Você está na página 1de 91

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kehamilan


2.1.1 Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah proses yang diawali dengan kotrasepsi


ataupun pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan
dengan vertilisasi, nidasi, implamentasi. (Elisabeth, 2015 : 145)
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung
didalam tubuh ibu, yang diawali dengan proses pembuahan, yaitu
pertemuan sperma dan sel telur didalam tuba fallopi, yang kemudian
tertanam didalam uterus, dan akan diakhiri dengan proses persalinan.
(Siti Fatonah, 2016 : 12 ).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3
triwulan pertama dimulai sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan
(Ratna, 2013).

2.1.2 Tanda-Tanda Kehamilan


Menurut Marjati (2011 : 69) untuk dapat menegakkan kehamilan
ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan
gejala kehamilan :
1. Tanda pasti (Positive sign)
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan
janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti
kehamilan yaitu :
a. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan 20
minggu.
b. Denyut jantung janin
Di dengar pada usia kehamilan 12 minggu dengan
menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dropler).
Dengan stethoscope laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia
kehamilan 18-20 minggu.
c. Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin ( kepala dan
bokong)
Serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba jelas
pada usia kehamilan lebih sempurna lagi menggunakan USG.
2. Tanda Dugaan Hamil
a. Amenorea (berhentinya menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya
pembentukan folikel de graff dan ovulasi sehingga menstruasi
tidak terjadi. Lama amenorea dapat diinformasikan dengan
memastikan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), dan
digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran
persalinan.
b. Mual (nausea) dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang
terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning
sickness.dalam bulan tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi
bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehan
yang disebut dengan hiperemisis gravidarum.
c. Ngidam (menginginkan makan tertentu)
Wanita hamil menginginkan makan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-
bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya
kehamilan.
d. Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf yang menimbulkan
pingsan.
e. Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama , akibat dari penurunan
kecepatan basal metabolism pada kehamilan yang akan
meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas
metabolisme hasil konsepsi .
f. Payudara tegang
Estrogen meningkat perkembangan system duktus pada
payudara, sedangkan progesterone menstimulasi perkembangan
system alveolar payudara. Bersama somatomamotropin,
hormone - hormon ini menimbulkan pembesaran payudara
menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan
pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta pengeluaran
kolostrum.
g. Sering miksi
Desakan kandung kemih kedepan menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh dan sering miksi . Frekuensi miksi
yang sering terjadi pada trimester pertama akibat desakan
uterus ke kandung kemih. Uterus membesar keluar dari rongga
panggul, pada akhir triwulan gejala biasa timbul karena janin
mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung
kemih.
h. Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus
(tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
i. Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu,
terjadi akibat pengaruh hormone kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit. Tempat-tempat terjadinya
pigmentasi sekitar pipi, sekitar leher, dinding perut, sekitar
payudara.
j. Epulis
Hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan
pertama.
k. Varises
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pelebaran
pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.
Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki, betis
serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang
setelah persalinan .
3. Tanda Kemungkinan (probability sign)
Tanda – tanda kemungkinan adalah fisiologis yang dapat diketahui
oleh pemeriksaan dengan melakukan pemeriksaan fisik pada
wanita hamil, tanda kemungkinan terdiri atas :
a. Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus, hal ini terjadi pada bulan
keempat kehamilan.
b. Tanda hegar
Adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus.
c. Tanda goodel
Adalah pelunakan serviks, pada wanita yang tidak hamil
serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil
melunak seperti bibir.
d. Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa
termasuk juga porsio dan serviks.
e. Tanda piscaseck
Merupakan pembesaran yang tidak simetris, terjadi karena
ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornus sehingga
daerah tersebut berkembang lebih dulu.
f. Kontraksi Braxton hick
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkat
actosin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik,
sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan
minggu, tetapi baru dapat diamati dari memeriksaan abdominal
pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat
frekuensinya. Lamanya dan kekuatannya sampai mendekati
persalinan.
g. Teraba ballottement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
h. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human
chorionicgonadotropin (HCG) yang di produksi oleh
sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormone ini dapat
mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat
dengan cepat pada hari ke 30-60 . Tingkat tertinggi pada hari
ke 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-
130.

2.1.3 Perubahan Anatomi Dan Fisiologis


2.1.3.1 Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Perubahan uterus merupakan anatomi yang paling nyata pada ibu
hamil, peningkatan konsentrasi hormone estrogen dan
progesterone pada awal kehamilan dan menyebabkan hipertropfi
myometrium, peningkatan vaskularisasi kongesti dan edema
jaringan dinding uterus dan hipertropi kelenjar serviks
menyebabkan berbagai perubahan yang dikenali dengan
tandahandwick, goodell, hegar. (Asrinah, 2010 : 50).

Tabel 1.1
TFU berdasarkan perubahan per tiga jari
Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uterus (TFU)
12 3 Jari diatas simfisis
16 Pertengahan pusat simfisis
20 3 Jari dibawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 Jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat – px
36 3 Jari dibawah px
40 Pertengahan pusat px

b. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus terdiri dari pars vaginalis ( berbatasan atau
menembus dinding dalam vagina), dan pars supravaginalis. Terdiri
dari 3 komponen utama : otot polos, jalinan jaringan ikat dan
elastin. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lender getah serviks
yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat musin dan larutan
berbagai garam, peptide dan air . (Dewie, 2011 : 53)
c. Ovarium
Uterus tumbuh membesar primer atau sekunder akibat
pertumbuhan isi kontrasepsi intrauterine. Taksiran kasar
pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus uterus sebagai
berikut :
a. Tidak hamil/normal : Sebesar telur ayam (± 30 g)
b. Kehamilan 8 minggu : Telur babek
c. Kehamilan 12 minggu : Telur angsa
d. Kehamilan 16 minggu : Pertengahan simfisis –pusat
e. Kehamilan 30 minggu : Pinggir bawah pusat
f. Kehamilan 24 minggu : Pinggir atas pusat
g. Kehamilan 28 minggu : Sepertiga pusat
h. Kehamilan 32 minggu : Pertengahan pusat-xyphoid
i. 36-42 minggu : 3 Jari sampai 1 jari dibawah
Xyphoid.

(Asrinah, 2010 : 56).


d. Vagina dan pueperium
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia jelas
pada kulit dan otot-otot diperinium dan vulva, sehingga pada
vagina terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda
Chadwick. (Sofian, 2011:78)

2.1.3.2 Perubahan Sistem Payudara


Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat
badan. Dapat teraba nodul-nodul akibat dari hipertropi kelenjar
alveoli, bayangan vena-vena lebih membiru, hiperpigmentasi pada
aerola, puting susu makin menonjol dan keluar colostrum.
(Sulistyawaty, 2013 : 65).

2.1.3.3 Perubahan Sistem Pernapasan


Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk dada
berubah. Diafragma menjadi lebih naik sampai 4 cm dan diameter
melintang dada menjadi 2 cm. Perubahan ini menyebabkan
perubahan sistem pernapasan yang tadinya pernapasa perut
menjadi pernapasan dada oleh karena itu diperlukan perubahan
letak diafragma selama kehamilan. (Elisabeth, 2015 : 60).

2.1.3.4 Perubahan Sistem Pencernaan


Menurut Asrinah (2010 : 66), oleh karena pengaruh estrogen dan
pengeluaran asam lambung meningkat akan menyebabkan :
a. Pengeluaran air liur bertambah (hipersalivasi)
b. Daerah lambung terasa panas
c. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari yang di
sebut morning sickness.
d. Muntah yang disebut emesis gravidarum
e. Muntah berlebihan sehingga dapat mengganggu kehidupan
sehari-hari disebut Hiperemisis gravidarum.

2.1.3.5 Perubahan Sistem Perkemihan


Kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar
pada bulan-bulan pertama kehamilan sehingga menimbulkan sering
berkemih. Jika kepala janin mulai timbul kepintu atas panggul,
kebutuhan itu akan timbul kembali.
Akan terjadi dilatasi pada ureter dimana disisi kanan akan semakin
membesar dibandingkan ureter kiri . Hal ini diperkirakan karena
ureter kiri dilindungi oleh kolon sigmoid dan adanya tekanan kuat
pada sisi kanan uterus sebagai konsistensi dari dekstrorotasi uterus.
(Manuaba,2012 : 50)

2.1.3.6 Perubahan Sistem Metabolik


Metabolisme tubuh wanita hamil mengalami perubahan yang
mendasar dimana kebutuhan nutrisi semakin tinggi untuk
pertumbuhan Janin dan persiapan memberikan ASI. Perubahan
metabolism pada kehamilan adalah sebagai berikut :
a. Metabolisme basal naik sebesar 15 sampai 20% dari semula
terutama pada trimester ke 4
b. Keseimbangan basa mengalami penurunan dari 155 mEq
perliterm menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodelusi
darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
c. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ
hamil dan persiapan dilatasi .
d. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak, protein.
e. Kebutuhan zat mineral ibu hamil.
f. Barat badan ibu hamil bertambah. (Manuaba, 2012 : 51).

2.1.3.7 Perubahan Berat Badan


Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan adalah
12,5 kg, 9 kg diperoleh pada usia kehamilan 20 minggu terakhir.
Berat badan yang optimal ini berkaitan dengan resiko komplikasi
terendah selama kehamilan dan persalinan serta Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). (Elisabeth, 2015 : 54).

2.1.3.8 Ukuran Panggul Luar


Ukuran Panggul Luar menurut Jenny, 2013 : 60 yaitu :
a. Distantia Spinarum (±24-26 cm)
b. Distantia cristarum (±28-30 cm)
c. Conjugate externa (±18 cm)
d. Lingkar panggul (>80 cm).

2.1.4 Tanda – Tanda Bahaya Kehamilan


Menurut Saryono (2010 : 78) ada 6 tanda bahaya kehamilan yaitu :
1. Pendarahan pervaginam
2. Sakit kepala yang hebat
3. Bengkak pada wajah, tangan dan kaki
4. Ketuban Pecah Sebelum Waktu (KPSW)
5. Demam tinggi disertai penglihatan kabur
6. Gerakan janin kurang atau tidak dirasakan.

2.1.5 Asuhan Antenatal


2.1.5.1 Pengertian Asuhan Antenatal Care
Asuhan Antenatal Care adalah suatu program yang terencana
berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil,
untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan
persalinan yang aman dan memuaskan. (mufdillah 2009 : 78).
(Elisabeth, 2015 : 78).

2.1.5.2 Tujuan Antenatal Care


Menurut Ratna Dewi (2012 : hal 1) yaitu :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

2.1.5.3 Kebijakan Program


Menurut Ratna Dewi (2012 : hal 2) yaitu :
a. Satu kali pada triwulan pertama
b. Satu kali dalam triwulan kedua
c. Dua kali dalam triwulan ketiga

2.1.5.4 Kunjungan Awal/Pertama ANC


1. Anamnesa
2. Indentitas
(nama, umur, pekerjaan agama dan alamat)
3. Keluhan utama
4. Riwayat kehamilan sekarang
5. Riwayat kebidanan yang laku
6. Riwayat kesehatan
7. Riwayat sosial dan ekonomi
2.1.5.5 Jadwal Kunjungan Ulang
Jadwal kunjungan ulang menurut Ratna Dewi, 2012 : 11 yaitu :
1. Kunjungan I pada usia kehamilan 16 minggu
2. Kunjungan II pada usia kehamilan 24-28 minggu
3. Kunjungan III pada usia kehamilan 32 minggu
4. Kunjungan IV pada usia kehamilan 36 minggu sampai lahir.

2.1.6 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


Tabel 2.1
Dibawah ini jadwal imunisasi menurut (Ratna Dewi, 2012 : 3) :
Antigen Interval Lama %
(selang waktu minimal) perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80 %
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95 %
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99 %
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun 99 %
/seumur hidup

2.1.7 Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil


Menurut Elisabeth (2015 : 143) yaitu :
a. Leopold I
1. Mengetahui tinggi fundus uterus untuk memperkirakan usia
kehamilan.
2. Menentukan bagian-bagian janin yang berada difundus.

