Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan Penulisan
Berkaitan dengan rumusan masalah yang terlampir sebelumnya, makalah ini bertujuan
sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Standar atau standar teknis adalah suatu norma atau persyaratan yang biasa berupa
suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses dan praktik rekayasa atau
teknis yang seragam. Atau ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan/ acuan.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu yang didapat dari
pendidikan tinggi, dimana umumnya mencakup pekerjaan mental yang didukung dengan
kepribadian dan sikap profesional.
Akuntan Publik adalah seorang akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri
keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan
publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011
tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang
Jasa Akuntan Publik. Setiap Akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui Pemerintah.
Tahun 1972 1973, pertama kalinya ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan
Norma Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan
Indonesia. Norma Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup tanggung jawab akuntan publik,
unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi: pengkajian dan penilaian
pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan
mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dari berkas pemeriksaan. Pada Kongres IV
Ikatan Akuntan Indonesia tanggal 25-26 Oktober 1982, Komisi Norma Pemeriksaan Akuntan
mengusulkan agar segera dilakukan penyempurnaan atas buku Norma Pemeriksaan Akuntan
3
yang lama, dan melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran
lebih lanjut norma tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut, telah dibentuk Komite
Norma Pemeriksaan Akuntan yang baru untuk periode kepengurusan 1982-1986, yang
anggotanya berasal dari unsur-unsur akuntan pendidik, akuntan publik dan akuntan
pemerintah. Komite ini telah menyelesaikan konsep Norma Pemeriksaan Akuntan yang
disempurnakan pada tanggal 11 Maret 1984. Pada tanggal 19 April 1986, Norma
Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan, disahkan
oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku
efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang
diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia
menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen No.1
sampai dengan No.12 dan interpretasi No.1 sampai dengan Nomor.2. Dalam Kongres ke VII
Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan Publik yang
secara garis besar berisi:
Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama Komite Norma
Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun
1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus
1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik
per 1 Januari 2001”.
Pada tanggal 1 Agustus 1994 lahirlah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
yang pertama. SPAP tersebut terdiri dari :
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Pedoman Audit Industri Khusus
Masing-masing standar diatas dirinci dalam bentuk pernyataan standar yang disebut
Pernyataan Standar Auditing (PSA), Pernyataan Standar Atestasi (PSAT), dan Pernyataan
4
Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). Dalam pernyataan standar standar yang
diterbitkan terdiri dari PSA No.1 sampai No.60, PSAT No.1 sampai No.5 , dan PSAR No.1.
Standar auditing tersebut sebagian besar mengadopsi standar auditing yang berlaku di
Amerika Serikat sebagaimana ditetapkan oleh The Auditing Standard Board (ASB).
Standar profesional akuntan publik per 1 januari 2001 terdiri atas lima standar, yaitu :
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu
5
Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk
mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.
1. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar
pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing
merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas
sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan
demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang
tercantum di dalam standar auditing. Di Amerika Serikat, standar auditing semacam ini
disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh
Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang
diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk didalam
PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang merupakan
interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang
diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas
pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA
sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran
resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat
wajib.
Standar umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
6
Standar pekerjaan lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keungan yang diaudit.
Standar pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor.
2. Standar Atestasi
a. Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah
asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Asersi adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan
untuk digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis
7
adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan
(examination), (2)review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon
procedures).
c. Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini
diatur berdasarkan standar auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya
pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif, diatur berdasarkan pedoman
yang lebih bersifat umum dalam standar atestasi. Standar atestasi ditetapkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAI). Yang termasuk didalam pernyataan
standar atestasi adalah IPSAT (Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi).
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi
bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Yang termasuk
didalam jasa akuntansi dan review adalah IPSAR (Interpretasi Pernyataan Standar
Akuntansi dan Review).
Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda
dengan tujuan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar
auditing. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu
pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan dalam pekerjaan
non-atestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk menyatakan pendapat akuntan.
8
c. Laporan keuangan komparatif; penyajian informasi dalam bentuk laporan
keuangan dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom.
Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang
menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa
konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan
lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan
kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
9
jenis jasa ini adalah penjualan dan penyerahan paket program pelatihan,
penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh setiap KAP
pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
10
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien: Menentukan apakah perikatan dari klien
akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya
hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan
pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence).
i. Inspeksi: Meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain
pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.
