Você está na página 1de 5

UNIVERSITAS JEMBER

RESUME CORECCTIONAL INSTITUTION

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas

disusun oleh
Moh. Afif Jakaria Iksafani
NIM 162310101197

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp/fax (0331)323450
Review Question
1. Jelaskan masalah yang sering terjadi di Area Penjara
2. Apa faktor yang menyebabkan infeksi di penjara? (1 penyakit)
3. Diskusikan menurut tujuan public health nursing

1. MASALAH YANG SERING TERJADI DI AREA PENJARA


Hampir 11.406 orang meninggal akibat infeksi Staphylococcus aureus (MRSA)
resisten methicillin di Amerika Serikat pada tahun 2005, jumlah yang diproyeksikan
lebih besar daripada mereka yang meninggal karena AIDS pada tahun yang sama.
Onset resistensi antibiotik pertama kali dicatat pada 1950-an. Sejak itu, jumlah infeksi
resisten antibiotik terus bertambah. Pada tahun 1961, resistensi S. aureus terhadap
methicillin muncul di Inggris, Australia, Amerika Serikat, dan Jepang. Resistensi
antibiotik telah terbukti menjadi masalah yang mematikan dan mahal di seluruh dunia.
Selain itu, sejak tahun 1980 tingkat penahanan di Amerika Serikat telah meningkat
300%. Individu yang masuk penjara memiliki peningkatan risiko infeksi dan kolonisasi
MRSA; risiko infeksi MRSA sebanding dengan lama masa inap. (Mullen, 2015)

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) di lapas dapat


menyebabkan morbiditas dan kematian yang serius. Kami meninjau tarif dan faktor
risiko untuk infeksi MRSA dalam tahanan, mencari Medline, EMBASE, dan CINAHL
database. Antara tahun 1997 dan 2015, 17 penelitian melaporkan infeksi kulit dan
jaringan lunak MRSA (SSTIs), dengan empat laporan kasus MRSA non-SSTI
(nekrosis pneumonia, abses otak, dan epiduritis). Hubungan yang signifikan dengan
MRSA SSTI ditemukan: kolonisasi MRSA, infeksi kulit sebelumnya. (Haysom, 2018)
2. FAKTOR YANG MENYEBABKAN INFEKSI DI PENJARA

a) Lingkungan merupakan faktor utama dalam penyebaran infeksi penyakit kulit


pada penghuni penjara. Kurangnya kebersihan dalam lingkungan penjara,
penghuni penjara. Kurangnya akses dalam perawatan diri penghuni
lingkungan penjara.
b) Penggunaan alat untuk membersihkan diri dan perawatan diri yang digunakan
bersama. Penggunaan sabun mandi dan alat kebersihan lain yang digunakan
bersama dapat menularkan ke penghuni penjara. Jarang mencuci tangan dan
kaki setelah melakukan kegiatan di area penjara.
c) Kurangnya pemeliharaan kesehatan pada lingkungan penjara, dan kurangnya
perhatian antar penghuni penjara mengakibatkan meningkatnya resiko
penyebaran infeksi kulit. Tidak didukung adanya tenaga kesehatan yang
menangani tentang perawatan kesehatan penghuni di penjara.
d) Kepadatan penghuni penjara yang mengakibatkan banyaknya kontak
langsung antar para penghuni penjara. Hidup dalam kondisi terlalu padat dapat
berkontribusi dalam penyebaran infeksi, seperti narapidana lebih mungkin
untuk menyentuh permukaan yang sama dalam satu sama lain. Lama tinggal
di tempat penjara menambah resiko penyebaran infeksi.

3. PUBLIK HEALTH NURSING DALAM PELAKSANAAN DI PENJARA


Di dalam lingkungan penjara masih banyak yang perlu dibenahi dalam segi
kesehatan agar terciptanya lingkungan sehat bagi para narapidana. Narapidana sangat
rentan terhadap penyebaran penyakit terutama penyakit infeksi kulit dikarenakan
kondisi lingkungan penjara yang tidak sehat. Kondisi kamar narapidana yang sesak dan
padat, tempat tidurnya bersama satu lantai, stres psikologis, kurangnya udara segar dan
sinar matahari masuk, fasilitas kamar mandi, air bersih kurang diperhatikan sehingga
masih kotor, serta porsi dan jenis makanan di penjara yang terbatas merupakan faktor-
faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit infeksi. Selain itu, faktor-faktor risiko
sebelum narapidana masuk di penjara juga ikut menjadi faktor terhadap penyebaran
penyakit infeksi bagi narapidana karena di kehidupan sehari-harinya narapidana
melakukan kegiatan bersama di dalam satu sell. Kurangnya para narapidana dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan juga termasuk faktor resiko penyebaran infeksi
karena narapidana tidak melakukan cek kesehatan ke tenaga kesehatan dan para
narapidana juga kurang dalam perawatan diri dan menjaga kebersihan lingkungan
sekitar.

Dari beberapa faktor penyebaran infeksi yang telah disebutkan diatas, maka
diperlukan adanya upaya untuk pencegahan dan penanggulangan infeksi yang terjadi
di lingkungan penjara. Perlu diadakannya suatu kegiatan yang melibatkan seluruh
bagian yang ada di lingkungan penjara seperti, petugas di penjara yang bertugas
mengurusi para narapidana, narapidanya nya itu sendiri, dan tenaga kesehatan. Pada
kegiatan ini tugas perawat harus membuat kegiatan yang isinya bersih-bersih
lingkungan yang ada di dalam sell penjara atau di sekitar lingkungan penjara.
Mengajarkan kepada para narapidana dan petugas penjara untuk melakukan perawatan
diri yaitu: mencuci kaki dan tangan setelah melakukan kegiatan, mandi, berganti
pakaian dan juga perawat membuat kegiatan dimana didalam kegiatan itu narapidana
dalam meluangkan kreatifitas yang dimilikinya. Perawat melakukan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain seperti dokter untuk memeriksa kesehatan pada narapidana, dan
juga perawat melakukan kontroling terhadap kesehatan lingkungan penjara. Semua
manusia berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan menerima pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia agar para narapidana setelah keluar dari
penjara dapat melakukan hidup yang seperti semula tanpa adanya gangguan fisik
maupun psikologis.
DAFTAR PUSTAKA

Haysom, L., Cross, M., Anastasas, R., Moore, E., & Hampton, S. 2018. Prevalence and
Risk Factors for Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Infections
in Custodial Populations: A Systematic Review. Journal of Correctional Health
Care, 24(2), 197-213. Available at:
http://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1078345818765271

Mullen, L. A., & O’Keefe, C. 2015. Management of skin and soft tissue infections in
a county correctional center: A quality improvement project. Journal of
Correctional Health Care, 21(4), 355-364. Available at:
http://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1078345815599790

Você também pode gostar