Você está na página 1de 10

HUBUNGAN TINGKAT KELELAHAN SUBJEKTIF DENGAN

PRODUKTIVITAS PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGEMASAN DI


CV SUMBER BAROKAH

Lince Verawati
Ikatan Alumni Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Provinsi Jawa Timur
Email: lincevw@yahoo.com

ABSTRACT
Work fatigue is a subjective feeling followed by declining of efficiency and desire to work. Fatigue can also result in work
accident which affect directly to productivity. The purpose of this research was know the relation between subjektive fatigue
and labor’s productivity at packaging division of chip factory, CV Sumber Barokah. This study was a descriptive study
with cross sectional design. Samples were taken with a total sampling principle that all workers from packaging division
who totaled 27 people. The variables were years of working life, nutritional status and subjektive fatigue and labor’s
productivity. The data obtained were analyzed descriptively using Contingency Coeffisient. The results showed that the
most of the respondents were 1-2 years of working life, had better nutritional status. The result of fatigue measurement used
the checklist which indicated that respondents medium fatigue caused work hours and breaktime is not accordance with
provision of labour laws. Respondents can package the chip based on target. The results showed existence between fatigue
with labor’s productivity. The association values were 0,798 susceptible values from 0.50 to 0.75 which means a moderate
level of relationship. The conclusion shows the relation between fatigue with labor’s productivity. My suggestion for the
corporation is performing work hours and break time in accordance with provision of labour laws number 13 of 2003.

Keywords: subjektive fatigue, labor’s productivity

ABSTRAK
Kelelahan kerja merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam
bekerja. Kelelahan juga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang berdampak langsung pada tingkat produktivitas
kerjanya. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara kelelahan subjektif dengan produktivitas tenaga kerja di
pabrik krupuk CV Sumber Barokah bagian pengemasan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross
sectional. Sampel diambil dengan prinsip total sampling yaitu semua tenaga kerja bagian pengemasan yang berjumlah
27 orang. Variabel yang diteliti adalah masa kerja, status gizi, kelelahan subjektif dan produktivitas tenaga kerja. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan koefisien kontingensi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar masa kerja responden 1–2 tahun serta memiliki status gizi normal. Hasil pengukuran kelelahan
menggunakan checklist menunjukkan bahwa responden yang mengalami kelelahan kerja sedang disebabkan oleh waktu
kerja dan waktu istirahat yang tidak sesuai. Responden dengan tingkat kelelahan kerja rendah mampu mengemas krupuk
sesuai target sedangkan responden dengan tingkat kelelahan kerja sedang tidak mampu mengemas krupuk sesuai target.
Analisis menggunakan koefisien kontingensi didapatkan nilai asosiasi 0,798 berada pada rentang nilai 0,50–0,75 yang
berarti memiliki tingkat hubungan sedang. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kelelahan subjektif
dengan produktivitas tenaga kerja. Saran bagi perusahaan yaitu dapat melaksanakan lama waktu kerja dan waktu istirahat
sesuai dengan ketentuan perundangan ketenagakerjaan yang berlaku yaitu Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13
Tahun 2003.

Kata kunci: kelelahan subjektif, produktivitas tenaga kerja

PENDAHULUAN Tenaga manusia merupakan salah satu faktor


Perkembangan teknologi dan industri yang produksi yang berperan di perusahaan mempunyai
semakin maju akan mendorong munculnya berbagai peran sama dengan faktor produksi lain seperti
macam industri yang juga berpengaruh terhadap dana permodalan dan alat produksi. Keberhasilan
kompetisi atau persaingan yang semakin ketat di pembangunan juga sangat bergantung pada
Indonesia. Eksistensi dari masing-masing industri manusia sebagai tenaga pelaksananya. Manusia
tersebut sangat ditentukan oleh kecepatan, ketepatan sebagai tenaga kerja mempunyai hak-hak tentang
dan kualitas produk yang dihasilkan. keselamatan kerja yang diatur oleh Undang-