Gambar 1.1
b. Leopold II
Mengetahui bagian-bagian kecil yang berada pada samping kanan
dan kiri uterus.

Gambar 1.2

c. Leopold III
1. Mengetahui bagian tubuh janin yang berada padabagian bawah
uterus sudah atau belum masuk ke Pintu Atas Panggul.
2. Menentukan bagian tubuh kecil janin yang berada pada bagian
bawah uterus.

Gambar 1.3
d. Leopold IV
1. Memastikan apakah bagian terbawah janin sudah benar-benar
masuk ke Pintu Atas Panggul atau belum.
2. Menentukan seberapa banyak bagian terbawah janin sudah
masuk Pintu Atas Panggul.
Gambar 1.4

2.1.8 Perubahan – Perubahan pada Ibu Hamil


Perubahan – perubahan ibu hamil menurut Elisabeth, 2015 : 77)
a. Trimester I
1. Ibu membenci kehamilan, merasa kecewa, penolakan,
kecemasan dan kesedihan.
2. Mencari tahu secara aktif apakah benar-benar hamil dengan
melihat perubahan pada tubuhnya dan memberitahu orang lain
apa yang dirahasiakannya.
3. Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita.
b. Trimester II
Pada masa ini ibu sudah mulai menerima kehamilannya dan sudah
dapat merasakan gerakan janinnya.
c. Trimester III
1. Sering buang air kecil
2. Susah bernapas, ini karena tekanan bayi yang berada dibawah
diafragma menekan paru-paru ibu.
3. Kontraksi uterus, kontraksi palsu berupa rasa sakit yang
ringan,tidak teratur dan sering hilang.
4. Meningkatnya cairan vagina
2.1.9 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Kebutuhan fisik pada ibu hamil sangat diperlukan, yaitu meliputi
oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian, eliminasi. (Elisabeth 2015
: 93).
a. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia
termasuk ibu hamil.baerbagai gangguan pernapasan bisa terjadi
saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen pada ibu ynag akan berpengaruh pada bayi yang
dikandungnya.
b. Nutrisi
Gizi pada ibu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per hari,
ibu hamil harusnya mengkonsumsi yang mengandung protein, zat
besi, dan minum cukup cairan (menu simbang).
c. Personal Hygiene
Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan
oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena
badan yang kotor mengandung banyak kuman.
d. Pakaian
Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju hendaknya yang
longgar dan mudah dipakai serta bahan yang mudah menyerap
keringat.
e. Eliminasi
Trimester I : Frekuensi BAK meningkat karena kandung kemih
tertekan karena pembesaran uterus, BAB normal konsistensi lunak.
Trimester II : Frekuensi BAK normal kembali karena uterus
telah keluar dari rongga panggul.
Trimester III : Frekuensi BAK meningkat karena penurunan
kepala ke PAP (Pintu Atas Panggul), BAB sering obstipasi
(sembelit) karena hormon progesteron meningkat.

2.2 Konsep Dasar Persalinan


2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam.
(Elisabeth, 2016 : 3)

2.2.2 Tanda-Tanda Persalinan


A. Tanda-Tanda Persalinan Sudah Dekat
Menurut jenny, 2013 : 3) tanda-tanda persalinan yaitu :
1. Terjadinya His Persalinan
a. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
b. Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan
makin besar.
c. Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
2. Keluarnya lendir bercampur darah
a. Pendataran dan pembukaan serviks
b. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
c. Terjadinya pendarahan karena kapile pembuluh darah
pecah
3. Keluarnya air-air (ketuban)
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban.
Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan
lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan persalinan
berlangsung kurang dari 24 jam.
4. Adanya Pembukaan serviks

2.2.3. Tanda Terjadi Persalinan


1. Teori penurunan progesteron
Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira 1-2
minggu sebelum persalinan dimulai.
2. Teori kereganan
Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput
ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan
saluran serviks.
3. Teori oksitosin interna
Penurunan kadar progesteron karena usia kehamilan yang sudah
tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat.

2.2.3 Klasifikasi atau Jenis Persalinan


Menurut Arsinah, (2010) ada 2 klasifikasi persalinan yaitu :
1. Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan
a. Persalinan norma
Adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
(LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Persalinan buatan
Adalah proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar.
c. Persalinan anjuran
Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
diperlukan tambahan dari luar dengan jalan rangsangan.

2.2.4 Tahapan Persalinan


Menurut Jenny, 2013 : 5 tahapan persalinan ada 4 yaitu :
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai dari kontraksi sampai
pembukaan lengkap (10 cm) proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu :
a. Fase Laten :berlangung selama 8 jam, serviks membuka
sampai 3 cm.
b. Fase Aktif :berlangsung selama 7 jam, serviks membuk
4 cm sampai 10 cm.
c. Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Fase akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
Menjadi 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4cm sampai 9
cm
3. Fase deserasi : Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap .
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai pengeluaran janin.
Tanda dan gejala kala II yaitu :
a. Adanya keinginan untuk meneran.
b. Adanya tekanan yang semakin meningkat pada rektum/ vagina
c. Perineum menonjol dan menipis.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
3. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yaitu berlangsung tidak lebih dari 30 menit . Tanda – tanda
pelepasan plasenta yaitu :
a. Uterus menjadi bundar
b. Tali pusat memanjang
c. Terjadi semburan darah tiba-tiba
4. Kala IV (Kala Pengawasan/observasi/pemulihan)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan
observasi karena pendarahan postpartum paling sering terjadi pada
2 jam pertama.
7 pokok penting yang harus diperiksa ulang yaitu :
a. Kontraksi rahim
b. Perdarahan
c. Kandung kemih
d. Luka jahitan
e. Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap
f. Keadaan umum ibu dan TTV
g. Bayi dalam keadaan baik

2.2.5 Tujuan Asuhan Persalinan


Menurut Elisabeth, 2016 : 15 tujuan asuhan persalinan adalah untuk
memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan bayi .

2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan


Menurut Jenny,2013 : 4 terbagi menjadi 4 yaitu :
1. Penumpang (Passenger)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta hal yang
perlu diperhatikan mengenai janin adalah kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin. Sedangkan yang perlu diperhatikan
dari plasenta adalah letak, besar dan luasnya.
2. Jalan lahir (Passage)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir lunak dan jalan lahir
keras. Hal yang harus diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah
segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar
panggul, vagina, dan introitus vagina. Sedangkan jalan lahir keras
adalah ukuran dan bentuk tulang panggul.
3. Kekuatan ibu (Power)
a. Kekuatan Primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan
dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.
b. Kekuatan Sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu
berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga
menimbulkan tekanan intraabdomen.
4. Posisi ibu ( Positioning)
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk
menghilangkan rasa letih, memberikan rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi.
5. Respons psikologi (Psychology Respons)
Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :
a. Dukungan ayah bayi/pasangan selama persalinan.
b. Dukungan kakek/nenek (saudara dekat) selama persalinan.
c. Saudara kandung bayi selama persalinan.

