Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Jika PHK tidak bisa dihindarkan, tetap wajib dirundingkan oleh pengusaha
dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila
pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh.[1]
Non-Competition Clause
Pasal 31 UU Ketenagakerjaan menyebutkan:
Selain itu dalam Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (“UU Hak Asasi Manusia”), dikatakan juga
bahwa setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang
disukainya dan berhak pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.
Dilihat dari segi hukum perdata tentang perjanjian, suatu perjanjian itu tidak
boleh dibuat karena paksaan. Untuk lebih jelasnya, kita perlu ketahui tentang
syarat sah perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (“KUHPer”), yaitu:
Syarat pertama dan kedua pada 1320 KUHPer disebut syarat subjektif,
sedangkan syarat ketiga dan keempat pada 1320 KUHPer disebut syarat
objektif. Jika syarat subjektif tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut dapat
dibatalkan, sedangkan jika syarat objektif yang tidak dipenuhi, maka
perjanjian tersebut batal demi hukum.
Kemudian, dalam Pasal 1321 KUHPer dikatakan bahwa tiada sepakat yang
sah jika sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperoleh dengan
paksaan atau penipuan. Dari Pasal 1320 dan 1321 KUHPer kita bisa
memahami, jika pekerja dipaksa untuk sepakat pada suatu perjanjian untuk
tidak bekerja di perusahaan sejenis setelah ia mengundurkan diri dari tempat
kerjanya yang terdahulu, maka perjanjian tersebut tidak sah dan dapat
dibatalkan.
Tetapi titik beratnya bukan hanya pada paksaan saja, melainkan apakah isi
dari perjanjian tersebut memuat suatu sebab yang halal. Sebagaimana telah
dijelaskan di atas bahwa Non-competition clausebertentangan dengan UU
Ketenagakerjaan dan UU Hak Asasi Manusia, maka menurut hemat
kami non-compete clause tersebut batal demi hukum, sehingga tidak
mengikat Anda.
Uang Pesangon
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa jika Anda pegawai kontrak
berdasarkan PKWT dan perjanjian kerjanya diakhiri oleh perusahaan, maka
Anda berhak atas atas uang ganti rugi sebesar upah Anda sampai batas
waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
Namun jika Anda adalah pegawai tetap berdasarkan PKWTT, yang mana
pengusaha memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial, makaPasal 156 ayat (1) UU Ketenagakerjaanmenyebutkan:
Jika reward yang Anda maksud adalah bonus atas pekerjaan Anda, yang
telah diperjanjikan. Maka sesuai Pasal 156 ayat (4) huruf d jo. Pasal 156
ayat (1) UU Ketenagakerjaan, Anda berhak atas rewardtersebut jika telah
ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama karena termasuk ke dalam bagian uang penggantian hak.
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
Dasar hukum: