Você está na página 1de 24

Paper 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CHF DAN


ANGINA

DISUSUN OLEH

NAMA: NIKMA A. HUSAIN

NIM: C01416057

KELAS: KEPERAWATAN A 2016

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Penyakit CHF dan Angina
Pektoris” ini dengan tepat waktu.
Penulis juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan
dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap bahwa dibalik ketidaksempurnaan
penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat
memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis dan pembaca.

Gorontalo, 9 April 2019

Nikma A. Husain

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................

2.1 Penyakit CHF ....................................................................................

A. Konsep Dasar Medis ...................................................................

B. Konsep Dasar Keperawatan ........................................................

2.2 Penyakit Angina Pektoris ..................................................................

A. Konsep Dasar Medis ...................................................................

B. Konsep Dasar Keperawatan ........................................................

BAB III PENUTUP ................................................................................

3.1 Kesimpulan .......................................................................................

3.2 Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan organ berotot yang memompa darah lewat apembuluh
darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Jantung salah satu organ
terpenting dalam tubuh yang apabila mengalami masalah dapat berakibat
kepada kematian. Adapun salah satu jenis penyakit jantung adalah gagal
jantung kongestif atau Kongestif Heart Failure (CHF). CHF adalah penurunan
fungsi jantung yang menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke organ-
organ dan jaringan keseluruh tubuh (Black & Hawks, 2005).
Berdasarkan data WHO (2004), Asia Tengggara merupakan wilayah yang
memiliki jumlah penderita CHF tertinggi yaitu 1,4 juta kasus. Menurut
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJDP) Harapan Kita (2010),
terjadi peningkatan kunjungan pasien mencapai 10 hingga 15% (Dewi, 2010).
Data di RSUD Arifin Achmad menunjukkan bahwa jumlah penderita CHF
yang dirawat, pada tahun 2009 yaitu sebanyak 166 kasus. Pada tahun 2010
penyakit CHF menempati urutan yang pertama terdapat 316 kasus (Medical
Record RSUD Arifin Achmad, 2011).
Peningkatan jumlah kasus gagal jantung di Indonesia dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Faktor perubahan gaya hidup seperti kebiasaan
mengkonsumsi makanan manis, minuman berkafein, kurangnya konsumsi
buah dan sayur dan kurangnya melakukan aktivitas dapat berpengaruh
terjadinya CHF (Delima, 2009). Manifestasi klinik yang dapat timbul pada
pasien dengan CHF yaitu dispnea , batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat
(tachykardia), kecemasan dan kegelisahan (Smeltzer & Bare, 2001).
Istilah angina berasal dari bahasa latin yang artinya tersumbat. Angina
pectoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri dada atau
ketidaknyamanan akibat penyakit arteri koronari. Angka kematian angina
pectoris tergolong rendah tetapi penyakit ini suatu masalah yang harus diatasi
karena dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti nyeri dada, sesak

4
napas dan perasaan lelah. Apabila komplikasi ini tidak segera diatasi dapat
mempengaruhi serangan infark miokard yang dapat mempercepat kematian.
Peran perawat dalam penanganan masalah angina pectoris tergantung pada
kerja sam yang baik antara perawat, pasien, dan keluarga. Maka perawatan
pada penderita yang dapat diberikan secara komprehensif yaitu dengan
membatasi aktifitas untuk mengurang kerja jantung dan mengurangi rasa
nyeri. Selain itu tindakan lainnya dapat berupa pengaturan pola makan,
mengurangi merokok dan stress emosional.
Angina dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu angina stabil, tidak stabil
dan varian. Di Amerika Serikat setiap tahun ada sebanyak 1 juta pasien yang
dirawat di rumah sakit karena angina pectoris tak stabil; dimana 6-8 % kemudian
mendapat serangan infark jantung yang tak fatal atau meninggal dalam satu
tahun setelah diagnosis ditegakkan. Banyak penelitian melaporkan bahwa
UAP merupakan risiko untuk terjadinya IMA dan kematian. Beberapa penelitian
retrospektif menunjukkan bahwa 60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati
mendadak pada riwayat penyakitnyamengalami gejala prodroma UAP.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Tujuan umum dari paper ini yaitu untuk mengetahui tentang
penyakit gagal jantung (CHF) dan angina pectoris dan memahami tentang
asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan penyakit CHF
danangina pectoris.
B. Tujuan Khusus
1. Membahas tentang konsep medis gagal jantung (CHF)
2. Membahas tentang konsep keperawatan gagal jantung (CHF)
3. Membahas tentang konsep medis angina pectoris
4. Membahas tentang konsep keperawatan angina pectoris

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah
lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot
jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk
waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan
menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan
dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
2. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna,
yaitu:
a. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
b. Faktor interna (dari dalam jantung)
1) Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
2) Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.