51
52 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 51–60

Undang R.I nomor 1 Tahun 1970 tentang hak atas Pabrik krupuk CV Sumber Barokah Krian
perlindungan dan jaminan keselamatan kerja untuk merupakan pabrik krupuk dengan tenaga kerja
kesejahteraan dan peningkatan produktivitas. berisiko mengalami kelelahan kerja. Jam kerja di
Tenaga manusia memerlukan pemeliharaan pabrik krupuk ini yaitu mulai pukul 06.00 WIB
dan pengembangan khusus karena faktor produksi sampai 16.00 WIB serta istirahat selama 30 menit
lainnya tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya pada pukul 12.00-12.30 WIB. Libur tiap 2 minggu
tenaga manusia, untuk itu perlu adanya upaya sekali pada hari minggu. Berdasarkan Undang-
kesehatan kerja yaitu melindungi tenaga kerja agar Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003
hidup sehat serta terbebas dari gangguan kesehatan bahwa waktu kerja dan waktu istirahat di pabrik
dan pengaruh buruk yang diakibatkan yang sesuai krupuk CV Sumber Barokah tidak sesuai dengan
dengan Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2009 ketetapan yang berlaku.
tentang kesehatan. Waktu kerja yang sesuai Undang-Undang
Salah satu gejala gangguan kesehatan pada Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 yaitu untuk
tenaga kerja yang timbul akibat pekerjaan adalah 6 hari kerja dalam seminggu waktu kerjanya adalah
kelelahan. Kelelahan kerja merupakan masalah 7 jam dalam sehari dan 40 jam dalam satu minggu
yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Kelelahan serta untuk 5 hari kerja dalam seminggu waktu
kerja merupakan masalah penting yang perlu kerjanya adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam
ditanggulangi dengan baik sebab dapat menyebabkan dalam satu minggu. Waktu istirahat antara jam kerja
berbagai masalah seperti kehilangan efisiensi dalam yaitu minimal setengah jam setelah bekerja selama
bekerja, penurunan produktivitas dan kapasitas 4 jam, kemudian untuk istirahat mingguan yaitu satu
kerja serta kemampuan kesehatan dan kemampuan hari untuk 6 hari kerja atau 2 hari untuk 5 hari kerja
bertahan tubuh yang menyebabkan kecelakaan dalam satu minggu.
kerja. Kelelahan juga merupakan penyebab utama Tarwaka (2015), mengatakan bahwa jam
terjadinya kecelakaan kerja dan akan berpengaruh kerja yang berlebihan dan jam kerja lembur di luar
terhadap produktivitas. batas kemampuan dapat mempercepat timbulnya
Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati kelelahan, menurunkan ketepatan, kecermatan serta
(2014), menyebutkan bahwa kelelahan secara ketelitian kerja. Undang-Undang Ketenagakerjaan
langsung dipengaruhi oleh stres kerja, konflik kerja, Nomor 13 Tahun 2003 menjelaskan bahwa
lingkungan fisik serta kapasitas kerja. Budiono pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja
(2008), mengatakan bahwa kelelahan ditandai melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat
dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan antara lain ada persetujuan dari tenaga kerja yang
pekerjaan atau kegiatan sehingga akan meningkatkan bersangkutan serta waktu kerja lembur hanya dapat
kesalahan dalam melakukan pekerjaan dan akibat dilakukan maksimal 3 jam dalam satu hari dan 14
fatalnya yaitu terjadinya kecelakaan kerja. jam dalam 1 minggu. Berdasarkan Undang-Undang
Data dari International Labour Organitation Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 bahwa upah
(2013), menyebutkan sebanyak dua juta pekerja kerja lembur wajib dibayar pengusaha pada tenaga
menjadi korban setiap tahun karena kecelakaan kerja yang bekerja melebihi waktu kerja.
kerja akibat faktor kelelahan. Penelitian yang Kelelahan tenaga kerja bagian pengemasan
dilakukan International Labour Organitation (2013), di CV Sumber Barokah juga disebabkan oleh
menjelaskan bahwa sebanyak 58.118 sampel dari pekerjaan yang bersifat monoton. Keadaan monoton
18.828 sampel (32,8%) di antaranya mengalami ini berhubungan dengan gerakan-gerakan yang
kelelahan dan berpengaruh pada produktivitas dilakukan pekerja dalam melakukan aktivitas
kerja. pekerjaannya saat mengemas krupuk yang dilakukan
Produktivitas di Indonesia sendiri masih setiap hari secara berulang dan kurang bervariasi.
relatif rendah jika dibandingkan dengan 3 negara Anoraga (2009), mengatakan bahwa kelelahan
kompetitor lainnya di ASEAN. Data produktivitas erat kaitannya dengan perasaan bosan akibat
tahun 2013 yang dirilis oleh Asian productivity pekerjaan yang monoton. Pekerjaan sama yang
Organization menyebutkan bahwa produktivitas dilakukan berulang-ulang dari hari ke hari tanpa
tenaga kerja Indonesia berada di bawah rata-rata adanya variasi dapat menimbulkan rasa jemu, bosan
negara ASEAN yaitu sebesar 10.700 dollar AS atau dan cepat lelah. Nurmianto (2008), mengatakan
117,7 juta. bahwa kondisi kerja yang berulang-ulang dapat
Lince Verawati, Hubungan Tingkat Kelelahan Subjektif dengan Produktivitas… 53

