Você está na página 1de 38

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM PADA NY.

W DENGAN
RIWAYAT PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG MELATI RUMAHSAKIT
DEPATI BAHRIN SUNGAILIAT
TAHUN 2019

Disusun oleh :
1. Aisyah (171440101)
2. Cahya Lystiani (171440102)
3. Dewi Aprilianti (171440105)
4. Juwita Maharani (171440109)
5. Kurniahasmita (171440111)
6. M. Candra Wijaya (171440112)
7. Nabila Amelia (171440114)
8. Paisal Ependi (171440120)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI
PANGKALPINANG
TAHUN 2019

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat-Nya serta Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
Seminar ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.W Dengan Post
Partum dengan Riwayat Persalinan Ketuban Pecah Dini Di Ruang Melati
RSUD Depati Bahrin Sungailiat Tahun 2019”.Seminar ini disusun dalam
rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas
Praktik Klinik Keperawatan Maternitas. Dalam proses penyusun Seminar
ini penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan, dan masukan dari
berbagai pihak yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
Seminar ini, maka dari itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan hidayah-Nya,
Tuhan semesta Alam yang senantiasa memberi petunjuk, kekuatan
lahir dan batin, dan senantiasa memberi semangat serta keikhlasan
sehingga Seminar ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Erni Chaerani,S.Pd.,MKM Selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang.
3. Ibu Ns. Eka Rora Suci Wisudawati, S.Kep., M.Kep selaku Dosen dan
juga pembimbing seminar yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk membimbing, mendidik, mengarahkan serta memberikan
dukungan kepada penulis selama penyusunan Seminar ini.
4. Ibu Sofia Amd.Keb selaku kepala ruangan garuda yang telah
memberikan arahan dan memberi masukan sehingga seminar ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
5. Ibu Dina Delvin Anggraini, S.Keb., Bd selaku CI yang telah memberikan
arahan dan memberi masukan sehingga seminar ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
6. Kakak perawat yang juga ikut berpartisipasi dalam memberikan arahan
dan senantiasa membantu kami dalam menyelesaikan seminar ini.
7. Kedua orang tua kami yang telah memfasilitasi dalam pembuatan
seminar ini dan selalu memberikan semangat, dukungan, serta doa
yang tak pernah putus kepada penulis.
8. Dan yang terakhir pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan moral dan material selama penulis
mengikuti pendidikan di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Pangkalpinang.
Penyusunan Seminar ini masih banyak terdapat kekurangan, baik
dari isi maupun cara penulisan. Dengan demikian penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, serta harapan
penulis semoga Seminar ini bisa bermanfaat untuk pembaca dan semoga
Allah membalas apa yang telah Bapak/Ibu serta rekan-rekan semua
berikan kepada penulis selama ini.

Sungailiat, 08 Mei 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Tujuan Penulisan .................................................................2
C. Manfaat Penulisan................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................4
A. Konsep Dasar.......................................................................4
1. Pengertian Post Partum dan KPD...................................4
2. Etiologi Post Partum dan KPD.........................................5
3. Manifestasi Klinis Post Partum dan KPD.........................7
4. Patofisiologi Post Partum dan KPD.................................9
5. Komplikasi Post Partum dan KPD...................................11
6. Penatalaksanaan Post Partum dan KPD.........................14
7. Pemeriksaan Penunjang Post Partum dan KPD.............
8. Pathway Post Partum dan KPD.......................................15
B. Konsep Asuhan Keperawatan..............................................16
1. Pengkajian........................................................................16
2. Diagnosa Keperawatan....................................................26
3. Intervensi Keperawatan...................................................27
4. Implementasi Keperawatan..............................................28
5. Evaluasi............................................................................29
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................31
A. Pengkajian............................................................................31
B. Diagnosa Keperawatan........................................................41
C. Intervensi Keperawatan........................................................42
D. Implementasi Keperawatan..................................................48
E. Evaluasi................................................................................56

BAB IV PENUTUP................................................................................63
A. Kesimpulan.................................................................................63
B. Saran...........................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................66
6

