Você está na página 1de 16

1.

Definisi Chronic Kidney Disease


Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang biasa disebut gagal ginjal yaitu ginjal
kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan
tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi
dua kategori yaitu kronik dan akut. (Price & Wilson, 2012).
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal
yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Smeltzer
dan Bare, 2011).

2. Etiologi
Pada dasarnya penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi
glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).
Penyebab gagal ginjla kronik menurut Andra dan Yessie, 2013 :
a. Gangguan pembuluh darah
Berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan
ginjal. Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis yang besar,
dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah. Hiperplasia fibromuskular
pada satu atau lebih arteri besar yang juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah.
Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di
obati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastisitas sistem, perubahan darah
ginjal mengakibatkan penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan immunologis
Seperti glomerulonefritis.
c. Infeksi
Dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E. Coli yang berasal dari
kontaminasi tinja pada traktus urinarus bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui
alirah darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarus bagian bawah
lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversibel ginjal yang
disebut pielonefritis.
d. Gangguan metabolic
Seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat sehingga terjadi penebalan
membran kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi
nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat – zat proteinemia abnormal
pada dinding pembuluh darah secara serius merusak membran glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer
Terjadinya nefrotoksis akibat analgesic atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarus
Oleh batu ginjal, hipertrofi prostat dan konstruksi uretra.
g. Kelamin kongenital dan herediter
Penyakit polikistik merupakan kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya
kista/kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan
ginjal yang bersifat kongenital (hipoplasia renalis) serta adanya asidosis.

3. Manifestasi Klinis Chronic Kidney Disease


Menurut perjalanan klinisnya :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun
hingga 25% dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan nokturia,
GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan BUN sedikit
meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi,
anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload),
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang – kejang sampai koma),
yang ditandai dengan GFR kurang dari 5 – 10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan
BUN meningkat tajam dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

4. Klasifikasi Chronic Kidney Disease


Menurut Corwin, 2009, penyakit ginjal kronik dibagi menjadi empat stadium
berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), yaitu :
1. Stage 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG yang masih
normal >90 ml/menit/1,73 m2
2. Stage 2
Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG antara 60 - 89
ml/menit/1,73 m2.
3. Stage 3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30 – 59 ml/menit/1,73 m2.
4. Stage 4
Kelainan ginjal dengan LFG 15 - 29 antara ml/menit/1,73 m2.
5. Stage 5
Kelainan ginjal dengan LFG <15 ml/menit/1,73 m2 atau gagal ginjal terminal.

a. Tanda dan Gejala Chronic Kidney Disease


Menurut Suyono (2001) tanda dan gejala gagal ginjal kronik adalah :
1. Gangguan pada sistem gastrointestinal
a. Anoreksia, mual dan muntah yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein dalam usus dan terbentuknya zat – zat toksik.
b. Fektor uremic disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur yang diubah
menjadi aminia oleh bakteri sehingga nafas berbau amonia.
2. Gangguan sistem hematologi dan kulit
a. Anemia karena berkurangnya produksi eritroprotein.
b. Kulit pucat karena anemia dan keseimbangan karena penimbunan urokrom.
c. Gatal – gatal akibat toksin uremik.
d. Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
e. Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang)
3. Sistem saraf dan otak
a. Miopati, kelelahan dan hipertropi otot.
b. Ensepalopati metabolik : lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi
4. Sistem kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Nyeri dada, sesak nafas
c. Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini
d. Edema
5. Sistem endokrin
a. Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki – laki,
pada wanita muncul gangguan menstruasi.
b. Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan sekresi
insulin.
6. Gangguan pada sistem lain
a. Tulang : osteodistrofi renal.
b. Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.

5. Komplikasi Chronic Kidney Disease


Menurut (Smeltzer dan Bare, 2011) komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan mencakup :
a. Hiperkalemia
Akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan diet
berlebih.
b. Pericardirtis
Efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan
dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin, angiostensin,
aldosteron.
d. Anemia
Akibat penurunan eritroprotein, penurunan rentang usia sel darah merah,
peradangan gastrointestinal.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat.