menimbulkan suasana monoton yang berakumulasi Penelitian ini dilaksanakan di pabrik krupuk
menjadi rasa bosan, dimana rasa bosan dikategorikan CV Sumber Barokah dipilih karena belum pernah
sebagai kelelahan. dijadikan lokasi penelitian sejenis dan berdasarkan
Pabrik krupuk CV Sumber Barokah dalam sehari hasil survey didapatkan bahwa terdapat tenaga
menargetkan 10 ton krupuk atau 2000 kemasan. Saat kerja yang mengalami kelelahan kerja karena jam
kekurangan tenaga kerja karena terdapat tenaga kerja kerja dan jam istirahat yang tidak sesuai sehingga
yang tidak masuk, maka krupuk yang dihasilkan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Penelitian
dalam sehari hanya mencapai 8–9 ton krupuk yang ini dilakukan pada bulan Oktober 2015.
berarti tidak mencapai target. Sebanyak 10 ton Variabel pada penelitian ini yaitu masa kerja,
krupuk yang dihasilkan dalam sehari tersebut akan status gizi, kelelahan subjektif dan produktivitas
dikemas oleh tenaga kerja pada bagian pengemasan tenaga kerja. Sumber data yang digunakan adalah
tiap 5 kg menjadi 2000 kemasan perhari oleh 27 data primer dengan cara wawancara menggunakan
tenaga kerja. Dalam sehari seorang tenaga kerja kuesioner serta pengukuran secara langsung. Data
ditargetkan mengemas sebanyak 74 kemasan. sekunder digunakan untuk mendukung adanya data
Saat kurang dari jumlah tersebut maka dikatakan primer.
produktivitas tenaga kerja bagian pengemasan tidak Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner
mencapai target. Berdasarkan wawancara dengan Subjektif Self Rating Test untuk mengukur kelelahan
tenaga kerja di bagian pengemasan, penurunan subjektif, bathroom scale untuk mengukur berat
produktivitas disebabkan karena kelelahan sehingga badan dan microtoise untuk mengukur tinggi
tidak mampu mengemas krupuk sesuai target. badan. Kelelahan subjektif diukur menggunakan
Kelelahan dipengaruhi tiga faktor antara lain Subjektive Self Rating Test dari Industrial Fatigue
faktor lingkungan kerja, faktor pekerjaan dan faktor Research Committe (IFRC) Jepang yang berisi
karakterisitik pekerja. Dalam penelitian ini penulis 30 pertanyaan yang berisi 10 pertanyaan tentang
membatasi faktor penyebab kelelahan yang akan pelemahan kegiatan,10 pertanyaan tentang
diteliti yaitu masa kerja serta status gizi (IMT). pelemahan motivasi serta 10 pertanyaan tentang
Kedua faktor tersebut menyebabkan terjadinya gambaran kelelahan fisik.
kelelahan subjektif dan akan mempengaruhi Data diperoleh dari hasil kuesioner dilakukan
produktivitas tenaga kerja. scoring untuk mengetahui tingkat kelelahan dan
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis produktivitas tenaga kerja. Data yang didapatkan
hubungan kelelahan subjektif dengan produktivitas dari kuesioner dan pengukuran langsung kemudian
pada tenaga kerja di pabrik krupuk CV Sumber dianalisis dengan tabel narasi. Data antar variabel
Barokah bagian pengemasan. dianalisis secara deskriptif menggunakan uji
koefisien kontingensi untuk mengetahui kuat
hubungan.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
HASIL
observasional yaitu dilakukan dengan cara
mengamati objek penelitian tanpa memberikan Gambaran Umum Perusahaan
perlakuan. Menurut waktu pelaksanaannya,
Pabrik krupuk CV Sumber Barokah berlokasi
penelitian ini merupakan penelitian cross sectional
di Krian yang berdiri sejak tahun 2007. Pabrik
karena data tentang variabelnya diperoleh pada satu
krupuk ini mempunyai 100 tenaga kerja yang berada
waktu. Berdasarkan sistem analisisnya, penelitian ini
pada bagian pengolahan, pencetakan, pengukusan,
adalah penelitian deskriptif yaitu metode penelitian
pengopenan, pengemasan, maintenance dan bengkel
dengan tujuan membuat gambaran tentang suatu
serta helper dengan 50 mesin pencetak krupuk,
keadaan secara objektif.
17 oven basah, 8 mesin oven kering dan mampu
Populasi penelitian ini yaitu semua tenaga
memproduksi rata-rata 10 ton kerupuk mentah setiap
kerja di pabrik krupuk CV Sumber Barokah bagian
harinya.
pengemasan sebanyak 27 orang. Sampel penelitian
Jam kerja di pabrik krupuk CV Sumber Barokah
ini yaitu tenaga kerja bagian pengemasan di pabrik
yaitu mulai pukul 06.00 WIB sampai 16.00 WIB
krupuk CV Sumber Barokah sebanyak 27 orang
serta istirahat selama 30 menit pada pukul 12.00-
yang diambil dengan cara teknik total populasi.
12.30 WIB. Libur tiap 2 minggu sekali pada hari
minggu.
54 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 51–60

Karakteristik Responden Tabel 4. Distribusi Produktivitas Tenaga Kerja


Responden pada penelitian ini adalah tenaga Produktivitas Kemasan n %
kerja bagian pengemasan di pabrik krupuk CV Target ≥ 74 18 66,7
Sumber Barokah Sidoarjo Jawa Timur sebanyak Tidak target < 74 9 33,3
27 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Total 27 100,0
2015.

Tabel 1. Distribusi Masa Kerja Responden Tabel 5. Tabulasi Silang Hubungan Masa Kerja
dengan Kelelahan Subjektif
Masa Kerja n %
0-2 th 17 63,0 Kategori Kelelahan
Masa Total
2-4 th 10 37,0 Rendah Sedang
Kerja
Total 27 100,0 n (%) n (%) n (%)
1-2 th 10 (58,8) 7 (70,0) 17 (63,0)
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden bekerja 2-4 th 7 (41,2) 3 (30,0) 10 (37,0)
Total 17 (100,0) 10 (100,0) 27 (100,0)
dengan masa kerja paling lama yaitu 0-2 tahun
(63%) sedangkan sisanya bekerja dengan masa kerja
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar
2-4 tahun (37%).
kelelahan rendah dialami oleh responden dengan
masa kerja 1–2 tahun (58,8%) sedangkan kelelahan
Tabel 2. Distribusi Status Gizi Responden
sedang sebagian besar dialami oleh responden
IMT n % dengan masa kerja 1–2 tahun (70%).
Kurus 2 7,4 Hasil pengujian dengan menggunakan koefisien
Normal 19 70,4 kontingensi didapatkan nilai asosiasi 0,111 berada
Gemuk 6 22,2 pada rentang nilai 0,00–0,25 yang berarti memiliki
Total 27 100,0 tingkat hubungan lemah. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar kelelahan subjektif.
status gizi responden yaitu dengan status gizi
normal (70,4%) sedangkan sebagian kecil status gizi Tabel 6. Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi
responden yaitu dengan status gizi kurus (7,4%). dengan Kelelahan Subjektif
Kategori Kelelahan
Tabel 3. Distribusi Tingkat Kelelahan Subjektif Kate Total
Rendah Sedang
Responden Gori
n (%) n (%) n (%)
Kurus 1 (5,9) 1 (10,0) 2 (7,4)
Kategori n %
Normal 12 (70,6) 7 (70,0) 19 (70,4)
Rendah 17 63,0
Gemuk 4 (23,5) 2 (20,0) 6 (22,2)
Sedang 10 37,0 Total 17 (100,0) 10 (100,0) 27 (100,0)
Tinggi - 0,0
Sangat tinggi - 0,0 Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar
Total 27 100,0 status gizi responden dengan kelelahan rendah yaitu
normal (70,6%) sedangkan sebagian kecil dengan
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi kurus (5,9%). Sebagian besar status gizi
responden mengalami tingkat kelelahan rendah responden dengan tingkat kelelahan kerja sedang
(63%) sedangkan sisanya responden mengalami yaitu normal (70%) dan sebagian kecil dengan status
tingkat kelelahan sedang (37%). Tidak ada gizi kurus (10%).
responden dengan tingkat kelelahan tinggi maupun Hasil pengujian menggunakan koefisien
sangat tinggi. kontingensi didapatkan nilai asosiasi 0,081 berada
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar pada rentang nilai 0.00–0.25 yang berarti memiliki
produktivitas responden mampu mengemas krupuk tingkat hubungan lemah. Hal ini menunjukkan
sesuai target (66,7%) sedangkan sisanya (33,3%) bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan
tidak mampu mengemas krupuk sesuai target. kelelahan subjektif.
Lince Verawati, Hubungan Tingkat Kelelahan Subjektif dengan Produktivitas… 55

