Você está na página 1de 5

LAMPIRAN

Pertanyaan dokter muda


1. Bagaimana imunisasi pneumonia?
a. Pneumokokus (PCV)1 Vaksin jenis ini berfungsi untuk melindungi
tubuh dari bakteri Pneumokokus yang bisa menyebabkan meningitis,
pneumonia, dan infeksi telinga. Vaksin Pneumokokus dapat dilakukan
secara simultan bersamaan dengan vaksin lain (polio, DPT dan Hib)
untuk mencegah keterlambatan imunisasi lainnya. Jadwal imunisasi:
Vaksin PCV diberikan pada anak usia 2, 4, 6 bulan, dan diulang saat
usia 12 - 15 bulan.
b. 2. DPT – Hib (Haemophilus influenza type B)1 Vaksin gabungan
antara Vaksin DPT dan Hib. Vaksin ini berfungsi mencegah infeksi
yang disebabkan oleh Haemophilus Influenzae type B, seperti
meningitis, pneumonia, dan epiglotitis (infeksi pada katup pita suara
dan tabung suara), sekaligus mencegah infeksi yang disebabkan oleh
difteri, pertussis, dan tetanus. Vaksin Hib dapat diberikan secara
terpisah atau kombinasi dengan vaksin DPT. Jadwal imunisasi :
Vaksin DPT-Hib diberikan pada anak usia 2, 4, dan 6 bulan. Vaksin
Hib sendiri perlu diulang saat anak berusia 18 bulan.

2. Apa tindak lanjut dari pengobatan pneumonia ?


Pasien post opname pneumonia di anjurkan untuk control ke poli anak
setelah 2-3 hari, nasihati orang tua memberikan anak makan. Evaluasi
yang dilakukan adalah melihat keadaan anak apa bila ada penurunan nafsu
makan, tidak dapat makan atau minum susu. Perhatikan juga apa ada tanda
perbaikan pada pernapasan, demam tidak ada lagi, nafsu makan membaik.
Jika tidak ada tanda-tanda dari pneumonia berat atau anak menunjukan
tanda-tanda perbaikan maka lanjutkan pengobatan sampai selesai 3 hari.
Tetapi jika frekuensi pernapasan, demam, dan nafsu makan tidak ada
perubahan dari ketika diperbolehkan pulang, maka ganti antibiotic ke lini
ke-2, jika ada tanda-tanda pneumonia berat, maka rawat anak di rumah
sakit.

3. Apa fungsi bronkodilator pada pneumonia ? Apa jenis yang disaran kan ?
Pada penatalaksanaan pneumonia penggunaan antibiotik yang tepat
merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus
segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan
oleh bakteri. Karena identifikasi dini mikroorganisme tidak umum
dilakukan, maka pemilihan antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman
empiris yang didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan
mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktor
epidiemiologis.
Bronkodilator diberikan sebagai terapi suportif. Diberikan bila pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara paru tambahan berupa wheezing.
Wheezing merupakan tanda adanya penyempitan saluran nafas yang
menyebabkan turbulensi udara dan menghasilkan suara tambahan. Mengi
lebIh sering terdengar pada fase ekspirasi.
Pada pneumonia, suara wheezing disebabkan karena adanya akumulasi
sekret pada saluran nafas yang mempersempit jalan udara. Pemakaian
bronkodilator pada pneumonia adalah sebagai mucosal clearance, dimana
akan memperbaiki fungsi kerja epitel pada silia sehingga meningkatkan
aktivitasnya mendorong mukus ke saluran pernafasan proksimal.
Bronkodilator yang dapat diberikan seperti salbutamol, ipratropium
bromida dan aminofilin.

dr. Rurin Dwi Septiana

1. Apa indikasi penggunaan antibiotik pada pengobatan pneumonia ?


Pengobatan dari pneumonia didasari atas etiologi dan derajat ringan-berat
penyakit ini. Pada usia neonatus dan anak sebagian besar pneumonia
disebabkan karen infeksi bakteri. Pada pneumonia, diberikan amoxicilin
sebagai pengobatan lini pertama guna memberi terapi pada bakteri gram
negatif. Jika pengobatan ini tidak berespon, maka akan diberikan
kloramfenikol sebagi terapi guna pengobatan pada bakteri gram positif.

dr. Ni Made Yuliari Sp.A


1. Penetuan diagnosis pada pneumonia ?
a. Anamnesis : ditemukan demam dengan suhu dapat naik secara
mendadak dan dapat disertai kejang karena demam yang tinggi. Batuk
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk
setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering
kemudian menjadi produktif. Keluhan sesak sehingga anak cenderung
gelisah, tidak mau makan, lemas.
b. Pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum : tampak sesak
 TTV : pernafasan cepat dan dangkal
 Kepala : pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung
dan mulut.
 Thoraks : Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot
epigastrik, interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.
 Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
 Pada auskultasi ditemukan ronkhi sedang nyaring.
c. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium Darah lengkap
Pada pneumonia virus dan mikoplasma, umumnya ditemukan
leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi
pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar
antara 15.000 – 40.000 / mm3 dengan predominan PMN.
Leukopenia ( < 5.000 / mm3 ) menunjukkan prognosis yang buruk.
- Foto Thorak
Kelainan foto toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan
dengan gambaran klinis. Kadang – kadang bercak – bercak sudah
ditemukan pada gambaran radiologis sebelum timbul gejala klinis.
Akan tetapi, resolusi infiltrat sering memerlukan waktu yang lebih
lama setelah gejala klinis menghilang.

1. Pneumonia interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan


bronkovaskular, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.
2. Pneumonia lobaris, pada gambaran radiologis terlihat
gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu
segmen/lobus atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang
tersebar
3. Gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak
infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial.

2. Apa komplikasi yang harus di waspadai ?


Komplikasi intrapulmoner :
1. Empiema
Empiema merupakan komplikasi tersering yang pada pneumonia
bakterialis. Penyebaran bakteri secara percutaneus menyebabkan
terakumulasinya cairan di caitas pleura menyebabkan empiema.
Diseksi udara di dalam jaringan paru-paru dapat menyebabkan
pneumatokel atau kantong udara. Pembentukan jaringan parut pada
saluran napas dan jaringan paru dapat menyebabkan pelebaran
bronkus, sehingga menyebabkan bronkiektasis dan peningkatan risiko
infeksi
2. Abses paru
Pneumonia yang menyebabkan nekrosis jaringan paru dapat
berkembang menjadi abses paru. Bagian paru yang paling sering
terkena adalah segmen posterior lobus atas dan segmen superior lobus
bawah. Abses paru sering disebabkan oleh bakteri anaerob, kelompok
Streptokokus, E. coli, Klebsiella pneumoniae, P. aeruginosa , dan S.
Aureus
Komplikasi ektrapulmoner :
1. Meningitis
Penyebaran pneumonia secara hematogen menyebabkan perjalanan
bakteri yang mamppu mencapai jaringan Sistem saraf, khsusnya
lapisan barrier pertama otak yaitu meningens. Bakteri dapat
menyerang bagian ini, sehingga timbul peradangan lokal bahkan
mampu menyebar luas.

3. Apa yang perlu dipantau dari pengobatan pneumonia ?


1. Pernafasan anak
Masih dijumpai atau tidak dispnue, pernafasan cepat dan dangkal
disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan
mulut.
2. Pola makan dan minum  mencegah dehidrasi
3. Adanya tanda-tanda syok dan penurunan kesadaran
4. Kepatuhan meminum obat antibiotik

Você também pode gostar