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
peka untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
di suatu negara, kematian ibu menurut WHO adalah kematian
selama kehamilan atau 42 hari setalah melahirkan akibat semua
sebab yang terkait dengan atau tidak diperberat dengan
kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan atau cidera. Menurut SDKI tahun 2012, Angka
Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2014) dan
Angka Kematian Perinatal di Indonesia yaitu sebesar 26
kematian per 1.000 kehamilan (SDKI, 2013).
Penyebab AKI dan AKB menurut Dinas Kesehatan RI
yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, dan abortus. Infeksi dan
perdarahan merupakan komplikasi dari ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum in partu atau persalinan, yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Dalam keadaan normal ketuban pecah saat persalinan. Bila
periode laten panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat
terjadi infeksi yang meningkatkan angka kematian ibu dan anak
(Sofian, 2013).
Ketuban pecah dini terjadi pada 6-19% kehamilan (Wals,
2008). Insiden ketuban pecah dini berkisar antara 8-10 % pada
kehamilan aterm atau cukup bulan, sedangkan pada kehamilan
preterm terjadi pada 1% kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi kelahiran dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada usia
kehamilan 28-34 minggu 50% terjadi persalinan dalam 24 jam
dan 2 pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu pesalinan terjadi
dalam 1 minggu (Prawirohardjo, 2010).
Risiko ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa
masalah bagi ibu maupun bagi janin. Bagi ibu dapat menyebabkan
infeksi intrapartal (dalam persalinan), infeksi puerparalis (masa nifas),
partus lama, perdarahan postpartum, morbiditas, dan mortalitas
maternal. Sedangkan bagi bayi dapat menyebabkan prematuritas,
prolaps funiculli (penurunan tali pusar, hipoksia, asfiksia sekunder,
sindrom deformitas janin, morbiditas, dan mortalitas perinatal (Fadlun &
Feryanto, 2012).
Pada penelitian lain (Maria & Sari, 2016), ibu dengan usia
kehamilan 37-42 minggu (aterm) kemungkinan memiliki risiko 3,300 kali
lebih mengalami ketuban pecah dini dibandingkan dengan usia
kehamilan 42 minggu (preterm dan postterm). (Hastuti, et al., 2016), ibu
dengan usia 35 tahun memiliki risiko 4,95 lebih besar mengalami
ketuban pecah dini dibandingkan dengan ibu dengan usia 20-35 tahun.
(Irsam, et al., 2014), paritas berhubungan dengan angka kejadian
ketuban pecah dini dengan p=0,007. Ibu yang anemia memilki resiko
KPD sebesar 7,8 kali dibandingkan ibu yang tidak anemia (Sudarto,
2015).
Berdasarkan latar belakang di atas kami tertarik untuk
mengambil masalah KPD ini untuk menjadi seminar kasus kami yang
diangkat dalam laporan asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny.W Dengan Post Partum dengan Riwayat
Persalinan Ketuban Pecah Dini Di Ruang Melati RSUD Depati Bahrin
Sungailiat Tahun 2019.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu dan memahami konsep asuhan keperawatan dan
penatalaksanaan pada kasus pasien dengan post partum dengan
KPD.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu dan memahami pengkajian secara langsung
pada pasien dengan post partum dengan KPD.
b. Mahasiswa mampu dan memahami Diagnosa keperawatan
berdasarkan prioritas pada pasien dengan post partum dengan
KPD.
c. Mahasiswa mampu dan memahami Intervensi keperawatan pada
pasien dengan post partum dengan KPD.
d. Mahasiswa mampu dan memahami Implementasi keperawatan
pada pasien dengan post partum dengan KPD.
e. Mahasiswa mampu dan memahami Evaluasi tindakan
keperawatan pada pasien dengan post partum dengan KPD.
f. Dokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien post partum
dengan KPD.
C. Manfaat penulisan
Manfaat penulisan seminar ini yaitu:
1. Rumah Sakit Umum Depati Bahrin Sungailiat
Hasil penulisan menjadi sumber informasi tambahan serta sebagai
bahan untuk meningkatkan mutu pelayanan bagi tenaga perawat
khususnya di ruang melati mengenai post partum dengan KPD.
2. Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat menjadi referensi dan menambah wawasan
bagi mahasiswa/i mengenai asuhan keperawatan post partum dengan
KPD.
3. Penulis
Hasil penulisan ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman bagi
penulis dalam melakukan asuhan keperawatan dengan pasien post
partum dengan KPD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga
disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan
yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan
normal sebelum hamil.(Padila.2015).
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar,
1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3
bulan (Hanifa, 2002). Selain itu masa nifas / purperium adalah
masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
b. Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan setelah di tunggu satu jam sebelum
terdapat tanda-tanda persalinan (Mitayani,2011)
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses
persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm
sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm (Saifudin,
2012)
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktu nya melahirkan,hal ini dapat terjadi pada akhirnya
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan,
(Sujiyati,2012)
2. Etiologi
a. Post partum
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau jalan lain, dengan bantuan.
Partusdibagi menjadi 4 kala :
1) kala I : kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien
masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
2) Kala II : gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan
interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.
Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan.
Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya
dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah
untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir
ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti
dengan sisa air ketuban.
3) Kala III : setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10
menit. Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta.
Lepasnya plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi
bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang
dan terjadi perdarahan.
4) Kala IV : dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran
penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus,
terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. (Bahiyatun.2013)
b. Ketuban Pecah Dini (KPD)
Penyebab ketuban pecah dini tidak di ketahui atau masih
belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam
usaha menekan infeksi. Penyebab ketuban pecah dini karena
berkurangnya kekuatan membran atau meningkatkatnya tekanan
intra uteri atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina dan servik. (Mochtar, 2002)
Penyakit infeksi adalah penyakit yang di sebabkan oleh
sejumlah mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya proses
memudahnya ketuban pecah. Infeksi yang terjadi secara langsung
pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi
pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini. (Saifudin, 2000)
3. Manifestasi Klinis
a. Post partum
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal
sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau
trimester keempat kehamilan.
b. Ketuban Pecah Dini
1) Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
2) Aroma air ketuban berbau amis dan tidak berbau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
3) Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi
yang terjadi.
4. Patofisiologi
a. Post partum
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia
interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal
ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi
terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti
corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira
setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta
fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
b. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini terjadi saat ada pembukaan servik
sebelum waktunya ( pembukaan prematur servik) serta membran
terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi dan nekrosis
serta dapat diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga
membran ketuban semakin berkurang dan melemahkan daya tahan
ketuban. Melemahnya daya tahan ketuban di percepat dengan
infeksi yang mengeluarkan enzim (enzim proteolitik, enzim
kolagenase) (Manuaba, 2008)
Secara umum ketuban pecah dalam persalinan disebabkan
oleh kontraksi uterus dan peregangan yang berulang pada ketuban
pecah dini terjadi berkurangnya asam askorbik sebagai komponen
kolagen, serta berkurangnya tembaga dan asam askorbik yang
berakibat pertumbuhan struktur abnormal diantaranya akibat
merokok (Prawihardjo, 2009)
5. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita
selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah :
kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria
perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai
berikut:
1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc
2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
3) Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan
terjadinya perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan.
Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah melahirkan, syok
hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya,
tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
1) Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan
kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari
perdarahan post partum. Uterus yang sangat teregang
(hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan
janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
2) Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum
dapat menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak
direparasi dengan segera.
3) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan
pelepasan plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi
uterus.retensio plasenta adalah : tertahannya atau belum
lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
4) Lain-lain
a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi
kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang
tetap terbuka
b) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas
jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
c) nversio uteri.
b. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa
post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai
adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama
post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
c. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur
membran memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
d. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali
dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan
pertamapost partum.
e. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak
adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
f. Tromboplebitis dan trombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan
meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem
vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus
di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan
trombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi
1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post
partum.
g. Emboli
Yaitu partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
menyebapkan kematian terbanyak di Amerika.
h. Post partumdepresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat
sampai beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu
bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara lain,
kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi
cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh
bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan
menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat.
(Padila.2015)
6. Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. Obsevasi 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang,
usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk.
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.(Nurarif. A.H.
& Kusuma. H. 2015)
f. Kaji nilai tanda–tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intra-uterin),
g. Kebutuhan istirahat/pembatasan aktivitas
h. Kebutuhan nutrisi/cairan, pemantauan infeksi
i. Pemeriksaan janin secara reguler
j. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit (Norwitz,
2007).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Post Partum
1) Pemeriksaan darah lengkap
2) USG : terlihat ada massa pada daerah uterus atau tidak
3) Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginan, teraba
massa, konsistensi dan ukurannya.(Padila.2015)
b. Ketuban Pecah Dini (KPD)
1) Pemeriksaan Leukosid darah > 15000/ul bila terjadi infeksi
2) Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan
ketuban di froniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk
kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
3) Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak
banyak manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi
kemungkinan infeksi
8. Pathway

Hamil

Ketuban Pecah Dini (KPD)

Persalinan

Post partum normal

Kontinuitas Pendarahan
jaringan terputus
Komponen darah
Proteksi tubuh Peransang area menurun
Kurang sensori motorik
Perfusi jaringan
Invasi bakteri Menimbulkan reflek menurun
spasme otot
Kelemahan fisik
Resiko Infeksi
Nyeri

Intoleransi Aktivitas

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada perut dan disertai keluarnya air
ketuban.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan,
apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh
berulang–ulang, dan ada tidaknya keputihan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetik seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg
menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan
kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
e. Kebiasaan sehari –hari
1) Pola nutrisi: pada umum nya klien dengan KPD mengalami
penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami
penurunan
2) Pola istirahat dan tidur: klien dengan KPD mengalami nyeri
pada daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi
terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
3) Pola eliminasi: Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan,
adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran
urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak
atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah
perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa
takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
4) Personal Hygiene: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola
berpakaian, tata rias rambut dan wajah
5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien
dengan KPD di anjurkan untuk bedresh total
f. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan kesadaran klien, BB/TB, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu
2) Head To Toe
a) Rambut: warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada
luka lesi/lecet
b) Mata: sklera nya apakah ihterik/tidak, konjungtiva
anemis/tidak, apakah palpebra oedema/tidak, bagaimana
fungsi penglihatannya baik/tidak, apakah klien
menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya
ibu hamil konjungtiva anemis.
c) Telinga: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
serumen/tidak, apakah klien menggunakan alat bantu
pendengaran/tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien
baik/tidak
d) Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak,
apakah terdapat serumen/tidak, apakah fungsi penciuman
klien baik/tidak
e) Mulut dan gigi: bagaimana keadaan mukosa bibir klien,
apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah
ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies
gigi/tidak, keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah keadaan
mulut klien berbau/tidak. Pada ibu hamil pada umumnya
berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil
mengalami penurunan kalsium
f) Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
g) Abdomen
Inspeksi : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka
lesi dan lecet
Palpasi : tinggi fundus klien normalnya pada usia kehamilan
12 minggu tinggi fundus uteri 1/3 di atas simpisis, 16 minggu
tinggi fundus uteri ½ simpisis pusat, 20 minggu tinggi fundus
uteri 2/3 di atas simpisis 20 cm, 24 minggu tinggi fundus
uteri setinggi pusat 23 cm, 28 minggu tinggi fundus uteri
1/3 diatas pusat 26 cm, 34 minggu tinggi fundus uteri
½ pusat prosessus xifoideus 30 cm, 36 minggu tinggi
fundus uteri setinggi prosessus xifoideus 33 cm, 40 minggu
tinggi fundus uetri 2 jari di bawah prosessus xifoideus, letak
bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP/belum.
Perkusi : bunyi abdomen
Auskultasi : bising usu klien, DJJ janin apakah masih
terdengar/tidak normalnya, denyut jantung janin usia 6
minggu adalah 90 hingga 110 denyut per menit (dpm)
sedangkan pada usia 9 minggu ke atas berkisar antara 140
dpm dengan variasi normal 20 dpm di atas atau di bawah
nilai rata-rata tersebut. Jadi, nilai normal denyut jantung bayi
berkisar antara 120 hingga 160 dpm.
d) Payudara: puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna
aerola, kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah
mengeluarkan ASI/belum
e) Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada
oedema/tidak
Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah oedema/tidak
f) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada
oedema/tidak pada daerah genitalia klien, lochia normalnya
pada 1-3 hari rubra dengan warna merah kecoklatan, 4-7 hari
sanguilenta dengan warna putih bercampur merah, 8-14 hari
serosa dengan warna kekuningan atau kecoklatan, dan >14 hari
alba dengan warna puti kekuningan.
g) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit
baik/tidak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan luka perineum dan pecah
ketuban lama sebelum pelahiran
b. Nyeri akut berhubungan dengan episiotomi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
d. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan
saluran kemih.
e. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
f. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.

3. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan kriteria


No Intervensi
keperawatan hasil
1 Resiko infeksi Tujuan : 1. Tinjau ulang
berhubungan infeksi tidak terjadi kondisi/faktor resiko
dengan luka pada ibu kriteria hasil yang ada sebelumnya.
perineum dan pencapaian tepat Catat waktu pecah
pecah ketuban waktu pada ketuban.
lama sebelum pemulihan luka tanpa 2. Kaji terhadap tanda
pelahiran komplikasi dan gejala infeksi
(misalnya: peningkatan
suhu, nadi, jumlah sel
darah putih, atau
bau/warna rabas
vagina).
3. Berikan perawatan
perineal sedikitnya
setiap 4 jam bila
ketuban telah pecah

2 Nyeri akut Tujuan : 1. Monitor tanda–tanda


berhubungan - rasa nyeri vital : TD, pernafasan,
dengan episiotomi berkurang nadi dan suhu
Kriteria hasil : 2. Ajrakan klien teknik
- klien tampak relaksasi dan atur
tenang posisi klien
- klien tampak 3. berikan lingkungan
nyaman yang nyaman dan
batasi pengunjung
4. Tinjau proses penyakit
dan harapan masa
depan
5. Dorong periode
istirahat yang adekuat
dengan aktifitas
terjadwal

3 Intoleransi aktivitas Tujuan: 1. Kaji respon klien


berhubungan Setelah dilakukan terhadap aktifitas
dengan kelemahan tindakan 2. Catat tipe anestesi
fisik keperawatan klien yang diberikan pada
dapat meningkatkan saat intra partus pada
dan melakukan waktu klien sadar
aktifitas sesuai 3. Anjurkan klien untuk
kemampuan tanpa istirahat
disertai nyeri 4. Bantu dalam
Kriteria hasil: pemenuhan aktifitas
Klien dapat sehari-hari sesuai
mengidentifikasikan kebutuhan
faktor-faktor yang 5. Tingkatkan aktifitas
menurunkan secara bertahap
toleransi aktifitas.
4. Perubahan pola Setelah dilakukan 1.Kaji haluaran urine,
eleminasi BAK askep selama …x 24 keluhan serta
(disuria) b/d jam, Pola eleminasi keteraturan pola
trauma perineum (BAK) pasien teratur. berkemih.
2.Anjurkan pasien
dan saluran kemih. Kriteria hasil:
melakukan ambulasi
eleminasi BAK lancar,
dini.
disuria tidak ada,
3.Anjurkan pasien untuk
bladder kosong,
membasahi perineum
keluhan kencing tidak
dengan air hangat
ada.
sebelum berkemih.
4.Anjurkan pasien untuk
berkemih secara
teratur.
5.Anjurkan pasien untuk
minum 2500-3000
ml/24 jam.
6.Kolaborasi untuk
melakukan kateterisasi
bila pasien kesulitan
berkemih.
5. Perubahan pola Setelah dilakukan 1. Kaji pola BAB,
eleminasi BAB askep selama …x 24 kesulitan BAB, warna,
(konstipasi) b/d jam, Pola eleminasi bau, konsistensi dan
kurangnya (BAB) teratur. jumlah.
2. Anjurkan ambulasi dini.
mobilisasi; diet Kriteria hasil: pola
3. Anjurkan pasien untuk
yang tidak eleminasi teratur,
minum banyak 2500-
seimbang; trauma feses lunak dan
3000 ml/24 jam.
persalinan. warna khas feses, 4. Kaji bising usus setiap
bau khas feses, tidak 8 jam.
5. Pantau berat badan
ada kesulitan BAB,
setiap hari.
tidak ada feses
6. Anjurkan pasien makan
bercampur darah dan
banyak serat seperti
lendir, konstipasi
buah-buahan dan
tidak ada.
sayur-sayuran hijau.

6. Resiko defisit 1. Fluid balance Fluid management


2. Hydration
volume cairan b/d 1. Obs Tanda-tanda vital
Setelah dilakukan
pengeluaran yang setiap 4 jam.
askep selama …x 24 2. Obs Warna urine.
berlebihan;
3. Status umum setiap 8
jam, Pasien dapat
perdarahan;
jam.
mendemostrasikan
diuresis; keringat 4. Pertahankan catatan
status cairan
berlebihan. intake dan output yang
membaik.
akurat
Kriteria evaluasi: tak 5. Monitor status hidrasi
ada manifestasi ( kelembaban membran
dehidrasi, resolusi mukosa, nadi adekuat,
oedema, haluaran tekanan darah
urine di atas 30 ortostatik ), jika
ml/jam, kulit diperlukan
6. Monitor masukan
kenyal/turgor kulit
makanan / cairan dan
baik.
hitung intake kalori hari
7. Lakukan terapi IV
8. Dorong masukan oral
9. Beritahu dokter bila:
haluaran urine < 30
ml/jam, haus,
takikardia, gelisah, TD
di bawah rentang
normal, urine gelap
atau encer gelap.
10. Konsultasi dokter bila
manifestasi kelebihan
cairan terjadi.
Pantau: cairan masuk
dan cairan keluar
setiap 8 jam.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan)yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan
pasien. Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau
mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi,
penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnik
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau. Evaluasi yang digunakan mencakup 2
bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan
evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara
terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan
evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang
dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya
menggunakan format “SOAPIER dan SOAP”. Tujuan evaluasi adalah
untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai
serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil
perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS

2. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Ny. W
TTL/Umur : Tempilang 03 April 1985 / 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Air lintang, Tempilang
Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia
Tanggal masuk RS: 07 Mei 2019
Tanggal pengkajian : 07 Mei 2019
No.Register : 039966
b. Penanggung jawab klien
Nama suami : Tn. J
TTL/Umur : Tempilang / 07 Juni 1981
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Buruh harian
Alamat : Desa Air lintang, Tempilang
Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia
c. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : Nyeri pada luka episiotomi
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
1. HPHT : 10 Agustus 2018
2. Taksiran partus : 17 Mei 2019
3. Riwayat persalinan
a. Ibu (narasikan)
28

Ibu G3 P2 A0 datang dari IGD kiriman dari bidan tanggal


07 Mei 2019 jam 03.25 WIB, dengan keluhan sakit perut
menjalar ke pinggang sejak tadi malam jam 22.00 WIB,
merasa ingin mengejan, dan pasien mengatakan keluar
cairan bening dari jalan lahir sejak pukul 22.30 WIB. Klien
melahirkan anaknya pada tanggal 07 Mei 2019 pukul
09.27 WIB dengan persalinan post partum
normal/spontan.
a. Tanggal persalinan : 07 Mei 2019
Pukul 09.27 WIB
b. Tempat persalinan : Rumah
Sakit
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Jenis persalinan : Post partum
spontan dengan riwayat persalinan ketuban pecah dini
e. Perdarahan : Ada
perdarahan
f. Plasenta : Utuh
g. Ketuban :
h. laporan persalinan
 kala I :-
 kala II :-
 kala III :-
 kala IV :-
2.) Bayi (narasikan)
10)Jenis kelamin : Laki-laki
11) BB lahir : 3, 5 Kg
12)Apgar score : Bayi lahir spontan langsung
menangis kuat apgar score 8/9.
13)Anus : Ada
14)Masa gestasi :-
15)Cacat bawaan : Tidak ada

E. Pola fungsi kesehatan


1. Nutrisi
a. Pola makan
Saat dilakukan pengkajian Klien makan 2x sehari.
b. Komposisi makanan
Saat dilakukan pengkajian klien makan baru 2 kali tadi pagi dan
tadi siang,porsi diet rumah sakit,lauk,nasi, dan sayur habis nafsu
makan baik tidak ada keluhan, makan makanan yang diberi dari
rumah sakit yakni untuk : Pagi (bubur, buah, sayur), Siang (nasi,
sayur, ayam, buah) , Sore (nasi, sayur, buah, ayam)
c. Nafsu makan
Saat dilakukan pengkajian klien selama di rumah sakit nafsu klien
baik tidak ada keluhan.
2. Eliminasi
a. Pola eliminasi BAB
Saat dilakukan pengkajian klien BAB sehari sebanyak 1x di pagi
hari
b. Karakteristik
Saat dilakukan pengkajian klien BAB dengan konsistensi kadang
keras dan kadang lunak dengan warna cokelat kekuningan dan bau
khas.
c. Pola eliminasi BAK
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan BAK sudah 5 kali,
warna kuning bau khas dan tidak ada keluhan
d. Karakteristik
Saat dilakukan pengkajian, warna urine klien kuning jernih dengan
bau khas.

