Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
HIFEMA
Disusun Oleh
Pembimbing :
KUPANG
2019
Referat dengan judul : Hifema atas Nama : Alce Apri Feranita Suki,S.Ked
NIM 1408010070 pada Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana telah disajikan dalam kegiatan kepaniteraan klinik
bagian Mata RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada tanggal Juni 2019
Mengetahui Pembimbing :
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, perlindungan, dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat
dengan judul Hifema di Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Mata RSUD Prof. W. Z.
Johannes / Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Penulisan Referat ini
tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini jauh dari sempurna
maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga referat
ini memberi manfaat bagi banyak orang.
Penulis
BAB I
Mata merupakan salah satu organ indera manusia yang mempunyai fungsi
dalam penglihatan. Oleh karena fungsinya yang sangat penting, mata mempunyai
sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan
lemak retrobulbar. Namun, sering kali mata juga masih mendapat trauma dari luar.
Trauma tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak,
saraf mata atau rongga orbita. Kerusakan mata tersebut akan dapat mengakibatkan
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan dan yang paling berat dapat
menyebabkan kebutaan.(1)
Trauma yang terjadi pada mata dapat berupa trauma tumpul, trauma
tembus bola mata, trauma kimia, dan trauma radiasi. Trauma dapat mengenai
jaringan mata seperti kelopak, kongjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil
saraf optik, dan orbita. Salah satu trauma tumpul yang mengenai uvea adalah
hifema. Hifema adalah keadaaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan
yang terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris dan badan
siliar. Hifema dapat terjadi akibat trauma tumpul, radang dalam mata, trauma
tajam atau tembus, intraoperasi atau pasca operasi, neovaskularisasi, anomali
vaskuler dan neoplasma ocular.(1)(2)(3)(4)(5)
Hifema akibat trauma ditemui pada anak-anak maupun orang dewasa.
Biasanya karena kecelakaan saat bermain, kecelakaan lalu lintas, dan berkelahi.
Hifema juga meningkat seiringnya meningkatnya kekerasan pada anak-anak. Dan
berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak dari perempuan. Di Amerika
Serikat insiden hifema 17-20 per 100.000 orang per tahun. Dimana banyak terjadi
pada orang muda, remaja dan mahasiswa serta pekerja. Insiden pada pria 78,6 %.
(6)(7)
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah oleh
selubung fascia bola mata. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal
24 mm. Bola mata yang bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang
lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola
mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu:(2)
1. Tunica fibrosa
2.2 Definisi
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata
depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur
dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik
mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah yang
terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan.(2)
Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker
mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada Camera Oculi Anterior (COA).
Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya
kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi dapat
juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat
bergerak dalam ruang COA, mengotori permukaan dalam kornea.
Perdarahan pada bilik mata depan mengakibatkan teraktivasinya
mekanisme hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme
2. Parasentesis
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan
cairan/darah dari bilik depan bola mata dengan teknik sebagai berikut:
dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan
permukaan iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka
koagulum dari bilik mata depan akan keluar. Bila darah tidak keluar
seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologis.
Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit.
Parasentesis dilakukan bila TIO tidak turun dengan medikamentosa atau
jika darah masih tetap terdapat dalam COA pada hari 5-9.
2.10 Komplikasi(6)
1. Perdarahan sekunder
Perdarahan ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkan
insidensinya sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini
timbul karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan
dari perdarahan primernya.
2. Glaukoma sekunder
Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan oleh
tersumbatnya trabecular meshwork oleh butir-butir/gumpalan darah.
Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh
karena unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabekula sehingga
terjadinya glaukoma. Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi
badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi
gangguan pengaliran cairan mata.
3. Hemosiderosis kornea
2.12 Pencegahan
Trauma kecelakaan pada mata dapat dicegah dengan menggunakan
peralatan pelindung pada mata seperti googles. Trauma pada pembedahan juga
dapat terjadi, namun dapat dilakukan pencegahan berupa menggunaan obat
acetazolamid intravena dan manitol perlu diberikan apabila terdapat peningkatan
TIO (Tekanan Intra Ocular) atau pasien dengan anestesi umum. Pemberian terapi
ini diharapkan dapat mencegah terjadinya hifema intra dan post operatif. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan ulang maka perlu diberikan pengobatan
antifibrinolitik dan steroid sistemik pada kasus-kasus tertentu.(14)
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2015. 284 p.
2. Ilyas S. Ilmu Perawatan Mata. 1st ed. Jakarta: Sagung Seto; 2004. 171-172
p.
3. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Oftamologi Umum Vaughan & Asbury. 17th
ed. Susanto D, editor. Jakarta: EGC; 2012. 377-378 p.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata. 2nd
ed. Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo
PS, editors. Jakarta: Sagung Seto; 2010. 266 p.
5. Boyd K. Hyphema [Internet]. American Academy of Ophtalmology. 2015
[cited 2016 Mar 13]. Available from: http://www.aao.org/eye-health
6. Nash DL. Hyphema [Internet]. Medscape. 2015. Available from:
http://emedicine.medscape.com
7. Ghafari AB, Siamian H, Aligolbandi K, Vahedi M. Hyphema Caused by
Trauma [Internet]. ScopeMed. 2014. Available from:
http://www.scopemed.org/?mno=46174