Tabel 7. Tabulasi Silang Hubungan Kelelahan bekerja seseorang akan lebih berpengalaman dalam
Subjektif dengan Produktivitas melakukan pekerjaannya dan mampu beradaptasi
dengan pekerjaan serta lingkungannya. Suma’mur
Kategori Kelelahan
Total (2009), mengatakan bahwa tenaga kerja akan
Produktivitas Rendah Sedang
beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan
n (%) n (%) n (%)
kerjanya. Meningkatnya keterampilan kerja akan
Target 14 (82,4) 4 (40) 18 (66,7)
membuat tubuh manusia semakin efisiensi dalam
Tidak 3 (17,6) 6 (60) 9 (33,3) melakukan pekerjaannya sehingga beban kerja
Target
akan berkurang dan timbulnya kelelahan akan
Total 17 (100) 10 (100) 27 (100)
berkurang.
Efek negatif yang ditimbulkan dari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian seseorang dengan masa kerja yang lama yaitu
besar responden dengan kelelahan kerja rendah batas ketahanan tubuh yang berlebihan karena
mampu mengemas krupuk sesuai target (82,4%) tekanan yang didapatkan pada proses kerja yang
sedangkan sebagian responden dengan tingkat akan menimbulkan kelelahan. Tekanan fisik akan
kelelahan kerja sedang tidak mampu mengemas terakumulasi setiap hari pada suatu masa yang
krupuk sesuai target (60%). panjang mengakibatkan berkurangnya kinerja otot
Hasil pengujian dengan menggunakan dan menyebabkan makin rendahnya gerakan.
kontingensi koefisien didapatkan nilai asosiasinya
sebesar 0,798 berada pada rentang nilai 0,50–0,75 Status Gizi
yang berarti memiliki tingkat hubungan sedang. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
kelelahan kerja dengan produktivitas tenaga kerja. besar status gizi responden yaitu dengan IMT normal
(70,4%). Status gizi mempengaruhi kelelahan.
Tenaga kerja dengan status gizi baik mempunyai
PEMBAHASAN mekanisme pemulihan dari kelelahan kerja yang
Masa Kerja lebih baik. Hal ini akan mengurangi efek kumulatif
dari kelelahan sehingga kelelahan yang terjadi akan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden semakin rendah. Status gizi yang baik berpengaruh
bekerja dengan masa kerja paling lama yaitu 0–2 positif terhadap daya kerja pekerja sedangkan
tahun (63%). Hal ini menunjukkan tenaga kerja apabila asupan kalori pekerja tidak sesuai dengan
yang bekerja di pabrik krupuk CV Sumber Barokah kebutuhan maka pekerja akan lebih cepat mengalami
merupakan tenaga kerja baru dengan masa kerja kelelahan.
tidak lebih dari 2 tahun. Tenaga kerja di pabrik Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
krupuk CV Sumber Barokah tersebut banyak responden dengan status gizi gemuk (22,2%).
yang keluar masuk dikarenakan jam kerja dan jam Suhardjo (2007), mengatakan bahwa tubuh akan
istirahat yang tidak sesuai sehingga banyak yang cepat menjadi lelah apabila mengonsumsi zat
mengeluhkan kelelahan dan memilih untuk resign makanan secara berlebih yang disebabkan oleh
dari pekerjaan tersebut. kelebihan energi oleh tubuh sehingga menimbun
Masa kerja responden di pabrik krupuk CV asam laktat. Budiono (2008), mengatakan bahwa
sumber barokah sebagian kecil yaitu 2–4 tahun. Hal beban yang berlebihan kadang-kadang meningkatkan
ini menunjukkan bahwa tidak banyak tenaga kerja selera makan yang menjadikan sebagai salah
yang bekerja dengan waktu lebih dari 2 tahun. satu penyebab bertambahnya berat badan dan
Sedarmayanti (2011), menyatakan bahwa kegemukan.
pekerjaan fisik yang dilakukan secara terus-menerus Almatsier (2006), mengatakan bahwa status gizi
akan mempengaruhi mekanisme dalam tubuh seperti lebih terjadi karena tubuh memperoleh zat-zat gizi
sistem pencernaan otot, peredaran darah, syaraf dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan
serta pernafasan. Dalam keadaan ini produk sisa efek toksik yang membahayakan. Hal ini dapat
dalam otot dan peredaran darah akan terkumpul mengakibatkan terjadinya gangguan gizi yang dapat
dan membatasi kelangsungan otot sehingga menyebabkan daya kerja tenaga kerja yang kurang
menyebabkan kelelahan. optimal bahkan kinerja menjadi menurun.
Masa kerja seseorang berpengaruh terhadap Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
pekerjaan seseorang. Semakin lama seseorang sebagian kecil status gizi responden yaitu kurus
56 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 51–60

