Você está na página 1de 3

Anjak Piutang (factoring) Bagian I

posted by abdul.salam

Dalam transaksi jual beli dapat dipastikan di dalamnya terjadi perjanjian, baik itu tertulis
maupun lisan. Dilihat konstruksi hukumnya perjanjian jual beli adalah persetujuan
dimana salah satu pihak menyerahkan ke”bendaan’” dan pihak lain membayar harga.
Kemudian perjanjian jual beli lahir dan mengikat setelah ada kata sepakat mengenai
harga dan barang (berlaku asas konsensus) walaupun belum dilakukan penyerahan barang
dan pembayaran harga.

Tentu saja dalam transaksi jual beli antara para pihak timbul suatu hak kepada penjual
untuk menuntut harga penjualan atau tagihan. Apabila tangihan ini dibayar langsung pada
saat itu juga, penjual dapat langsung menikmati uang tersebut, namun apabila harga
belum dibayarkan sementara penjual membutuhkan uang tersebut, apa yang dapat
dilakukan oleh si penjual. Atau bagaimana jika penjual tersebut kondisinya sebagai
supplier yang membutuhkan perputaran cepat dari modalnya sementara ia membutuhkan
pembayaran tersebut secara cepat untuk modal perputaran berikutnya.

Salah satu solusinya adalah dengan menjual piutang yang ada padanya kepada pihak lain.
Sehingga dengan dijualnya piutang tersebut penjual (supplier) dapat memiliki uang
tersbut yang dapat segara ia gunakan untuk proses lebih lanjut. Namun demikian tanpa
disadari ternyata ada hubungan hukum yang berubah yaitu orang lain yang membeli
piutang tersebut menggantikan kedudukan si penjual dimana ia berhak untuk menuntut
pembayaran dari si pembeli atau konsumen. Penjualan terhadap piutang inilah konsep
sederhana dari anjak piutang. Namun demikan itu baru perkenalan awal, mari kita bahas
lebih detil mengenai ajak piutang.

Pengertian anjak piutang

Anjak piutang atau disebut juga factoring apabila dilihat dari secara leksikal, frasa anjak
piutang terbangun dari dua kata yaitu anjak dan piutang. Kamus Besar Bahasa Indonesia
memberikan penjelasan kata anjak atau an·jak (v), ber·an·jak (v) yang artinya berpindah
(sedikit); beringsut; bergerak <lihat http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php>.
kemudian kata Piutang, pi·u·tang (n), ada beberapa pengertian, pengertian pertama, uang
yang dipinjamkan (yang dapat ditagih dari seseorang); utang-piutang, uang yang
dipinjam dari orang lain dan yang dipinjamkan kepada orang lain; Pengertian kedua,
tagihan uang perusahaan kepada para pelanggan yang diharapkan akan dilunasi dalam
waktu paling lama satu tahun sejak tanggal keluarnya tagihan. Dari frasa tersebut dapat
ditarik kesimpulan secara leksikal bahwa anjak piutang adalah beralih atau berpindahnya
piutang. Sehingga perjanjian anjak piutang adalah perjanjian yang mendasari perpindahan
tagihan sejumlah piutang kepada pihak yang lain.

Memang belum ada kesamaan pendefinisian mengenai apa yang dimaksud dengan anjak
piutang, Namun definisi tersebut dapat kita simpulkan dari pendefinsian mengenai
perusahaan anjak piutang dalam peraturan perundang-undangan yaitu: (1) Pasal 1 (8)
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayan dan (2) Pasal 1
(i) Kepmenkeu No. 1251 Tahun 1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan. Kedua peraturan perundang-undangan tersebut memberikan
definisi perusahaan anjak piutang : “badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dan transaksi perdagangan dalam atau luar negeri”

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dilihat kegiatan pokok dari perusahaan anjak
piutang, yaitu:

1. Pembelian dan atau penagihan piutang berjangka pendek dan transaksi


perdagangan.
2. Menatausahakan penjualan kredit.
3. Penagihan piutang perusahaan kredit.

Agar dapat lebih memahami tentang perjanjian anjak piutang ini maka dapat dilihat dari
tiga serangkai hukum yaitu, (1) subyek hukum, (2)obyek hukum, dan (3) Hubungan
hukum atau Peristiwa Hukum. Dalam perjanjian ketiga-tiganya selalu ada.

Subyek hukum dari perjanjian anjak piutang itu tentau saja adalah Penjual, Pembeli dan
Perusahaan anjak piutang. Namun penamaan tersebut dirubah disesuaikan dengan
hakekat anjak piutang. Perusahaan anjak piutang atau dikenal sebagai factor adalah
badan usaha yang menawarkan anjak piutang lihat pengertian di atas. Klien adalah pihak
yang menggunakan jasa dari anjak piutang (mudahnya adalah pihak yang menjual
piutang kepada factor). Penjual atau supplier masuk dalam pengeritan klien. Sementara
nasabah atau konsumen merupakan pihak yang mengadakan transaksi dengan klien.

Obyek Hukum. Obyek hukum dalam perjanjian ini jelas adalah piutang itu sendiri. Baik
itu dijual atau dialihkan atau di urus oleh pihak lain.

Peristiwa hukum atau hubungan hukumnya adalah perjanjian anjak piutang, yaitu
perjanjian antara perusahaan anjak piutang dengan klien.

Berikut peragaan skema anjak piutang (factoring)


Cara peralihan piutang

Peralihan hak milik atau dikenal dengan levering sejatinya harus melihat bentuk dari
bendanya yang akan dialihkan tersebut, yaitu apakah benda tersebut adalah benda
bergerak dan benda tidak bergerak. Karena pada esensinya anjak piutang adalah
perjanjian jual beli maka cara peralihannya pun mengikuti kaedah jual beli (Pasal 1459
KUHPerdata). Dimana dalam peralihannya dilihat dalam Pasal 612, 613, dan 616
KUHPerdata.

Umumnya piutang yang timbul dari perdagangan adalah piutang atas nama (op name).
Sehingga berdasarkan Pasal 613 pengalihan dalam anjak piutang (piutang atas nama dan
benda tak bertubuh lainnya) dilakukan dengan akta dan pemberitahuan dan pengakuan.

Você também pode gostar