6
3) Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
4) Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari normal. Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf
otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan
yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim
dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah
darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas
(mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang
terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua
ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang
sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam
kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang
serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik
menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi
dilatasi ventrikel.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin
vasopresin dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan

7
penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida
natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan
bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
4. Manifestasi Klinik
a. Peningkatan volume intravaskular.
b. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung.
c. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli;
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
d. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan
tekanan vena sistemik.
e. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung
terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat
perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
f. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan
renin ginjal). Sumber: Niken Jayanthi (2010)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau
polisitemia vera
b. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
c. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam
basa baik metabolik maupun respiratorik.
d. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang
merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
e. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit
adrenal
f. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
g. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap
fungsi hepar atau ginjal

8
h. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
i. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang
jantung, hipertropi ventrikel
j. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
k. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
l. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
m. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
6. Prognosis
Menentukan prognosis pada gagal jantung sangatlah kompleks, banyak
variabel seperti yang harus diperhitungkan seperti etiologi, usia, ko-
morbiditas, variasi progresi gagal jantung tiap individu yang berbeda, dan
hasil akhir kematian (apakah mendadak atau progresif akibat gagal
jantung). Dampak pengobatan spesifik gagal jantung terhadap tiap individu
pun sulit untuk diperkirakan.
Prognosis gagal jantung tergantung:
a. Umur
Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada
hari/minggu-minggu pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia
jantung kiri,atresia aorta, koarktasio aorta atau anomali total drainase
vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka, terapi
medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan
segera setelah pasien stabil. Kegagalan untukmelakukan operasi pada
golongan pasien ini hampir selalu akan berakhir dengan kematian.
b. Berat ringannya penyakit primer
Pada gagal jantung akibat PJB yang kurang berat, pendekatan awal
adalah dengan terapi medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka
dapat diteruskan sambil menunggu saat yang bik untuk koreksi bedah.
Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal
jantung, obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien

9
memperoleh profilaksis sekunder, pengobatan dengan profilaksis
sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung.
c. Cepatnya pertolongan pertama
d. Hasil terapi digitalis
e. Seringnya kambuh akibat etiologi yang tidak dikoreksi
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway :
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot
pernafasan, oksigen, dll
2) Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
3) Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung,
anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama
jantung, nadi apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan
punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi
nafas krakles atau ronchi, oedema
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah
saat beraktifitas.
2) Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
3) Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada
malam hari, diare / konstipasi
4) Makanana/cairan

10
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan
diuretic distensi abdomen, oedema umum, dll
5) Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan
kurang.
6) Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
7) Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
8) Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
2. Penyimpangan KDM

11
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif (Domain 0005, Kategori: Fisiologi, Subkategori:
Respirasi)
b. Intoleransi aktivitas (Domain: 0056, Kategori: Fisiologi, Subkatergori,
Aktivitas dan istirahat)
c. Gangguan pertukaran gas (Domain: 0003, Kategori: Fisiologi,
Subkategori: Respirasi)
4. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Keperawatan hasil Keperawatan
1 Pola napas tidak NOC : 1. Monitor pola
efektif (Domain - Respirationary pernafasan abnormal
0005, Kategori: status : Ventilation 2. Monitor TD, nadi,
Fisiologi, - Respirationary suhu dan RR
Subkategori: status : Airway 3. Posisikan pasien untuk
Respirasi) patency memaksimalkan
Kriteria Hasil ventilasi
- Mendemonstrasikan 4. Lakukan fisioterapi
batuk efektif dan dada jika perlu
suara nafas yang 5. Identifikasi pasien
bersih, tidak ada perlunya pemasangan
sianosis dan alat jalan nafas buatan
dyspnue (mampu 6. Atur intake cairan
mngeluarkan untuk
sputum, mampu mengoptimalkan
ernafas dengan keseimbangan
mudah, tidak ada
persed lips)
- Menunjukkan jalan
nafas yang paten