Pada bab yang lalu telah dikemukakan pula bahwa pernyataan yang dibuat oleh
Dewan Standar Audit disebut Pernyataan Standar Auditing (PSA). Sebelum suatu PSA
diterbitkan, terlebih dahulu disebarkan secara luas naskah dari usulan pernyataan yang
akan diterbitkan (exposure draft). Naskah tersebut dikirimkan ke kantor-kantor akuntan
publik, badan-badan seperti Bapepam, para akuntan pendidik, dan pihak-pihak lainnya,
untuk mendapatkan tanggapan. Naskah beserta semua tanggapan yang masuk, oleh
Dewan Standar Audit selanjutnya dibawa pada diskusi terbuka yang diselenggarakan
sebelum usulan pernyataan disahkan. Apabila prosedur ini telah dilalui, maka usulan bisa
ditetapkan menjadi suatu PSA, dan selanjutnya berlaku dan mengikat bagi semua akuntan
publik. Setelah disahkan, PSA beserta interpretasinya dikodifikasikan dan diberi nomor
dengan singkatan SA.
11
B. Sepuluh Butir Pernyataan Audit
Sepuluh standar auditing terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu standar umum,
standar pekerjaan lapangan, clan standar pelaporan. Secara keseluruhan kesepuluh
standar tersebut menetapkan kualitas pelaksanaan kerja dan tujuan keseluruhan yang
harus dicapai dalam suatu audit laporan keuangan. Oleh karena itu standar auditing di atas
digunakan sebagai ukuran untuk menilai pekerjaan auditor.
1. Standar Umum
12
tehnis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat
penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun independensi
dalam hal ini tidak berarti sebagaimana sikap seorang penuntut dalam perkara
pengadilan, tetapi lebih dapat disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang
hakim, Auditor mengakui kewajaran tidak hanya dari sudut manajemen dan
pemilik perusahaan, tetapi juga dari sudut kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor, seperti calon-calon
pemilik dan calon kreditor.
c. Menggunakan Kemahiran Jabatan dengan Cermat dan Seksama
Kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggungjawab setiap petugas
audit yang bekerja pada suatu kantor akuntan publik untuk mendalami standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan dengan sebaik-baiknya. Penerapan
kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya review secara
kritis pada setiap supervisi terhadap pelaksanaan audit dan terhadap pertimbangan
yang digunakan oleh mereka yang membantu audit.
Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan
bagaimana kesempurnaan pekerjaannya. Misalnya, kecermatan dan keseksamaan
dalam hal kertas kerja audit mengharuskan bahwa isinya cukup menunjang
pendapat yang diberikan oleh auditor dan penyajiannya harus mengikuti pedoman
yang tercantum dalam standar auditing.
13
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pecapaian
tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi
adalah memberikan .instruksi kepada asisten, mereview pekerjaan yang
dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor
akuntan. Luasnya supervisi yang memadai bagi suatu keadaan tergantung pada
banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang
melaksanakan audit.
b. Pemahaman atas Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern pada perusahaan klien merupakan faktor
penting dalam suatu audit.Sebagai contoh, apabila struktur pengendalian intern
pada perusahaan klien dirancang dengan baik dan dilaksanakan secara efektif akan
mengamankan aset klien dan menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Sebaliknya, apabila pengendalian tidak efektifakan memungkinkan teriadinya
penyelewengan dan penyalahgunaan kekayaan perusahaan dan melahirkan
informasi keuangan Yang tidak bisa dipercaya. Oleh karena itu sangatlah penting
bagi auditor untuk memahami struktur pengendalian intern agar dapat
merencanakan audit yang efektifdan efisien.
c. Mendapatkan Bukti Audit Kompeten yang Cukup
Tujuan akhir dari standar pekerjaan lapangan adalah agar auditor
memperoleh dasar yang lavak (reasonable basis) untuk menyatakan suatu
pendapat tentang laporan keuangan klien. Untuk memenuhi standar ini diperlukan
pertimbangan profesional, baik dalam menentukan jumlah (cukup) maupun
kualitas (kompeten) bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor.
14
3. Standar Pelaporan
Di dalam melaporkan hasil audit, auditor harus memenuhi empat buah standar
pelaporan. Banyak pernyataan standar audit (PSA) telah diterbitkan LAI untuk membantu
para auditor dalam memenuhi' standar-standar tersebut.
15
pendapat demikian tidak dapat diberikan. Pada umumnya auditor bisa memberikan
satu pendapat dari beberapa alternatif pendapat.