6. Patofisiologis
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolik
(DM), infeksi (Pielonefritis), obstruksi traktus urinarus, gangguan imunologis,
hipertensi, gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan gangguan kongenital yang
menyebabkan GFR menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron – nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron – nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorbsi berakibat
dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala – gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala – gejala khas
kegagalan ginjal bila kira – kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah dari itu. (Barbara C Long).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
dieksresikan kedalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. (Smeltzer dan Bare, 2011).
7. Pathway
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Kreatin dan BUN serum keduanya tinggi karena gagal ginjal.
b) Elektrolit serum menunjukan peningkatan kalium, fosfor, kalsium, magnesium,
dan produk fosfor-kalsium, dengan natrium serum rendah.
c) Gas Darah Arteri (GDA) menunjukan asidosis metabolik (nilai pH, kadar
bikarbonat, dan kelebihan basa dibawah rentang normal).
d) Hemoglobin dan hemotakrit dibawah rentang normal.
e) Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal.
f) Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi jika metabolisme tulang diperbaharui
(Brunner & suddarth).

9. Penatalaksanaan Medis
a) Diet retriksi asupan kalium, fosfat, natrium dan air untuk mengindari hiperkalemia
b) Transfusi darah
c) Obat obatan : antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemid (membantu berkemih)
d) Dialisis dan transpaltasi ginjal
e) Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
f) Diet tinggi kalori dan rendah protein
g) Terapi penyakit ginjal
h) Pengobatan penyakit penyerta
i) Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal (Nanda,
2015 ).

10. Pengkajian Keperawatan


a. Pengkajian primer
Pengkajian primer merupakan pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah
yang mengancam nyawa seseorang, dimana dalam proses pengkajian harus dengan
cepat. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
dengan segera masalah yang mengancam kehidupan (Fluide, 2009). Tahapan dalam
pengkajian primer:
1. Airway
Menilai akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi atau sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret akibat dari
kelemahan reflek batuk. Jika terdapat obstruksi maka melakukan suction, chin
lift/ jaw trust, intubasi trakhea dengan leher ditahan. Lihat adanya edema tracheal
atau faringeal, reflek menelan dan batuk menurun. Selain itu dilakukan pula
pengkajian adanya suara nafas tambahan seperti snoring.
2. Breathing
Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas, apakah ada
penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada dan adanya sesak nafas.
Palpasi pengembangan paru, auskultasi suaran nafas, kaji adanya suara napas
tambahan, dan kaji adanya trauma pada dadi. Jika napas tidak memadai maka
lakukan pemberian oksigen dan posisi semifowler.
3. Circulation
Pengkajian meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
4. Disability
Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi pupil, serta fungsi
neuromuskuler.
5. Exposure
Mengkaji kontrol terhadap lingkungan, lihat adanya luka/ jejas. (Baradero, 2009)
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah melakukan pengkajian primer. Pengkajian
sekunder dilakukan ketika klien tidak mengalami syok atau kondisinya mulai
membaik. Pengkajian ini meliputi:
1. Keluhan utama
2. Penampilan umum
3. Pengkajian nyeri (PQRST)
4. Riwayat penyakit/ pengkajian SAMPLE
a. S (Signs and Symptoms)
Tanda dan gejala terjadinya hipoglikemia.
b. A (Allergies)
Memastikan ada atau tidaknya alergi pada klien, seperti obat-obatan, plester
dan makanan tertentu.
c. M (Medications)
Obat-obatan yang dikonsumsi seperti sedang menjalani pengobatan penyakit
tertentu, dosis atau penyalahgunaan obat.
d. P (Past Illness)
Riwayat kesehatan klien misalnya penyakit yang pernah diderita, obat yang
pernah dikonsumsi, dan pengalaman penggunaan obat-obat herbal.
e. L (Last meal)
Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, rentang waktu konsumsi
dengan kejadian, dan periode menstruasi bagi perempuan.
f. E (Event leading to injury or illness)
Hal-hal yang berasal dari luar dan bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian
yang menyebabkan adanya keluhan utama)
c. Pengkajian Keperawatan
a) Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai
pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu
lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung
banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b) Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus
urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
c) Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau
turun.
d) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.

 Pengkajian fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
5) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.

11. Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi paru.
b. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah.
c. Kerusakan integritas kulit b.d pruritas.
d. Kelebihan volume cairan b.d penurunan keluaran urin.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
(NANDA NIC – NOC, 2015)
12. INTERVENSI DAN RASIONALISASI
No Diagnosa Tujuan – Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC 1. Untuk memastikan
pola nafas b.d tindakan 1. Buka jalan nafas ada atau tidaknya
hiperventilasi keperawatan selama 2. Pastikan posisi sumbatan pada jalan
paru 3x 24 jam diharapkan untuk nafas
pola nafas pasien memaksimalkan 2. Agar pasien dapat
normal ventilasi bernafas dengan
NOC: 3. Auskultasi suara optimal/lebih baik
 Respiratory nafas, catat 3. Untuk mengetahui
status: ventilasi adanya suara adanya suara nafas
 Respiratory tambahan tambahan
status: airway 4. Monitor vital sign 4. Untuk mengetahui
patency (pernafasan) dan kondisi pernafasan
 Vital sign status status O2 pasien dan status O2
Kriteria hasil: 5. Keluarkan secret 5. Untuk
 Mendemonstrasik dengan batuk mengeluarkan
an batuk efektif, atau suction secret yang
suara nafas yang menghambat jalan
bersih, tidak ada nafas
cyanosis, dyspnea
 Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (irama
nafas, tidak
tercekik, tidak ada
nsuara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

2. Intoleransi Setelah dilakukan NIC Activity 1. Untuk dapat


aktivitas b.d tindakan Therapy memberikan program
keletihan dan keperawatan selama 1. Kolaborasikan yang sesuai dan tepat.
kelemahan 3x24 jam diharapkan dengan tenaga 2. Untuk mengetahui
ekstermitas atas energi psikologis rehabilitasi kemampuan pasien
bagian kanan maupun fisiologi medik dalam dalam melakukan
pasien terpenuhi merencanakan suatu aktivitas
NOC program terapi 3. Untuk membantu
 Energy yang tepat pasien dalam
conervation beraktivitas
 Activity 2. Bantu pasien 4. Untuk dapat
tolerrance mengidentifikas mengetahui
 Self care: ADLs ikan aktivitas kekurangan pasien
yang mampu dalam beraktivitas
Kriteria Hasil: dilakukan dan memberikan
 Berpartisipasi 3. Bantu untuk penanganan yang
dalam aktifitas mendapatkan tepat
fisik tanpa disertai alat bantuan 5. Untuk bisa membuat
peningkatan aktivitas seperti pasien selalu
tekanan darah, kursi roda termotivasi dan
nadi, RR 4. Bantu pasien besemangat
 Mempu dan keluarga 6. Untuk mengetahui
melakukan untuk kesanggupan dan
aktivitas sehari- mengidentifikas keinginan pasien
hari secara i kekurangan dalam melakukan
mandiri dalam aktivitas aktivitas
 Tanda tanda vital 5. Bantu pasien
normal mengembangka
 Energy n motivasi dan
psikomotor peguatan
6. Monitor respon
 Level kelemahan
fisik, emosi,
 Mampu
sosial, dan
berpindah:
spiritual
dengan atau tanpa
bantuan
 Status
kardiopulmonari
adekuat
 Sirkulasi status
baik
 Status respirasi:
pertukaran gas
dan ventilasi
adekuat