12
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tiada ada suara nafas
abnormal)
- Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
2 Intoleransi NOC 1. Monitor respon fisik,
aktivitas - Energy conservation emosi, social dan
(Domain: 0056, - Activity tolerance spiritual
Kategori: - Self care : ADLS 2. Bantu untuk
Fisiologi, Kriteria Hasil : mengidentifikasi
Subkatergori, - Berpartisipasi dalam aktivitas yang mampu
Aktivitas dan aktivitas fisik tanpa dilakukan
istirahat) disertau peningkatan 3. Bantu untuk
tekanan darah, nadi mendapatkan alat
dan RR bantuan aktivitas
- Mampu melakukan seperti kursi roda, krek
aktivitas setiap hari 4. Bantu pasien untuk
(ADLs) secara mengidentifikasi
mandiri aktivitas yang mampu
- Tanda-tanda vital dilakukan
normal 5. Kolaborasi dengan
- Energy psikomotor tenaga rehabilitasi
- Level kelemahan medic dalam

13
- Mampu berpindah: merencnakan program
dengan atau tanpa terapi yang tepat
bantuan alat
- Status
kerdiopulmunari
adekuat
- Sirkulasi status baik
- Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
3 Gangguan NOC : 1. Monitor respirasi dan
pertukaran gas - Respiratory status : status O2
(Domain: 0003, gas exchange 2. Monitor pola nafas
Kategori: - Respiratory status : 3. Posisikan pasien
Fisiologi, ventilation untuk
Subkategori: - Vital sign status memaksimalkan
Respirasi) Kriteria Hasil ventilasi
- Mendemonstrasikan 4. Identifikasi pasien
peningkatan perlunya pemasangan
ventilasi dan alat jalan nafas buatan
oksigenasi yang 5. Atur intake untuk
adekuat cairan
- Memlihara mengoptimalkan
kebersihan paru- keseimbangan
paru dan bebas dari
tanda-tanda distress
pernafasan
- Mendemontrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada

14
sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
- Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

15
2.2 Penyakit Angina Pektoris
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel
miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke
rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009)
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat
serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang
seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada
waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2007)
2. Etiologi
Penyebab angina pectoris adalah adanya arterosklerosis pada arteri
koroner. Adapun faktor resikonya dibagi menjadi yaitu:
a. Faktor resiko yang dapat dirubah:
1) Merokok
2) Hipertensi
3) Aktifitas fisik
4) Obesitas
5) Dislipidemia
b. Faktor resiko yang tidak dirubah:
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Herediter
c. Faktor resiko lainnya:
1) Diabetes Mellitus
2) Stress
3) Alkohol
4) Hormon

16
3. Patofisiologi
Angina pectoris terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan oksigen miokardium dan suplai oksigen miokardium. Hal ini
dikarenakan adanya aterosklerotik pada arteri koroner menyebabkan
kekakuan/penyempitan pada arteri koroner sehingga arteri koroner tidak
mampu berdilatasi dan suplai O2 ke miokard juga berkurang (tidak
adekuat). Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan energi, sel-sel miokardium
melakukan proses glikolisis anaerob yakni proses pembentukan energy
tanpa menggunakan oksigen, pada proses ini juga terjadi penimbunan asam
laktat yang kemudian menyentuh ujung-ujung saraf an sebagai nyeri.
Apabila kebutuhan oksigen miokard berkurang, suplai oksigen menjadi
adekuat, sehingga proses pembentukan asam laktat tidak terjadi. Dengan
menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda.
Dengan demikian, angina pectoris merupakan suatu kondisi yang
berlangsung singkat.
4. Manifestasi Klinik
a. Angina Stabil
1) Rasa tidak nyaman sering menyebar ke leher, bahu dan punggung.
2) Sesak pada saat beraktifitas, kelelahan
3) Merasa tidak nyaman pada sternum seperti rasa tertekan
b. Angina tidak stabil
1) Ciri khas ketidaknyamanan di dada pada angina ini berupa: nyeri
dada retrosternal atau percordial yang tertekan, sering menyebar ke
leher, lengan kiri, dan bahu.
2) Mual, muntah, palpitasi dan sesak napas
3) Gejala terjadi pada saat istirahat atau pada saaat beraktifitas ringan
c. Angina Varians
Ketidaknyamanan retrosternal mungkin menyebar ke lengan, leher atau
rahang biasanya terjadi pada saat istirahat, sering terjadi pada waktu pagi
hari.