2.2.7 Partograf
a. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik. Patograph
adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
(blogspot.co.id/2016)
Adalah alat bantu untuk mebantu untuk mengobservasi
kemajuan kala I persalinan dan memberikan informasi untuk
membuat keputusan klinik .(Jenny, 2013 : 121).
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, patograf akan
membantu penolong persalinan untuk :
1. Mencatat kemajuan persalinan
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3. Mencatat asuhan yang diberikanselama persalinan dan
kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penyulit persalinan
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
b. Tujuan
1. Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
3. Mencatat kondisi ibu dan janin
4. Untuk membuat keputusan klinik
c. Catatan Kondisi Ibu
1. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk
pemantauan DJJ setiap 30 menit).
2. Nadi setiap 30 menit.
3. Dilatasi serviks setiap 4 jam.
4. Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam.
5. Tekanan darah dan temperatur suhu tubuh setiap 4 jam
6. Produksi urine, atau adanya aseton/ protein urin setiap 2 – 4
jam.
d. Data Dalam Partograf
1. Informasi tentang ibu dan riwayat tentang kehamilan/
persalinan
2. Kondisi janin
3. Kemajuan persalinan
4. Kam dan waktu
5. Kontraksi uterus
6. Obat – obatan dan cairan yang di berikan.
7. Kondisi ibu.
8. Asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik.
e. Catatan Tentang Air Ketuban
1. U: ketuban utuh
2. J: selaput ketuban sudah pecah, cairannya sudah jernih.
3. M: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
meconium.
4. D: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
darah.
5. K: selaput ketuban sudah pecah, cairannya tidak ada (kering)
f. Molase
Adalah penyusupan antara tulang kronium, dalam patograph
ditandai dengan:
1. 0 : tulang kepala janin terpisah
2. 1 : hanya bersentuhan.
3. 2 : saling tumpang tindih, dapat dipisah
4. 3 : saling tumpang tindih, tidak dapat dipisah
g. Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4
jam),atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit,nilai dan catat
turunnya bagian terbawah atau turunnya bagian terbawah
persentasi janin.pada persalinan normal ,kemajuan pembukaan
servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin .namun kadang kala, turunnya bagian terbawah
atau presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan servik sebesar
7 cm.penurunan kepala janin di ukur secara pasti palpasi bimanual.
Penurunan kepala janin di ukur seberapa jauh dari tepi
simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori denganb simbol 5/5
sampai 0/5.simbol 5/5 menyatakan bahwa bagian kepala janin
belum memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan simbol 0/5
menyatakan bahwa kepala janin sudah tidak bisa lagi di palpasi
diatas simpisis pubis.kata-kata turunnya kepala dan garis terputus
dari 0-5,tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan servik
.beri tanda O pada garis waktu yang sesuai.sebagai contoh,jika
kepala bisa dipalpasi 4/5,tuliskan tanda O dinomber 4.hubungkan
tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis terputus.
h. Parameter Partograf
Parameter Frekwensi fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam
Suhu Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 Menit
DJJ Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 3 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam*
2.2.8 Langkah-Langkah Asuhan Persalinan Normal
II. Mengenali tanda gejala kala dua
1. Memeriksa tanda berikut :
a. Adanya keinginan untuk meneran.
b. Adanya tekanan yang semakin meningkat pada rektum/
vaginanya.
c. Perineum menonjol dan menipis.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
III. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan kelengkapan alat, bahan dan obat-obat esensial:
a. Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/
DTT siap dalam wadahnya.
b. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer bayi
dalam kondisi baik dan bersih.
c. Patahkan ampul oksitosin 10 IU dan tempatkan spuit steril
sekali pakai didalam partus set.
d. Untuk resusitasi: siapkan tempat datar, rata, bersih, kering
dan hangat, 3 handuk/ kain bersih dan kering, alat
penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
diatas tubuh bayi.
e. Persiapan bila terjadi kegawat daruratan pada ibu: cairan
kristaloid (RL/ NacL), infus set.
3. Memakai APD seperti apron/ celemek plastik yang bersih,
sepatu boots, penutup kepala, masker dan kacamata.
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan, lalu cuci kedua
tangan dengan sabun dan air mengalir (6 langkah cuci tangan)
kemudian keringkan dengan handuk bersih.
5. Pakai sarung tangan DTT di salah satu tangan (tangan kanan)
untuk melakukan pemeriksaan dalam (untuk memeriksa
kemajuan persalinan).
6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi spuit
dengan oksitosin 10 IU, tutup spuit dan letakkan kembali spuit
kedalam partus set.
III. Memastikan pembukaan lengkap
7. Lakukan vulva hygiene menggunakan air DTT.
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila
selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala sudah
masuk panggul dan tali pusat tidak teraba.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepas sarung tangan
secara terbalik (rendam selama 10 menit), kemudian cuci
tangan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) di sela-sela kontraksi, untuk
memastikan DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit).
IV. Menyiapkan ibu dan meminta keluarga untuk membantu
proses persalinan
11. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah
lengkap dan keadaan janin baik.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran
a. Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu
dalam keadaan nyaman
b. Beri ibu minum yang cukup
13. Pimpin persalinan, saat ada dorongan yang kuat untuk
meneran:
a. Apabila tidak ada kemajuan dalam proses persalinan,
perbaiki cara meneran dan posisi meneran
b. Nilai DJJ di antara kontraksi
14. Anjurkan ibu miring kiri, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
V. Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi
15. Setelah vulva membuka dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu.
17. buka tutp patus set, dan periksa kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
VI. Membantu lahirnya kepala
19. Setelah kepala bayi tampak 5-6cm di depan vulva, tangan
kanan melindungi perineum menggunakan kain yang talah
dilipat 1/3 bagian, sementara tangan kiri menahan kepala bayi
agar terjadi defleksi maksimal dan membantu lahirnya kepala
(anjurkan ibu bernafas cepat dan dangkal).
20. Periksa adanya lilitan tali pusat:
a. Jika lilitan tali pusat masih longgar, selipkan tali pusat
lewat kepala bayi.
b. Jika tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu
gunting di antaranya (tetap lindungi leher bayi).
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
VII. Membantu lahirnya bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala
secara biparietal (anjurkan ibu untuk meneran saat ada
kontraksi). Gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan lahir, lalu gerakkan ke arah atas distal untuk
melahirkan bahu belakang.
VIII. Membantu lahirnya bahu dan tungkai
23. Setelah bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala bayi, lengan dan siku
bawah, lalu tangan yang berada di atas menelusuri dan
memegang lengan dan siku atas.
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lakukan penelusuran
tangan, punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi (pegang bayi
dengan memasukkan jari telunjuk diantara kaki , jari-jari yang
lainnya memegang mata kaki).
IX. Penanganan bayi baru lahir
25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah 3 pertanyaan berikut
untuk menilai apakah ada asfiksia pada bayi:
a. Apakah kehamilan cukup bulan ?
b. Apaka bayi menangis atau bernapas/ tidak, megap-megap ?
c. Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?
26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan asuhan bayi baru lahir
normal. keringkan bayi dan posisikan bayi diatas perut ibu.
27. Lakukan palpasi untuk memastikan bahwa janin tunggal.
X. Manajemen Aktif Kala III
28. Beritahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin untuk
membantu uterus berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
IU di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum melakukan penyuntikkan).
30. Klem tali pusat 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi, lalu dorong
isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua
dengan jarak 2cm distal dari lem pertama.
31. Potong tali pusat diantara kedua klem (sambil melindungi perut
bayi menggunakan tangan), lalu jepit tali pusat menggunakan
penjepit tali pusat. Lepas klem dan masukkan kedalam larutan
klorin 0,5%.
32. Letakan bayi diatas perut ibu, dengan posisi kepala di antara
payudara ibu dan posisinya lebih rendah dari puting payudara
ibu (usahakan skin to skin contact).
33. Jaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain
kering dan bersih, pakaikan topi pada bayi.
34. Pindahkan klem 5-10 cm didepan vulva.
35. Letakkan tangan kiri di atas tepi atas symphisis, kemudian
tangan kanan meregangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-
cranial secara hati-hati.
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-cranial, minta ibu
meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (dengan
tetap melakukan dorso-cranial). Jika tali pusat bertambah
panjang, pindahkan klem 5-10 cm di depan vulva dan lahirkan
placenta.
38. Saat placenta tampak di introitus vagina tangkap placenta
menggunakan kedua tangan, dan putar searah jarum jam
(hingga semua selaput ketuban lahir dengan lengkap).
39. Setelah placenta lahir, lakukan masasse uterus dengan
meletakkan tangan kiri di fundus (dengan gerakan melingkar)
hingga fundus teraba keras.
XI. Menilai perdarahan
40. Periksa kelengkapan placenta (baik pada sisi fetal maupun sisi
maternal) dan pastikan jumlah kotiledon dan selaputnyanya
lengkap dan utuh.
41. Periksa adanya laserasi pada jalan lahir dan perineum (jika
terdapat laserasi yang menyebabkan perdarahan aktif, lakukan
penjahitan).
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Mulai lakukan IMD dengan memberikan cukup waktu untu
melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada minimal 1 jam dan
tunda semua asuhan bayi baru lahir).
44. Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai, lakukan asuhan
bayi baru lahir normal (timbang, memberikan salep mata,
menyuntikkan vitamin K1).
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan antero lateralbayi.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervaginam.
47. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta
kapan harus memanggil bantuan medis.
48. Evaluasi jumlah kehilangan darah.
49. Periksa TD, nadi, dan kandung kemih ibu tiap 15 menit selama
1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua, kemudian memeriksa suhu ibu tiap 2 jam sekali
pascasalin.
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas normal (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,5ᴼC) dan tunda proses memandikan bayi baru lahir
(minimal 24 jam).
51. Rendam semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
53. Bersihkan badan ibu menggunakan sabun dan air DTT, dan
bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman (bantu ibu memberikan ASI, dan
menganjurkan keluarga untuk memberi minuman dan makanan
yang diinginkan ibu).
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan
rendam dalam keadaan terbalik selam 10 menit.
57. Cuci kedua tangan menggunakan sabun dan air mengalir,
kemudian keringkan dengan handuk bersih.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.
1.1 Konsep Dasar Nifas

2.3.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir


ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Tri Sunarsih, 2013)

2.3.2 Perubahan-Perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum.

Menurut sumber : (by arantikameidya on September 13, 2013)

2.6 Tabel Perubahan Uterus

2.3.3 Program Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjugan masa nifas dilakukan untuk


menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, men-
deteksi, dan menangani masalah – masalah yang terjadi
(wordpress.com/2013).
A. Jadwal Kunjungan Pada Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit


empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Jadwal kunjungan masa nifas menurut (Elisabeth 2015 Hal 130):


1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan:
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
jika perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena antonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi
hipotermi.
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untu 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
2. Kunjungan II (6 hari – 14 hari setelah persalinan)
Tujuan:
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, fundus dibawah umbilikus, tidak
ada kontraksi ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
3. Kunjungan III (2 minggu – 6 minggu setelah persalinan)
Tujuan : sama dengan kunjungan II yaitu:
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, fundus dibawah umbilikus, tidak
ada kontraksi ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi
tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan.
Tujuan:
a. menanyakan pada ibu, penyulit yang ia atau bayi alami.
b. Memberikan konseling KB secara dini.
2.3.4 Perubahan Sistem Reproduksi

a. Involusi Uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses


dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat
sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2010).

b. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea


mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis/anyir
seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau
tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai
perubahan karena proses involusi.

Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:

1. Lochea Rubra/Merah (Kruenta)


2. Lochea Sanguinolenta (merak kecoklatan)
3. Lochea Serosa (kuning)
4. Lochea Alba/Putih

c. Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,


degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari
mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada
bekas implantasi plasenta.

d. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.


Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh
darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama
dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.

b. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang


sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen
pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke
4 (Ambarwati, 2010).

2.3.5 Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.


Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, haemorrhoid, laserasi jalan lahir. Supaya
buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan
yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila
usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong
dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat
laksan yang lain (Ambarwati, 2010).
2.3.6 Perubahan tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah


sebagai berikut:

a. Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C.


Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 0C dari keadaan
normal, namun tidak akan melebihi 38 0C. Sesudah dua jam
pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.
Bila suhu lebih dari 38 0C, mungkin terjadi infeksi pada klien
(Saleha, 2009)

b. Nadi dan pernapasan

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah


partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan
suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau
ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya
denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan
pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian
kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009).

c. Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi


postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak
terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½
bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009.
2.3.7 Manfaat Pemberian Asi

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya
memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga,
dan negara. Menurut (Tri Sunarsih, 2013)

Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :

1. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain : lemak,


karbohidrat, protein, garam, mineral, serta vitamin. ASI
memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan
pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam
tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua.

2. ASI mengandung zat protektif.

Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI,


maka bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara
lain sebagai berikut :

a. Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat


dan asam asetat, yang membantu memberikan keasaman pada
pencernaan sehingga menghambat mikroorganisme).
b. Laktoferin, mengubah zat besi sehingga menghambat
pertumbuhan kuman.
c. Lisozim, merupakan enzim yang mencegah dinding bakteri dan
anti-inflamasi bekerja sama dengan peroksida dan askorbat
untuk menyerang E, coli dan Salmonella serta menghancurkan
dinding sel bakteri, terdapat dalam ASI dalam konsentrasi
5.000 kali lebih banyak dari susu sapi.
d. Komplemen C3 dan C4. Membuat daya opsenik.
e. Imuglobulin (IgC, IgM, IgA, IgD,IgE). Melindungi tubuh dari
infeksi dari semua yang paling penting adalah IgA, zat ii
melindungi permukaan mukosa terhadap serangan masuknya
bakteri patogen serta virus, zat ini memungkinkan masuknya
kuman-kuman E,coli, salmonella, shihela, steptococus,
stappylococus, pnemonococus, poliovirus, dan ratavirus.
f. Faktor-faktor antialergi. Mukosa usus bayi mudah ditembus
oleh protein sebelum bayi berumur 6-9 bulan, sedangkan
protein dalam susu sapi bisa bekerja sebagai alergen.

3. Mempunyai efek pisikologis yang menguntungkan bagi ibu dan


bayi. Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul
rasa aman dan nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk
menimbulkan rasa percaya.
4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi lenih
baik. Bayi yang mendapatkan ASI akan memilih tumbuh kembang
yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi dan
kecerdasan otak baik.

2.3.8 Fase Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Menurut.(miauwe.blogspot.co.id/2013/09) Adaptasi psikologis


masa nifas merupakan suatu proses adptasi dari seorang ibu post
partum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitive dalam sgala hal,
terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinnya. Perubahan
psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini,
ibu nifas menjadi sangat sensitive. Peran bidan sangat penting dalam
hal memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta
pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada pada ibu nifas agar
tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis. Dorongan serta
prhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi
ibu. Dalam mnjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase- fase sebagai berikut :

1. Fase taking in
Merupakan periode ktergantungan yang berkelanjutan dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Fokus perhatian
pada dirinya sendiri, nafsu makan meningkat, cenderung pasif pada
lingkungannya.
2. Fase taking hold
Berlangsung antara hari ke 3 – 10 post partum. Ibu merasa
khawatir akan ketidak mampuannnya dalam merawat bayi serta
mudah tersinggung. Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem
pendukung terutama bagi ibu muda atau primipara karena pada
fase ini seiring dengan terjadinnya post partum blues. Pada fase ini
merupakan kesempatan yang baik untuk memberi penyuluhan.
3. Letting go
Berlangsung stelah 10 hari melahirkan. Fase ini merupakan fase
menerima tanggung jawab akan peran baru sebagai seorang ibu.

2.3.9 Perubahan Fisik Masa Nifas

Menurut (blogspot.co.id/2012/01) Beberapa perubahan masa


nifas antara lain :
1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan
meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi
perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada
perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum
hamil.
2. Jalan lahir (servik,vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan
mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan
penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis
tidak atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah
kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau
busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah).
4. Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar
bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir,
setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi
berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan
bening di akhir masa nifas.
5. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar
puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera
menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar).
Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu
jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body,
dan protein
6. Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air
kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan
saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses
melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang
rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu
penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi
perdarahan.
7. Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang
menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa
ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir
atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena
kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan.
8. Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta
hemoglobin (keping darah) akan berkurang, ini akan normal
kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung
akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
9. Penurunan berat badan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat
badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan
perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai
usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
10. Suhu badan
Setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12
jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas
tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau
tanda bahaya lain.
11. Perubahan emosi
Emosi yang berubah-ubah (mudah sedih, khawatir, tiba-tiba
bahagia) disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya
perubahan hormon, keletihan ibu, kurangnya perhatian keluarga,
kurangnya pengetahuan akan cara merawat bayi serta konflik
dalam rumah tangga. Perubahan ini memiliki berbagai bentuk dan
variasi dan akan berangsur-angsur normal sampai pada pekan ke
12 setelah melahirkan.