(7,4%). Suma’mur (2009), mengatakan bahwa status diperoleh kemudian dijumlah dan dikategorikan
gizi kurang cenderung untuk mengalami kelelahan menjadi tingkat kelelahan kerja yaitu skor 0–21
karena adanya keterbatasan atau ketidakseimbangan adalah kategori kelelahan rendah, skor 22–44 adalah
cadangan gizi yang akan dirubah menjadi energi saat kategori kelelahan sedang, skor 45–67 kategori
beraktivitas. kelelahan tinggi dan skor 68–90 adalah kategori
Teori mengenai zat gizi esensial menjelaskan kelelahan sangat tinggi.
bahwa fungsi gizi terbagi menjadi tiga yaitu sebagai Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
sumber energi, zat pengatur serta zat pembangun. besar responden mengalami tingkat kelelahan kerja
Tenaga kerja membutuhkan energi untuk dapat rendah (63%). Sisanya responden mengalami tingkat
bekerja. Pemenuhan gizi ini tidak hanya harus kelelahan kerja sedang (37%). Kelelahan kerja pada
dipenuhi secara kuantitatif, namun juga secara tenaga kerja di pabrik krupuk CV Sumber Barokah
kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi. disebabkan oleh waktu kerja dan waktu istirahat
Makan yang cukup dan seimbang pada siang hari yang tidak sesuai. Waktu kerja di pabrik krupuk ini
dan sebelum tidur secara signifikan mempengaruhi yaitu mulai pukul 06.00–16.00 WIB. Sedangkan
kewaspadaan dan kualitas tidur. Menjaga kesehatan waktu istirahat yaitu pukul 12.00–12.30 WIB. Libur
dan kondisi berat badan dapat meningkatkan stamina tiap 2 minggu sekali pada hari minggu.
dan juga dapat mengurangi kemungkinan gangguan Waktu kerja yang sesuai dengan Undang-
tidur. Gizi yang tepat serta kondisi fisik yang baik Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal
mampu berpengaruh penting efek kelelahan. 7 ayat 2 yaitu untuk 6 hari kerja waktu kerja yang
sesuai yaitu 7 jam dalam sehari dan 40 jam dalam
Tingkat Kelelahan Kerja seminggu. Waktu kerja untuk 5 hari kerja yaitu
8 jam dalam sehari dan 40 jam dalam seminggu.
Kelelahan kerja diukur menggunakan Subjektive Pengusaha juga wajib memberi waktu istirahat dan
Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research waktu cuti untuk tenaga kerja.
Committe (IFRC) Jepang. Kuesioner tersebut berisi Waktu istirahat antara jam kerja yaitu minimal
30 pertanyaan pelemahan kegiatan, pelemahan setengah jam setelah bekerja 4 jam bekerja,
motivasi dan gambaran kelelahan fisik. Sepuluh kemudian untuk istirahat mingguan yaitu satu
pertanyaan mengenai pelemahan kegiatan yaitu hari untuk 6 hari kerja dalam satu minggu atau
menanyakan apakah responden pernah mengalami 2 hari untuk 5 hari kerja dalam satu minggu.
perasaan berat di kepala, beban pada mata, Tarwaka (2015), mengatakan bahwa jam kerja
mengantuk, pikiran kacau, lelah di seluruh badan, yang berlebihan dan jam kerja lembur di luar
berat di kaki, menguap, gerakan canggung dan kaku, batas kemampuan dapat mempercepat timbulnya
berdiri tidak stabil dan ingin berbaring. kelelahan, menurunkan ketepatan, kecermatan dan
Sepuluh pertanyaan tentang pelemahan motivasi ketelitian kerja.
menanyakan apakah responden pernah mengalami Pengusaha yang mempekerjakan tenaga
susah berpikir, tidak berkonsentrasi, lelah untuk kerja melebihi waktu kerja harus memenuhi
bicara, gugup, sulit untuk memusatkan perhatian, syarat sesuai dengan yang ada di Undang-Undang
mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, sulit Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 yaitu ada
mengontrol sikap, merasa cemas tidak tekun dalam persetujuan tenaga kerja yang bersangkutan serta
pekerjaan. Sepuluh pertanyaan tentang gambaran waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan maksimal
kelelahan fisik yaitu berupa pertanyaan mengenai 3 jam sehari dan 14 jam seminggu.
sakit kepala di kepala, spasme di kelopak mata, Upah lembur wajib diberikan kepada tenaga
sesak nafas, kaku di bahu, nyeri di punggung, haus, kerja yang bekerja melebihi waktu kerja sesuai
suara serak, merasa pening, tremor pada anggota dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor
badan dan merasa kurang sehat. 13 Tahun 2003. Syarat mengenai kerja lembur
Tiga puluh pertanyaan mengenai kelelahan diatur oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja
kerja subjektif dilakukan skoring menggunakan 4 dan Transmigrasi RI. Kep. 102/MEN/VI/2004.
skala likert. Penilaian kelelahan subjektif dengan Berdasarkan peraturan tersebut, bagi pengusaha
4 skala likert dimana pemberian skor 0 apabila yang mempekerjakan tenaga kerja selama waktu
tidak pernah merasakan keluhan, skor 1 apabila lembur wajib untuk membayar upah kerja lembur,
kadang-kadang merasakan keluhan, skor 2 apabila memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya
sering merasakan keluhan dan skor 3 apabila dan memberikan makanan dan minuman minimal
sering sekali merasakan keluhan. Total skor yang sebanyak 1.400 kalori apabila melaksanakan kerja
Lince Verawati, Hubungan Tingkat Kelelahan Subjektif dengan Produktivitas… 57