3. Aktivitas sehari-hari
a. Personal hygiene
Saat dilakukan pengkajian klien selama di rumah sakit tidak mandi
hanya mengelap-lap badannya menggunakan air bersih dan gosok
gigi.
b. Pekerjaan
Saat dilakukan pengkajian klien selama hamil, masih melakukan
kegiatan nya sebagai ibu rumah tangga, seperti memasak dan
mencuci dan kegiatan lainnya.
4. Pola istirahat tidur
Saat dilakukan pengkajian klien tidur dimalam hari sebanyak 7-8 jam.
Klien juga mengatakan tidur siang 1,5 jam dan nyenyak.
5. Seksualitas
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak melakukan
melakukan hubungan suami istri selama kehamilannya.
6. Kontrasepsi (rencana kontrasepsi)
Saat dilakukan pengkajian klien post partum klien berencana untuk
menggunakan kontrasepsi suntik .
F. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36’7 C
Denyut nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
BB saat hamil : 60 kg
Lila : 26 cm
TB : 145 cm
BB sekarang. : 59 kg

2. Wajah
Saat dilakukan pengkajian, klien tampak pucat, wajah tidak tampak
oedema, dan terdapat cloasma gravidarum di daerah pipi klien.
3. Mata
Saat dilakukan pengkajian, palpebra tampak kehitaman, sklera
berwarna putih dan konjungtiva an anemis.
4. Hidung
Saat dilakukan pengkajian, inspeksi bentuk hidung simetris, tidak
terdapat perdarahan, tidak terdapat polip.
5. Mulut
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan sikat gigi selama di
rawat di rumah sakit, terdapat karang gigi, mulut klien tampak bersih.
6. Leher
Saat dilakukan pengkajian, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid
dan tidak terdapat peningkatan JVP
7. Axilla
Saat dilakukan pengkajian, tidak terdapat kelenjar getah bening
8. Dada
a. Payudara
- Bentuk payudara
Tampak simetris payudara kiri dan kanan
- Puting susu
Puting susu tampak menonjol
- Hiperpigmentasi
- Pada saat pengkajian payudara tidak ada perubahan
hiperpigmentasi
- Kebersihan
Tampak cukup bersih
- Benjolan abnormal
Tidak ada benjolan pada payudara
- Kolostrum
Saat dilakukan pengkajian pada klien post partum multipara
sudah keluar kolostrum pada payudara kiri
- Tanda infeksi
Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Paru-paru
- Inspeksi
Pengembagan dada simetris kiri dan kanan
- Palpasi
Pada saat di lakukan palpasi tidak ada nyeri tekan, fokal
fremitus getaran dinding dada seimbangan kiri dan kanan
- Perkusi
Pada saat dilakukan perkusi bunyi sonor
- Auskultasi
Pada saat dilakukan auskultasi suara nafas vesikuler dan
tidak ada bunyi nafas tambahan
c. Jantung
- Palpasi
Pada saat dilakukan palpasi ictus cordis teraba di intercosta
kiri V
- Perkusi
Saat dilakukan perkusi, bunyi redup
- Auskultasi
Pada saat dilakukan auskultasi suara jantung reguler.
9. Abdomen
a. Luka operasi, striae
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan tidak pernah
mempunyai riwayat operasi section caesarea anak klien yang
sebelumnya lahir dengan post partum nornal/spontan tampak
adanya striae.
b. TFU : Dua jari dibawah pusat
c. Kontraksi : Ada
10. Genetalia
a. Vulva dan vagina
- Varises : Tidak terdapat varises
- Luka : Tidak terdapat luka
- Kemerahan : Tidak tampak kemerahan
- Nyeri : terdapat nyeri pada bekas luka
episiotomi
- Kebersihan : Bersih
- Keputihan : Tidak ada keputihan
- Oedema : Tidak terdapat oedema
b. Perineum, tanda
- Red (kemerahan) : Tidak ada
- Edema (bengkak) : Tidak ada
- Ekimosis (bintik-bintik merah) : Tidak ada
- Discharge (pengeluaran cairan) : Terdapat darah
- Aproximate (kerapatan jahitan) : Rapat
- Luka parut : Tidak ada
c. Lochea
- Jenis : Rubra
- Jumlah : 150 cc
- Warna : Merah
- Bau : Bau amis khas darah
- Konsistensi lochea : Cair
11. Anus
Tidak terdapat hemoroid
12. Ekstermitas
a. Axilia
Pada saat dilakukan pengkajian tidak ada pembengkakan kelenjar
getah bening.
b. Esktermitas atas
- Oedema tangan/jari :
Pada saat dilakukan penkajian tangan dan jari klien tidak
tampak adanya edema
- Kekuatan otot
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas episiotomi, klien
selalu di bantu keluarga saat melakukan mobilitas dan
aktivitas
- CRT
< 3 detik
c. Ekstermitas bawah
- Oedema kaki
Pada saat dilakukan pengkajian tidak terdapat
pembengkakan.
- Varises
Pada saat dilakukan pengkajian klien tidak memiliki varises
- Reflek patela
Reflek patela klien baik
- Kekuatan otot
Klien tampak belum bisa berjalan sendiri masih dibantu oleh
keluarga
- Tromboplebitis
Tidak ada kemerahan pada (Homan Sign) betis dan klien tidak
mengeluh saat sakit dilakukan homan sign
G. Pengkajian psikolososial-kultural
1. Konsep diri
a. Citra Tubuh
Klien bersyukur kepada Allah swt atas semua yang diciptakannya
didalam tubuhnya. Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang
tidak ia sukai
b. Identitas Diri
Klien adalah seorang ibu yang berusia 34 tahun, jenis kelaminnya
perempuan, klien puas dengan jenis kelaminnya tersebut, klien
tidak puas dengan pendidikannya karena klien hanya
berpendidikan SMA
c. Peran Diri
Dirumah klien sebagai istri dari suaminya dan ibu dari anak-
anaknya, klien mengatakan peran ia sebagai seorang istri dan ibu
bagi anak-anaknya kadang terdapat sedikit kendala ataupun
masalah karena ia merasa kerepotan untuk mengurus rumah
tangga, suami, dan anak-anaknya. Sedangkan di rumah sakit ia
berperan sebagai pasien rawat inap, klien menuruti segala
kegiatan yang ada dirumah sakit dengan teratur.
d. Ideal Diri
Klien ingin menuruti semua kegiatan yang ada di rumah sakit agar
cepat pulang dan bisa beraktifitas seperti biasanya kembali setelah
masa nifas selesai yakni kurang lebih dengan rentang waktu 6-8
minggu.
e. Harga Diri
Meskipun dalam keadaan post partum, klien masih bisa
berinteraksi dengan klien lain, klien mengatakan tidak sedikit pun
merasa malu dengan kondisinya saat ini karena ia menganggap
hal yang dialaminya bukan lah penyakit yang serius.

