperma.
b. Daya guna
Daya guna teoretis dan daya guna pemakaian hampir
sama (1-5 kehamilan per 100 wanita per tahun). Kegagalan
lebih rendah pada AKDR yang mengeluarkan tembaga atau
hormon. Namun, angka ketidaklangsungan pemekaian tingi,
yaitu 20-40% tidak meneruskan pemakaian AKDR dalam
tahun pertama. Rata-rata AKDR tetap dipakai selama 24
bulan. Satu hal yang jelas pada AKDR ialah telah cocok
untuk beberapa tahun, angka ekspulsi dan pengangkatan oleh
karena nyeri atau perdarahan menjadi sangat rendah. Ekspulsi
lebih tinggi pada insersi 1-2 hari postpartum dan pada AKDR
yang dipasang oleh tenaga yang kurang terlatih.
c. Waktu pemasangan AKDR
Bidan harus merasa yakin bahwa klien tidak hamil dan
klien bebas dari infeksi vagina atau uterus saat akan
memasang AKDR. Beberapa dokter lebih menyukai
pemasangan AKDR selama klien mengalami periode
menstruasi. Melakukan pemasangan AKDR selama masih
menstruasi akan menghilangkan resiko pemasangan AKDR
ke dalam uterus yang dalam keadaan hamil, namun klien lebih
rentan terkena infeksi. Selain itu, bila ada waktu menunggu
terlalu lama atau jika klien tidak menyukai pemberi pelayanan
kesehatan melakukan pemeriksaan dan prosedur pelvik
selama masa menstruasi, klien tersebut tidak kembali lagi.
Pada kenyataannya, pemasangan AKDR dapat dilakukan pada
hari-hari selama siklus menstruasi. Namun bidan harus benar-
benar yankin tentang riwayat hubungan seksual dan
penggunaan kontrasepsi klien sebelum membuat keputusan
untuk memasang AKDR pada saat menstruasi atau beberapa
hari kemudian, angka kejadian AKDR terlepas spontan lebih
rendah bila AKDR tidak dipasang selama masa menstruasi.