lembur selama 3 jam atau lebih (tidak boleh diganti kelelahan yaitu dengan cara bagaimana setiap
dengan uang). kelelahan yang muncul tidak menjadi kronis.
Kelelahan tenaga kerja bagian pengemasan di Beberapa cara mengatasi kelelahan kerja yang terjadi
CV Sumber Barokah juga disebabkan oleh keadaan pada tenaga kerja di pabrik krupuk CV Sumber
monoton yang dilakukan oleh tenaga kerja bagian Barokah yaitu dengan cara sesuai kapasitas kerja
pengemasan. Hasil penelitian ini sejalan dengan fisik dan mental, kerja lebih bervariasi dan dinamis,
penelitian yang dilakukan Perwitasari (2014), bahwa kebutuhan kalori seimbang serta istirahat cukup
pekerjaan monoton yang dilakukan secara berulang- setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan.
ulang menyebabkan kelelahan.
Keadaan monoton berhubungan dengan Produktivitas Tenaga Kerja
gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja dalam Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
melakukan aktivitas pekerjaannya saat mengemas besar responden mampu mengemas krupuk sesuai
krupuk yang dilakukan setiap hari secara berulang target (66,7%) sedangkan sisanya mengemas krupuk
dan kurang bervariasi. Anoraga (2009), mengatakan tidak sesuai target (33,3%).
bahwa kelelahan erat kaitannya dengan perasaan Produktivitas kerja yang tidak sesuai target
bosan akibat pekerjaan yang monoton. Pekerjaan bisa dikarenakan oleh kelelahan kerja pada tenaga
sama yang dilakukan berulang-ulang dari hari ke hari kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja
tanpa adanya variasi dapat menimbulkan rasa jemu, itu sendiri. Kelelahan fisik dan mental merupakan
bosan dan cepat lelah. Nurmianto (2008), kondisi faktor penyebab terjadinya kondisi kelelahan yang
kerja yang berulang-ulang dapat menimbulkan berakibat terhadap turunnya produktivitas tenaga
suasana monoton yang berakumulasi menjadi rasa kerja dalam melakukan tugasnya. Hasibuan (2010)
bosan, di mana rasa bosan dikategorikan sebagai mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat kelelahan
kelelahan. kerja fisik dan mental seseorang maka produktivitas
Beban kerja juga merupakan faktor penyebab dapat menurun
terjadinya kelelahan. Beban kerja dapat berupa fisik,
mental atau sosial. Suma’mur (2009), mengatakan Hubungan antar Variabel
bahwa beban kerja yang besar akan lebih besar pula
Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan
terjadi kelelahan.
Subjektif
Kelelahan kerja yang dialami oleh tenaga
kerja bagian pengemasan di pabrik krupuk CV Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
Sumber Barokah ini bisa juga disebabkan oleh besar kelelahan kerja sedang dialami oleh responden
faktor psikologis. Faktor psikologis ini ditandai dengan masa kerja 1–2 tahun. Sedangkan kelelahan
dengan pekerja merasa lelah meskipun mereka tidak kerja sedang sebagian kecil dialami oleh responden
mengerjakan apa pun, hal ini disebabkan oleh adanya dengan masa kerja 2–4 tahun. Hasil penelitian ini
konflik mental yang dikarenakan oleh pekerjaannya menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja
sendiri, teman sekerjanya, atasannya ataupun seseorang maka dia tidak mudah lelah.
kejadian di rumah tangga atau dalam pergaulan Uji statistik antara masa kerja dengan kelelahan
hidupnya di masyarakat (Suma’mur, 2009). dengan menggunakan kontingensi koefisien
Gilmer dan Cameron dalam Setyawati (2010), didapatkan nilai asosiasinya sebesar 0,111 berada
mengatakan bahwa gejala kelelahan yang dialami pada rentang nilai 0.00–0.25 yang berarti memiliki
oleh tenaga kerja bisa bermacam-macam mulai dari tingkat hubungan lemah. Hasil ini menunjukkan
penurunan kesiagaan dan perhatian, cara berpikir bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja
atau perbuatan anti sosial, penurunan dan hambatan dengan kelelahan kerja di pabrik krupuk CV
persepsi, depresi, tidak cocok dengan lingkungan, Sumber Barokah bagian pengemasan. Tidak adanya
kurang tenaga dan kehilangan inisiatif. Sedangkan hubungan ini menunjukkan bahwa faktor masa kerja
gejala lainnya dapat berupa sakit kepala, vertigo, bukan merupakan faktor yang berhubungan secara
kehilangan nafsu makan, gangguan paru dan jantung langsung dengan terjadinya kelelahan kerja.
serta gangguan kecemasan dan perubahan tingkah Hasil penelitian hubungan masa kerja dengan
laku. kelelahan ini bertentangan dengan penelitian
Kelelahan dapat diatasi dengan berbagai macam yang dilakukan oleh Muizzudin (2013), yang
cara sesuai dengan penyebabnya. Tarwaka (2015), menyebutkan bahwa masa kerja berpengaruh
mengatakan bahwa salah satu cara mengatasi terhadap kelelahan kerja. Tenaga kerja dengan masa
58 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 51–60