2. Kognitif
Klien mengatakan tau dengan kondisinya saat ini post partum dengan
indikasi ketuban pecah dini.
3. Mekanisme koping
Klien mengatakan ketika ada masalah selalu berdiskusi dengan
suaminya dan memecahkan masalahnya bersama-sama.
4. Riwayat sosial
a. Status perkawinan : Menikah
b. Lama perkawinan : 15 Tahun
c. Perasan tentang perkawinan : Klien mengatakan
bahagia dengan
pernikahannya
d. Kehamilan : Direncanakan
e. Support sistem : klien mengatakan selalu
mendapatkan dukungan dari suami, kedua orang tuanya dan juga
mertuanya serta anggota keluarganya yang lain.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hb : 10,3 g/dl
2. Golongan darah : A/+
3. Gula darah sewaktu : -
4. Proteinuria :-
5. USG :-

A. ANALISA DATA
N DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
O
1
2
3

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
NOC NI
KEPERAWATAN
1
2
3

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N WAKTU TINDAKAN DIAGNOSA
O

2.
.

3.

4.
5.

6.

7.

8.

9.

10
11

12

E. EVALUASI
1. EVALUASI FORMATIF
N WAKTU DIAGNOSA EVALUAS
O
1

3
2. EVALUASI SUMATIF
No Waktu Diagnosa Evaluasi
1

Você também pode gostar