2.3.10 Perubahan Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri


dan vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tga jenis,
yaitu: loche rubra, lochea sanguilenta, lochea serosa dan lochea
alba, dan lochea Parulenta.
1. Lochea Rubra atau Cruenta

Lochea jenis ini terdiri atas darah segar sisa-sisa selaput


ketuban, vernix, sel-sel desidua, lanugo, meconium dan caseose.
Biasanya, Lochea Rubra atau Cruenta akan terjadi selama 2 hari
pasca proses persalinan.

2. Lochea Sanguinolenta
Lochea Sanguinolenta yang merupakan lanjutan dari Rubra
atau Cruenta. Lochea jenis ini mempunyai warna kuning yang
terdiri dari darah dan lendir. Biasanya, akan terjadi selama hari ke
tiga hangga hari ke tujuh pasca prose persalinan.

3. Lochea Serosa
Lochea serosa yang merupakan lanjutan dari sanguilenta
yang berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, biasanya akan
terjadi selama hari ke 7-14 postpartum.

4. Lochea Alba
Lochea Alba terdiri dari cairan putih yang biasanya akan
keluar 2 minggu setelah pasca persalinan. Dengan keluarnya
Lochea Alba, menandakan bahwa masa nifas seorang wanita yang
sudah melahirkan akan segera berakhir.

5. Lochea Parulenta
Lochea Parulenta ditandai dengan keluarnya cairan seperti
nanah dan berbau busuk. Biasanya, hal ini terjadi karena adanya
infeksi sehingga bila mengalami Lochea Parulenta harus segera
memeriksakan diri ke dokter

2.3.11 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut (Tri Sunarsih, 2013) terdapat beberapa tujuan asuhan


dalam masa nifas
a. Mendeteksi Adanya Perdarahan Masa Nifas. Tujuannya untuk
menghindari atau mendeteksi adanya kemungkinan perdarahan
postpartum dan infeksi pada masa nifas
b. Menjaga Kesehatan Ibu Dan Bayinya. Ibu dianjurkan untuk
menjaga kebersihan seluruh tubuh dan bayinya, membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air, bersihkan daerah vulva
terlebih dahulu, dari depan kebelakang dan baru membersihkan
daerah anus, dan mencuci tangan dengan bersih.
c. Memberikan Pendidikan Kesehatan Dini. Memberikan
pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan
bayi sehat.
d. Memberikan Pendidikan Mengenai Laktasi Dan Perawatan
Payudara.

1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering


2. Menggunakan bra yang menyokong payudara
3. Apabila putig susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang
keluar pada sekitar puting susu
4. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi
bendungan ASI.

2.3.12 Tahapan Masa Nifas

Beberapa tahapan masa nifas menurut ( Tri Sunarsih, 2013)


adalah sebagai berikut :

a. Puerperium dini : Yaitu pemulihan dimana ibu diperbolehkan


berdoro dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya
wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediate : Yaitu suatu kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Peurperium remote : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi.

2.3.13 Peran Dan Taggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas.

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena


merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Peran bidan
antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa


nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
keterangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan
adminitrasi.
5. Mendeteksi komlikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk iu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta menjaga kebersihan.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga
melaksanakanya untuk mempercepat proses pemulihan, serta
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara profesional
1.1.14 Kebutuhan Dasar Masa Nifas

B. Kebutuhan

a. Nutrisi dan Cairan


Pada masa nifas masalah diet perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi
susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi
tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung
cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan
gizi sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari
tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk
berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum
terlentang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan.
Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya :
memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
4. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis).
Menurut penelitian-penelitian yang saksama, early ambulation
tidak mempunyai pengaruh buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan
luka episiotomi atau luka perut, serta memperbesar
kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.

c. Eliminasi
1. Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam
postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka
dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih penuh, tidak menunggu 8 jam untuk kateterisasi.

d. Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan
terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untik tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2. Menganjurkan ibu bagaimana membersihakan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastika ibu mengerti untuk
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar
anus. Nasehati ibu untuk membersihkan daerah vulva setiap
kali selesai buang air kecil atau besar.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain dapt
digunaka ulang jika telah dicuci dengan baik dan di
keringkan dibawah matahari dan disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

e. Istirahat dan Tidur


Hal-hal yang biasa dilakukan pada ibu untuk memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur adalah berikut :
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan.
2. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur.
3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
:
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusi uterus dan mamperbanyak
perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri
f. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakuakan oleh ibu masa
nifas harus memenuhi syarat berikut ini:
1. Secara fisik aman untuk memelai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40
hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini
bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

g. Latihan dan senam nifas


Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh
organ tubuh wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat
kandungan. Sebagai akibat kehamilan di dinding perut menjadi
lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat
keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu,mereka
akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan
keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk
mengembaliokan betuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti
semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas untuk itu
beri penjelasan pada ibu tentang beberapa hal berikut ini:
1. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar
kembali normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa
lebih kuat dan ini juga menjadikan otot perutnya menjadi
kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung:
2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari
sangat membantu.
a. Dengan tidur terlentang dan lengan disamping, tarik otot
perut selagi menarik napas, tahan napasa dalam, angkat
dagu kedada, tahan mulai hitungan satu sampai lima.
Rileks dan ulangi sebanyak sepuluh kali
b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar
panggul bukanlah latiham keagel
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot
bokong dan pinggul, tahan sampai lima hitungan.
d. Relaksasi otot dan ulangi latihan sabanyak lima kali.
e. Mulai mengerjakan lima kali latihan untuk setiap
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali
lebih banyak. Pada minggu keenam setelah persalinan ibu
harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Nifas Dan Menyusui

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pada ibu nifas


dan menyusui,antara lain

1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas)
untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan,
kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu.
Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil.

2. Jalanlahir(servik,vulvadanvagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan
mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan
penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis
tidak atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah
kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau
busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah).
3. Darah nifas atau lochea
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur
sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu
pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning
kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir
masa nifas.
4. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting
susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera
menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar).
Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu
jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body,
dan protein.
5. Sistemperkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil,
selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran
kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan.
Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan
khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat
menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan.

6. Sistempencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang
menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa
ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir
atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena
kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan.
7. Peredarandarah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta
hemoglobin (keping darah) akan berkurang, ini akan normal
kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung
akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
8. Penurunanberatbadan
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya
yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan
persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh
untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
9. Suhubadan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan
setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi
panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi
atau tanda bahaya lain.

D. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI

1. Tidurkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan


selama beberapa jam pertama.
Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan
disamping bagi pemberIbun ASI. Bayi yang normal berada dalam
keadaan bangun dan sadar dalam beberapa jam pertama sesudah
lahir. KemudIbun mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas.
Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu masih
terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi
pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk
pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan
membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan
menyelimuti mereka. Jika mungkin lakukan ini paling sedikit 30
menit, karena saat itulah kebanyakan bayi sIbup menyusu.
2. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul.
Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu
bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam
mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu dan infeksi
pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangannya dengan
sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum
menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangannya sesudah
buang air kecil atau air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor.
Ibu juga harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu
kali sehari. Ibu tidak boleh mengoleskan krim, minyak, alkohol,
atau sabun pada putting susunya.
3. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama
(rawat gabung/rooming in).
Dengan demikian Ibu dapat dengan mudah menyusui
bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa byinya lapar. Bila Ibu terpisah tempatnya dari
bayi, maka Ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda
tersebut.
4. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam
atau 10-12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI,
katakana pada Ibu untuk memberikan ASInya pada bayi setidaknya
setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama sesudah lahir,
beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan
ASI pada bayi setiap/sesudah 4 jam, yang paling baik adalah
membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah
lahir, sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.
5. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi saki dan
menurunkan persediaan ASI Ibunya karena ibu memproduksi ASI
tergantung pada seberapa banyak ASInya dihisap oleh bayi. Bila
minuman lain atau air diberikan, bayi tidak akan merasa lapar,
sehingga ia tidak akan menghisap.
6. Hindari susu botol dan “dot empeng”.
Susu botol atau kempengan membuat bayi bingung dan
dapat membuatnya menolak pentil ibunya atau tidak menghisap
dengan baik. Mekanisme menghisap botol atau kempengan
berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada payudara
ibu. Ini akan membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu botol atau
kempengan, ia akan lebih susah belajar menghisap ASI ibunya.

E. Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat


payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk
memperlancarkan pengeluaran ASI.
1. Tujuan
a. Memelihara kebersihan payudara
b. Melenturkan dan menguatkan putting susu
c. Memperlancar produksi ASI
Dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari
2. Waktu Pelaksana
Dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari
3. Syarat-Syarat Untuk Mendapatkan Hasil Yang Diharapkan
a Dilakukan secara teratur dan sistematis
b Makanan dan minuman ibu yang seimbang sesuai dengan
kesehatan ibu
c BH (Bra) yang dipakai ibu selalu bersih dan menyokong
payudara
d Alat-Alat Yang Digunakan
1. Minyak kelapa ( Baby oil )
2. Handuk bersih dua buah
3. Baskom dua buah
4. Satu di isi air hangat
5. Satunya berisi air dingin
6. Kapas / Kassa
7. Bengkok
8. Waslap dua buah

F. Bantu Ibu Waktu Pertama Kali Menyusui

Bantu ibu pada waktu pertama kali menyusui


Segera susui bayi maksimal setengah jam pertama setelah
melahirkan. Hal ini sangat penting apakah bayi akan mendapat cukup
ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormone pembuat ASI, antara
lain hormone prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun
setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, isapan
bayi akan membe rikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan
hormon oksitosin. Hormone oksitosin bekerja merangsang otot polos
untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang
berisi ASI yang dikeluarkan melalui putting susu.

Posisi menyusui yang benar


a. Berbaring miringa
b. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak sehinga epitel
yang lepas tidak menumpuk
c. Posisi menyusui sambil duduk
d. Posisi setengah duduk
e. Berbaring terlentang
f. Perlekatan yang benar dengan areola masuk seluruhnya pada mulut
bayi

Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.


a. Berbaring miring, ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI
yang pertama kali atau bila Ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
b. Duduk, penting untuk memberikan topangan/sandaran pada
punggung Ibu dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila
di atas tempat tidur atau di lantai, atau duduk di kursi.

Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada
payudara yaitu:
1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada Ibu
2. Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
3. Areola tidak akan bias terlihat dengan jelas
4. Bayi terlihat tenang dan senang
5. Ibu tidak akan merasakan nyeri pada putting susu
G. Rawat Gabung Pada Masa Nifas

Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak


bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan
sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya.

Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi
yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam
sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam
penuh seharinya

H. Latihan dan senam pada masa nifas

Setelah anda melalui pasca kelahiran akan mengalami banyak


perubahan baik fisik maupun psikis.Salah satu perubahan tersebut
adalah bertambahnya berat badan dan perut menjadi kelihatan
buncit.Tentu hal ini akan membuat anda tidak percaya diri karena
tubuh anda tidak bagus seperti sebelum anda hamil.Untuk mengatasi
hal tersebut lakukanlah gerakan ringan atau senam nifas.Apa itu senam
nifas ? Senam nifas adalah latihan gerakan yang dilakukan setelah
melahirkan yang bertujuan dapat memberikan kenyamanan pada otot-
otot tubuh anda.
Senam nifas merupakan gerakan senam yang ringan tapi sangat
menakjubkan hasilnya.Beberapa gerakan sederhana yang membuat
tubuh anda cepat pulih setelah proses persalinan.Agar latihan anda bisa
optimal paling tidak anda harus mengetahui aturan mainnya ya
bunda.Paling tidak bunda harus memperhatikan jenis persalinan yang
bunda jalani.Apakah bunda menjalani persalinan normal atau dengan
jalan operasi caesar.Perhatikan dibawah ini :

1. Posisi berbaring dan lutut ditekuk kemudian tempatkan kedua


tangan diatas perut.Tarik nafas dalam dan lembut melalui hidung
kemudian keluarkan mulut.Kencangkan dinding dinding abdomen
untuk membantu mengosongkan area paru-paru.
2. Posisi berbaring terlentang kedua tangan diatas kepala lurus
telapak tangan terbuka keatas.Kendurkan lengan kiri sedikit dan
regangkan lengan kanan.Pada waktu bersamaan rilekskan kaki kiri
dan regangkan kaki kanan.
3. Berbaring terlentang kedua kaki sedikit diregangkan,tarik dasar
panggul posisi tangan disamping dilantai.Tahan selama 2 atau 3
detik kemudian rileks.
4. Posisi berbaring lutut ditekuk posisi tangan menyentuh paha
kemudian kencangkan otot perut sampai tulang punggung
mendatar dan kencangkan otot bokong tahan selama beberapa detik
setelah itu rileks.
5. Posisi terlentang kedua lutut ditekuk lengandijulurkan dilutut
diikuti dengan mengangkat kepala dan bahu kira-kira 45
derajad,tahan 3 detik danrileksdenganperlahan.
6. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar
kedalam dan dari dalam keluar.Lakukan gerakan ini selama krang
lebih satu menit.
7. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ketas dan kebawah
seperti gerakan menggergaji.Lakukanlah kurang lebih setengah
menit.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

2.4. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal

Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari


kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000
gram. (sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta)

1. Lingkar kepala 33 – 35 cm
2. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/mnt,
kemudian menurun sampai 120-110 x/mnt.
3. Pernafasan pada menit pertama kira-kira 100 x/mnt, kemudian
menurun setelah tenang 40 x/mnt.
4. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan
cukup terbentuk dan diliputi verniks caseosa.
5. Rambut kepala biasanya telah sempurna.
6. Kuku agak panjang atau melewati jari-jari
7. Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
anak perempuan) testis sudah turun (Pada anak laki-laki).
8. Reflek hisap dan menelan baik
9. Reflek suara sudah baik, bila bayi dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan memeluk.
10. Reflek menggenggam sudah baik
11. Eliminasi baki urine dan meconium akan keluar 24 jam
pertama. Meconium berwarna hitam kecoklatan.

2.4.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal

1. Berat badan bayi normal antara 2500 – 4000 gr.


2. Tinggi badan bayi normal antara 48-52 cm.
3. Lingkar kepala bayi 33 – 35 cm.
4. Lingkar dada bayi 30 – 38 cm.
5. Detak jantung 120 – 140x/menit.
6. Frekuensi pernafasan 40 – 60x/menit.
7. Rambut lanugo (bulu badan yang halus) sudah tidak terlihat,
sebaliknya rambut kepala sudah muncul.
8. Warna kulit badan agak kemerah-merahan dan licin.
9. Memiliki kuku yang agak panjang dan lemas.
10. Reflek menghisap dan menelan sudah baik ketika diberikan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
11. Reflek gerak memeluk saat dikagetkan sudah baik.
12. Reflek tangan menggenggam sudah baik.
13. Buang air besar (BAB) pertama atau biasa disebut mekonium
akan keluar dalam waktu 24 jam setelah lahir. Ini akan menjadi
indikasi apakah pencernaan bayi normal atau tidak. BAB anak
bayi baru lahir yang normal akan berwarna hitam kehijau-
hijauan dan lengket seperti aspal.
14. Pada anak laki-laki testis sudah turun, sementara pada anak
perempuan labia mayora (bibir yang menutupi kemaluan)
sudah menutupi/melindungi labia minora.

Tabel AFGAR SCORE


TANDA 0 1 2
Appearance Biru, pucat Badan pucat, Semuanya merah
tungkai biru muda
Pulse Tidak teraba < 100 >100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas / lumpuh Gerakan sedikit / Aktif fleksi
Fleksi tungkai tungkai baik /
reaksi melawan
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Baik, menangis
teratur kuat

Penilaian :
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2. Nilai tertinggi adalah 10. Berikut
penilaian masing - masing dari bagian APGAR Score yaitu :
a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik
b. Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi
c. Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi

2.4.4 Asuhan Neonatus Dirumah

Jadwal Kunjungan Bidan Kerumah bayi


Kunjungan neonatal dilakukan untuk memantau kesehatan bayi sehingga
bila terjadi masalah dapat segera diidentifikasi seperti bayi mengalami
kesulitan untuk menyusui, tidak BAB dalam 48 jam, likterus yang
timbul pada hari pertama, kemudian tali pusat merah atau bengkak/
keluar cairan dari tali pusat, bayi demam lebih 37,5 C sehingga keadaan
ini harus segera dilakukan rujukan.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui bila terdapat kelainan
pada bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan. Resiko terbesar
kematian. Bayu Baru Lahir terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
minggu pertama dan dua bulan pertama kehidupannya.
Sehingga bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan neonatal sekaligus memastikan bahwa
bayi dalam keadaan sehat pada saat bayi pulang atau bidan
meninggalkan bayi jlka persalinan di rumah.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan
komprehensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda, yang meliputi :
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksl bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah.
b. Perawatan tali pusat.
c. Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir
d. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberlkan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir di rumah dangan menggunakan Buku KIA
e. Penanganan dan rujukan kasus.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:

a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-


48 jam setelah bayi lahir.
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari
ke-3 sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari
ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.
2.4.5 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal

1. Menilai Apgar Score BBL


Managemen segera setelah lahir yaitu membersihkan lendir
dan benda-benda lain dari mulut, hidung dan tenggorokan bayi
dengan alat penghisap, bayi akan segera bernafas sendiri. Tali
pusat dijepit pada dua tempat dan dipotong diantaranya. Bayi
kemudian dikeringkan dan dibaringkan diatas selimut hangat yang
steril atau di atas perut ibunya.
Kondisl bayi secara keseluruhan di nilai pada menit
partarna dan 5 menit setelah kelahiran dengan menggunakan
Apgar. Skor Apgar adalah penilaian bayi baru lahir yang
didasarkan pada :
a. Warna kulit bayi (merah muda atau biru)
b. Denyut jantung
c. Pernafasan
d. Respon bayi
e. Ketegangan otot (lemah atau aktif).
2. Pemeriksaan Fisik
Lakukan perneriksain fisik secara menyeluruh dalam 12
jam pertama setelah bayi lahir. Pemeriksaan dimulai dengan
serangkaian pengukuran seperti :
a. Menimbang berat badan, rata-rata bayi baru lahir beratnya
adalah 3.5 kg.
b. Mengukur panjang badan, rata-rata panjang bayi baru lahir
adalah 50 cm.
c. Mengukur lingkar kepala.
Selanjutnya menilai kulit, kepala dan wajah, jantung dan
paru-paru, sistem saraf, perut dan alat kelamin bayi. Kulit
biasanya kemerahan, walaupun jari-jari tangan dan jari-jari kaki
nampak agak kebiruan karena sirkulasi darah yang kurang baik
dalam jam-jam pertama kehidupan bayi baru lahir.
Perlksa adanya kelainan pada saraf-saraf dan menguji
refleks bayi. Refleks penting pada bayi baru lahir adalah refleks
Moro, refleks mencucur dan refleks menghisap :
a. Refleks Moro : bila bayi baru lahir dikejutkan, tangan dan
kakinya akan terentang ke depan tubuhnya seperti mencari
pegangan, dengan jari-jari terbuka.
b. Refleks Mencucur : bila salah satu sudut mulut bayi disentuh,
bayi akan memalingkan kepalanya ke sisi tersebut. Refleks
ini membantu bayi baru lahir untuk menemukan putting.
c. Refleks Manghisap : bila suatu benda diletakkan dalam mulut
bayi, maka bayi akan segara menghisapnya.
Pemeriksaan alat kelamin pada anak laki-laki salah satunya
untuk memastikan bahwa kedua buah pelirnya lengkap dalam
kantong buah zakar. Meskipun jarang dan tidak menimbulkan rasa
nyeri pada bayi baru lahir, buah pelir bisa terpelintir (torsio testis),
yang perlu diatasi dengan tindakan pembedehan darurat pada bayi
perempuan, bibir vaginanya mononjol. Pemeriksaan Awal :

2.4.6 Neonatus Beresiko Tinggi

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari.


Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena
memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat
hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian
bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai
perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka
terjadilah awal proses fisiologik.
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan
dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang
disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang
kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang
spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab
kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat
buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya
perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu
melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. BBLR
2. asfiksia neonatorum
3. sindrom, gangguan pernafasan
4. ikterus
5. perdarahan tali pusat
6. kejang
7. hypotermi
8. hypertermi
9. hypoglikemi
2. 10 tetanus neonatorum

2.4.7 Penanganan Dan Perilaku Bayi Baru Lahir Normal

1. Membersihkan jalan nafas


2. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Bila bayi
baru lahir segera menangis spontan atau segera menangis, hindari
melakukan penghisapan secara rutin pada jalan nafasnya karena
penghisapan pada jalan nafas yang tidak dilakukan secara hati-hati
dapat menyebabkan perlukaan pada jalan nafas hingga terjadi
infeksi, serta dapat merangsang terjadinya gangguan denyut
jantung dan spasme (gerakan involuter dan tidak terkendali pada
otot, gerakan tersebut diluar kontrol otak). Pada laring dan
tenggorokan bayi.
3. Bayi normal akan segera menangis segera setelah lahir. Apabila
tidak langsung menangis maka lakukan:
a. Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan
hangat.
b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar agar bayi segera
menangis.
4. Memotong dan merawat tali pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka tali
pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka tanpa
dibubuhi apapun.
5. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan tubuh
bayi dengan handuk atau kain bersih kemudian selimuti tubuh bayi
dengan selimut atau kain yang hangat, kering, dan bersih. Tutupi
bagian kepala bayi dengan topi dan anjurkan ibu untuk memeluk
dan menyusui bayinya serta jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir karena bayi baru lahir mudah
kehilangan panas tubuhnya.
6. Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25-0,5 %. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3
hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K perenteral
dengan dosis 0,5-1 mg IM.
7. Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.
Pemberian obat tetes mata Eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual). (Saifuddin, A.B 2009) Tetes mata /
salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam
pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada
mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama
kehidupannya.
8. Teknik pemberian profilaksis mata :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
b. Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan,
yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat
menguntungkan bayi
c. Berikan salep / teki mata dalam satu garis lurus, mulai dari
bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke
bagian luar mata.
d. Jangan biarkan ujung mulut tabung / salep atau tabung penetes
menyentuh mata bayi.
e. Jangan menghapus salep / tetes mata bayi dan minta agar
keluarganya tidak menghapus obat tersebut.
9. Identifikasi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang
persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat
pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir
dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi.
Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
dan tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah
lepas. Pada alat identifikasi harus tercantum: nama (bayi, nyonya),
tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
Di setiap tempat tidur harus di beri tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir dan nomor identifikasi.
Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di
catatan yang tidak mudah hilang. Sidik telapak kaki bayi harus
dibuat oleh personil yang berpengalaman menerapkan car ini, dan
dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik jari harus disimpan
dalam ruangan bersuhu kamar. Ukurlah berat lahir, panjang bayi,
lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
10. Mulai Pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan
mencoba untuk menyusukan bayinya segera setlah tali pusat
diklem dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk
menyusukan bayinya.
Keuntungan peberian ASI:
a. Merangsang produksi air susu ibu
b. Memperkuat reflek menghisab bayi
c. Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya
d. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui
kolostrum
e. Merangsang kontraksi uterus.