17
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG
EKG merekam adanya nyeri mungkin disebabkan iskemia dengan
menggambarkan tanda ST elevasi atau depresi. Rekaman EKG selama
episode nyeri memberi kesan adanya kekakuan arteri koroner dan
meluasnya otot jantung menandakan adanya atau terjadinya iskemia.
b. Latihan EKG
Selama stress tes, pasien berlatih dengan treadmill atau sepeda yang tidak
berjalan sampai mencapai 85% dari frekuensi jantung. EKG atau vital
sign mungkin mengindikasikan adanya iskemia
c. EBCT (Electron Beam Computed Temography)
Tindakan non invasive ini memungkinkan mendeteksi jumlah dari
kalsium dalam arteri koroner. Karena klasifikasi terjadi dengan adanya
pembentukan dari plak aterosklerosis dikoroner. Tingginya nilai kalsium
koroner mempunyai hubungan dengan penyakit sumbatan koroner.
d. Koroner Angiography
Angiography merupakan tes atau pemeriksaan diagnostic yang paling
akurat dalam menegakkan diagnose adanya sumbatan pada arteri koroner
karena adanya aterosklerosis.
e. Foto Thoraks
Foto thorak adalah teknik yang mudah untuk melihat atau mendeteksi
adanya cardiomegaly dan penyebab nyeri dada yang bukan pada bagian
jantung (misalnya; pleuritis atau pneumonia).
6. Prognosis
Umumnya pasien dengan angina pektoris dapat hidup bertahun-tahun
dengan hanya sedikit pembatasan dalam kegiatan sehari-hari. Mortalitas
bervariasi dari 2% - 8% setahun. Apalagi dengan angina pectoris stabil
dimana hanya dengan beristirahat sudah dapat sembuh dan angka
kematianpun akan sangat kecil kemungkinannya.
Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah beratnya kelainan
pembuluh koroner. Pasien dengan penyempitan di pangkal pembuluh

18
koroner kiri mempunyai mortalitas 50% dalam lima tahun. Hal ini jauh
lebih tinggi dibandingkan pasien dengan penyempitan hanya pada salah satu
pembuluh darah lainnya. Juga faal ventrikel kiri yang buruk akan
memperburuk prognosis. Dengan pengobatan yang maksimal dan dengan
bertambah majunya tindakan intervensi dibidangkardiologi dan bedah pintas
koroner, harapan hidup pasien angina pektoris menjadi jauh lebih baik
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekerang
4) Riwayat kesehatan masa lalu
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Riwayat psikososial
Pengumpulan informasi diperlukan untuk mengetahui seluruh
aktivitas pasien, terutama yang beresiko mengalami serangan jantung
atau angina pectoris. Tanyakan mengenai :
1) Kapan biasanya terjadi serangan? Setelah melakukan aktivitas
tertentu?
2) Bagaimana gambaran nyeri yang dirasakan?
3) Apakah awitan nyeri mendadak atau bertahap?
4) Berapa lama nyeri tersebut berlangsung dalam beberapa detik?
Menit? Jam?
5) Apakah kualitas nyeri menetap dan terus-menerus?
6) Apakah rasa tidak nyaman disertai rasa mual, sakit kepala, palpitasi
dan napas pendek?
7) Bagaimana nyeri berkurang?
b. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath) : Dyspnea
2) B2 (Blood) : Palpitasi

19
3) B3 (Brain) : normal, biasanya ditemukan pusing
4) B4 (Bladder) : normal
5) B5 (Bowel) : Obesitas, biasa ditemukan mual dan muntah
6) B6 (Bone) : normal
2. Penyimpangan KDM

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut (Domain 0005, Kategori: Fisiologis, Subkategori: Respirasi)
b. Intoleran aktifitas (Domain: 0056, Kategori: Fisiologi, Subkatergori,
Aktivitas dan istirahat)
c. Penurunan curah jantung ( Domain: 0008, Kategori: Fisiologi,
Subkategori: Sirkulasi)

20
d. Ansietas (Domain: 0080, Kategori: Psikologis, Subkategori: Integritas
ego)
4. Perencanaan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


No
Keperawatan hasil (NOC) (NIC)