kerja lebih dari 5 tahun banyak yang mengalami Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan
kelelahan dibanding dengan tenaga kerja dengan Subjektif
masa kerja kurang dari 1 tahun. Hal ini dikarenakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
pekerjaan monoton menyebabkan pembebanan otot besar status gizi responden dengan kelelahan kerja
secara statis yang menyebabkan nyeri otot tulang, sedang yaitu normal (70%) dan terdapat pula
tendon, dan sebagainya. Kelelahan kerja juga responden dengan status gizi gemuk (20%) dan
disebabkan rasa bosan yang dialami tenaga kerja status gizi kurus (10%). Hal ini menunjukkan bahwa
sehingga sebelum memulai pekerjaan, tenaga kerja tenaga kerja di pabrik krupuk CV Sumber Barokah
sudah merasakan lelah. memiliki status gizi baik yang berarti kondisi tubuh
Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa normal dan memungkinkan tenaga kerja terhindar
masa kerja seseorang cenderung akan membuat dari kelelahan. Semakin baik asupan gizi seseorang
orang merasa betah dan beradaptasi dengan maka tingkat kelelahan kerja seseorang akan
lingkungannya yang baru. Selain itu, masa kerja berkurang.
hanya menggambarkan lama kerja seseorang. Penelitian yang dilakukan (Atiqoh, 2014)
Masa kerja seseorang berpengaruh terhadap menyebutkan bahwa kelelahan kerja berat diderita
pekerjaan seseorang. Semakin lama seseorang oleh responden dengan status gizi normal. Hasil
bekerja seseorang akan lebih berpengalaman dalam ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang
melakukan pekerjaannya, namun masa kerja juga berpengaruh terhadap kelelahan misalnya umur dan
akan berpengaruh negatif apabila seorang pekerja masa kerja.
mengalami kelelahan dan kebosanan. Uji statistik hubungan antara gizi dengan
Sedarmayanti (2011), menyatakan bahwa kelelahan kerja menggunakan kontingensi koefisien
pekerjaan fisik yang dilakukan secara berkelanjutan didapatkan nilai asosiasinya sebesar 0,081 berada
dalam jangka waktu yang panjang akan pada rentang nilai 0.00-0.25 yang berarti memiliki
mempengaruhi mekanisme dalam tubuh seperti tingkat hubungan lemah. Hal ini menunjukkan
sistem peredaran darah, pencernaan otot, syaraf bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan
dan pernafasan. Dalam keadaan ini produk sisa kelelahan tenaga kerja di pabrik krupuk CV Sumber
dalam otot dan peredaran darah akan terkumpul Barokah bagian pengemasan.
dan membatasi kelangsungan otot sehingga Status gizi mempengaruhi kelelahan. Tenaga
menyebabkan kelelahan. kerja dengan status gizi baik mempunyai mekanisme
Masa kerja seseorang berpengaruh terhadap pemulihan dari kelelahan kerja yang lebih baik.
pekerjaan seseorang. Semakin lama seseorang Hal ini akan mengurangi efek kumulatif dari
bekerja seseorang akan lebih berpengalaman dalam kelelahan sehingga kelelahan yang terjadi akan
melakukan pekerjaannya dan mampu beradaptasi semakin rendah. Status gizi yang baik berpengaruh
dengan pekerjaan serta lingkungannya. Tenaga kerja positif terhadap daya kerja pekerja. Sedangkan,
dapat menurunkan ketegangan dan peningkatan apabila asupan kalori pekerja tidak sesuai dengan
performansi kerja. kebutuhan maka pekerja akan lebih cepat mengalami
Suma’mur (2009), mengatakan bahwa tenaga kelelahan.
kerja akan beradaptasi dengan pekerjaan dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
lingkungan kerjanya. Meningkatnya keterampilan responden dengan status gizi gemuk (22,2%). Hal
kerja akan membuat tubuh manusia semakin efisiensi ini memungkinkan bahwa asupan gizi mereka terlalu
dalam melakukan pekerjaannya sehingga beban berlebih dan tidak seimbang sehingga menimbulkan
kerja akan berkurang dan timbulnya kelelahan akan kelebihan berat badan. Beban yang cukup tinggi
berkurang sedangkan efek negatif yang ditimbulkan kadang membuat selera makan seseorang bertambah
yaitu batas ketahanan tubuh yang berlebihan karena sehingga berakibat pada kenaikan berat badan.
tekanan yang didapatkan pada proses kerja yang Almetsier (2006), mengatakan bahwa status gizi
akan menimbulkan kelelahan. Tekanan fisik akan lebih disebabkan oleh tubuh memperoleh zat-zat gizi
terakumulasi setiap hari pada suatu masa yang yang berlebih sehingga menimbulkan efek toksik
panjang mengakibatkan berkurangnya kinerja otot yang berbahaya dan berakibat pada gangguan gizi
dan menyebabkan makin rendahnya gerakan. yang menyebabkan kinerja seseorang menurun dan
Lince Verawati, Hubungan Tingkat Kelelahan Subjektif dengan Produktivitas… 59

daya kerja yang kurang optimal. Status gizi lebih sedang. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
apabila dikaitkan dengan kelelahan maka menurut antara kelelahan kerja dengan produktivitas tenaga
Suhardjo (2007), bahwa tubuh akan cepat menjadi kerja di pabrik krupuk CV Sumber Barokah bagian
lelah apabila mengonsumsi zat makanan secara pengemasan.
berlebih yang disebabkan oleh kelebihan energi oleh Hasil penelitian hubungan kelelahan dengan
tubuh sehingga menimbun asam laktat. produktivitas sejalan dengan penelitian yang
Budiono (2008), mengatakan bahwa beban yang dilakukan Ulfah (2013), pada tenaga kerja di
berlebihan kadang-kadang meningkatkan selera penggilingan padi menyebutkan bahwa kelelahan
makan yang menjadikan sebagai salah satu penyebab kerja berhubungan dengan produktivitas.
bertambahnya berat badan dan kegemukan. Menurut Produktivitas meningkat seiring dengan
Almatsier (2006), status gizi lebih terjadi karena berkurangnya tingkat kelelahan di penggilingan
tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah padi. Produktivitas meningkat 1 ton/hari ketika
berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik terjadi kenaikan 1 mili/detik kelelahan kerja.
yang membahayakan. Hal ini dapat mengakibatkan Produktivitas kerja yang tidak sesuai target
terjadinya gangguan gizi yang dapat menyebabkan bisa dikarenakan oleh kelelahan kerja pada tenaga
daya kerja tenaga kerja yang kurang optimal bahkan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja
kinerja menjadi menurun. itu sendiri. Kelelahan fisik dan mental merupakan
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya kondisi kelelahan yang
sebagian kecil status gizi responden yaitu kurus berakibat terhadap turunnya produktivitas tenaga
(7,4%). Suma’mur (2009), mengatakan bahwa status kerja dalam melakukan tugasnya. Hasibuan (2010),
gizi kurang cenderung untuk mengalami kelelahan mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat kelelahan
karena adanya keterbatasan atau ketidakseimbangan kerja fisik dan mental seseorang maka produktivitas
cadangan gizi yang akan dirubah menjadi energi saat dapat menurun
beraktivitas. Budiono (2008), mengatakan bahwa terdapat
Menurut teori mengenai zat gizi esensial bahwa hubungan antara kelelahan dan produktivitas
fungsi gizi terbagi menjadi tiga yaitu sebagai sumber terutama di suatu perusahaan. Hal ini berarti jika
energi, zat pengatur serta zat pembangun. Tenaga seorang tenaga kerja mengalami kelelahan fisik
kerja membutuhkan energi untuk dapat bekerja. maupun psikis maka akan memberikan dampak pada
Pemenuhan gizi ini tidak hanya harus dipenuhi produktivitas tenaga kerja khususnya menurunnya
secara kuantitatif, namun juga secara kualitas gizi produktivitas perusahaan.
dari makanan yang dikonsumsi. Makan yang cukup Dampak dari kelelahan kerja bisa dicegah
dan seimbang pada siang hari dan sebelum tidur dengan berbagai macam cara di antaranya
secara signifikan mempengaruhi kewaspadaan dan mengurangi penyebab timbulnya kelelahan. Tenaga
kualitas tidur. Menjaga kesehatan dan kondisi berat kerja dapat melakukan peregangan otot misalnya
badan dapat meningkatkan stamina dan juga dapat menggerakkan kepala, tangan, dan kakinya disela-
mengurangi kemungkinan gangguan tidur. Gizi sela pekerjaannya ataupun saat istirahat, agar
yang tepat serta kondisi fisik yang baik mampu tubuh tidak terlalu lama dalam keadaan statis yang
berpengaruh penting efek kelelahan. terjadi berulang kali. Perusahaan hendaknya juga
menerapkan waktu kerja dan waktu istirahat yang
Hubungan Tingkat Kelelahan Subjektif dengan
sesuai agar tenaga kerja tidak mudah mengalami
Produktivitas Tenaga Kerja
kelelahan sesuai dengan yang tertera pada Undang-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2013
responden dengan kelelahan kerja rendah mampu tentang waktu kerja dan waktu istirahat.
mengemas krupuk sesuai target (77,8%). Sebagian
besar responden dengan tingkat kelelahan kerja
SIMPULAN
sedang tidak mampu mengemas krupuk sesuai target
(66,7%). Responden sebagian besar berumur lebih dari
Berdasarkan uji statistik hubungan antara 30 tahun, sebagian besar responden bekerja dengan
kelelahan dengan produktivitas tenaga kerja dengan masa kerja 0-2 tahun, sebagian besar responden
menggunakan kontingensi koefisien didapatkan nilai memiliki status gizi normal.
asosiasinya sebesar 0,398 berada pada rentang nilai Tidak ada hubungan masa kerja dengan
0,26-0,50 yang berarti memiliki tingkat hubungan kelelahan subjektif, tidak ada hubungan status gizi
60 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 51–60