Posisi untuk menyusui :


a. Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara lurus agar muka
bayi menghadapi ke payudara ibu dengan hidung di depan
puting susu ibu.
b. Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang
seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.
c. Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk
menghisap puting susu.
d. Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada
puting susu di payudaranya.
1. Dagu menyentuh payudara ibu.
2. Mulut terbuka lebar.
3. Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
4. Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
5. Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-
kadang berhenti

2.4.8 Penanganan Bayi Baru lahir

1. Diletakkan Di Meja Resusitasi

Selama di kandungan, bayi berada dalam lingkungan yang


suhunya berkisar 36-37 derajat Celcius. Karena itulah, langkah
pertama adalah segera menempatkannya di meja khusus, yaitu
meja resusitasi yang bersuhu sekitar 36 derajat Celcius.

2. Isap Lendir

Setelah diletakkan, lendir yang ada di rongga hidung dan


mulut segera diisap dan tubuhnya dikeringkan. Dalam keadaan
normal, yaitu ketuban jernih dan bayi menangis dengan baik,
dilakukan pengisapan secukupnya karena sisa lendir (jika masih
ada), akan diresorpsi sendiri oleh tubuh.

3. Nilai Apgar

Bersamaan dengan proses pengisapan, dilakukan


juga tes Apgar. Penilaian dilakukan berdasar keadaan frekuensi
denyut jantung, pernapasan, warna kulit, refleks, dan tonus otot.
“Nilai Apgar diambil pada menit pertama dan menit kelima setelah
tali pusat dipotong.” Pada menit pertama, nilai Apgar berfungsi
untuk menentukan perlu-tidaknya tindakan resusitasi yang lebih
aktif, sedangkan pada menit kelima untuk menilai bagaimana
prediksi masalah yang akan ada selanjutnya.

Bila interpretasi nilainya antara 7-10, masuk


kategori normal, 4-6 dianggap medium atau sedang, dan di bawah
4, masuk kategori berat. Jika keadaannya baik, bayi dibersihkan
wajahnya lalu ditunjukkan sebentar pada sang ibu dan kemudian
dibawa lagi untuk perawatan selanjutnya.

4. Dimandikan Dan Dibersihkan

Bayi dibersihkan dengan air hangat dan kadang makan


waktu cukup lama. Adakalanya lapisan lemak pada kulit bayi baru
lahir cukup tebal, sehingga lebih sulit dibersihkan dan lama. Dulu
ada pendapat lapisan lemak ini tak perlu seluruhnya dibersihkan
karena dapat berfungsi sebagai penghangat dan pelindung kuman.
Namun teori ini sekarang tak dipakai lagi.

5. Ditimbang

Tahap selanjutnya, berat badan bayi ditimbang dan harus


dilakukan kurang dari setengah jam setelah kelahiran. Ini untuk
mencegah pengukuran yang tidak tepat karenatelah terjadi
penguapan cairan pada tubuh bayi.

Berbeda dengan pengukuran BB lahir yang harus dilakukan


segera, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala justru tak
mutlak perlu dilakukan pada saat itu juga. Khususnya untuk
pengukuran lingkar kepala. Sebab, bayi yang dilahirkan spontan,
kepalanya “mengecil” saat melewati jalan lahir.

Sebaliknya, jika lahir dengan bantuan vakum, biasanya


kepalanya mengalami penonjolan sementara di lokasi pemasangan
vakum. Jadi, untuk mendapatkan ukuran lingkar kepala yang lebih
tepat, kadang perlu ditunggu setelah 24 jam.

6. Diberi Salep Mata

Salep mata berisi antibiotik cukup penting diberikan untuk


menghindari terinfeksi dari jalan lahir. Dulu yang digunakan zat
perak nitrat. Tapi karena konsentrasinya makin hari makin tinggi
dan jadi berbahaya, saat ini tak dipakai lagi. Meski tujuan
utamanya mencegah infeksi dari jalan lahir, pada persalinan lewat
operasi, tetap diberi.

7. Pemeriksaan Saluran Cerna

Dokter akan memeriksa ada-tidaknya anus. Bisanya dengan


cara memasukkan ujung termometer yang tumpul ke dalam anus.
Ini penting agar bila ada gangguan/kelainan pada anusnya, dapat
segera ditangani.

8. Penyuntikan

Suntikan di pahanya, berisi vitamin K untuk mencegah


kemungkinan terjadi perdarahan otak. Semakin prematur si bayi,
semakin besar risiko terjadi perdarahan otak. Nah, dengan
pemberian vitamin K1 ini, diharapkan risiko mengecil.

9. Pemotongan Tali Pusat

Selanjutnya, tali pusat dipotong lebih pendek lagi, sekitar 5


cm dari pangkalnya. Namun ada kalanya tali pusat dibiarkan lebih
panjang. Terutama bila bayi memiliki risiko tinggi. Gunanya untuk
memudahkan jika diperlukan pemasangan infus melalui tali pusat.
Ujung tali pusat diikat tali atau dijepit dengan jepitan khusus agar
darah tak mengalir keluar. Bila ikatanatau jepitan tak kuat, akan
terjadi perdarahan dari tali pusat tersebut yang bisa berakibat fatal
pada bayi. Bagi orang dewasa, mungkin kehilangan 30 cc darah,
tak akan berarti apa-apa. Tak demikian pada bayi yang badannya
masih kecil.

Langkah berikut, tali pusat dibersihkan dengan alkohol atau


cairan antiseptik. Tak perlu khawatir si kecil merasa sakit kala tali
pusatnya dijepit kuat. Ia tak akan merasakan apa pun karena dalam
tali pusat tak ada persarafannya. Kecuali bila tali pusat tersebut
ditarik-tarik, sehingga pangkalnya di dinding perut akan terasa
sakit.

2.4.9 Bounding Attachment


A. Pengertian
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment
(membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah
peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara
orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari
suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat
saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan
saling membutuhkan.

2.5 Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana (KB)


2.5.1 Pengertian Program KB
Keluarga adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan agar dapat mencapai hal tersebut, maka
dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah atau
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi
atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma
laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi),
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang didalam rahim. Kontrasepsi dapat
bersifat reversibel (kembali) atau permanen (tetap). Kontasepsi
yang revensibel adalah metode komplikasi yang dapat dihentikan
setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan
atau kemampuan untuk kembali memiliki anak. Metode
kontasepsi permanen atau yang kita sebutsterilisasi adalah
metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan
karena melibatkan tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan
cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), contohnya
kondomyang menghalang sperma : metode hormonal seperti
konsumsi pil : dan metode kontraasepsi alami yang tidak
menggunakan alat-alat bantu maupun hormonal, namun
berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk
mencegah fertilisasi (pembuahan).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah
efektivitas, keamanan, frekuensipemakaian, efek samping, serta
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara
teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi
juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur
budaya mengenai kontrasepsi tersebut, faktor lainnya adalah
frekuensi melakukan hubungan seksual.
2.5.2 Tujuan Program KB
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan
misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi
yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk
mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia
yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
2.5.3 Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung
dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin
dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran
tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan
tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
1. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi
1,14% per tahun
2. Menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan
3. Menurunkan PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat
kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%
4. Meningkatkan peserta KB menjadi 4,5 %
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional,
efektif, dan efisien
6. Meningkatkan rata-rata usia perkawinan pertama perempuan
menjadi 21 tahun
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak
8. Meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga
sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan Progran KB Nasional.
2.5.4 Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB meliputi :
a) Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun
manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut :
a. Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka
waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat
terpelihara terutama kesehatan organ reproduksinya.
b. Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan
oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan
beristirahat yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut
memang diinginkan.
b) Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
berikut.
1. Memperbaiki kesehatan fisik
2. Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya.
c) Seluruh kelurga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan
serta kasih sayang orangtuanya.

Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut :


1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengelolaan SDM apapun

2.5.5 Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan


KB
Dalam hal ini pelayanan kontrasepsi, diambil kebijaksanaan
sebagai berikut :
1. Perluasan jangkauan pelayanan kontrasepsi dengan cara
menyediakan sarana yang bermutu dalam jangka yang mencukupi
dan merata.
2. Pembinaan mutu pelayanan kontrasepsi dan pengayoman medis.
3. Pelembagaan pelayanan kontrasepsi mandiri oleh masyarakat.
Dalam hal strategi pelayanan kontrasepsi dibantu pokok-pokok
sebagai berikut :
1. Menggunakan pola pelayanan kontrasepsi rasional sebagai pola
pelayanan kontrasepsi kepada masyarakat, berdasarkan kurun
reproduksi sehat
2. Pada usia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan dengan
menggunakan pil KB, AKDR, kontrasepsi suntik, kondom, atau
intravagina. Pada usia 20-30 tahun dianjurkan untuk menjarangkan
kehamilan. Cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah AKDR,
implan, kontrasepsi suntik, pil mini, pil KB, kondom, atau
intravagina. Sesudah usia 30 tahun atau pada fase mengakhiri
kesuburan, dianjurkan memakai kontrasepsi mantap, AKDR,
implan, kontrasepsi suntik pil KB, kondom, atau intravagina.
3. Menyediakan sarana dan alat kontrasepsi yang bermutu dalam
jumlah yang cukup dan merata.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kontraasepsi
5. Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kontrasepsi maupun dalam mengelola pelayanan
kontrasepsi.
Untuk mencapai sukses yang diharapkan, maka ditempuh strategi
tiga dimensi, yaitu sebagai berikut :
1. Perluasan jangkauan
Semua jajaran pembangunan diajak berperan serta dalam ikut
menangani program KB dan mengajak semua PUS yang potensial
untuk menjadi akseptor KB. Istri pegawai negeri, ABRI, dan
pemimpin masyarakat diajak menjadi peloporyang dapat
diandalkan agar masyarakat mengikuti dengan senang hati dan
penuh kebanggaan.
2. Pembinaan
Organisasi yang sudah mulai ikut serta menangani program diajak
berperan serta mendalami lebih terperinci tentang apa yang terjadi,
dan diberikan kepercayaan, untuk ikut menangani program KB
dalam lingkungannya sendiri, menjadi petugas sukarela, dan mulau
dikenalkan mengenai program-program pos KB, posyandu,
pembinaan anak-anak, dan sebagainya.
3. Pelembagaan dan Pembudayaan
Tahapan awal KB Mandiri yaitu masyarakat akan mencapai suatu
tingkat kesadaran dimana melaksanakan KB bukan hanya karena
ajakan melainkan atas kesadaran dan keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan “panca karya”
yang mempertajam sasaran dan memperjelas target, yaitu pasangan
usia muda dengan paritas rendah, PUS dengan jumlah anak yang
cukup, dan generasi muda. Dengan penajangan pendekatan yang
bersifat kemasyarakatan daan wilayah tersebut, maka program KB
tidak lagi menunggu sasarannya, tetapi lebih bersikap aktif.
Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran
Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan
KB dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya
akan meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga-
keluarga kecil berkualitas. Sasaran utama kinerja program KB adalah
sebagai berikut :
1. Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang ingin melaksanakan
KB namun pelayanan KB tidak terlayani ( unmet need) menjadi
sekitar 6,5 %
2. Meningkatkan partisipasi laki-laki dalam melaksanakan KB
menjadi sekitar 8%
3. Menurunnya akngka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4 per
perempuan.
Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari
kehamilan kehamilan ketika mereka tidak ingin hamil,
merencanakan kehamilan ketika mereka melakukan dan
mendorong kesehatan mereka sendiri, sehingga dalam prosesnya
akan menghasilkan kesehatan yang signifikan, serta manfaat
ekonomi dan sosial bagi individu perempuan itu sendiri, keluarga,
komunitas, dan keseluruhan masyarakat.