Standar auditing bisa diterapkan pada setiap audit yang dilakukan oleh akuntan
publik, tanpa memandang besar kecilnya perusahaan klien, bentuk organisasi bis- nis, jenis
industri, ataupun perusahaan bertujuan mencari laba atau tidak bertujuan mencari laba.
Dengan demikian standar auditing berlaku sama, baik bagi audit atas sebuah toko kecil milik
perorangan, sebuah rumah sakit kabupaten, ataupun sebuah perusahaan raksasa seperti
pertamina.
16
2.3. Standar Pengendalian Mutu
Sebagai upaya untuk menjaga mutu pekerjaan kantor akuntan publik (KAP),
organisasi profesi mewajibkan setiap KAP untuk memiliki suatu sistem pengendalian mutu.
Sebagai pedoman, IAASB telah menerbitkan International Standart on Quality Control
(disingkat ISQC) No. 1 yang mulai berlaku 1 Januari 2009.
Bagi sebuah KAP, pengendalian mutu terdiri atas metode-metode yang digunakan
unuk memastikan bahwa kantor itu memenuhi tanggung jawab profesionalnya kepada klien
dan pihak-pihak lain. Metode-metode ini meliputi struktur organisasi KAP itu serta prosedur
yang ditetapkannya. Sebagai conto, sebuah KAP mungkin memiliki struktur organisasi yang
menjamin dilakukannya telah teknis atas setiap penugasan oleh partner yang ahli dalam
industri klien.
Dibawah ini adalah kutipan beberapa butir yang penulis anggap paling penting untuk
dipahami oleh setiap orang yang berminat untuk merintis karir sebagai akuntan publik.
A. Lingkup ISQC
ISQC berhubungan dengan tanggung jawab KAP untuk sistem pengendalian mutu
untuk audit dan review atas laporan keuangan, dan penugasan asurans serta jasa lain
yang bersangkutan. ISQC harus dibaca dalam kaitannya dengan ketentuan etik yang
relevan.
Pernyataan IAASB lain menetapkan standar dan pedoman lain mengenai tanggung
jawab personel KAP tentang prosedur pengendalian mutu untuk tipe penugasan
spesifik. Sebagai contoh, ISA 220 menyangkut prosedur pengendalian mutu untuk
audit atas laporan keuangan.
17
Sistem pengendalian mutu terdiri dari kebijakan yang dirancang untuk mencapai
tujuan serta prosedur yang diperlukan untuk mengimplementasikan dan memantau
kesesuaian dengan kebijakan tersebut.
B. Otoritas ISQC
ISQC berlaku bagi semua KAP akuntan profesional dalam kaitannya dengan audit
dan review laporan keuangan, dan penugasan asurans dan jasa lain yang berhubungan.
Sifat dan luas kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh seorang individu KAP
agar sesuai dengan ISQC akan tergantung pada berbagai faktor, seperti besarnya dan
karakteristk operasi KAP, dan apakah KAP tersebut merupakan bagian dari jaringan
kantor akuntan.
C. Tujuan
Tujuan KAP menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu adalah
untuk memberikan asurans yang layak bahwa :
D. Ketentuan
ISQC memuat 47 ketentuan. (ISQC 1.13 – ISQC 1.59) yang terbagi dalam
beberapa kategori sebagai berikut :
18
E. Elemen Sistem Pengendalian Mutu
KAP harus menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu yang
mencakup kebijakan dan prosedur yang mengatur setiap elemen bawah ini :
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan
pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar
dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).
Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi
kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan
oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar
Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan
Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
20
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, M. s. (2011). Jasa Audit dan Assurance - Pendekatan Terpadu (Adoptasi
Indonesia). Jakarta: Salemba Empat.
Irfandinata. (2014, November 04). Fantastix: Makalah Tentang Standar Profesional Akuntan
Publik Dan Kode Etik Akuntan Publik. Dipetik Februari 16, 2019, dari Fantastix:
Makalah Tentang Standar Profesional Akuntan Publik:
http://irfandinata87.blogspot.com/2014/11/makalah-tentang-standar-
profesional.html?m=1
Jusup, A. H. (2014). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi.
Saputra, A. (2018, April 18). 359153541 Makalah Profesi Akuntan Publik Dan Jasa Akuntan
Publik. Dipetik Februari 14, 2019, dari 359153541 Makalah Profesi Akuntan Publik
Dan Jasa Akuntan Publik: https://id.scribd.com/document/376723376/359153541-
Makalah-Profesi-Akuntan-Publik-Dan-Jasa-Akuntan-Publik
21