3. Kerusakan Setelah dilakukan NIC 1. Penggunaan pakaian


integritas kulit tindakan Pressure yang longgar dapat
b.d pruritas keperawatan selama Management memudahkan
3x24 jam diharapkan 1. Anjurkan pasien sirkulasi
integritas kulit pasien untuk 2. Meminimalisir
membaik. menggunakan terjadinya gesekan
NOC pakaian longgar
Tissue Integrity : 2. Hindari kerutan pada kulit yang akan
Skin and Mocuos pada tempat tidur menimbulkan luka
Membranes 3. Jaga kebersihan 3. Kebersihan kulit
 Hemodyalisis kulit agar tetap akan meminimalisir
akses bersih dan kering terjadinya infeksi
Kriteria Hasil : 4. Mobilisasi 4. Menghindari
1. Integritas kulit pasien (ubah terjadinya dekubitus
yang baik bisa posisi pasien) 5. Menjaga kelembaban
dipertahankan setiap 2 jam daerah yang tertekan
(sensasi, sekali 6. Menjaga kebersihan
elastisitas, 5. Oleskan kulit pasien
temperatur, lotion/baby oil meningkatkan
hidrasi, pada daerah yang integritas kulit
pigmentasi) tertekan
2. Tidak ada 6. Memandikan
luka/lesi pada pasien dengan
kulit sabun dan air
3. Perfusi jaringan hangat
baik
4. Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cedera
berulang
5. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
4. Kelebihan Setelah dilakukan NIC 1. Untuk mengetahui
volume cairan tindakan Fluid Management output cairan yang
b.d penurunan keperawatan selama 1. Timbang keluar
keluaran urin 3x24 jam diharapkan popok/pembalut 2. Untuk memantau
kebutuhan volume jika diperlukan intake dan output
cairan terpenuhi 2. Pertahankan yang keluar
secara seimbang. catatan intake dan 3. Untuk memudahkan
output yang dalam eliminasi
NOC akurat
 Electrolit and 3. Pasang urin 4. Untuk memantau
acid base kateter jika kadar Hb yang sesuai
balance diperlukan dengan retensi urin
 Fluid balance 4. Monitor hasil Hb 5. Untuk memantau
 Hydration yang sesuai vital sign supaya
Kriteria Hasil : dengan retensi dalam rentan normal
 Terbatas dari cairan (BUN, 6. Untuk memantau
edema, efusi, Hmt, osmolalitas cairan yang masuk
anasarka urin) dalam tubuh supaya
 Bunyi nafas 5. Monitor vital sign tidak berlebih
bersih, tidak ada 6. Monitor masukan 7. Menghindari
dyspneu/ortopne makanan/cairan masukan nutrisi yang
u dan hitung intake berlebih
 Terbatas darei kalori 8. Kolaborasi supaya
distensi vena 7. Monitor status keadaan umum
jugularis, reflek nutrisi pasien tidak
hepatojugular 8. Kolaborasi dokter memburuk
(+) jika tanda cairan
berlebih muncul
 Memelihara
memburuk
tekanan vena
sentral, tekanan
kapiler paru,
output jantung
dan vital sign
dalam batas
normal
 Terbebas dari
kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan
 Menjelaskan
indikator
kelebihan cairan
5. Ketidakseimban Setelah dilakukan NIC 1. Menghindari respon
gan nutrisi tindakan Nutrition tubuh yang tidak
kurang dari keperawatan selama Management diinginkan
kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan 1. Kaji adanya 2. Supaya asupan
b.d anoreksia asupan nutrisi pasien alergi makanan nutrisi dapat tercukup
terpenuhi dengan 2. Kolaborasi dengan baik dan
baik. dengan ahli gizi seimbang
NOC : untuk 3. Kebutuhan intake Fe
 Nutritional menentukan yang seimbang
Status : jumlah kalori dan
 Nutritional nutrisi yang menghindari
Status : food and dibutuhkan kerusakan organ
fluid pasien 4. Kebutuhan protein
 Intake 3. Anjurkan pasien dan vitamin C yang
 Nutritional untuk baik dapat
Status : nutrient meningkatkan meningkatkan status
Intake intake Fe gizi
 Weight control 4. Anjurkan pasien 5. Supaya jumlah
Kriteria Hasil : untuk nutrisi dan kalori
 Adanya meningkatkan yang masuk ke dalam
peningkatan protein dan tubuh tetap seimbang
berat badan vitamin C 6. Menentukan
sesuai dengan 5. Monitor jumlah makanan yang sesuai
tujuan nutrisi dan dengan kondisi tubuh
 Berat badan kandungan kalori pasien
ideal sesuai 6. Berikan makanan
dengan tinggi yang terpilih
badan (sudah
dikonsultasikan
 Mampu
dengan ahli gizi)
mengidentifikas
i kebutuhan
nutrisi
 Tidak ada tanda
– tanda
malnutrisi
 Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan dari
menelan
 Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang
berarti
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi (diterjemahke oleh Nikhe Budhi


Subekti).Jakarta : EGC.

Huda, Nurarif & Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC – NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa dan NANDA NIC NOC. Jilid 2. Yogyakarta : MedAction.

Smeltzer C, Suzanne, Brunner dan Suddarth.2011.Buku Ajar Keperawatan Medical


Berdah.Jakarta : EGC.
Sylvia dan Lorraine.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi
6.Jakarta : EGC.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC; 2012

Você também pode gostar