2.5.6 Pelayanan Kontrasepsi Dengan Metode Sederhana


2.5.6.1 METODE SEDERHANA TANPA ALAT
A. TANPA ALAT
1. Metode Pantang Berkala
Metode pantang berkala dapat diambil suatu rangkuman,
a Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan seksual pada masa
subur
b Patokan masa subur sbb:
1. Ovulasi terjadi 14 hari sebelum haid yanga akan dating
2. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah
ejakulasi
3. Ovum dapt hidup selama 24 jam setelah ovulasi
4. Koitus dihindari 72 jam, yaitu 48 jam sebelum ovulasidan 24
jam setelah ovulasi
5. Lalu tentukan masa aman
2. Metode Suhu Basal
cara lain untuk menentukan masa aman adalah dengan suhu basal
tubuh. Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang
lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih
tinggi daripada suhu sebelum ovulasi.
a Suhu basal dicatat dengan teliti setiap hari
b Suhu basal diukur waktu pagi segera bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas
Suhu basal tubuh dapat meningkat dalam beberapa kondisi seperti
infeksi, ketegangan, dan waktu tidur yanga tidak teratur
Oleh karna itu dianjurkan tidak meakukan hubungan seksual
sampai suhu tubuh tetap tinggi 3 hari( pagi) berturut-turut
1. Efek samping
2. Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan frustasi. Hal
ini dapat diatasi dengan pemakaian kondomatau tablet vagina
saat hubungan seksual
3. Daya guna.
Guna pemakaian ialah 20-30 kehamilan per 100 wanita per
tahun, daya guna dapat ditingkatkan dengan menggunakan pola
cara rintangan, misalnya kondom atau obat spermisida
disamping pantang berkala.
3. Metode Lendir Serviks
Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap
perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi yang
menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas
maksimal dalam masa subur.
Perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi merupakan
pengaruh estrogen. pola yang tidak subur dapat dideteksi baik pada
fase pra ovulasi maupun pasca ovulasi siklus menstruasi.
Pada saat seorang wanita merasakan sensasi pada vulva dan
keberadaaan lendir sepanjang hari ketika ia beraktivitas, catat hasil
pengamatan, selama pengamatan pertama tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
Kemudian ia harus bisa membedakan lendir serviks, dengean
cairan semen pelumas seksual yang normal, dan rabas vagina.
Perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi adalah sbb :
a. Beberaoa hari setelah menstruasi wanita memiliki pola keringa
pada vulva yang tidak berubah, wanita memperlihatkan adanya
rabastapi biasanya karakteristik rabas biasanya sama dengan hari
pertama . pola tsb disebut pola infertil dasar. Jumlah hari beragam ,
lebih lama pada siklus yang memanjang dan lebih cepat pada siklus
yang pendek. Fase ini disebut masa tidak subur/infertil.
b. Fase pra ovulasi. Wanita perlu memperhatikan perubahan
polainfertil dasarpada sensasi yang terjadi di vulva atau dari
penampilan lendir.karna perubahn itu menunjukkan dimulainya
masa subur dalam suatu siklus. Perubahan dari sensasi basah
menjadi licin dapat terlihat pada vulva, jumlah lendir akan
meningkat sehingga menjadi jernih dan mudah diregangkan,
dengan konstitensi putih telur. Hari terakhir sensasi lendir vulva
disebut hari puncak, keadaan ini merupakan fase subur yang
maksimal, terjadi perubahan sensasi dari kering menjadi
lengket.tiga hari setelah puncak masih merupakanhari-hari subur
karna ovulasi terjadi selam 48 jamm pada haripuncak dan ovum
dapat bertahan hidup sampai 24 jam.
c. Hari-hari tidak subur pasca ovulasi dimulai pada hari ke-4 setelah
masa puncak dan berlanjut sampai menstruasi . menstruasi dapat
terjadi 11-16 hari setelah hari puncak .
4. Metode Simptotermal
Masa subur dapat ditentukan dengan mengamati suhutubuh dan
lendir serviks.
a. Setelah darah haid berhenti,hubungan seksual dapt dilakukan pada
malam hari pada hari kering dengan berselang sehari salama masa
tak subur. Ini adalahaturan selang hari kering ( aturan awal), atau
sama dengan lendir serviks.
b. Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya
lendir,ini adalah aturan awal. Aturan yang sama dengan metode
lendir serviks, yaitu berpantang melakukan hubungan seksual
sampai masa subur berakhir.
c. Pantang melakukan hubungan seksual sampai hari puncak dan
aturan perubahan suhu telah terjadi.
d. Bila aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang sama sebagai hari
akhir masasubur, selalu ikuti aturan yang paling konservatif, yaitu
aturan yang mengidentifikasi masa subur yang paling panjang.
5. Koitus Interuptus
1. Cara Kerja
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
2. Indikasi
a. Pria yang berpartisipasiaktif dalamkeluargaberancana
b. Pasangan yang taat beragamaaaumempunyai alasan filosofi
untuk tidak menggunakan metode-metode lain.
c. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
d. Psangan yang memerlukan metode sementara sambil
menunggu metode yang lain.
e. Pasangan yang membutuhkan metode pendukug
f. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
3. Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
koitus terputus setiap melaksanakannya ( angka kegagalan 4-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun )
4. Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis
5. Memutus kenikmatan dalamhubunga seksual. (Sulistyawati, 2011)

2.5.6.2 METODE SEDERHANA DENGAN ALAT


A. DENGAN ALAT
1. Mekanisme atau Barier
a Kondom
Kondom tidak hanya menghalangi masuknya spermatozoa ke
dalam traktus genitalia interna wanita, tetapi juga mencegah
IMS termasuk HIV/AIDS. Kira-kira 1 cm dari ujung kondom
dibiarkan kosong untuk menampung air mani yang keluar,
kondom mencegah agar air mani tidak masuk ke dalam
rahim. Setelah mengalami ejakulasi tetapi sebelum ereksi sama
sekali hilang, pria yang memakainya harus menekan pinggir
kondom KB pada penisnya agar air mani yang tertampung
tidak tumpah dari Kondom.
b Barier Intravagina
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia
interna wanita dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh
spermisidnya.
2. Kimiawi
a Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung zat-zat
kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam
vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus
genitalia interna. Secara mekanis untuk menghalangi
spermatozoa dan secara kimiawi untuk immobilisasi
mematikan spermatozoa.

2.5.7 Pelayanan Kontrasepsi Dengan Metode Modern


A. Hormonal
1. Kontrasepsi Oral
a. Profil
1). Efektif dan reversible.
2). Harus diminum setiap hari.
3). Efek samping pada pemulaan adalah mual dan perdarahan.
4). Bercak yang tidak berbahaya dan akan segera hilang.
5). Tidak ada efek samping yang serius.
b. Cara Kerja
1). Menahan ovulasi.
2). Mencegah implamantasi.
3). Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
c. Manfaat
1). Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
2). Tidak mengganggu hubungan seksual.
3). Mudah dihentikan setiap saat.
d. Keterbatasan
1). Mual, terutama pada tiga bulan pertama.
2).Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama pada tiga
bulan pertama.
3). Pusing.
4). Nyeri payudara.
2. Kontrasepsi Suntik
a. Cara kerja
1. Mencegah ovulasi.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
3. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
b. Jenis
1. Depo mendroksi progesteron asetat (DMPA), mengandung
150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara
disuntik intramuskular (di daerah bokong).
2. Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), mengandung
200 mg noretindron enantat, diberikan setiap dua bulan
dengan cara disuntik intramuskular.
c. Cara kerja
1. Mencegah ovulasi.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
d. Efektivitas
Kedua jenis kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang
tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
e. Keuntungan
1. Sangat efektif.
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3. Tidak memiliki pengaruh terhadap produksi asi.
4. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun
samapai perimenoupose.
5. Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak
serius pada penyakit jantung dan gangguan pembekuan
darah.
6. Mencegah beberapa penyakit redang panggul.
7. Menurunkan kejadian tumor jinak payudara.
c.Keterbatasan
1. Sering ditemukan gangguan haid.
2. Pasien sangat bergantung pada sarana kesehatan.
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya.
4. Sering menimbulkan efek samping masalah berat badan.
3. Kontrasepsi Implant
a Jenis
1. Norplant. Terdiri atas enam batang.
2. Implanon. Terdiri atas satu batang.
3. Jadena dan indoplant. Terdiri atas dua batang.
b. Keuntungan
1. Perlindungan jangka panjang.
2. Daya guna tinggi.
3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.
c. Keterbatasan
1. Nyeri kepala.
2. Nyeri payudara.
3. Peningkatan/penurunan berat badan.

B. Non Hormonal
1. Kontrasepsi AKDR (Intra Uterin Devices)
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
a. Mekanisme kerja
Sampai sekarang belum ada orang yang bagaimana
mekanisme kerja AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang
menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan
leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.
Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin
berbeda. Tembaga dalam kontrasepsi kecil yang dikeluarkan
ke dalam rongga uterus selain menimbulkan sreaksi radang
seperti pada AKDR biasa juga menghambat khasiat anhidrase
karbon dan fosfate alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon
juga menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi
sperma.
b. Daya guna
Daya guna teoretis dan daya guna pemakaian hampir
sama (1-5 kehamilan per 100 wanita per tahun). Kegagalan
lebih rendah pada AKDR yang mengeluarkan tembaga atau
hormon. Namun, angka ketidaklangsungan pemekaian tingi,
yaitu 20-40% tidak meneruskan pemakaian AKDR dalam
tahun pertama. Rata-rata AKDR tetap dipakai selama 24
bulan. Satu hal yang jelas pada AKDR ialah telah cocok
untuk beberapa tahun, angka ekspulsi dan pengangkatan oleh
karena nyeri atau perdarahan menjadi sangat rendah. Ekspulsi
lebih tinggi pada insersi 1-2 hari postpartum dan pada AKDR
yang dipasang oleh tenaga yang kurang terlatih.
c. Waktu pemasangan AKDR
Bidan harus merasa yakin bahwa klien tidak hamil dan
klien bebas dari infeksi vagina atau uterus saat akan
memasang AKDR. Beberapa dokter lebih menyukai
pemasangan AKDR selama klien mengalami periode
menstruasi. Melakukan pemasangan AKDR selama masih
menstruasi akan menghilangkan resiko pemasangan AKDR
ke dalam uterus yang dalam keadaan hamil, namun klien lebih
rentan terkena infeksi. Selain itu, bila ada waktu menunggu
terlalu lama atau jika klien tidak menyukai pemberi pelayanan
kesehatan melakukan pemeriksaan dan prosedur pelvik
selama masa menstruasi, klien tersebut tidak kembali lagi.
Pada kenyataannya, pemasangan AKDR dapat dilakukan pada
hari-hari selama siklus menstruasi. Namun bidan harus benar-
benar yankin tentang riwayat hubungan seksual dan
penggunaan kontrasepsi klien sebelum membuat keputusan
untuk memasang AKDR pada saat menstruasi atau beberapa
hari kemudian, angka kejadian AKDR terlepas spontan lebih
rendah bila AKDR tidak dipasang selama masa menstruasi.

A. METODE OPERASI WANITA (MOW)


1. Tubektomi
a. Pengertian
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya dipakai untuk
jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan
kembali seperti semula.
Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan
sperma (pembuahan) dengan cara menutup saluran telur tanpa
mengubah indung telur dalam rahim. Sebelum melakukan
tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu tim medis
atau konselor harus menyampaikan informasi lengkap dan objektif
tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai metode kontrasepsi
itu. Jangka waktu efektif kontrasepsi, angka kegagalan, komplikasi
dan efek samping dan kesesuaian kerja kontrasepsi dengan
karakteristik dan keinginan klien
Kontrasepsi tubektomi pada wanita atau tubektomi yaitu
tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina.
Tubektomi pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua saluran
telur wanita atau tuba fallopii yang mengakibatkan wanita tersebut
tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. Dahulu
tubektomi dilakukan dengan jalan laporotomi atau pembedahan
vaginal. Sekarang, dengan alat-alat dan teknik baru, tindakan
tubektomi dilakukan secara lebih ringan dan tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit.
2. Keuntungan Tubektomi
a. Motivasi hanya dilakukan sekali, sehingga tidak diperlukan
motivasi berulang-ulang.
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksualitas
d. Kaegagalan dari pihak pasien tidak ada
e. Sangat efektif dan permanen
f. Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
g. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
h. Tidak mempengaruhi proses menyusui
i. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local
j. Tidak bergantung pada faktor senggama
k. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan
yang serius
l. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
3. Kerugian Tubektomi
Tindakan ini dapat dianggap tidak ireversibel, walaupun
memang ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka
yang akhirnya masih menginginkan anak lagi dengan operasi
rekanalisasi. Oleh karena itu, penutupan tuba hanya dapat dikerjakan
pada mereka yang menpunyai syarat-syarat tertentu.
4. Keterbatasan tubektomi
a. Harus dipertimbangkan sifat permanan metode kontrasepsi
b. Klien dapat menyesal dikemudian hari
c. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi
umum)
d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
e. Dilakukan oleh dokter yang terlatih
f. Tidak melindungi diri dari IMS HBV dan HIV/AIDS
5. Yang Dapat Menjalani Tubektomi (MOW)
a. Usia lebih dari 26 tahun
b. Sudah punya anak cukup (2 anak), anak terkecil harus berusia
minimal 5 tahun
c. Yakin telah mempnyai keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
d. Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang
serius
e. Ibu pasca persalinan
f. Ibu pasca keguguran.
6. Yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi (MOW)
a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
b. Kencing manis (diabetes)
c. Penyakit jantung
d. Penyakit paru-paru
e. Perdarahan pervaginal yang belum diketahui sebabnya (sehingga
harus di evaluasi)
f. Infeksi sistemik atau pelvic yang akut ( hingga masalah tersebut
disembuhkan atau dikontrol)
g. Belum memberikan persetujuan tertulis
h. Baru 1 sampai 6 minggu pasca persalinan
i. Terdapat infeksi atau masalah pada organ kewanitaan
j. Kondisi kesehatan lain yang berat seperti stroke, darah tinggi atau
diabetes
7. Waktu Pelaksanaan Tubektomi (MOW)
a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila di yakini secara
rasional klien tersebut tidak hamil
b. Hari ke-3 hingga ke-13 dari siklus menstruasi
c. Pasca persalinan
d. Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12
minggu
e. Laraproskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
f. Pasca keguguran
g. Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti
infeksi pelvik (minilap atau laparoskopi)
h. Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti
infeksi pelvik (minilap saja)

8. Persiapan Sebelum Tindakan Tubektomi (MOW)


Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap wanita adalah :
a. Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-
kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi calon akseptor yang
menderita maag (kelainan lambung agar makan obat maag sebelum
dan sesudah puasa)
b. Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi
sampai bersih dan juga daerah perut bagian bawah
c. Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll
d. Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah di tandatangani
atau di cap jempol
e. Menjelang operasi harus kencing telebih dahulu
f. Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan di temani
anggota keluarga (sebaiknya suami)
9. Cara Tubektomi
a. Saat Operasi : Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca
persalinan atau masa interval. Di anjurkan tubektomi pasca
persalinan sebaiknya di lakukan dalam 24 jam, atau selambat-
lambatnya dalam 48 jam setelah persalinan. Tubektomi pasca
persalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh udema tuba, infeksi,
dan kegagalan. Udema tuba akan berkurang setelah hari ke 7 – 10
hari pasca persalinan. Tubektomi setalah hari itu akan lebih sulit
dilakukan karena alat-alat genetal telah mengecil dan berdarah
b. Cara Mencapai Tuba
Laparotomi : cara mencapai tuba melalui laratomi biasa, terutama
pada masa pasca persalinan
1. Minilaparotomi : laparotomi khusus untuk tubektomi ini paling
mudah dlakukan 1-2 hari pasca persalinan. Uterus yang masih
besar, tuba yang masih panjang, dan dinding perut masih
longgar memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil
sepanjang 1-2 cm di bawah pusat
2. Laparoskopi : pasien dengan posisi litotomi-Kanula Robin
dipasang pada kanalis servikalis dan bibir depan servik dijepit
dengan tenakulum bersama-sama. Pemasangan alat-alat ini di
maksudkan untuk mengendalikan uterus selagi operasi
dilakukan
3. Kuldoskopi : pasien dengan pisisis menungging (posisi
genupektoral) dan setelah speculum
4. Dimasukkan dan bibir belakang di jepit dan uterus di tarik
keluar dan agak ke atas. Dilakukan fungsi dengan jarum tauhy
di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan
usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum diangkat,
lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldekop.
Melalui kuldeskop dilakukan pengamatan adneksa dan dengan
lunam khusus tuba dijepit dan di tarik keluar untuk dilakukan
penutupan
5. Kolpotomi Posterior : pasien dalam posisi litotomi. Dinding
belakang vagina di jepit pada jarak 1 – 3 cm dari serviks
dengan 2 buah cunam. Lipatan dinding vagina dianatara kedua
dijepit digunting sekaligus sampai menembus peritoneum.
Lubang sayatan diperlebar dengan dorongan speculum
soonawalla. Tuba dapat langung terlihat atau di pancing dan di
taik keluar. Mukosa vagina dan peritoneum dijahit secara
jelujur, bersama atau di jahit sendiri-sendiri, lama perawatan 2-
3 hari, seang anetesi yang dipakai ialah umum dan spinal.
10. Perawatan Setelah Tindakan Tubektomi (MOW)
a. Istirahat selama 1-2 hari dan menghindari pekerjaan berat selama 7
hari
b. Kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi jangan
sampai terkena air selama 1 minggu ( sampai benar-benar kering )
c. Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk
d. Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka
operasi kering. Tetapi bila tubektomi dilaksanakan setelah
melahirkan atau keguguran, maka senggama baru boleh dilakukan
setelah 40 hari.
11. Kembalinya Kesuburan
Karena metode tubektomi merupakan kontrasepsi permanen,
sebelum mengalami keputusan untuk tubektomi, istri dan suami
terlebih dahulu harus mempertimbangkanya secara matang . meskipun
saluran telur yang tadinya dipotong atau diikat dapat disambung
kembali , namun tingkat untuk hamil lagi sangat kecil.
12. Pesan kepada klien sebelum pulang
Pada minggu pertama segera kembali jika :
a. Demam tinggi
b. Ada nanah atau luka berdarah,
c. Nyeri, panas, bengkak, luka kemerahan
d. Nyeri berlanjut/semakin parah, kram nyeri perut
e. Diare
f. Pingsan atau sangat pusing
g. Segera kembali jika merasa hamil, nyeri para perut atau sering
pingsan

B. MEDIS OPERASI PRIA (MOP)


1. VASEKTOMI
a. Pengertian
Kontrasepsi mantap (kontap) merupakan suatu tindakan untuk
membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang
dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami isteri atas
permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Kontap
dapat di ikuti baik oleh wanita maupun pria. Tindakan kontap pada
wanita disebut kontap wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita)
atau tubektomi,sedangkan pria atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau
vasektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih
agar sperma tidak keluar dari buah zakar.
2. Indikasi Vasektomi
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi adalah
pasangan suami istri yang tidak menghendaki kehamilan lagi dan
pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada
dirinya.
3. Kontra Indikasi Vasektomi
Sebenarnya tidak ada kontra indikasi untuk melakukan
vasektomi, hanya apabila ada kelainan lokal atau umum yang dapat
menggangu sembuhnya luka operasi, kelainan tersebut harus
disembuhkan telebih dahulu.
4. Persiapan Sebelum Tindakan Vasektomi (MOP)
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap pria adalah :
a. Tidur dan istirahat cukup
b. Mandi dan membersihkan daerah sekitar kemaluan
c. Makan terlebih dahulu sebelum berangkat ke klinik
d. Dating ke klinik tempat operasi dengan pengantar
e. Jangan lupa membawa surat persetujuan isteri yang di tanda
tangani atau cap jempol
5. Cara Pemasangan MOP
Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dibersihkan.
Kemudian dilakukan anastesia local dengan larutan xilokain.
Anastesia dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di
bagian atas, dan pada jaringan di sekitar vas deferens. Vas dicari dan
stelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin di bawah
kulit skrotum. Setelah itu, dilakukan sayatan pada kulit skrotum
sepanjang 0,5 – 1 cm di dekat tempat vas deferens. Setelah vas
kelihatan, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan ( harus diyakinkan
bahwa vas yang dikeluarkan itu ), vas dipotong sepanjang 1 – 2 cm
dan kedua ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit, tindakan diulangi
pada sebelah yang lain.
Persiapan Pre-Operatif Vasektomi
a. Klien sebaiknya mandi serta menggunakan pakaian yang bersih
dan longgar sebelum mengunjungi klinik.bila klien tidak cukup
waktu untuk mandi,klien dianjurkan untuk membersihkan daerah
skrotum dan inguinal/lipat paha sebelum masuk ke ruang
tindakan.
b. Klien dianjurkan untuk membawa celana khusus untuk
menyangga skrotum.
c. Rambut pubis cukup digunting pendek bila menutupi daerah
operasi.
d. Cuci/bersihkan daerah operasi dengan sabun dan air kemudian
ulangi sekali lagi dengan larutan antiseptic atau langsung diberi
antiseptic (povidon iodin).
e. Bila dipergunakan larutan povidon Iodin seperti Betadin,tunggu
1 atau 2 menit hingga yodium bebas yang terlepas dapat
membunuh mikroorganisme (Hartanto, 1994)
f. Anestesi local:
g. Dipakai anestesi local karena murah dan lebih aman, misalnya
Lidocine 1-2% sebanyak 1-5 cc atau sejenis
h. Kadang-kadang anestesi local dicampur dengan adrenalin,
dengan maksud mengurangi perdarahan. IPPF tidak
menganjurkan kombinasi tersebut karena adrenalin dapat
menyebabkan iskemia dan rasa sakit post-operatif yang
berkepanjangan. Penyuntikan steroid untuk mencegah
pembengkakan post-operatif juga tidak dianjurkan.
i. Jangka menyuntikan anestesi local langsung ke dalam vas
deferens, karena mungkin dapat merusak vena plexus pampini
form.
j. Bila calon akseptor mengalami rasa takut atas kegelisahan, dapat
diberikan tranquilizer atau sedative, per oral atau suntikan
(Hartanto, 1994).
k. Anestesi Umum mungkin perlu dipertimbangkan pada kasus-
kasus:
l. Adanya luka parut daerah inguinal atau scrotum yang sangat
tebal.
m. Kelainan intra-scrotal seperti hydrocele, varicocele.
n. Alergi terhadap anestesi local.
6. Perawatan Setelah Tindakan Vasektomi (MOP)
a. Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat selama 7 hari
b. Jagalah kebersihan dengan membersihkan diri secara teratur dan
jaga agar luka bekas operasi tidak terkena air atau kotoran.
c. Makanlah obat yang diberi dokter secara teratur sesuai petunjuk
d. Pakailah celana dalam kering dan janagn lupa menggantinya setiap
hari
e. Janganlah bersenggama jika luka belum sembuh. Boleh
berhubungan seksual setelah tujuh hari setelah operasi. Bila isteri
tidak menggunakan alat kontrasepsi, senggama dilakukan dengan
memakai kondom sampai 3 bulan setelah operasi.

Você também pode gostar