1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Monitor


(Domain 0005, tindakan keperawatan karakteristik nyeri;
Kategori: selama ….x 24 jam kualitas, lokasi,
Fisiologis, nyeri terkontrol, dengan skala, dan durasi
Subkategori: kriteria hasil : nyeri.
Respirasi) 1. Pasien melaporkan 2. Monitor tanda-
ketidaknyamanan tanda vital selama
mulai berkurang. nyeri dada.
2. Pasien tampak rileks 3. Menilai gambaran
dan nyaman. EKG untuk melihat
perubahan segmen
ST dan gelombang
T.
4. Instruksikan pasien
untuk pemberian
NTG sublingual.
Pada saat
pemberian NTG
minta pasien untuk
duduk dan
berbaring.
5. Instruksikan pasien
untuk rileks dan
istirahat.
6. Kolaborasi
pemberian oksigen
2 Intoleran aktifitas Setelah dilakukan 1. Menilai tekanan
(Domain: 0056, tindakan keperawatan darah dan nadi
selama ….x 24 jam sebelum, selama,
Kategori: Fisiologi,
diharapkan dapat dan sesudah
Subkatergori, beraktifitas secara aktifitas.
bertahap, dengan 2. Ingatkan pasien
Aktivitas dan
kriteria hasil : untuk tidak bekerja
istirahat) 1. Pasien dapat dengan
beraktifitas dengan menggunakan
tanpa adanya lengan dan bahu
gangguan iskemik. dalam jangka waktu
2. Pasien mengatakan yang lama.

21
aktifitas dengan 3. Ingatkan pasien
pembatasan energy untuk berobat
dan istirahat. secara berlanjut
(seperti beta
blockers).
4. Menganjurkan
istirahat diantara
aktifitas.
5. Menganjurkan
untuk melakukan
latihan aerobic
secara bertahap.
3 Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Kaji tekanan darah,
jantung ( Domain: tindakan keperawatan adanya sianosis dan
0008, Kategori: selama ….x 24 jam status pernapasan.
Fisiologi, diharapkan peningkatan 2. Mempertahankan
Subkategori: curah jantung, dengan tirah baring pada
Sirkulasi) kriteria hasil : posisi nyaman
1. Menunjukkan selama episode akut
penurunan curah 3. Berikan
jantung teratasi kesempatan kepada
dibuktikan dengan pasien untuk
keefektifan pompa istirahat yang
jantung, status adekuat dan bantu
sirkulasi dan perfusi dalam melakukan
jaringan. ADL
2. Menunjukkan status 4. Kolaborasi dengan
sirkulasi dibuktikan dokter untuk
dengan tekanan pemberian obat anti
darah dalam batas aritmia,
normal, bunyi napas nitrogliserin dan
tambahan tidak ada, fasodilator untuk
distensi vena mempertahankan
jugularis tidak ada. kontraktilitas prelod
dan afterlod.

4 Ansietas (Domain: Setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan


tindakan keperawatan gejala dari ansietas.
0080, Kategori:
selama ….x 24 jam 2. Dorong pasien
Psikologis, diharapkan klien dalam untuk
keadaan rileks dan tidak mengekspresikan
Subkategori:
cemas, dengan kriteria perasaan pada orang
Integritas ego) hasil : yang penting pada
1. Pasien dalam pasien.

22
tenang, tidak 3. Berikan informasi
ditemukan adanya tentang penyakit
palpitasi. dan prognosis
2. Pasien pasien.
mengekspresikan 4. Kolaborasi dengan
perasaan yang dokter pemberian
positif. obat (misalnya,
3. Pasien dapat sedative)
menunjukkan
koping dalam
memecahkan
masalah.
4. Pasien melaporkan
cemas berkurang
atau teratasi.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-
sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak
untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku
dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa
dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air
dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa
organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive)
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel
miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke
rahang, atau ke daerah abdomen.
CHF dan angina pectoris merupakan penyakit yang menyerang jantung,
dimana apabila tidak ditangani dengan benar maka akan menimbulkan
berbagai komplikasi hingga kematian.
3.2 Saran
Setelah membaca dan memahami isi paper ini, mahasiswa diharapkan
mampu mengenali penyakit CHF dan angina pectoris, serta mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan yang benar terhadap penderita CHF
dan angina pectoris.

24

Você também pode gostar