dengan kelelahan subjektif, terdapat hubungan Nurmianto, E. 2008. Ergonomi konsep dasar dan
kelelahan subjektif dengan produktivitas. aplikasi. Surabaya: PT. Guna Widya.
Perusahaan diharapkan untuk dapat Perwitasari, D. 2014. Faktor yang Berhubungan
melaksanakan lama waktu kerja dan waktu dengan Kelelahan Kerja Subjektif pada Perawat
istirahat sesuai dengan ketentuan perundangan di Rsud Dr. Mohamad Soewandhie Surabaya.
ketenagakerjaan yang berlaku yaitu Undang-Undang The Indonesian Journal of Safety, Health and
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 tentang waktu Environment. Volume 1 No. 1, Januari–April
kerja dan waktu istirahat serta Kepmenakertrans R.I 2014.
Kep. 102/MEN/VI/2004. Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas
Kerja. Cetakan Ketiga. Bandung: Mandar
Maju.
DAFTAR PUSTAKA
Setyawati. 2010. Selintas tentang Kelelahan Kerja.
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, edisi Yogyakarta: Amara Books.
ke-6. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Setyowati, L. 2014. Penyebab Kelelahan Kerja pada
Atiqoh, J. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan Pekerja Mebel. Jurnal Kesehatan Masyarakat
dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Konveksi Nasional Vol. 8 No. 8 Mei 2014.
Bagian Penjahitan di CV Aneka Garment Suhardjo. 2007. Perencanaan Pangan dan Gizi.
Gunungpati Semarang. Jurnal Kesehatan Jakarta: Bumi Aksara.
Masyarakat (e-Journal), Volume 2, Nomor 2, Suma’mur, P.K. 2009. Hygiene Perusahaan dan
Februari 2014. Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung.
Anoraga, P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta: Rieneka Tarwaka. 2014. Ergonomi Industri. Dasar-Dasar
Cipta. Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Budiono, A. 2008. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Tugas. Surakarta: Harapan Press.
(Hiperkes) dan Kesehatan dan Keselamatan Ulfah, N. 2013. Model Kuantitatif Manajemen
Kerja. Semarang: BP Universitas Diponegoro. Kelelahan dan Beban Kerja untuk peningkatan
Depnaker dan Transmigrasi R.I. 2003. Undang- Produktivitas Pekerja Penggilingan Padi. Jurnal
Undang Ketenagakerjaan R.I. No. 13 Tahun Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 10,
2003. Jakarta. Mei 2013.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
Republik Indonesia Nomor Kep. 102/MEN/ 1970 tentang Keselamatan Kerja.
VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Undang-Undang Republik Indonesia No 39 Tahun
Kerja Lembur. 2009 Tentang Kesehatan.
ILO. 2013. The Prevention of Occupational Diseases. Verawati, L. 2016. Gambaran Kelelahan Kerja
Geneva: International Labour Organization. Subjektif dan Produktivitas (Studi pada Tenaga
Muizzudin, A. 2013. Hubungan Kelelahan dengan Kerja Bagian Pengemasan di Pabrik Krupuk CV
Produktivitas Kerja pada Pekerja Tenun di PT. Sumber Barokah. Skripsi. Surabaya: Universitas
Alkatex Tegal. Unnes Journal of Public Health Airlangga.
UJPH 2 (4) 2013.
Notoatmodjo, S. 2010. Kesehatan Masyarakat: Ilmu
dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Você também pode gostar